Pemeriksaan Kesadaran
1. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Spontan 4 Interpretasi
Dengan suara / perintah 3 Compos mentis : 15
E
Rangsangan nyeri 2 Somnolen : 14 – 13
Tidak merespons 1 Soporo komatus : 8 – 12
Orientasi baik 5 Koma : 3 – 7
Bicara membingungkan 4
V Kata – kata tidak teratur 3
Suara tidak jelas 2
Tidak menjawab 1
Mengikuti perintah 6
Lokalisasi nyeri 5
Reaksi menghindar 4
M
Reaksi fleksi / dekortikasi 3
Reaksi ekstensi / decerebrasi 2
Tidak bereaksi 1
Nilai setiap komponen dilaporkan terpisah, tidak dijumlahkan. Misalnya E4V5M5
2. Pemeriksaan Orientasi
Orang : “Namanya siapa ? Usianya berapa tahun ? Tempat tanggal lahir ? Yang duduk di
sebelahnya ini siapa ?”
Tempat : “Bapak sekarang ini sedang berada dimana ? Di kota mana ?”
Waktu : “Sekarang hari apa ? Bulan apa ? Tahun berapa ? Siang atau malam ?”
Pemeriksaan Aphasia
1. Langkah Pemeriksaan
a. Kelancaran Berbicara (Fluency)
“Pak, tolong sebutkan nama hewan sebanyak – banyaknya dalam waktu 1 menit”
Minimal dapat menyebutkan 12 nama hewan
“Pasien dapat berbicara dengan lancar”
b. Pemahaman Bahasa Lisan (Comprehension)
“Tolong tunjukkan giginya, Pak. Sekarang tunjukkan lidahnya. Terus coba tunjuk
bed pemeriksaannya ada dimana”
“Pasien dapat memahami bahasa lisan dengan baik”
c. Pengulangan (Repetition)
“Pak tolong ulangi apa yang saya katakan, ya” Ucapkan mulai dari kata – kata sampai
kalimat, dapat menggunakan rangkaian kata / kalimat tongue twisters seperti
Satu sate tujuh tusuk
Cangkir cengkeh kencur
“Pasien dapat mengulangi kata – kata yang saya ucapkan dengan baik”
d. Menamai (Naming)
“Pak, nanti tolong sebutkan nama benda yang saya tunjuk ya”
e. Membaca (Reading)
“Pak, tolong baca kalimat ini ya”
f. Menulis (Writing)
“Coba tuliskan Bapak sudah makan apa saja hari ini”
2. Interpretasi
Kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh dominansi hemispherium cerebri
Sekitar 90 – 95% populasi adalah right-handed sehingga hemispherium yang dominan
adalah hemispherium sinistra. Jadi pada seseorang yang right-handed, aphasia sebagian
besar disebabkan oleh lesi di hemispherium sinistra
Fluency Comprhnsn Repetition Naming Reading Writing
Broca - + - - - -
Global - - - - - -
Wernicke + - - - - -
Conduction + + - ± + +
Anomic + + + - + -
Transcortical, mixed - - + - - -
Transcortical, motor - + + - - -
Transcortical, sensory + - + - - -
Verbal apraxia - + - - - +
+, function is relatively intact. -, function is abnormal. ±, involvement is mild or equivocal
Pemeriksaan Agnosia
1. Langkah Pemeriksaan
Agnosia visual : “Pak, tolong sebutkan nama benda yang saya tunjukkan ya”
Agnosia jari : “Pak, tolong gerakkan jari manisnya” atau “tolong tunjuk jari manis saya”
Agnosia taktil : “Pak, tolong matanya ditutup” Letakkan suatu benda pada salah satu
tangan pasien “Coba tebak, ini benda apa ?”
