Anda di halaman 1dari 32

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Mei 2018

ANEMIA PADA KEHAMILAN + PERDARAHAN


POSTPARTUM
(PUSKESMAS BARA-BARAYA)

Oleh:
Tri Wahyuni Aprianti Anzar, S.Ked
Dewi Nurfadilah, S.Ked
Sri Wahyuni, S.Ked
Fahmi Azhari S, S.Ked
Muhammad Asyraful Aswar, S.Ked

Pembimbing :
dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes
Pendahuluan
 Menurut WHO kematian AKI sebesar 81% akibat dari
komplikasi selama hamil dan bersalin dan 25% dari kematian
maternal disebabkan oleh perdarahan postpartum dan
diperkirakan 100.000 kematian tiap tahunnya.
 AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara
ASEAN
Pendahuluan
 Faktor penyebab kematian ibu diantaranya perdarahan 28%,
eklamsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama 5%,
emboli 3%, komplikasi masa puerpureum 8%, dan sisanya
karena penyebab-penyebab lain
 Pada tahun 2011 perdarahan merupakan penyebab langsung
kematian ibu, yang di pengaruhi oleh anemia faktor penyebab
tidak langsung kematian ibu
 Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu :
Trimester I : Hb < 11 gr/dl
Trimester II : Hb < 10,5 gr/dl
Trimester III : Hb < 11 gr/dl
 Perdarahan Pospartum merupakan perdarahan atau
kehilangan darah ≥ 500cc setelah kelahiran atau kehilangan
darah ≥ 1000cc setelah seksio sesaria
ANEMIA
Etiologi :
 Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi
(malnutrisi);kurang zat besi dalam diet; malabsorbsi;
kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
lain lain; penyakit-penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus,
malaria, dan lain lain
patofisiologi
 Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah
(hyperemia/hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran
darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya
dengan plasma darah. Perbandingan tersebut ialah Plasma
darah bertambah: 30%, sel-sel darah bertambah: 18%,
hemoglobin bertambah:19%. Secara fisiologis, pengenceran
darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung
resiko
 Keguguran
 Partus prematurus
 Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
 Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
 Syok
 Afibronogenemia dan hipofibrinogenemia
 Infeksi intrapartum dan dalam nifas
 Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah
jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan, bahkan bisa fatal
Anemia defisiensi besi
 Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan
hipokromik serta paling banyak dijumpai..
 Kemasan zat besi dapat diberikan secara oral maupun
parenteral
 Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5
x 0,2mg.
 Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian
per oral atau absorbs di saluran pencernaan kurang baik,
kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena.
Kemasan ini antara lain: imferon, jectofer, dan ferrigen.
Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.
Anemia megaloplastik
 Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang
sekali akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik
 Pengobatan:
 Asam folik 15-30 mg hari
 Vitamin B12 3x1 tablet per hari
 Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
 Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfuse darah.
Anemia hipoplastik
 Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan:
 Darah tepi lengkap
 Pemeriksaan pungsi sternal
 Pemeriksaan retikulosis, dan lain-lain.
 Gambaran darah tepi: normositik dan normokkromik. Sumsum
tulang memberikan gambaran normoblastik dan hypoplasia
eritopoiesis. Penyebab belum diketahui, kecuali yang disebabkan
infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar
radiasi. Terapi dengan obat tidak memuaskan; pengobatan yang
paling baik yaitu transfuse darah, yang perlu sering diulang.
Anemia hemolitik
 Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Ini sesebabkan oleh:
 Faktor intrakorpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik herediter; thalassemia
anemia sickle sel (sabit), hemoglobinopati (C,D,G,H,I; dan paraksismal
nocturnal hemoglobinuria)
 Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan; leukemia penyakit Hodgkin, dan lain lain
 Gejala utama adalah anemia dengan kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala dan komplikasi bila terjadi kelainan organ-organ vital
 Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Maka transfuse darah yang berulang dapat membantu penderita
ini.(2)
Perdarahan Postpartum
 Definisi
Perdarahan Pascasalin adalah kehilangan darah lebih dari 500
cc pada persalinan per vaginam ataupun 1000 cc pada
persalinan per abdominam.

