1. Seleksi Donor
Organ yang dapat diambil tanpa mengganggu funsi vital tubuh, misalnya kulit atau
ginjal, dapat dicangkokan dari donor hidup, atau dari individu yang sudah mati otak. Untuk
organ yang tidak banyak vaskularisasinya, misalnya kornea, tulang, pembuluh darah, dan
kulit dapat pula diambil seseorang yang sudah mati klinis.
Usia donor mati otak dibatasi tidak lebih dari 50 tahun dengan harapan fungsi organ
tubuh yang akan dicangkokan masih cukup baik. Selain itu, selama masa mati otak, keadaan
hemodinamik donor harus tetap stabil dan tidak mendapat transfusi darah yang berlebihan.
Calon donor tidak boleh mengalami trauma besar di luar otak, atau kelainan patologik.
2. Seleksi Resipien
Penerima organ cangkok pada dasarnya menderita penyakit pada suatu organ yang
tidak dapat disembuhkan dengan cara lain. Oleh karena itu, seorang resipien harus memenuhi
persyaratan umum, yaitu keadaan penyakitnya dari segi organ yang bersangkutan sudah
mencapai stadium terminal, tetapi tidak ada kelainan organ tubuh lainnya. Selain itu, resipien
harus mempunyai stabilitas mental dan keluarga yang mendukung sehingga ada jaminan
perawatan terhadap resipien pada masa pasca transplantasi. Setelah pencangkokan, penderita
harus terus meminum imunosupresan seumur hidup sehingga calon resipien harus diberi
penjelasan mengenai segala dampak imunosupresi.
3. Sel bakal daerah perifer
Sel bakal darah peifer diambil melalui suatu proses asferesis, dihasilkan ekstrak
berbagai sel darah, kemudian dipisahkan, diambil sel bakal perifer dan sel-sel sisanya
dikembalikan kepada pasien. Hal ini dilakukan dengan mesin asferesis yang pasiennya
dihubungkan melalui jalur intravena, biasanya selama 2 sampai 6 jam. Biasanya diperlukan 6
sampai 8 kali sesi asferesis untuuk mendapatkan jumlah bakal sel perifer yang cukup untuk
transplantasi. Konsentrasi sel bakal dalam sumsum tulang mencapai 100 kali lebih besar
dibandingkan dengan sistem perifer. Setelah pengumpulan, sel-sel bakal perifer tersebut
diawetkan dalam keadaan dingin untuk ditransplantasikan di kemudian hari.
4. Regimen Pengkondisian
Regimen pengkondisian adalah proses penyiapan pasien untuk menerima sumsum
tulang. Hal ini menyangkut tiga fungsi vital : mengobliterasi penyakit keganasan;
menghancurkan status imunologis pasien yang sebelumnya; dan membuat ruangan dalam
rongga tulang untuk proliferasi sil bakal yang telah ditransplantasikan. Regimen
pengkondisian ini melibatkan pemberian kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa radiasi
tubuh total. Ada beberapa metode yang menggunakan kombinasi kemoterapi dan / radioterapi
yang berlangsung selama 4 sampai 10 hari. Efek samping sebagai respons terhadap
kemoterapi dan/ radioterapi dapat berlanjut untuk beberapa minggu telah
transplantasi.Penatalaksanaan efek samping difokuskan pada pengendalian gejala,
pencegahan komplikasi lebih lanjut dan mempertahankan kenyamanan pasien.
5. Proses Tindakan Transplantasi Sumsum Tulang
Setelah persiapan pasien, sumsum tulang kemudian dimasukan dengan infus. Jika
sebelumnnya pasien telah mendapatkan kemoterapi, dibutuhkan waktu istirahat selama 24
sampai 72 jam sebelum dilakukannya transplantasi. Waktu istirahat ini dibutuhkan berkaitan
dengan adanya waktu paruh obat.
Untuk transplantasi autolog, sumsum tulang beku di bawa ke dalam kamar resipien
untuk transplantasi. Kantong sumsum dicairkan dalam larutan salin normal, diambil dengan
spuit berukuran besar dan diberikan dengan cepat secara intravena melalui kateter vena
sentral. Keseluruhan prosedur ini memakan waktu 20 sampai 30 menit bergantung pada
volume sumsum tulang yang ditransplantasikan.
Untuk transplantasi alogenik, sumsum tulang diberikan pada waktu yang sama setelah
dikumpulkan. Prosedur ini menyerupai transfusi sel darah merah dengan mengantung
kantong sumsum dan diberikan melalui kateter vena sentral.
Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan
sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi.
6. Proses Keperawatan
Perawatan pre-transplan
Perawatan selama Pengobatan.
PerawatanPasca Pengobatan
Perhatian Keperawatan Lain.