2. Interpretasi Abnormal
Pengertian Letak Lesi
Tidak dapat mengenali
benda yang dilihat
Agnosia visual Area visual asosiasi
Dapat melihat benda tetapi
tidak dapat mengenalinya
Agraphia, acalculia, agnosia
Sindrom Gerstmann Gyrus angularis
jari, disorientasi kanan-kiri
Tidak dapat mengenali benda
Agnosia taktil Area sensorik asosiasi
yang diraba
Tidak dapat mengenali
Agnosia warna Area visual asosiasi
warna yang dilihat
Dapat melihat warna tetapi
tidak dapat mengenalinya
Tidak buta warna
Tidak dapat mengenali wajah
Prosopagnosia Area occipitotemporal bilateral
seseorang yang dilihat
“Terdapat penyempitan lapang pandang di bagian … karena saya melihat objek lebih
dulu daripada pasien (tidak bersamaan)”
b. Interpretasi Abnormal
3. Pemeriksaan Buta Warna
a. Langkah Pemeriksaan
Letakkan buku Ishihara dalam ruangan yang cukup cahaya
Pembacaan dilakukan pada jarak sekitar 75 cm
Waktu Maksimal
“Pak, nanti tolong sebutkan
Gambar 1 – 25 angka yang terlihat ya. Bukunya 3 detik
jangan digeser – geser”
“Sekarang tolong ikuti pola yang
Gambar 26 – 38 10 detik
terlihat dengan jari ya”
b. Interpretasi
a. Anomali Trikromat
Protanomalia : Kurang mampu melihat warna merah
Deuteranomalia : Kurang mampu melihat warna hijau
Tritanomalia : Kurang mampu melihat warna biru.
b. Dikromat
Protanopia : Tidak memiliki sel kerucut merah
Deuteranopia : Tidak memiliki sel kerucut hijau
Tritanopia : Tidak memiliki sel kerucut biru
c. Monokromat
Buta warna total
Paralisis N. Trochlearis
- Mata tidak dapat bergerak ke bawah dan ke medial karena paralisis otot SO
- Diplopia vertikal dan oblique saat melihat ke bawah dan ke medial
- Kepala miring ke sisi yang sehat dan sedikit ke atas untuk mengurangi diplopia
- Hipertropia dan eksiklotropia karena kontraksi otot IO
Paralisis N. Abducens
- Mata tidak dapat bergerak ke lateral karena paralisis otot LR
- Diplopia horizontal saat melihat ke lateral pada sisi yang sakit
- Kepala miring ke sisi yang sakit untuk mengurangi diplopia
- Esotropia karena kontraksi otot MR
4. Pemeriksaan Konvergensi
a. Langkah Pemeriksaan
Setelah melakukan pemeriksaan gerakan bola mata, arahkan penlight atau jari tangan
mendekati dan menjauhi hidung Amati gerakan bola mata dan pupil
b. Interpretasi
Near vision trias : Akomodasi selalu diikuti oleh konvergensi dan miosis
Bola mata bergerak ke medial berarti kekuatan konvergensi normal tidak ada paralisis
m. rectus medialis atau n. oculomotorius
Selain itu, pupil juga tampak miosis
“Refleks kornea positif berarti tidak ada paralisis n. ophthalmicus dan n. facialis”
b. Interpretasi Abnormal
Refleks kornea negatif apabila mata tidak berkedip
Menunjukkan paralisis n. ophtalmicus dan n. facialis
4. Pemeriksaan Refleks Masseter
a. Langkah Pemeriksaan
“Mulutnya tolong dibuka sedikit, Pak” Meletakkan jari telunjuk kiri pada dagu di linea
mediana “Mengetuk jari telunjuk kiri dengan palu refleksi Amati apakah m.
masseter berkontraksi sehingga mulut akan menutup
b. Interpretasi
Normal : M. masseter berkontraksi sehingga mulut sedikit menutup
Abnormal : Mulut menutup dengan cepat (hiperrefleks)
“Terus kedua matanya ditutup, tahan jangan sampai tangan saya bisa membukanya”
“Sekarang tolong berikan senyuman terindah untuk saya” Amati apakah simetris
“Sekarang pipinya tolong digembungkan” Menekan pipi kanan dan kiri “Tahan ya
Pak” Bandingkan kekuatan kontraksinya
“Tidak ditemukan kelumpuhan pada otot wajah”
2. Pemeriksaan Fungsi Sensorik
“Setelah ini, saya akan memeriksa lidah Bapak. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada
gangguan dalam mengecap / mengenali rasa. Nanti saya akan mengoleskan beberapa
bahan pada lidah Bapak, kemudian tolong Bapak tuliskan apa rasanya pada kertas.
“Lidahnya tolong dijulurkan, Pak” Sentuhkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan
larutan Bornstein pada 2/3 anterior lidah “Terasa atau tidak, Pak ? (Kalau terasa)
Tolong tuliskan rasanya di kertas, ya”
Interpretasi
- Normal : Tidak ada lateralisasi, suara terdengar sama keras di telinga kanan-kiri
- Tuli konduksi : Lateralisasi ke telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Lateralisasi ke telinga yang sehat
c. Pemeriksaan Swabach
Langkah Pemeriksaan
- “Nanti kalau sudah tidak terdengar, tolong angkat tangannya ya Pak”
- Getarkan garputala 512 Hz Letakkan pada planum mastoideum pasien
Pindahkan ke planum mastoideum pemeriksa apabila sudah tidak terdengar
- “Sekarang pemeriksaanya dibalik, ya Pak dimulai dari saya dulu”
- Getarkan garputala 512 Hz Letakkan pada planum mastoideum pemeriksa
Pindahkan ke planum mastoideum pasien apabila sudah tidak terdengar
“Masih terdengar atau tidak, Pak ?”
Interpretasi
Pengertian Klinis
Swabach memendek Pasien sudah tidak mendengar
Tuli sensorineural
(pemeriksaan pertama) Pemeriksa masih mendengar
Swabach memanjang Pemeriksa sudah tidak mendengar
Tuli konduksi
(pemeriksaan kedua) Pasien masih mendengar
2. Pemeriksaan Keseimbangan (Tes Kalori)
“Pak, setelah ini saya akan memeriksa fungsi keseimbangan dengan cara memasukkan air
hangat dan air dingin ke telinga Bapak. Mungkin agak sedikit kurang nyaman, tetapi Bapak
tidak perlu khawatir. Saya akan melakukannya dengan hati – hati. Apakah Bapak bersedia ?”
a. Langkah Pemeriksaan
“Kalau bersedia, silakan Bapak berbaring ke bed pemeriksaan. Kepalanya miring 300
ke salah satu sisi ya”
Ambil air dingin (20 – 250C) dengan spuit 50 ml Masukkan ke telinga selama 40
detik Tunggu selama 5 menit Perhatian arah dan durasi nistagmus
Ambil air hangat (45 – 500C) dengan spuit 50 ml Masukkan ke telinga selama 40
detik Tunggu selama 5 menit Amati arah dan durasi nistagmus
Lakukan langkah yang sama pada telinga lain
b. Interpretasi
COWS (Cold Opposite Warm Same Side)
Irigasi air dingin : Terjadi nistagmus dengan fase cepat ke arah yang berlawanan
dengan telinga yang diirigasi. Misalnya jika telinga kiri dimasukkan air dingin, maka
akan muncul nistagmus dengan fase cepat ke arah kanan
Irigasi air hangat : Terjadi nistagmus dengan fase cepat ke arah yang sama dengan
telinga yang diirigasi. Misalnya jika telinga kiri dimasukkan air hangat, maka akan
muncul nistagmus dengan fase cepat ke arah kiri
Pemeriksaan N. Glossopharyngeus dan N. Vagus (N. IX dan X)
1. Pemeriksaan Fungsi Motorik
a. Langkah Pemeriksaan
“Mulutnya dibuka, Pak” Tekan lidah dengan tongue spatel “Bilang aaa”
Amati arcus pharyngeus dan uvula
- “Arcus pharyngeus terangkat simetris, tidak ada yang tertinggal”
- “Uvula terletak di tengah, tidak ada deviasi”
“Lidah menjulur lurus ke depan dan dapat digerakkan, tidak ada paralisis N. XII”
b. Interpretasi Abnormal
Saat lidah tidak dikeluarkan : Deviasi lidah ke sisi yang sehat
