Anda di halaman 1dari 25

Post Partum Haemorrhage

Oleh:
dr. Peny Ruth Jessica Damanik
Pendahuluan
• Post Partum Hemorrhage (PPH) adalah perdarahan yang
masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya.1

• PPH merupakan penyebab utama mortalitas maternal di


negara-negara dengan pendapatan rendah dan merupakan
penyebab primer kematian ibu secara global.2

• PPH yang dapat menyebabkan kematian ibu sekitar 82-88%


terjadi dalam 2 minggu setelah bayi lahir.1

1. Prawirohardjo S. Perdarahan Pasca Persalinan (PPP) Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Edisi 4. 2011;39:523-27. 2
2. WHO.WHO recommendations for the prevention dan treatment of postpartum haemorrhage. 2012:8.
Defenisi dan Klasifikasi
jumlah perdarahan yang lebih dari 500mL setelah
kelahiran dari bayi, setiap jumlah perdarahan dari atau
ke dalam traktus genital setelah kelahiran bayi sampai
masa nifas

1.Berdasarkan jumlah perdarahan: (<1L),


mayor (>1L) dan severe (>2L).
2. Berdasarkan saat terjadinya PPH : early
postpartum hemorrhage dan late postpartum
hemorrhage
Defenisi dan Klasifikasi
Retensio plasenta adalah keadaan di
mana plasenta belum lahir dalam
waktu setengah jam setelah bayi
lahir.

1.Plasenta Akreta
2.Plasenta inkreta
3.Plasenta perkreta
Epidemiologi

• Insiden terjadinya PPH di • Diperkirakan ±14 juta kasus • Menurut penelitian Rahmi
negara maju sekitar 5%, di perdarahan dalam (2009) di RSU Dr.Pirngadi
negara berkembang kehamilan dan sekitar ±60.5% PPH diakibatkan
mencapai 28% 128.000 perempuan setiap retensio plasenta, 24.4%
• 90% diakibatkan atonia tahunnya mengalami PPH akibat laserasi jalan lahir,
uteri hingga meninggal 12.6% akibat atonia uteri,
dan 2.5% akibat ruptur
uteri

Negara Maju & RSUD Pirngadi


Indonesia
Berkembang Medan
ETIOPATOGENESIS
Faktor Risiko Perdarahan Postpartum
PPH

Early Late

terjadi setelah 24 jam


terjadi dalam 24 jam pertama
persalinan

biasanya disebabkan oleh atonia uteri,


berbagai robekan jalan lahir dan sisa biasanya oleh karena
sebagian plasenta. Dalam kasus yang sisa plasenta
jarang, bisa karena inversio uteri.
Retensio Plasenta
• Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam
setelah anak lahir.
• Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala
tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus.
• Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas,
maka tidak akan menimbulkan perdarahan.
• Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan
perdarahan cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus
diantisipasi segera dengan melakukan placenta manual.
• tahun 1933, Brandt mendeskripsikan pentingnya kontraksi
uterine dalam pelepasan plasenta dari desidua basalis

• tahun 1949, di demonstrasikan secara radiografi bahwa


pelepasan plasenta membutuhkan kontraksi uterin yang
terus-menerus setelah melahirkan

• Herman: kontraksi miometrial adalah sebuah keharusan


dalam menghasilkan tenaga untuk pemisahan lapisan
antara plasenta dan miometrium dan menyebabkan
pelepasan plasenta
Kala tiga dibagi dalam 4 fase sesuai dengan penampakan
pada ultrasound:
• Fase laten, dimana dengan segera diikuti oleh kelahiran
bayi, semua miometrium berkontraksi kecuali yang
berada dibelakang plasenta, yang tetap dalam keadaan
relaksasi.
• Fase kontraksi, kontraksi miometroum retro-plasenta
yang akan berlanjut dengan fase pelepasan plasenta.
• Fase pelepasan plasenta, dimana plasenta terpisah
dari desidua.
• Fase pengeluaran, dimana plasenta dikeluarkan dari
uterus dengan adanya kontraksi uterin.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka

Uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,


kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti.

Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat


penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Faktor utama penyebab perdarahan pasca persalinan


Patofisiologi

Plasenta lepas tetapi belum Plasenta gagal untuk


dilahirkan -> perdarahan -> terlepas -> tidak terjadi Terdapat abnormalitas
perubahan bentuk uterus -> perdarahan. Implantasi penempelan plasenta hingga
pemanjangan tali pusat -> kornual -> terlepas sebagian ke otot uterus akibat defek
uterus tidak dapat plasenta->perdarahan tetapi pada pembentukan desidua
melakukan retraksi -> fundus tetap lebar karena (plasenta akreta, inkreta,
Fundus uteri tampak lebih plasenta masih terdapat di perkreta)
lebar dan lembek segmen atas rahim
Manifestasi Klinis

Perdarahan persisten Gangguan suplay Ketakutan akan


menyebabkan darah pituitari diikuti kehamilan
Anemia puerperium
gangguan sirkulasi nekrosis pituitari selanjutnya. (Masalah
/syok (Sindroma Sheehan) Psikis)
Diagnosa Banding
• PPH oleh karena atonia uteri, robekan jalan ,
sisa plasenta, atau gangguan pembekuan
darah.

1.Plasenta Akreta
2.Plasenta inkreta
3.Plasenta perkreta
Diagnosis
• Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri
berlangsung tidak lancer, atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan
adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat
melakukan pemeriksaan plasenta dan masih
ada perdarahan dari ostium uteri eksternum
pada saat kontraksi rahim sudah baik dan
robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu,
harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim
dengan cara manual/digital atau kuret.
Diagnosis
• USG dapat membantu mengungkapkan
gumpalan atau produk yang retensi.
Penatalaksanaan
KOMPLIKASI
Infeksi
Puerperal

Syok
Sindrom
Hemoragik
Sheehan
(Hipovolemik)

PPH
PROGNOSIS
• Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. dkk (1969)
melaporkan angka kematian ibu sekitar 7,9% dan
Wiknjosastro H. (1960) 1,8-4,5%.
• Tingginya angka kematian ibu karena banyak
penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan
umum yang sangat jelek dan anemis dimana
tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong

Anda mungkin juga menyukai