Berdasarkan waktu terjadinya :


• Primer: terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan
• Sekunder: terjadi antara 24 jam hingga 12 minggu
setelah persalinan
Etiologi Perdarahan Postpartum

Tone Thrombin
Tissue Trauma

Atonia Uteri
 Retensio  Ruptur uteri Gangguan
plasenta  Inversi uterus pembekuan darah
 Sisa Plasenta  Robekan Jalan
Lahir
Faktor Risiko
Faktor risiko sebelum kehamilan meliputi usia, indeks
massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor
risiko selama kehamilan meliputi usia, indeks massa
tubuh, riwayat perdarahan postpartum, kehamilan ganda,
plasenta previa, preeklampsia. Sedangkan untuk faktor
risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior,
korioamnionitis, dan retensio plasenta.
Gejala Klinis

Gambaran perdarahan postpartum karena kehilangan


banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok
yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstrimitas dingin.
Penatalaksanaan
Umum:

• Nilai ABC
• Bila ditemukan tanda syok
• Beri oksigen
• Pasang IV line dengan kanul ukuran besar (16 atau 18) dan
mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0.9%, RL atau RA),
lakukan juga pengambilan sampel darah (Hb, ABO, Rh, dan
profil hemostasis) termasuk untuk persiapan tranfusi
• Periksa : abdomen, jalan lahir, dan perineum, kelengkapan
plasenta dan selaput ketuban
• Pasang kateter Folley
• Tentukan penyebab perdarahan: tatalaksana spesifik
Penatalaksanaan
 Atonia Uteri
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd
alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
 Robekan Jalan Lahir
Untuk ruptur perineum dan robekan dinding vagina lakukan penjahitan seperti
biasa, untuk robekan Serviks lakukan penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung
atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
 Retensio Plasenta
Melakukan plasenta manual secara hati-hati.
 Sisa Plasenta
Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
Penatalaksanaan
 Gangguan Pembekuan Darah
Memberikan transfusi darah lengkap segar untuk
menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
 Inversio uteri
Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi
tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama,
rujuk ke fasilitas yang lebih memadai
 Ruptura uteri
Rujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat
melakukan operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau
histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat
dilakukanhisterektomi sub total hingga total.
Pencegahan

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu


bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang
mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan
postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah
sakit.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. NA
 Umur : 17 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Jalan Veteran Lorong 41 No.38
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan : SMA
 Paritas : G1P0A0
 Tanggal masuk : 02 Mei 2018 Pukul 11.20 WITA
RESUME
Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya mengalami perdarahan secara terus –
menerus melalui jalan lahir yang dialami setelah persalinan normal sebanyak ± 1000 cc. Pasien mulai
merasakan nyeri perut tembus ke belakang pada pukul 11.20 WITA kemudian pada pukul 11.30 WITA pasien
melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BBL 3900 gram dan PBL 48 cm. Dengan plasenta lahir lengkap pada
pukul 11.40 WITA. Sesaat setelah persalinan pasien mengalami perdarahan pada jalan lahir disertai muntah
dengan frekuensi >3x dan tampak anemis. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan kadar Hb postpartum pasien 6,4
gr/dL. Riwayat ANC 6x, Injeksi TT 1x. Hipertensi dalam kehamilan (-), riwayat penyakit sebelumnya (-),
riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), dan alergi (-). Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Selama hamil,
pasien tinggal di rumah mertuanya dan turut membantu berjualan di warung bakso dan bekerja mulai pukul
09.00 pagi hingga pukul 23.00.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah/sadar, TD : 110/70 mmHg, N : 88 x/i, P : 28
x/i, S : 36,8°C. Pemeriksaan luar didapatkan TFU 32 cm, situs memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,
DJJ 136 x/m, perlimaan 4/5. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan Ø 6 cm, ketuban (+), portio lunak,
Hodge II.
Pada tanggal 2/5/2018 pukul 11.20 WITA pasien masuk dengan keluhan nyeri perut tembus ke
belakang dengan tanda-tanda vital TD: 110/70mmhg, P: 24x/menit, N: 88x/menit, dan S: 36,5. Pasien
didiagnosis G1P0Ao Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif. Setelah diobservasi kemajuan
persalinan, pada pukul 11.30 WITA bayi lahir spontan, segera menangis, AS 8/10, BBL : 3900 gram, PBL : 48
cm, JK : Laki-laki dengan perdarahan ± 200 cc, laserasi perineum derajat 2 dan kontraksi uterus lunak. Setelah
plasenta lahir lengkap, terjadi perdarahan pada jalan lahir secara terus – menerus ±1.000 cc dan KU pasien
tampak lemah, disertai muntah frekuensi >3x dan tampak anemis dengan TD : 90/70 mmHg, HR : 120x/menit,
S : 36,8, dan P : 28x/menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin postpartum pada pasien dan
hasilnya Hb : 6,4 gr/dL. Selama kunjungan kehamilan pasien memiliki riwayat kadar Hb rendah yaitu 9,8 g/dl
(22/1/2018); 7,6 g/dl (21/2/2018); 9,8 g/dl (12/4/2018); 9,2 g/dl (26/4/2018). Penatalaksanaan yang diberikan di
puskesmas adalah dengan IVFD 2 jalur guyur RL 6 flc dan pemberian oksitosin 4 ampul drips serta dilakukan
kompresi bimanual interna dan kompresi bimanual eksterna. Setelah perdarahan teratasi dan kondisi pasien
stabil, pasien disiapkan untuk dirujuk ke RSIA Paramount untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Kemudian
dilakukan pemeriksaan Hb kontrol pada tanggal 16/05/2018 dengan hasil Hb : 11,4 gr/dL.
DIAGNOSIS KERJA

