Anda di halaman 1dari 39

Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

1. Apa saja uji yang dilakukan dalam uji preklinik?

- Uji farmakologi: Uji yang ditujukan untuk melihat adanya kerja farmakologik pada sistem
biologi yang dapat merupakan petunjuk terhadap khasiat terapeutik baik secara in vitro
maupun in vivo.
- Uji toksisitas: Untuk mengetahui adanya efek samping serta keamanan dari calon obat yang
dilakukan pada hewan coba
- Uji teratogenik: Uji yg dilakukan untuk mengetahui apakah suatu obat bisa menimbulkan
kecacatan pada janin waktu lahir.
- Uji mutagenic: Uji yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya senyawa yang
bersifat mutagen(zat atau senyawa yg dapat meningkatkan laju perubahan di dalam gen)
- Uji farmakokinetik: Penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh
sebagai faktor waktu sehingga dapat menggambarkan model parametrik yang khas.
- Uji farmakodinamik: Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh farmakologi pada
berbagai sistem biologi baik secara in vitro maupun in vivo.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR

2. Apa tujuan dari uji preklinik?

Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan (WHO) suatu bahan/zat yang akan digunakan untuk
tujuan pengobatan baik sebagai obat hewan maupun obat manusia harus melalui tahapan uji
yakni uji praklinik dan uji klinik.
Uji praklinik à Uji praklinik adalah suatu uji (sebelum dilakukan uji klinik) yang dilakukan
pada hewan coba dengan tujuan untuk menentukan keamanan dan khasiat suatu bahan uji
secara ilmiah yang dilakukan melalui uji toksisitas dan uji aktivitas.
Uji klinik à suatu uji yang dilaksanakan pada manusia yang meliputi 4 tahapan fase uji,
yang dilaksanakan pada orang sehat dan orang sakit yang disesuaikan dengan tujuan
penggunaan bahan uji untuk dipakai di klinik, termasuk uji monitoring efek samping obat
(MESO).
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR

Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah
pengembangan Komite Kesejahteraan Hewan Nasional untuk membina
komisi kesejahteraan hewan laboratorium di berbagai instansi dalamrangka pendidikan,
pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
1. Exploratory (penyelidikan) : untuk memahami mekanisme biologis, apakah termasuk
mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan dengan fungsi biologis
yang abnormal.

1
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

2. Explanatory (penjelasan) : untuk memahami lebih banyak masalah biologis yang


kompleks.

3. Predictive (perkiraan) : bertujuan untuk menentukan dan mengukur akibat dari


perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk memperkirakan
tingkat toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan.

Mengapa perlu dilakukan uji preklinik?

Yang dimaksud dengan uji praklinik dalam bidang farmakologi à suatu uji yang dilakukan
pada hewan coba dan atau pada bahan biologi lainnya seperti kultur jaringan dan kultur biakan
kuman, dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran khasiat dan keamanan secara
ilmiah terhadap suatu bahan/zat yang diduga berkhasiat obat.
Pada umumnya uji praklinik à untuk penelitian suatu bahan yang diduga berkhasiat obat dan
atau terhadap bahan obat yang telah lama beredar di masyarakat tetapi belum dibuktikan
khasiat dan kemanannya secara ilmiah seperti jamu untuk ditingkatkan statusnya menjadi
obat herbal terstandar (OHT) atau obat fitofarmaka.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR

Uji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada
dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai.
Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi berbagai aspek antara lain:
· Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
· Kerusakan genetik
· Pertumbuhan tumor
· Kejadian cacat waktu lahir.
Dari pengamatan uji pra klinik dengan subyek hewan uji ini dapat dipakai acuan untuk
menentukan apakah obat dapat diteruskan dengan uji pada manusia atau tidak.
Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in
vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker
menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji
antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan.

