- Uji farmakologi: Uji yang ditujukan untuk melihat adanya kerja farmakologik pada sistem
biologi yang dapat merupakan petunjuk terhadap khasiat terapeutik baik secara in vitro
maupun in vivo.
- Uji toksisitas: Untuk mengetahui adanya efek samping serta keamanan dari calon obat yang
dilakukan pada hewan coba
- Uji teratogenik: Uji yg dilakukan untuk mengetahui apakah suatu obat bisa menimbulkan
kecacatan pada janin waktu lahir.
- Uji mutagenic: Uji yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya senyawa yang
bersifat mutagen(zat atau senyawa yg dapat meningkatkan laju perubahan di dalam gen)
- Uji farmakokinetik: Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh
sebagai faktor waktu sehingga dapat menggambarkan model parametrik yang khas.
- Uji farmakodinamik: Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh farmakologi pada
berbagai sistem biologi baik secara in vitro maupun in vivo.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR
Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan (WHO) suatu bahan/zat yang akan digunakan untuk
tujuan pengobatan baik sebagai obat hewan maupun obat manusia harus melalui tahapan uji
yakni uji praklinik dan uji klinik.
Uji praklinik à Uji praklinik adalah suatu uji (sebelum dilakukan uji klinik) yang dilakukan
pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan keamanan dan khasiat suatu bahan uji
secara ilmiah yang dilakukan melalui uji toksisitas dan uji aktivitas.
Uji klinik à suatu uji yang dilaksanakan pada manusia yang meliputi 4 tahapan fase uji,
yang dilaksanakan pada orang sehat dan orang sakit yang disesuaikan dengan tujuan
penggunaan bahan uji untuk dipakai di klinik, termasuk uji monitoring efek samping obat
(MESO).
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah
pengembangan Komite Kesejahteraan Hewan Nasional untuk membina
komisi kesejahteraan hewan laboratorium di berbagai instansi dalamrangka pendidikan,
pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
1. Exploratory (penyelidikan) : untuk memahami mekanisme biologis, apakah termasuk
mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan dengan fungsi biologis
yang abnormal.
1
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Yang dimaksud dengan uji praklinik dalam bidang farmakologi à suatu uji yang dilakukan
pada hewan coba dan atau pada bahan biologi lainnya seperti kultur jaringan dan kultur biakan
kuman, dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran khasiat dan keamanan secara
ilmiah terhadap suatu bahan/zat yang diduga berkhasiat obat.
Pada umumnya uji praklinik à untuk penelitian suatu bahan yang diduga berkhasiat obat dan
atau terhadap bahan obat yang telah lama beredar di masyarakat tetapi belum dibuktikan
khasiat dan kemanannya secara ilmiah seperti jamu untuk ditingkatkan statusnya menjadi
obat herbal terstandar (OHT) atau obat fitofarmaka.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR
Uji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada
dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai.
Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi berbagai aspek antara lain:
· Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
· Kerusakan genetik
· Pertumbuhan tumor
· Kejadian cacat waktu lahir.
Dari pengamatan uji pra klinik dengan subyek hewan uji ini dapat dipakai acuan untuk
menentukan apakah obat dapat diteruskan dengan uji pada manusia atau tidak.
Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in
vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker
menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji
antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan.
2
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
• pada kesamaan struktur dan fungsi dari masing-masing organ yang menyusun tubuh hewan
dan manusia khususnya hewan yang berlambung tunggal ( kuda,gajah,tapir,harimau,
anjing,unggas,kucing).
• Bahkan pendekatan secara ultrastruktur dan molekuler terhadap organel yang menyusun sel
termasuk membran sitoplasma, ribosom, mitochondria, reticulum endoplasmik, golgi aparatus,
lisosom, peroksisom antara sel hewan dan manusia adalah sama
• mekanisme biotransformasi dan mekanisme kerja obat di dalam tubuh hewan dan manusia
adalah sama
• pendekatan berdasarkan imunofarmakologi terhadap
respons obat yang berpengaruh terhadap timbulnya respons imun
(imunomudolator) pada tubuh hewan dan manusia adalah tidak Berbeda à peran
leukosit polimorfonuklear (PMN) yakni neutrofil, basofil dan eosinofil, dan peran dari leukosit
mononuklear
seperti monosit dan limfosit dalam pembetukan respons imun yang bersifat nonspesifik, serta
peran sel B dan Sel T dalam pembentukan respons imum spesifik adalah sama.