Saat lidah dikeluarkan : Deviasi lidah ke sisi yang sakit
Indikator deviasi adalah gigi seri I atas dan bawah
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL
Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien, tangan yang lain
diletakkan 2 jari di atas incisura jugularis Fleksi kepala secara pasif
Positif apabila dagu tidak dapat menyentuh 2 jari pada incisura jugularis menempel pada
minimal 2 jari di atas sternum
2. Pemeriksaan Brudzinski I
Fleksi pasif pada salah satu articulatio coxae dan genu kemudian lutut ditegakkan
Positif apabila lutut membentuk sudut < 1350 karena spasme otot hamstring
PEMERIKSAAN MOTORIK
b. Otot Lengan
“Lengannya tolong ditekuk seperti ini”
Fleksi : “Tahan jangan sampai sikunya lurus”
Ekstensi : “Tahan jangan sampai sikunya nekuk”
f. Otot Paha
Fleksi : “Lututnya tolong ditekuk “Tahan jangan sampai lututnya lurus”
Ekstensi : “Sekarang lututnya diluruskan” “Tahan jangan sampai lututnya nekuk”
g. Otot Kaki
Dorsofleksi : Letakkan tangan pemeriksa pada dorsum pedis “Tahan jangan
sampai kakinya lurus”
PEMERIKSAAN SENSORIK
3. Interpretasi
Allodynia : Sensasi nyeri yang muncul terhadap rangsangan yang secara normal tidak
menimbulkan nyeri (non-noxious agent)
Hyperalgesia : Peningkatan sensibilitas terhadap nyeri
Dysesthesia : Sensasi tidak nyaman yang muncul terhadap rangsangan taktil. Misalnya
mati rasa, kesemutan, sensasi tertusuk, sensasi terbakar
Paresthesia : Sensasi tidak nyaman yang muncul tanpa rangsangan apapun
Hypesthesia : Penurunan sensibilitas terhadap semua rangsangan
Anesthesia : Hilangnya sensibilitas terhadap semua rangsangan
Hypalgesia : Penurunan sensibilitas terhadap rangsangan nyeri
Analgesia : Hilangnya sensibilitas terhadap rangsangan nyeri
Jika pasien tidak merasakan getaran, maka pindah ke tonjolan tulang di atasnya (lebih
proksimal) seperti pergelangan tangan
- Extremitas superior : DIP I, CMC I, processus styloideus radius / ulna, clavicula,
sternum, processus spinosus vertebrae
- Extremitas inferior : Ibu jari kaki, malleolus lateralis / medialis, os tibia, spina iliaca
anterior superior, sacrum
3. Sensasi Diskriminasi (Area Sensorik Asosiasi)
a. Pemeriksaan Stereognosis
“Sekarang kita main tebak – tebakan benda, ya Pak. Nanti saya akan meletakkan
beberapa benda ini (tunjukkan benda apa saja) di tangan Bapak kemudian dengan
mata tertutup, coba tebak itu benda apa. Apakah Bapak mengerti ?”
“Kalau mengerti, tolong matanya ditutup” Letakkan satu benda pada salah satu
tangan pasien “Coba tebak, ini benda apa ?”
Benda yang digunakan : Uang logam, pensil, kunci, bola kapas, penjepit kertas
b. Pemeriksaan Graphestesia
“Sekarang gantian main tebak – tebakan angka. Nanti saya akan menuliskan angka
atau huruf di telapak tangan Bapak kemudian dengan mata tertutup, coba tebak itu
huruf atau angka berapa. Apakah Bapak mengerti ?”
“Kalau mengerti, tolong matanya ditututup” Gambar angka / huruf pada telapak
tangan pasien dengan tutup bolpoin “Ini angka berapa, Pak ?”