3. Bagaimana uji preklinik dapat mengetahui tolerabilitas dan khasiat?

2
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

• pada kesamaan struktur dan fungsi dari masing-masing organ yang menyusun tubuh hewan
dan manusia khususnya hewan yang berlambung tunggal ( kuda,gajah,tapir,harimau,
anjing,unggas,kucing).
• Bahkan pendekatan secara ultrastruktur dan molekuler terhadap organel yang menyusun sel
termasuk membran sitoplasma, ribosom, mitochondria, reticulum endoplasmik, golgi aparatus,
lisosom, peroksisom antara sel hewan dan manusia adalah sama
• mekanisme biotransformasi dan mekanisme kerja obat di dalam tubuh hewan dan manusia
adalah sama
• pendekatan berdasarkan imunofarmakologi terhadap
respons obat yang berpengaruh terhadap timbulnya respons imun
(imunomudolator) pada tubuh hewan dan manusia adalah tidak Berbeda à peran
leukosit polimorfonuklear (PMN) yakni neutrofil, basofil dan eosinofil, dan peran dari leukosit
mononuklear
seperti monosit dan limfosit dalam pembetukan respons imun yang bersifat nonspesifik, serta
peran sel B dan Sel T dalam pembentukan respons imum spesifik adalah sama.
• Faktor yang berpengaruh terhadap dosis obat yang diberikan pada setiap individu hewan
dan manusia adalah sama yakni berdasarkan berat badan, umur, jenis kelamin, kondisi
tubuh, adanya toleran, faktor genetik seperti adanya polimorfisme dan sebagainya.
• berdasarkan penelitian Paget, G dan Barner, JM sejak tahun 1964 telah meletakan dasar-dasar
ekstrapolasi/konversi dosis obat antara beberapa spesies hewan seperti mencit, tikus, marmut,
kelinci, anjing, kucing, kera dan manusia, yang sampai saat ini masih dipakai di seluruh dunia
khususnya dalam riset tentang obat.
• Artinya dosis obat yang digunakan pada hewan-hewan tersebut dapat dipakai untuk
memprediksi besaran dosis apabila digunakan untuk manusia dengan tujuan yang sama,
demikian pula sebaliknya dosis obat yang telah digunakan pada manusia dapat pula
diprediksi besaran dosis yang akan digunakan pada hewan dengan tujuan penggunaan
yang sama.
DEWA KETUT MELES. 2010. PERAN UJI PRAKLINIK DALAM BIDANG FARMAKOLOGI: UNAIR

4. Apa saja kendala dalam uji preklinik?

Kualitas SDM
Konsumen atau pasien yang menuntut untuk cepat sembuh
Ketidakjujuran mitra usaha/petani
Suku bunga pinjaman bank yang sangat tinggi
Informasi salah tentang jamu dan mahkota dewa di beberapa media kadang menyesatkan dan
menurunkan kepercayaan masyarakat
Mudahnya produk herbal luar masuk Indonesia dan susahnya produk Indonesia di pasarkan ke
luar
Kesulitan mendapatkan bahan baku yang baik
Biaya uji pra klinis dan uji klinis sangat mahal

3
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Terdapat berbagai keterbatasan dalam uji praklinis yang penting untuk


diketahui antara lain sebagai berikut:
1. Uji toksisitas merupakan uji yang menyita waktu dan mahal. Diperlukan waktu sekitar 2
sampai 6 tahun untuk mengumpulkan dan menganalisa data serta memperkirakan indeks
terapeutik (suatu perbandingan antara jumlah senyawa yang memberikan efek terapeutik dan
yang menyebabkan efek toksik) obat sebelum dianggap layak uji pada manusia.
2. Diperlukan sejumlah besar hewan percobaan untuk mendapatkan data praklinis yang sahih
(valid). Para ilmuwan menaruh perhatian besar akan hal ini, dan berbagai kemajuan telah
dicapai untuk menurunkan jumlah hewan yang digunakan dengan tetap mempertahankan
kesahihan data. Kultur sel dan jaringan dengan berbagai metode in vitro makin banyak
digunakan, namun nilai perkiraan yang dihasilkan masih sangat terbatas. Walaupun demikian,
beberapa golongan masyarakat berusaha untuk menghentikan semua uji menggunakan hewan
percobaan dengan alasan yang tidak berdasar bahwa hal ini tidak diperlukan lagi.
3. Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia dapat memberikan
perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak seluruhnya. Untuk menemukan suatu
proses yang lebih maju, dibentuklah Predictive Safety Testing Consortium, yakni suatu badan
yang merupakan gabungan lima perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat dengan Food
and Drug Administration (FDA) sebagai badan penasehat, untuk memperkirakan keamanan
suatu pengobatan sebelum diujikan pada manusia. Hal ini dicapai dengan cara menggabungkan
berbagai metode laboratorium yang dikembangkan secara internal dalam tiap perusahaan
farmasi.
4. untuk kepentingan statistik, berbagai efek samping yang jarang ditemui tidak mungkin
dideteksi.
Sumber : Klinik Herbal Ning Harmanto

