BELL’S PALSY
OLEH :
Rizky Saktiani Rizal, S.Ked
10542 042812
PEMBIMBING:
dr. Debby Veranico, Sp.S
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542042812
Pembimbing
2
PENDAHULUAN
A. Definisi
Seorang anatomis dan dokter bedah bernama Sir Charles Bell (1821)
asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan nevus fasialis perifer yang tidak
diketahui sebabnya disebut Bell’s palsy. Bell’s palsy adalah suatu kelumpuhan
B. Epidemiologi
100.000 orang. Bell’s palsy menempati porsi sebesar 60-70% dari seluruh
sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati. Terbanyak terjadi pada usia 21-
30 tahun.2,3,5
sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan
terkena daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama. Pada kehamilan
lebih tinggi daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat.
3
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, dan setiap saat tidak didapatkan
perbedaan insidensi antara iklim panas maupun dingin. Meskipun begitu pada
dengan jendela terbuka, tidur di lantai, atau bergadang sebelum menderita BP.
penyakit ini.3,4
C. Etiologi
terbanyak diduga adalah infeksi virus. Mekanisme pasti yang terjadi akibat
infeksi ini yang menyebabkan penyakit belum diketahui. Inflamasi dan edema
virus, seperti HIV, Virus Epstein-Barr dan hepatitis B virus telah dicurigai
masuk memulai peradangan ini, tapi herpes Virus simpleks (HSV) paling
banyak. Beberapa kasus Bell’s palsy disebabkan iskemia oleh karena diabetes
dan aterosklerosis. Hal ini mungkin menjelaskan insiden yang meningkat dari
4
D. Patofisiologi
kelopak mata bawah dan sudut mulut pada sisi wajah yang terkena. Ini terjadi
pada lesi lower motor neuron (LMN). Lesi upper motor neuron (UMN) akan
menunjukkan bagian atas wajah tetap normal karena saraf yang menginnervasi
dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral.
5
E. Gejala Klinis
Gejala Bell’s palsy dapat berupa kelumpuhan otot-otot wajah pada satu
sisi yang terjadi secara tiba-tiba beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal
7 hari). Pasien juga mengeluhkan nyeri di sekitar telinga, rasa bengkak atau
atau komplit. Kelumpuhan parsial dalam 1–7 hari dapat berubah menjadi
kelumpuhan komplit.4,5
bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah
moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan
mata tampak berputar ke atas. Penderita tidak dapat bersiul atau meniup,
apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang
lumpuh.3
Saat menutup kelopak mata, kedua mata melakukan rotasi ke atas (Bell’s
6
phenomenon). Selain itu, mata dapat terasa berair karena aliran air mata ke
antara gigi dan pipi akibat gangguan gerakan wajah dan air liur keluar dari
sudut mulut. Lesi di kanalis fasialis (di atas persimpangan dengan korda
Bell’s palsy juga dapat mengalami mata dan mulut yang kering, kehilangan
atau gangguan rasa (taste), hiperakusis dan penurunan (sagging) kelopak mata
F. Diagnosis
bagian bawah wajah saja, otot dahi masih dapat berkontraksi karena otot dahi
7
Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
dahi dikerutkan, lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yangs sehat saja.
Bila orang sakit disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada sisi yang
tidak sehat kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata dan dapat dilihat
berputarnya bola mata ke atas. Fenomena tersebut dikenal dengan tanda Bell.
Pada observasi dapat dilihat juga gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih
lambat jika dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat. Lipatan
ireversibel.