PEMERIKSAAN REFLEKS
Posisi Berbaring
Angkat salah satu lutut dengan satu lengan, tangan yang lain mengetuk ligamentum
patella dengan palu refleks
Posisi Berbaring
- Letakkan salah satu kaki di atas os tibia kaki yang lain
- Dorsofleksi kaki dan ketuk tendon Achilles dengan palu refleks
Positif apabia terjadi plantar fleksi
2. Interpretasi
0 Tidak berespons
+1 Sedikit menurun / hiporefleks
+2 Normal
+3 Meningkat, tetapi masih normal
+4 Sangat meningkat / hiperefleks, biasanya disertai klonus
Pemeriksaan Klonus
Klonus adalah kontraksi otot berulang setelah diberikan rangsangan. Pemeriksaan klonus
dilakukan apabila terdapat hiperefleks. Hasil positif menunjukkan lesi tipe UMN
1. Klonus Paha
Kedua kaki lurus, pegang patella dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri Tekan patella ke
arah distal secara mendadak
Positif apabila muncul kontraksi berulang pada m. quadriceps femoris
2. Klonus Kaki
Tangan kiri : Angkat lutut pasien
Tangan kanan : Dorsofleksi kaki pasien secara mendadak dan pertahankan beberapa saat
Positif apabila muncul kontraksi berulang pada m. gastrocnemius
5. Refleks Gordon
Pijat otot betis pasien
Positif apabila terjadi dorsofleksi ibu jari disertai pengembangan jari yang lain
6. Refleks Schaeffer
Tekan tendon Achilles dengan keras
Positif apabila terjadi dorsofleksi ibu jari disertai pengembangan jari yang lain
7. Refleks Rossolimo
Ketuk telapak kaki pada bagian pangkal jari dengan palu refleks
Positif apabila terjadi plantarfleksi pada jari
PEMERIKSAAN KOORDINASI
Pemeriksaan Gait
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, tolong berjalan lurus dari sini ke sana terus kembali lagi”
Amati panjang langkah dan lebar jarak kedua kakinya
“Pasien dapat berjalan lurus ke depan, tidak sempoyongan. Panjang langkah dan lebar jarak
kedua kaki semuanya normal, ayunan lengan cukup, tidak ada tremor
2. Interpretasi Abnormal
Pemeriksaan Tandem Walking (Heel to Toe)
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, sekarang tolong berjalan lurus lagi tapi tumitnya ditaruh di depan jari kaki yang
lain secara bergantian seperti ini” (pemeriksa mencontohkan)
“Sekarang matanya ditutup dan coba berjalan lagi seperti tadi”
Pemeriksa mengikuti di belakang pasien dengan posisi kedua tangan siap menahan
apabila pasien jatuh
“Pemeriksaan tandem walking normal karena pasien tidak jatuh ke salah satu sisi saat mata
terbuka atau tertutup”
2. Interpretasi
Lesi vestibular : Deviasi ke sisi yang sakit saat mata tertutup
Lesi cerebellar : Instabilitas saat mata terbuka dan tertutup
Pemeriksaan Romberg
1. Langkah Pemeriksaan
“Bapak tolong berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan, dan kedua tangan disamping atau
menyilang di dada” Amati selama 30 detik “Sekarang matanya ditutup” Amati
lagi selama 30 detik
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dengan posisi kedua tangan siap menahan apabila
pasien jatuh
“Pemeriksaan Romberg normal karena pasien tidak jatuh ke salah satu sisi saat mata terbuka
atau tertutup”
2. Interpretasi
Lesi vestibular : Deviasi ke sisi yang sakit saat mata tertutup
Lesi cerebellar : Instabilitas saat mata terbuka dan tertutup
Pemeriksaan Disdiadokokinesia
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, telapak tangannya tolong dibuka seperti ini. Setelah itu dibuka dan ditutup secara
cepat dan bergantian seperti ini” “Lebih cepat, Pak” “Sekarang matanya ditutup”
Perhatikan ritme, kecepatan, dan ketepan gerakan
“Pasien dapat melakukan gerakan pronasi dan supinasi secara cepat, tepat, iramanya teratur”
2. Interpretasi Abnormal
Gerakan lambat, tidak tangkas, ritme tidak teratur
Menunjukkan kelainan di cerebellum
Tes Telunjuk-Hidung
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, kedua tangannya tolong direntangkan ke samping dan jari telunjuknya mengarah ke
atas seperti ini” Sentuh ujung hidungnya dengan jari telunjuk kanan kiri secara bergantian”
“Lebih cepat, Pak” “Sekarang matanya ditutup”
“Pasien dapat menyentuh ujung hidung dengan tepat”
2. Interpretasi Abnormal
Tidak dapat menyentuh ujung hidung dengan tepat (hipo atau hipermetria)
Menunjukkan kelainan di cerebellum
Pemeriksaan Telunjuk-Telunjuk
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, kedua tangannya tolong direntangkan ke samping dan jari telunjuknya mengarah ke
atas seperti ini” “Ujung jari telunjuk kanan kiri dipertemukan di depan dada seperti ini”
“Lebih cepat, Pak” “Sekarang matanya ditutup”
“Pasien dapat mempertemukan kedua jari telunjuk di depan dada”
2. Interpretasi Abnormal
Tidak dapat mempertemukan kedua jari telunjukdengan tepat (hipo atau hipermetria)
Menunjukkan kelainan di cerebellum
“Pasien dapat menyentuh ujung hidung dan ujung jari pemeriksa dengan tepat”
2. Interpretasi Abnormal
Lesi vestibular : Deviasi ke sisi yang sakit saat mata tertutup
Lesi cerebellar : Hipo atau hipermetria saat mata terbuka dan tertutup
Pemeriksaan Past-Pointing
1. Langkah Pemeriksaan
Letakkan jari telunjuk pemeriksa di depan pasien
“Sekarang salah satu tangannya tolong diangkat dan jari telunjuknya mengarah ke atas
seperti ini “Sentuh ujung jari telunjuk saya dengan jari telunjuk Bapak. Lakukan
secara cepat dan berulang, ya” “Lebih cepat, Pak” “Sekarang matanya ditutup”
Pemeriksaan Rebound
1. Langkah Pemeriksaan
“Sekarang kita main adu panco, ya Pak” Tahan pergelangan tangan pasien kemudian
lepaskan secara mendadak
“Pasien dapat mempertahankan posisi lengan saat tahanan dilepaskan”
2. Interpretasi
Normal : Dapat mempertahankan posisi lengan
Abnormal : Tidak dapat mempertahankan posisi lengan, dapat memukul badannya sendiri
Tes Valsava
1. Langkah Pemeriksaan
“Pak, tolong mengejan sebentar sambil menahan napas” “Apakah terasa nyeri yang
menjalar dari leher ke lengan ?”
2. Interpretasi
Positif apabila terasa nyeri radikular sepanjang dermatom
Menunjukkan lesi desak ruang pada canalis vertebralis
Tes Naffziger
1. Langkah Pemeriksaan
Pasien duduk dan pemeriksan berdiri di belakang pasien Tekan kedua v. jugularis selama
30 detik “Tolong batuk / mengejan, Pak” “Terasa nyeri menjalar atau tidak ?”
2. Interpretasi
Positif apabila terasa nyeri radikular sepanjang dermatom
Menunjukkan lesi desak ruang pada canalis vertebralis
Tes Laseque
1. Langkah Pemeriksaan
Angkat kaki pasien secara perlahan tanpa fleksi lutut “Kalau terasa nyeri menjalar, bilang
ya Pak”
2. Interpretasi
Positif apabila muncul nyeri radikular sepanjang kaki pada sudut < 600
Menunjukkan iritasi pada radiks saraf L4 – S1 (n. ischiadicus)
Sciatica karena herniasi nucleus pulposus, artritis sacroiliaca, atau coxitis
2. Interpretasi
Nyeri yang menjalar ke lengan menunjukkan radikulopati cervical, terutama karena HNP
C5/C6 atau C6/C7
Nyeri lokal pada leher menunjukkan gangguan sendi (sprain) atau gangguan otot (strain)
pada daerah tersebut
Tes Distraksi
1. Langkah Pemeriksaan
Posisi pasien sama seperti tes Lhermitte
Letakkaan tangan pada dagu dan tengkuk pasien Angkah kepala ke atas “Nyerinya
bagaimana, Pak ? Berkurang atau tidak ?”
2. Interpretasi
Nyeri radikular berkurang menunjukkan radikulopati cervical
Nyeri lokal berkurang menunjukkan gangguan pada facet joint (facet impingement)
Nyeri lokal bertambah menunjukkan gangguan otot atau ligament