5. Bagaimana tahap pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka?

4
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

5
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

6
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

7
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

8
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Sumber : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 761/MENKES/SK/IX/1992


TENTANG PEDOMAN FITOFARMAKA

Hasil uji toksisitas sangat tergantung pada sifat zat yang diuji. Sediaan uji untuk uji toksisitas
berupa zat yang dapat larut atau tersuspensi dalam air atau dapat larut dalam minyak, yang
dapat berasal dari tanaman, hewan maupun hasil sintesis organik.

1. Sediaan uji yang berupa zat kimia memerlukan informasi berikut:

a. Identitas bahan

b. Sifat fisiko- kimia

c. Kemurnian

d. Kadar cemaran

2. Sediaan uji yang berupa simplisia tanaman obat memerlukan informasi

berikut:

a. Nama latin dan nama daerah tanaman

b. Deskripsi daerah penanaman

c. Bagian tanaman yang digunakan

d. Pemerian simplisia

e. Cara pembuatan dan penanganan simplisia

f. Kandungan kimia simplisia

6. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo?

9
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

7. Apa saja syarat hewan yang digunakan untuk uji preklinik?

Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal
POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk sementara satu spesies tikus
atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan pada dua spesies.

Dalam memanfaatkan hewan percobaan untuk penelitian kesehatan digunakan prinsip 3R, yaitu:
Replacement, Reduction, dan Refinement (Hume and Russel, 1957):

1. Replacement
Ada dua alternatif untuk replacement, yaitu:
a. Repalcement relatif, yaitu tetap melaksanakan hewan percobaan sebagai donor organ,
jaringan, atau sel
b. Replacement absolut, yaitu tidak memerlukan bahan dari hewan, melainkan memanfaatkan
galur sel (cell lines) atau program komputer

10
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

2. Reduction: Mengurangi pemanfaatan jumlah hewan percobaan sehingga sesedikit mungkin


dengan bantuan ilmu statistik, program komputer, dan teknik-teknik biokimia serta tidak
mengurangi penelitian dengan hewan percobaan apabila tidak perlu
3. Refinement: Mengurangi ketidaknyamanan yang diderita oleh hewan percobaan sebelum,
selama, dn setelah penelitian, misalnya dengan pemberian analgetik.
4. Responsibilitas : bisa di respon jika diaplikasikan kepada manusia, ketika diaplikasikan kepada
manusia harus bisa sesuai dengan harapan

Ada beberapa cara mengorbankan hewan uji pada uji toksisitas; pada prinsipnya hewan
uji dikorbankan sesuai dengan kaidah-kaidah cara dan teknik pengorbanan hewan
sesuai dengan ethical clearence deklarasi Helsinki serta tidak mempengaruhi hasil uji
toksisitas.

1. Eutanasi

Sebelum hewan uji dikorbankan, dilakukan anestesi terlebih dahulu. Hewan dipegang
secara hati-hati tanpa menimbulkan rasa takut, lalu hewan dikorbankan dengan salah
satu teknik mengorbankan hewan di suatu tempat terpisah dan dijaga agar tidak ada
hewan hidup di sekitarnya.

2. Teknik mengorbankan hewan uji ada beberapa cara antara lain :

a. Cara dislokasi leher untuk hewan kecil seperti mencit, tikus.

b. Cara anestesi secara inhalasi atau penyuntikan.

c. Cara pengeluaran darah melalui vena jugularis atau arteri karotis.

Kriteria Hewan Uji


- Hewan yang digunakan untuk uji toksisitas harus dipertimbangkan berdasarkan
sensitivitas, cara metabolisme sediaan uji yang serupa dengan manusia,
kecepatan tumbuh serta mudah tidaknya cara penanganan sewaktu dilakukan
percobaan.
- Hewan pengerat merupakan jenis hewan yang memenuhi persyaratan tersebut
diatas, sehingga paling banyak digunakan pada uji toksisitas.
- Hewan yang digunakan harus sehat; asal, jenis dan galur, jenis kelamin, usia
serta berat badan harus jelas. Biasanya digunakan hewan muda dewasa, dengan
variasi bobot tidak lebih dari 20%.