Sumsum tulang merupakan jaringan spons yang terdapat di tengah dari tulang-
tulangpanjang dan besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang
rusuk.Sumsum merupakan 4% sampai 5% berat badan total, sehingga merupakan yang paling
besar dalam tubuh. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel
indukhematopoietic (sel yang memproduksi darah).Sumsum bisa berwarna merah atau
kuning. Sumsum merah merupakan tempatproduksi sel darah merah aktif dan merupakan
organ hematopoetik (penghasil darah) utama.Sedang sumsumkuning, tersusun terutama oleh
lemak dan tidak aktif dalam produksielemen darah. Selama masa kanak-kanak, sebagian
sum-sum bewarna merah. Sesuai dengan pertambahanusia, sebagian besar sumsum pada
tulang panjang mengalami perubahan menjadi sumsumkuning, namun
masihmempertahankanpotensi untuk kembali berubah menjadi jaringanhematopoetikapabila
diperlukan. Sumsum merah pada orang dewasaterbatas terutama pada rusuk,
kolumnavertebralis dan tulang pipihnya. (Brunner &suddarth, 2001)
Sumsum tulang terdiri dari pembuluh darah dan tersusun atas jaringan ikat yang
mengandung sel bebas. Sel paling primitif dalam populasi sel bebas ini adalah sel sistem
yang merupakan prekursor dari dua garisketurunan sel yang berbeda. Garisketurunanmieloid
meliputi eritrosit, berbagai jenislekosit, dan trombosit. Garisketurunanlimfoidberdiferensiasi
menjadi limfosit. (Brunner &suddarth, 2001)
Transplantasi sumsum tulang adalah suatu proses menggantikan sumsum tulang yang
sakit atau rusak dengan sumsum tulang yang memiliki fungsi normal. (Shirley E. Otto, 2003)
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak
digantikan dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan
oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga
berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.Transplantasi sumsum
tulangdilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoesti yang masih dapat
berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil, diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor
dan resipien serta mencegah komplikasi selama masa penyembuhan. Dengan penggunaan
imunosupresan cyclosporine, insidens penolakan tandur kurang dari 10%.(Brunner &suddarth,
2001)
Terdapat dua jenis transplantasi sumsum tulang yang utama: autolog dan alogenik.
Jenis transplantasi tergantung pada hubungan antara resipien dan donor. Transplantasi
autolog adalah transplantasi dengan mengumpulkan (menanam) sumsum tulang pasien
sendiri, ditempatkan dalam tempat penyimpanan dingin (cryopreserved) dan diinfuskan
kembali kepada pasien setelah pemberian regimen pengobatan tertentu. Transplantasi
alogenik adalah suatu transplantasi sumsum tulang milik orang lain kepada seorang pasien.
Terdapat beberapa jenis transplantasi alogenik, setiap jenisnya diberi nama sesuai dengan
donor. Jenis-jenis tersebut adalah singenik (terjadi jika donor dan resipien adalah saudara
kembar identik), berhubungan (donor memilikin hubungan keluarga dengan resipien, bisanya
saudara kandung), tidak berhubungan (donor tidak memiliki hubungan dengan resipien).
Transplantasi autolog terutama digunakan dalam terapi penyakit, sumsum tulang pasien yang
mengandung sel bakal adekuat dapat mengalami pematangan menjadi eritrosit, leukosit dan
trombosit yang matang. Standar utama transplantasi alogenik adalah mendapatkan donor
yang cocok. Pemeriksaan tipe jaringan pasien dan calon donor adalah tahap pertama dalam
identifikasi apakah pasien mendapat donor yang tepat. Untuk menentukan tipe jaringan
seseorang, sejumlah kecil darah perifer diambil dan antigen permukaan leukosit dianalisis.
Antigen ini membentuk sistem HLA (human leukocyte antigen), yang memegang peranan
dalam surveilens imun dengan menidentifikasi secara konstan zat-zat yng berasal dari diri
sendiri maupun bukan. Suatu kecocokan yang paling baik adalah jika antigen pasien dan
donor saling cocok. Kesempatan yang baik untuk mencari donor yang cocok terjadi pada
saudara sekandung. Kemungkinan mencocokan seseorang dengan populasi umum hampir
mencapai satu banding 20.000. jika calon donor telah diidentifikasi dengan tipe HLA,
dilakukan MLC (mixed lymphocyte culture). MLC dilakukan untuk mendapat kepastian lebih
jauh antara pasien dan donor.
Pilihan terakhir dalam penyediaan donor adalah pencarian donor yang tidak memiliki
hubungan sama sekali. National Bone Marrow Donor Registry Program (NBMDR) didirikan
pada tahun 1987 untuk tujuan tersebut. Pusat register ini memiliki lebih dari 600.000 donor
sumsum tulang yang tersedia, yang semuanya telah menjalani penetuan tipe jaringan dan
memiliki keinginan untuk mendonorkan sumsum tulanganya.