8
4. Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979)
rasa manis (gula), rasa asam dan rasa pahit (pil kina). Elektrogustometri
membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan
stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa pahit atau
letakkan di belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian
berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter; berkurang atau
genikulatum
tidak direkomendasikan pada saat pasien pertama kali datang. MRI (magnetic
G. Diagnosa Banding
9
anggota gerak sisi yang sama dan ditemukan proses patologis di
oleh kelemahan otot dan cepat lelah akibat adanya antibodi terhadap
H. Penatalaksanaan
identifikasi dini dan merujuk ke spesialis saraf (jika tersedia) apabila terdapat
kelainan lain pada pemeriksaan neurologis yang mengarah pada penyakit yang
menjadi diagnosis banding Bell’s palsy. Jika tidak tersedia, dokter umum
lain. Terapi yang diberikan dokter umum dapat berupa kombinasi non-
10
terhadap kelumpuhan saraf ini. Disamping itu kasus Bell’s palsy
3. Vitamin B1, B6, dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilantasia per os
tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/
massage otot wajah selama 5 menit pagi sore atau dengan faradisasi
11
stilomastoideum nerve graft operasi plastik untuk kosmetik (muscle
sling, tarsoraphi)
I. Prognosis
anak. Sekitar 80-90% pasien dengan Bell’s palsy sembuh total dalam 6 bulan,
pada sisi yang lumpuh, nyeri pada belakang telinga dan berkurangnya air
mata, wanita hamil dengan Bell’s palsy, bukti denervasi mulai setelah 10 hari
pertama.1,2,3
12
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. K
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jatiya Limbung Gowa
Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2017
Tanggal MRS : 16 Desember 2017
Rumah Sakit : RS. PELAMONIA
No. CM : 61.67.44
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
sejak ±2 jam yang lalu, awalnya pasien merasa sakit di daerah belakang
telinga kiri, terasa panas, seperti tertusuk-tusuk, lalu bengkak dan merah,
dengan mata kiri yang tidak dapat tertutup rapat. Air mata terus keluar.
(-), muntah (-), demam (-), riwayat kolesterol tinggi (+), riwayat
13
Riwayat Penyakit Dahulu :
Trauma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
Kolesterol (+)
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis :
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36oC
Anemia : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
b. Status Internus :
Toraks : Paru dan Jantung dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
c. Status Psikiatri :
- Perasaan hati : Dalam batas normal
- Perasaan berfikir : Dalam batas normal
- Kecerdasan : Dalam batas normal
- Memori : Baik
- Psikomotor : Baik
d. Status Neurologis :
a. GCS : E4M6V5
14
b. Kepala :
- Bentuk : Normocephal
- Penonjolan : (-)
- Posisi : (-)
- Pulsasi : (-)
c. Leher :
- Sikap : Dalam batas normal
- Pergerakan : Dalam batas normal
- Kaku kuduk : (-)
d. Urat saraf cranial (Nervus Kranialis)
1) Nervus I (Nervus Olfaktorius) : TDE
2) Nervus II (Nervus Optikus) :
- Ketajaman Penglihatan : dbn / dbn
- Lapangan Penglihatan : dbn / dbn
- Melihat Warna : dbn / dbn
- Funduskopi : TDE
3) Nervus III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens) :
Celah kelopak mata : Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Exoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Pupil :
Bentuk/ukuran : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
RL/RCL : (+) (+)
RCTL : (+) (+)
Gerakan Bola mata
Paresis : (–) (–)
4) Nervus V (Nervus Trigeminus) :
Sensibilitas wajah : (+) (+)
15
Menggigit : (+) (+)
Mengunyah : (+) (+)
Membuka mulut : (+) (+)
Refleks kornea : (+) (+)
5) Nervus VII (Nervus Fasialis) :
Kedipan Mata : (+) (-)
Lipatan nasolabial : Normal Turun
Mengerutkan dahi : (+) (-)
Mengerutkan alis : (+) (-)
Menutup mata : (+) (-)
Meringis : (+) (-)
Mengembungkan pipi : (+) (-)
Pengecap 2/3 lidah depan : TDE
6) Nervus VIII (Nervus Vertibulokokhlearis) :
Mendengar suara berbisik : Dalam batas normal
Tes Rinne : TDE
Tes Weber : TDE
7) Nervus IX (Nervus Glossofaringeus) :
Pengecap 1/3 lidah belakang : TDE
Sensibilitas faring : TDE
8) Nervus X (Nervus Vagus) :
Arkus faring : Dalam batas normal
Berbicara : Dalam batas normal
Menelan : Hipersalivasi
Nadi : Reguler
9) Nervus XI (Nervus Aksesorius) :
Memalingkan kepala : Dalam batas normal
Mengangkat dagu : Dalam batas normal
16
10) Nervus XII (Nervus Hipoglossus) :
Menjulurkan lidah : (-)
Tremor lidah : (-)
Atrofi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Artikulasi : Dalam batas normal
e. Badan dan Anggota Gerak
1) Badan
Bentuk kolumna vertebralis : Dalam batas normal
Pergerakan kolumna vertebralis : Tidak dievaluasi
Refleks kulit perut atas : Dalam batas normal /
dalam batas normal
Refleks kulit perut tengah : Dalam batas normal /
dalam batas normal
Refleks kulit perut bawah : Dalam batas normal
Refleks kremaster : Tidak dievaluasi
Sensibilitas
- Taktil : Dalam batas normal
- Nyeri : Dalam batas normal
- Suhu : TDE
2) Anggota Gerak
Motorik :
Pergerakan Kekuatan Tonus
N N 5 5 N N
N N 5 5 N N
+ + - -
+ + - -
17
Sensorik :
Sup(D) Sup(S) Inf(D) Inf(S)
Suhu : TDE
18
D. DIAGNOSA KERJA
Methylprednisolon 1 amp/8jam/iv
Ranitidine 1amp/12jam/iv
2. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
SGOT : 25 U/L
SGPT : 33 U/L
Thyphi O : 1/40
Parathyphi AO : 1/80
Parathypi BO : 1/80
Thypi H : 1/320
19
Parathypi AH : 1/80
F. PROGNOSIS
20
DISKUSI
Dari data pasien dapat dilihat bila kelumpuhan saraf fasialis yang terjadi
merupakan kelumpuhan perifer, karena terjadi pada satu sisi wajah. Dan karena
tidak terdapat kelemahan pada anggota gerak, sehingga diagnosis stroke dapat
disingkirkan.2,7
Selain itu pada pasien ini hanya ditemukan kelumpuhan salah satu sisi
wajah tanpa disertai gangguan fungsi sensorik, sehingga diagnosis guillain barre
sejak ±2 jam yang lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan
bahwa gejala bell’s palsy dapat berupa kelumpuhan otot-otot wajah pada satu sisi
belakang telinga kiri, terasa panas, seperti tertusuk-tusuk, lalu bengkak dan merah,
kemudian bengkak menurun dan tiba-tiba mulut mencong ke kanan dengan mata
kiri yang tidak dapat tertutup rapat, serta air mata yang terus keluar. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa pada pasien dengan bell’s palsy
akan mengeluhkan nyeri disekitar telinga, rasa bengkak atau kaku pada wajah
Menurut Sir Charles Bell (1821), orang yang pertama meneliti beberapa
21
perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bell’s palsy. Bell’s palsy
proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan sembuh sendiri tanpa
penyebab lain dari kelumpuhan nervus fasialis perifer. Bila dahi dikerutkan,
lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yangs sehat saja. Bila orang sakit
disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada sisi yang tidak sehat kelopak
mata tidak dapat menutupi bola mata dan dapat dilihat berputarnya bola mata ke
atas. Fenomena tersebut dikenal dengan tanda Bell. Pada observasi dapat dilihat
juga gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan
dengan gerakan kelopak mata yang sehat. Lipatan nasolabial pada sisi
22
KESIMPULAN
akut dan tidak disertai oleh gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya
atau kelainan lokal. Dimana gejala bell’s palsy dapat berupa kelumpuhan otot-otot
wajah pada satu sisi yang terjadi secara tiba-tiba beberapa jam sampai beberapa
hari. Pasien juga dapat mengeluhkan nyeri di sekitar telinga, rasa bengkak atau
kaku pada wajah walaupun tidak ada gangguan sensorik. Maka hal ini sesuai
dengan tanda-tanda dan gejala klinik yang didapatkan Tn. K seperti mulut
mencong ke kanan sejak ±2 jam yang lalu, awalnya pasien merasa sakit di daerah
belakang telinga kiri, terasa panas, seperti tertusuk-tusuk, lalu bengkak dan merah,
kemudian bengkak menurun dan tiba-tiba mulut mencong ke kanan dengan mata
kiri yang tidak dapat tertutup rapat. Air mata terus keluar. Tidak ada gejala
DIAGNOSA AKHIR
PROGNOSIS
23
DAFTAR PUSTAKA
8. Setiati, Siti, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI.
Jakarta: InternaPublishing.
24