11
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Sumber : PerKBPOM__Nomor_7_Tahun_2014_tentang_in_vivo.

 Berat badan lebih kecil dari 1 kg

 Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak

 Mudah dipegang dan dikendalikan

 Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)

 Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium

 Lama hidup relative singkat

 Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju

Sumber : Kusumawati. 2004. Bersahabat dengan hewan coba. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

· Bebas dari mikroorganisme pathogen.

Adanya mikroorganisme patogen pada tubuh hewan sangat mengganggu jalannya reaksi
pada pemeriksaan penelitian à segi ilmiah hasilnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan.

· Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik. Hal ini ada
hubungannya dengan persyaratan pertama.

· Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat suseptibilitas hewan
terhadap penyakit.

· Performa atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan sifat genetiknya.

Sumber : Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second
Edition. Boca Raton: CRC Press

12
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus tepat menggambarkan kondisi
yg diinginkan. Contohnya :

- untuk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan
Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.

- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan
penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan
digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau
tikus krn hewan akan diletakkan di hot plate.

- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya banyak


kemiripan dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya keterbatasan
subyek uji

- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk
muntah berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.

- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system
kardiovaskulernya paling mirip dg manusia

- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah
kulitnya shg melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering
dipotong utk menimbang udem yg terbentuk

- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah
disuntik pyrogen

- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan
ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di
keluarga burung.

- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air,
hewan diuji dg berenang dan lari di treadmill.

- Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.

- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker, atau paru-paru
tikus setelah dipejankan benzo(a)pirena

13
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang menghasilkan 50% efek
maksimum.

Sulaksono, M. E. (1987). Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk Biologis.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Dalam pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan perlu diperhatikan prinsip 5 Freedom (5F)
dengan rincian sebagai berikut:

1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)
Memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk kesehatan hewan
mencakup jumlah dan komposisi nutrisi. Kualitas makanan dan air minum yang memadai
dibuktikan melalui analisis proximate makanan, mutu air minum, dan uji kontaminasi yang
dilakukan secara berkala.
2. Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan)
Menyediakan lingkungan yang bersih dan paling sesuai dengan biologik spesies antara lain
meliputi siklus cahaya, suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas fisik seperti ukuran
kandang dan komposisi kelompok.
3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit)
Program kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan meminimalkan/ meniadakan rasa sakit,
serta pemilihan prosedur dilakukan dengan pertimbangan meminimalkan rasa sakit (non-invasive),
penggunaan anestesia dan analgesia bila diperlukan, serta eutanasia dengan metode yang
manusiawi dalam rangka untuk meminimalkan bahkan meniadakan penderitaan hewan.
4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang)
Memberikan kondisi lingkungan dan perlakuan untuk mencegah/ meminimalkan timbulnya stress
(aspek husbandry, care, penelitian), memberikan masa adaptasi dan pengkondisian
(misalnya training) bagi hewan terhadap prosedur penelitian, lingkungan baru, dan personil.
Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh personil yang kompeten, terampil dan terlatih.
5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku alami)
Memberikan ruang dan fasilitas untuk program pengayaan lingkungan (environmental enrichment)
yang sesuai dengan karakteristik biologik dan tingkah laku species seperti food
searching dan foraging, memberikan sarana untuk kontak sosial bagi species yang bersifat sosial
seperti pengandangan berpasangan atau berkelompok, dan memberikan kesempatan
untuk grooming, mating, bermain, dan lainnya.
Prinsip 5F ini diterapkan dalam bentuk Standard Operating Procedures terkait dengan Program
Kesehatan (veterinary care) dan Perawatan Harian (housing dan husbandry).

Cara Penandaan Hewan Uji

14
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Penandaan hewan uji dilakukan dengan cara memberikan larutan asam

pikrat 10% dalam alkohol. Penandaan dilakukan dengan tujuan membedakan

antara hewan satu dengan yang lainnya.

Cara Memegang (Handling) Hewan Uji

Cara memegang hewan uji jenis rodensia berbeda antara tikus dan mencit pada saat pemberian
sediaan uji secara oral. Pemegangan yang benar sangat diperlukan sewaktu pemberian sediaan
uji, karena pemegangan yang salah dapat berakibat fatal.

Cara pemegangan yang salah dapat menyebabkan antara lain:

- Sediaan uji yang diberikan tidak dapat masuk kedalam lambung tetapi masuk kedalam
paru-paru, sehingga mengakibatkan kematian hewan uji.
- Terjadinya kecelakaan kerja seperti tergigit oleh hewan.

Cara pemegangan hewan yang benar :

15
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Sumber : PerKBPOM__Nomor_7_Tahun_2014_tentang_in_vivo.

Beberapa jenis hewn dari yang ukurannya terkecil dan sederhana ke ukuran yang besar dan lebih
komplek digunakan untuk keperluan penelitian ini, yaitu: Mencit, tikus, kelinci, dan kera.
1. Mencit
a. Data biologik normal
- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
- Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20-25%
- Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
- lama hidup 1,5 tahun

16
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

- Bobot badan dewasa


● Jantan 25-40 g
● Betina 20-40 g
- Bobot lahir 1-1,5 g
- Dewasa kelamin (jantan=betina) 28-49 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 4-5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari
Mulai makan pakan kering 10 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 3 betina
- Jumlah kromosom 40
- Suhu rektal 37,5oC
Laju respirasi 163 x/mn
- Denyut jantung 310 – 840 x/mn
- Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 8,7 – 10,5 X 106 / μl
- Kadar haemoglobin(Hb) 13,4 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 44%
- Jumlah sel darah putih 8,4 X 103 /μl
(Leucocyte)

2. Tikus.
a. Data biologik

17
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

- Konsumsi pakan per hari 5 g/100 g bb


- Konsumsi air minum per hari 8-11 ml/100 g bb
- Diet protein 12%
- Ekskresi urine per hari 5,5 ml/100 g bb
- lama hidup 2,5- 3 tahun
- Bobot badan dewasa
● Jantan 300-400 g
● Betina 250-300 g
- Bobot lahir 5-6 g
- Dewasa kelamin (jantan=betina) 50+10 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari, 40-50 g
- Mulai makan pakan kering 12 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 3 atau 4 betina
- Jumlah kromosom 42
- Suhu rektal 37,5oC
- Laju respirasi 85 x/mn
- Denyut jantung 300 – 500 x/mn
- Pengambilan darah maksimum 5,5 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 7,2-9,6 X 106 / μl
- Kadar haemoglobin(Hb) 15,6 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 46%
- Jumlah sel darah putih 14 X 103 /μl
(Leucocyte)

3. Kelinci
a. Data biologik:

18
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

- Konsumsi pakan per hari 100-200 g


- Konsumsi air minum per hari 200-500ml
- Diet protein 14%
- Ekskresi urine per hari 30- 35 ml
- lama hidup 5-7 tahun
- Bobot badan dewasa
● Jantan 4-5,5 Kg
● Betina 4,5-6,5 Kg (NZ)
- Bobot lahir 30-100 g
- Dewasa kelamin:
● Jantan 5-6 bulan (4,5Kg)
● Betina 6-7 bulan 4Kg
- Siklus estrus (menstruasi) polyestrus (diinduce)
- Umur sapih 8 minggu. 1,8 Kg
- Mulai makan pakan kering 16-18 hari
- waktu untuk kawin kembali setelah 35-42 hari
- Rasio kawin 1 jantan – 6-10 betina
- Jumlah kromosom 44
- Suhu rektal 39,5oC
- Laju respirasi 51 x/mn
- Denyut jantung 200 – 300 x/mn
- volume darah 55-65 ml/Kg
- Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 4-7 X 106 / μl
- Kadar haemoglobin(Hb) 10-15 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 33-48 %
- Jumlah sel darah putih 5-12 X
(Leucocyte) 103 /μl

4. Kera
Kera adalah termasuk non-human primata, dimana hewan ini sangat berguna untuk penelitian
yang erat hubungannya dengan manusia. Banyak sekali jenis primata, tetapi yang sering digunakan
untuk keperluan penelitian adalah kera ekor panjang.
a. data biologik

19
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

- Konsumsi pakan per hari 2-4% dari bobot badan


- Konsumsi air minum per hari 2-4% dari bobot badan
- Diet protein -
- Ekskresi urine per hari -
- lama hidup 12-15 tahun
- Bobot badan dewasa
● Jantan 12 Kg
● Betina 10 Kg
- Bobot lahir 500-700 g
- Dewasa kelamin:
● Jantan 6 tahun
● Betina 5 tahun
- Siklus estrus (menstruasi) 28 hari
- Umur sapih 3-6 bulan
- Mulai makan pakan kering 20-30 hari
- waktu untuk kawin kembali -
- Rasio kawin 1 jantan – 10 betina
- Jumlah kromosom -
- Suhu tubuh 38,8oC
- Laju respirasi 40 x/menit
- Denyut jantung 192 x/mn
- volume darah 75 ml/Kg
- Pengambilan darah maksimum -
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 4,6-6,5 X 106 / mm3
- Kadar haemoglobin(Hb) 12,5 g/100ml
- Pack Cell Volume (PCV) 42%
- Jumlah sel darah putih 15 X 103
(Leucocyte) /mm3

Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, misal yang jelas harus dilakukan
control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi dosis), dan
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent.Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan
antara rodent dan non rodent.

8. apa saja landasan hukum penggunaan hewan coba dalam uji preklinik?

UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 69 ayat 1 yang berbunyi:

20
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

“Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan”
UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 44 ayat 4 yang berbunyi:
“Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan tersebut
serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi kesehatan manusia.”

Penjelasan:
Hewan percobaan harus dipilih dengan mengutamakan hewan dengan sensitivitas
neurofisiologik yang paling rendah (nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada
skala evolusi. Keberhati-hatian (caution) yang wajar harus diterapkan pada penelitian yang
dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan yang digunakan dalam penelitian
LAMPIRAN PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR: 195/KA/XI/2011
TANGGAL: 11 November 2011

PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN


Dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti telah disebut di atas, banyak hewan
percobaan yang digunakan untuk penelitian dan uji coba serta untuk pendidikan dan pelatihan.
Dalam hal menggunakan hewan percobaan tersebut seringkali masih kurang diperhatikan
aspek etik penggunaan hewan percobaan seperti yang antara lain disebutkan dalam Deklarasi
Helsinki, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan Pedoman Nasional Etik Penelitian
Kesehatan: Suplemen II Etik Penggunaan Hewan Percobaan, Departemen Kesehatan. Dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan)
pada Pasal 66 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan
tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan
pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan;
serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan, sedangkan ayat 2 menyatakan
ketentuan mengenai Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi. Hal ini menjadi perhatian terutama disebabkan karena para pengguna
hewan percobaan masih kurang sadar tentang aspek etik penelitian.

· Butir 11. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek


penelitian harus memenuhi prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum,
didasarkan pada pengetahuan saksama dari kepustakaan ilmiah dan sumber informasi
lain, pelaksanaan percobaan dilakukan di laboratorium yang memadai, dan jika layak
pecobaan hewan.

21
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

· Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat
mempengaruhi lingkungan. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian
harus dihormati.

http://www.batan.go.id/etik_hewan_lampiran.php

9. Bagaimana criteria tingkat toksisitas suatu bahan pada hewan coba?

22
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

10. Apa saja efek herbal yang ditimbulkan pada hewan coba?

Organ Diperiksa Secara Patologi pada Uji Subkhronis& Khronis

Respons yang dilihat : respons sangat ringan sampai pada yang parah (kematian)
Yang penting :
· respons dapat diukur secara kuantitatif
· Respons yag diteliti akan memperlihatkan korelasi matematis yang konsisten
· Terdapat variasi respons antar spesies Terdapat variasi respons antar spesies
Respons yang sering dilihat : kematian
 karena kesulitan dalam menentukan hewan uji mati atau immobil saja
 perhatikan periode waktu observasi sehingga waktu terjadi kematian diketahu

23
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Interaksi yang dapat terjadi :


1) Interaksi Kimia
 Interaksi karena reaksi kimiawi yang menimbulkan senyawa baru yang bersifat lebih toksis
2) Interaksi Biologis
 interaksi yang terjadi dengan tubuh organisme yang menimbulkan efek berlebih maupun
berkurang
Interaksi sangat dipengaruhi oleh dosis xenobiotik
3) Interaksi antar xenobiotik dapat menimbulkan efek
· Aditif
· Sinergistik
· Antagonistik

24
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

25
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

11. Bagiamana cara melakukan uji preklinik?

Tipe Uji Pendekatan


Toksisitas akut Dosis akut yang mematikan sekitar 50% hewan percobaan dan
dosis maksimum yang dapat ditoleransi. Biasanya dua spesies,
dua rute pemberian, dosis tunggal
Toksisitas subakut Tiga dosis, dua spesies. Mungkin diperlukan sekitar 4 minggu
sampai 3 bulan sebelum uji klinis. Makin lama durasi
perencanaan penggunaan klinis, makin lama pula waktu uji
subakut
Toksisitas kronik Spesies hewan pengerat dan bukan pengerat. 6 bulan atau
lebih. Diperlukan jika obat dimaksudkan untuk digunakan pada
manusia dalam jangka waktu yang lama. Biasanya berjalan
bersamaan dengan uji klinis.
Efek terhadap perilaku Efek terhadap perilaku kawin, reproduksi, persalinan,
reproduksi keturunan, cacat saat lahir, dan perkembangan pascanatal pada
hewan.
Potensi karsinogenik Dua tahun, dua spesies. Diperlukan jika obat dimaksudkan
untuk digunakan pada manusia dalam jangka waktu yang lama.
Potensi mutagenik Efek terhadap stabilitas dan mutasi genetik bakteri (Tes Ames)
atau sel-sel mamalia dalam kultur; tes letal dominan dan
klastogenisitas pada mencit.
Penelitian toksikologi Menentukan rangkaian dan mekanisme efek-efek toksik.
(Investigative Menemukan berbagai gen, protein, dan jalur yang terlibat.
toxicology) Mengembangkan metode baru untuk mengkaji toksisitas.

Uji toksisitas akut dan lanjut

Akut Lanjut

Hewan coba paling sedikit 2 spesies, 1 Hewan coba paling sedikit 2 spesies, 1
rodent 1 non rodent rodent 1 non rodent

Male dan female Male dan female

Jumlah hewan coba rodent min 5 Rodent min 10 hewan/JK/kelompok


hewan/JK/kelompok
Non rodent min 3 hewan/JK/ kelompok
Non rodent min 2 hewan/JK/ kelompok

Dosis rodent untuk tahu LD50, non rodent Dosis ringan (tidak toksik), sedang (toksik
observasi tanda toksik ringan), berat (toksik berat tapi tidak mati)

26
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Frekuensi pemberian obat : 1x diamati 24 Tergantung dari penerapan ke manusia


jam

Observasi tanda toksik, tingkat keparahan, Observasi : keadaan umum (perilaku


onset sehari hari, BB (sebelum pemberian obat,
setalah penerapan obat diukur 1 minggu
sekali selama 3 bulan pertama, kemudian
dilanjut 1 bulan sekali), asupan makanan :
sebelum uji, selama uji 1 minggu sekali
dalam 3 bulan pertama dilanjut sebulan
sekali), hematologi (rodent : sebelum
otopsi, non rodent : sebelum pemberian,
selama uji 1x, sebelum otopsi), ren dan
hepar (rodent : urinalisis sebelum dan
sekali selama uji), visual, auditorik, jika
mati harus segera diotopsi dg pemeriksaan
makroskopis dan histopatologi.

12. Apa yang dimaksud dengan uji farmakologi?


13. Apa tujuan dari uji farmakologi?
14. Apa saja contoh dari uji farmakologi?
15. Apa yang dimaksud dengan uji toksikologi, tujuan dan contoh?
16. Apa saja macam-macam dan perbedaan dari uji toksikologi?

Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas khusus yang
meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas.
1) Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50 (lethal dose50) yaitu dosis yang
mematikan 50% hewan coba, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ,
dan cara kematian. Uji LD50 perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada
manusia. Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut.
2) Pada uji toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan pada uji
toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dan
kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama.
Lama pemberian sediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama pemberian obat
pada manusia (Tabel 4).2
Tabel 4. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia dan Lama Pemberian Obat pada
Hewan Coba pada Uji

27
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat tradisional agar masuk ke
tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan secara selektif bila:
1. Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial menimbulkan efek khusus seperti
kanker, cacat bawaan.
2. Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur
3. Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan penyakit tertentu misalnya kanker.
4. Obat digunakan secara kronik

28
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat:


Dosis Letal (LD)
· Jumlah yang betul-betul masuk ke dalam tubuh organism uji yang menyebabkan
respons berupa kematian organism uji
· Untuk mencari dosis aman à menggunakan LD50 (dosis yang mematikan 50%
organism uji)
Konsentrasi letal (LC)
· Konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organism yang menyebabkan respons berupa
kematian organisme uji
· Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang boleh ada di lingkungan
Istilah toksisitas yang lain à untuk menentukan dosis aman :
NOEL (no observed effect level)
NOAEL (no observed adverse effect level)

29
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Uji Toksisitas
Tujuan: menilai efek akut, subakut, dan kronis
Uji dilakukan berdasarkan waktu à merupakan kendala utama
3 (tiga) kelompok uji toksisitas:
1) Uji akut/ uji tingkat I à uji jangka pendek
2) Uji subkronis/ uji tingkat II
3) Uji kronis/ uji tingkat III

30
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

31
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

32
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

33
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

34
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

35
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Tujuan Observasi yang dilakukan :


Skrining kedua terhadap mutagenisiti
Uji teratologi & uji reproduktif Uji teratologi & uji reproduktif
Uji farmakokinetik
Uji perilaku Uji perilaku
Uji interaksi, seperti sinergisme, antagonisme dan aditivisme semuanya diselesaikan dalam
waktu dua-setengah tahun

Tujuannya untuk menguji :


Mutagenisiti pada mamalia
Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun
Farmakokinetika pada manusia bila relevan
Klinis pada manusia
Data epidemiologis untuk efek terhadap ekposur akut dan kronis
Pengujian suatu zat, tergantung pada penggunaannya dan kemungkinan eksposur yang dapat
diterima kemungkinan eksposur yang dapat diterima manusia/masyarakat

17. Apa yang dimaksud dengan uji farmakodinamik?


18. Apa contoh uji farmakodinamik?

36
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Uji Farmakodinamik
Penelitian farmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan
menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian
dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan
bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan
in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusia
Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan Terstandar
Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan
yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Bahan segar
berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah dikeringkan. Proses pengolahan seperti
direbus, diseduh dapat merusak zat aktif tertentu yang bersifat termolabil. 15 Sebagai contoh tanaman
obat yang mengandung minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena
termolabil. Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang
dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi
yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga berperan untuk pelangsing yaitu
tanin, musilago, alkaloid. Ekstraksi yang dilakukan dengan etanol 95% hanya melarutkan alkaloid dan
sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga kandungan kimia
daun jati belanda yaitu tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan baik. 22

Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka* Hedi R. Dewoto Departemen


Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

19. Apa yang dimaksud dengan uji farmakokinetik dan contohnya?


20. Apa yang dimaksud uji mutagenic, tujuan serta contohnya?

37
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

21. Apa yang dimaksud dengan uji teratogenik, tujuan serta contohnya?

Utk obat yg kemungkinan dikonsumsi oleh ibu hamil, maka wajib melakukan uji TERATOGENIK.
Hewan uji biasanya tikus jenis SD dan juga kelinci (keduanya harus dilakukan, tdk boleh hanya rodent
saja), dibuntingkan dan sengaja dipejani obat dengan dosis bervariasi, diamati efek samping yang
muncul di janin dan korpora lutea yg mencerminkan adanya abortus, cacad menetap pada organ
tertentu. Perlu skill tinggi utk membungtingkan hewan uji, memejankan senyawa saat masa
pembentukan organ janin/organogenesis yg lamanya tgt hewan, melakukan bedah cesar sblm akhir
kehamilan hewan, mengamati uterus, janin satu persatu hingga organ dalam dan pertulangan janin.

38
Desy Kurniawati_30101407162 LBM 2 OT

Satu hewan bias jadi punya 11-13 janin, maka harus dilakukan pengamatan kecacadan organ pada
semua janin, melakukan histopatologi semua organ semua janin.

Hasil : keamanan/ketidakamanan senyawa bagi ibu hamil dan janin.

39

Anda mungkin juga menyukai