• Faktor yang berpengaruh terhadap dosis obat yang diberikan pada setiap individu hewan
dan manusia adalah sama yakni berdasarkan berat badan, umur, jenis kelamin, kondisi
tubuh, adanya toleran, faktor genetik seperti adanya polimorfisme dan sebagainya.
• berdasarkan penelitian Paget, G dan Barner, JM sejak tahun 1964 telah meletakan dasar-dasar
ekstrapolasi/konversi dosis obat antara beberapa spesies hewan seperti mencit, tikus, marmut,
kelinci, anjing, kucing, kera dan manusia, yang sampai saat ini masih dipakai di seluruh dunia
khususnya dalam riset tentang obat.
• Artinya dosis obat yang digunakan pada hewan-hewan tersebut dapat dipakai untuk
memprediksi besaran dosis apabila digunakan untuk manusia dengan tujuan yang sama,
demikian pula sebaliknya dosis obat yang telah digunakan pada manusia dapat pula
diprediksi besaran dosis yang akan digunakan pada hewan dengan tujuan penggunaan
yang sama.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR
Kualitas SDM
Konsumen atau pasien yang menuntut untuk cepat sembuh
Ketidakjujuran mitra usaha/petani
Suku bunga pinjaman bank yang sangat tinggi
Informasi salah tentang jamu dan mahkota dewa di beberapa media kadang menyesatkan dan
menurunkan kepercayaan masyarakat
Mudahnya produk herbal luar masuk Indonesia dan susahnya produk Indonesia di pasarkan ke
luar
Kesulitan mendapatkan bahan baku yang baik
Biaya uji pra klinis dan uji klinis sangat mahal
3
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
4
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
5
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
6
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
7
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
8
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Hasil uji toksisitas sangat tergantung pada sifat zat yang diuji. Sediaan uji untuk uji toksisitas
berupa zat yang dapat larut atau tersuspensi dalam air atau dapat larut dalam minyak, yang
dapat berasal dari tanaman, hewan maupun hasil sintesis organik.
a. Identitas bahan
c. Kemurnian
d. Kadar cemaran
berikut:
d. Pemerian simplisia
9
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal
POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu spesies tikus
atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies.
Dalam memanfaatkan hewan percobaan untuk penelitian kesehatan digunakan prinsip 3R, yaitu:
Replacement, Reduction, dan Refinement (Hume and Russel, 1957):
1. Replacement
Ada dua alternatif untuk replacement, yaitu:
a. Repalcement relatif, yaitu tetap melaksanakan hewan percobaan sebagai donor organ,
jaringan, atau sel
b. Replacement absolut, yaitu tidak memerlukan bahan dari hewan, melainkan memanfaatkan
galur sel (cell lines) atau program komputer
10
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Ada beberapa cara mengorbankan hewan uji pada uji toksisitas; pada prinsipnya hewan
uji dikorbankan sesuai dengan kaidah-kaidah cara dan teknik pengorbanan hewan
sesuai dengan ethical clearence deklarasi Helsinki serta tidak mempengaruhi hasil uji
toksisitas.
1. Eutanasi
Sebelum hewan uji dikorbankan, dilakukan anestesi terlebih dahulu. Hewan dipegang
secara hati-hati tanpa menimbulkan rasa takut, lalu hewan dikorbankan dengan salah
satu teknik mengorbankan hewan di suatu tempat terpisah dan dijaga agar tidak ada
hewan hidup di sekitarnya.
11
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Sumber : PerKBPOM__Nomor_7_Tahun_2014_tentang_in_vivo.
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
Sumber : Kusumawati. 2004. Bersahabat dengan hewan coba. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Adanya mikroorganisme patogen pada tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi
pada pemeriksaan penelitian à segi ilmiah hasilnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan.
· Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal ini ada
hubungannya dengan persyaratan pertama.
· Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat suseptibilitas hewan
terhadap penyakit.
· Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat genetiknya.
Sumber : Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second
Edition. Boca Raton: CRC Press
12
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi
yg diinginkan. Contohnya :
- untuk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan
Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.
- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan
penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan
digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau
tikus krn hewan akan diletakkan di hot plate.
- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk
muntah berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.
- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system
kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah
kulitnya shg melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering
dipotong utk menimbang udem yg terbentuk
- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah
disuntik pyrogen
- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan
ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di
keluarga burung.
- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air,
hewan diuji dg berenang dan lari di treadmill.
- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker, atau paru-paru
tikus setelah dipejankan benzo(a)pirena
13
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang menghasilkan 50% efek
maksimum.
Sulaksono, M. E. (1987). Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk Biologis.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.
Dalam pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan perlu diperhatikan prinsip 5 Freedom (5F)
dengan rincian sebagai berikut:
1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)
Memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk kesehatan hewan
mencakup jumlah dan komposisi nutrisi. Kualitas makanan dan air minum yang memadai
dibuktikan melalui analisis proximate makanan, mutu air minum, dan uji kontaminasi yang
dilakukan secara berkala.
2. Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan)
Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologik spesies antara lain
meliputi siklus cahaya, suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas fisik seperti ukuran
kandang dan komposisi kelompok.
3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit)
Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/ meniadakan rasa sakit,
serta pemilihan prosedur dilakukan dengan pertimbangan meminimalkan rasa sakit (non-invasive),
penggunaan anestesia dan analgesia bila diperlukan, serta eutanasia dengan metode yang
manusiawi dalam rangka untuk meminimalkan bahkan meniadakan penderitaan hewan.
4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang)
Memberikan kondisi lingkungan dan perlakuan untuk mencegah/ meminimalkan timbulnya stress
(aspek husbandry, care, penelitian), memberikan masa adaptasi dan pengkondisian
(misalnya training) bagi hewan terhadap prosedur penelitian, lingkungan baru, dan personil.
Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh personil yang kompeten, terampil dan terlatih.
5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku alami)
Memberikan ruang dan fasilitas untuk program pengayaan lingkungan (environmental enrichment)
yang sesuai dengan karakteristik biologik dan tingkah laku species seperti food
searching dan foraging, memberikan sarana untuk kontak sosial bagi species yang bersifat sosial
seperti pengandangan berpasangan atau berkelompok, dan memberikan kesempatan
untuk grooming, mating, bermain, dan lainnya.
Prinsip 5F ini diterapkan dalam bentuk Standard Operating Procedures terkait dengan Program
Kesehatan (veterinary care) dan Perawatan Harian (housing dan husbandry).
14
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Cara memegang hewan uji jenis rodensia berbeda antara tikus dan mencit pada saat pemberian
sediaan uji secara oral. Pemegangan yang benar sangat diperlukan sewaktu pemberian sediaan
uji, karena pemegangan yang salah dapat berakibat fatal.
- Sediaan uji yang diberikan tidak dapat masuk kedalam lambung tetapi masuk kedalam
paru-paru, sehingga mengakibatkan kematian hewan uji.
- Terjadinya kecelakaan kerja seperti tergigit oleh hewan.
15
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Sumber : PerKBPOM__Nomor_7_Tahun_2014_tentang_in_vivo.
Beberapa jenis hewn dari yang ukurannya terkecil dan sederhana ke ukuran yang besar dan lebih
komplek digunakan untuk keperluan penelitian ini, yaitu: Mencit, tikus, kelinci, dan kera.
1. Mencit
a. Data biologik normal
- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
- Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20-25%
- Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
- lama hidup 1,5 tahun
16
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
2. Tikus.
a. Data biologik
17
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
3. Kelinci
a. Data biologik:
18
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
4. Kera
Kera adalah termasuk non-human primata, dimana hewan ini sangat berguna untuk penelitian
yang erat hubungannya dengan manusia. Banyak sekali jenis primata, tetapi yang sering digunakan
untuk keperluan penelitian adalah kera ekor panjang.
a. data biologik
19
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, misal yang jelas harus dilakukan
control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi dosis), dan
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent.Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan
antara rodent dan non rodent.
8. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?
20
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
“Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan”
UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 44 ayat 4 yang berbunyi:
“Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan tersebut
serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi kesehatan manusia.”
Penjelasan:
Hewan percobaan harus dipilih dengan mengutamakan hewan dengan sensitivitas
neurofisiologik yang paling rendah (nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada
skala evolusi. Keberhati-hatian (caution) yang wajar harus diterapkan pada penelitian yang
dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan yang digunakan dalam penelitian
LAMPIRAN PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR: 195/KA/XI/2011
TANGGAL: 11 November 2011
21
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
· Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat
mempengaruhi lingkungan. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian
harus dihormati.
http://www.batan.go.id/etik_hewan_lampiran.php
22
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
10. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?
Respons yang dilihat : respons sangat ringan sampai pada yang parah (kematian)
Yang penting :
· respons dapat diukur secara kuantitatif
· Respons yag diteliti akan memperlihatkan korelasi matematis yang konsisten
· Terdapat variasi respons antar spesies Terdapat variasi respons antar spesies
Respons yang sering dilihat : kematian
karena kesulitan dalam menentukan hewan uji mati atau immobil saja
perhatikan periode waktu observasi sehingga waktu terjadi kematian diketahu
23
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
24
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
25
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Akut Lanjut
Hewan coba paling sedikit 2 spesies, 1 Hewan coba paling sedikit 2 spesies, 1
rodent 1 non rodent rodent 1 non rodent
Dosis rodent untuk tahu LD50, non rodent Dosis ringan (tidak toksik), sedang (toksik
observasi tanda toksik ringan), berat (toksik berat tapi tidak mati)
26
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang
meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas.
1) Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethal dose50) yaitu dosis yang
mematikan 50% hewan coba, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ,
dan cara kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada
manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut.
2) Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji
toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan
kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama.
Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama pemberian obat
pada manusia (Tabel 4).2
Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama Pemberian Obat pada
Hewan Coba pada Uji
27
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat tradisional agar masuk ke
tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif bila:
1. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial menimbulkan efek khusus seperti
kanker, cacat bawaan.
2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur
3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan penyakit tertentu misalnya kanker.
4. Obat digunakan secara kronik
28
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
29
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Uji Toksisitas
Tujuan: menilai efek akut, subakut, dan kronis
Uji dilakukan berdasarkan waktu à merupakan kendala utama
3 (tiga) kelompok uji toksisitas:
1) Uji akut/ uji tingkat I à uji jangka pendek
2) Uji subkronis/ uji tingkat II
3) Uji kronis/ uji tingkat III
30
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
31
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
32
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
33
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
34
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
35
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
36
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Uji Farmakodinamik
Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan
menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian
dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan
bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan
in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusia
Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan Terstandar
Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan
yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Bahan segar
berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah dikeringkan. Proses pengolahan seperti
direbus, diseduh dapat merusak zat aktif tertentu yang bersifat termolabil. 15 Sebagai contoh tanaman
obat yang mengandung minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena
termolabil. Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang
dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi
yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga berperan untuk pelangsing yaitu
tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan dengan etanol 95% hanya melarutkan alkaloid dan
sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga kandungan kimia
daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan baik. 22
37
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
21. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?
Utk obat yg kemungkinan dikonsumsi oleh ibu hamil, maka wajib melakukan uji TERATOGENIK.
Hewan uji biasanya tikus jenis SD dan juga kelinci (keduanya harus dilakukan, tdk boleh hanya rodent
saja), dibuntingkan dan sengaja dipejani obat dengan dosis bervariasi, diamati efek samping yang
muncul di janin dan korpora lutea yg mencerminkan adanya abortus, cacad menetap pada organ
tertentu. Perlu skill tinggi utk membungtingkan hewan uji, memejankan senyawa saat masa
pembentukan organ janin/organogenesis yg lamanya tgt hewan, melakukan bedah cesar sblm akhir
kehamilan hewan, mengamati uterus, janin satu persatu hingga organ dalam dan pertulangan janin.
38
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT
Satu hewan bias jadi punya 11-13 janin, maka harus dilakukan pengamatan kecacadan organ pada
semua janin, melakukan histopatologi semua organ semua janin.
39