G1P1A0 Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif +


Perdarahan Post Partum + Anemia
PEMBAHASAN
 Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya
mengalami perdarahan secara terus – menerus melalui jalan
lahir yang dialami setelah persalinan normal sebanyak ± 1000
cc.
 Teori: Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari
500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih
dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal.
 Teori: Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi
(malnutrisi);kurang zat besi dalam diet; malabsorbsi;
kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
lain lain; penyakit-penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus,
malaria, dan lain lain
 Pada pasien ini usia merupakan salah satu faktor resiko karena
usia pasien yaitu 17 tahun, dimana usia ini beresiko lebih besar
terjadinya perdarahan.
 Teori: Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena
pada umur <20 tahun fungsi organ dan kematangan sel telur yang
belum maksimal potensial mengalami persalinan dengan
premature, plasenta previa, abortus, pre eklampsi, kondisi ini
berisiko lebih besar terjadinya perdarahan
 USG 21/2/2018 di RSKDIA Fatimah :
Plasenta letak anterior
 Teori: Faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa
anterior, plasenta previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰,
korioamnionitis, dan retensio plasenta mendukung terjadinya
perdarahan.
 Pasien mengeluhkan lemas dan muntah dengan frekuensi >3x
beberapa saat setelah perdarahan teratasi yang mendukung adanya
tanda-tanda anemis dengan konjungtiva anemis, bibir pucat,
palmar pucat, dan CRT >2.
 Hal ini didukung pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
pasien pada saat ANC yaitu 9,8 g/dl, dan Hb post partum yang
diambil pada hari ke dua setelah partus yaitu 6,4 g/dl, kemudian
diambil lagi Hb pasien pada hari ke 14 setelah partus yaitu 11,2
g/dl.
 Teori: seseorang disebut menderita anemia bila kadar
hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr% disebut anemia berat, atau
bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis
 Pasien seorang ibu rumah tangga. Selama hamil, pasien tinggal
di rumah mertuanya dan turut membantu mertuanya berjualan
bakso.
 Teori: Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan
adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya
asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan,
peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya
zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang, maka diagnosa pasien ini ialah G1P1Ao Gravid 39 minggu 1 hari +
inpartu kala 1 fase aktif + Perdarahan Post Partum disertai anemia.
Berdasarkan kasus yang diangkat, dapat disimpulkan bahwa Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam
atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan
menyebabkan kesulitan untuk menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan
jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi
>100/menit, kadar Hb <8 g /dL. Berdasarkan waktut terjadinya perdarahan postpartum dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu perdarahan postpartum primer (terjadi dalam 24 jam setelah bayi
lahir) dan perdarahan postpartum sekunder (terjadi setelah 24 jam setelah bayi lahir).
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah. Adapun
dampak dari perdarahan post partum yaitu dapat terjadi anemia hingga syok.
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan
sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care
yang baik.
Saran

Saran untuk UKM :


 Memotivasi wanita usia subur dan ibu hamil untuk selalu aktif dan menambah
pengetahuan dengan membaca dan mengikuti penyuluhan terutama tentang pentingnya
menjaga kesehatan pada saat hamil, khususnya mengenai asupan nutrisi ibu saat hamil.
 Pada ibu Hamil agar memeriksakan diri pada Unit pelayanan kesehatan yaitu puskesmas
minimal 4 kali.
 Ibu yang memiliki riwayat kelainan pada kehamilan sebelumnya atau proses melahirkan
yang memiliki gangguan agar mengetahui kelainan sebelumnya, mengantisipasi
kehamilan selanjutnya.
 Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.
 Jika ada kelainan atau keluhan pada kehamilan agar segera ke unit pelayanan kesehatan.
 Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya konsumsi SF pada ibu hamil
saat kehamilan.
Saran Untuk PKM :
 Pendataan ibu hamil yang lengkap serta pendeteksian secara dini ibu hamil yang
memiliki resiko tinggi.
 Pendampingan secara berkala pada ibu hamil yang memiliki kelainan pada kehamilan.
Dokumentasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai