Anda di halaman 1dari 7

Teknik Memperoleh Stem Cell

Stem cell dapat diperoleh melalui teknik transplantasi. Transplantasi


stem cell dapat berupa transplantasi autologus, transplantasi alogenik,
dan transplantasi singenik.
1) Transplantasi autologus, yaitu transplantasi menggunakan sel induk pasien
sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi.
2) Transplantasi alogenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari
donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan
keluarga.
3) Transplantasi singenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari
saudara kembar identik.
Berdasarkan sumbernya, transplantasi stem cell dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut.
a.
Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulangtulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan
tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk
hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu,
transplantasi
sumsum
tulang
digunakan
sebagai
bagian
dari
pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena
teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian
transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada
transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya
dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil
dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus,
kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum
tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya
mulai berproliferasi. Pada akhirnya jika semua berjalan lancar, seluruh
sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru.
Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan
karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan
kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3
minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna
melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sumsum tulang
memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya adalah
timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan
sel-sel aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu,
risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang
memakan waktu lama.
b. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell
transplantation)
Seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan
sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak
pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya
mencukupi
untuk
suatu
transplantasi,
biasanya
pada
donor
diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi
sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah.
Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien
membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap
diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi
komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sel induk dan
mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi
pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi

sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu, pengambilan sel
induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100
cc.Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel
induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang
juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan
penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah
tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.
c. Transplantasi sel induk darah tali pusat
Pada
tahun
1970-an,
para
peneliti
menemukan
bahwa
darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk
yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dari sumsum tulang
telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan
darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan
sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga
dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan
jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang
bermakna dan memiliki keunggulan di atas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.
Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari
proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan
di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991,
darah tali pusat ditransplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous
Leukemia. Kedua transplantasi inii berhasil dengan baik. Sampai saat ini
telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat.
Peran Stem Cell Bagi Kehidupan
Stem cell sangat berperan bagi kehidupan karena sifat khas yang
dimilikinya. Adapun peran stem cell adalah sebagai berikut.
a.
Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak
jejaknyaapakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam
tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka
pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain
itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacammacam sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam
sel.
b. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan
perkembangan kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel
normal maupun sel kanker.
c. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek
obat terhadap berbagai jaringan.
d. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di
luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan
manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh
manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi
kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu. Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell, yaitu:
Penyakit autoimun, misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe
1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak
dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem

cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu
tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel
imun matur yang tidak mengenal self antigen(dianggap sebagai foreign
antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh,
bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi
sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian
sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada
keadaan ini stem cellsetelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam
tubuh pasien agar stem celltersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel
organ tertentu yang menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat
penyakit degeneratif.
Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan
penyakit autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari
sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi
leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus
dalam terapi sel, yaitu :
Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya
transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi.
Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang
sesuai (match), transplantasi stem celldapat dilakukan tanpa organ donor
yang sesuai.
Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar
luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar
yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
Dapat bermigrasi ke jaringan target sehingga dapat berintegrasi ke dalam
jaringan serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
Terdapat beberapa contoh peran stem cell dalam mengobati penyakit,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Stem cell untuk diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu,
hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi
karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar
steroid. Padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula
kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini
penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil
membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak
dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada
penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau
Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula
darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari
kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan

penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam


produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara
permanen.
2. Stem cell untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti
telah dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel
rambut yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog,
sehingga menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini
bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
3. Stem cell untuk penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,
yang
merupakan
neuron
dopaminergik.
Dopamin
merupakan
neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin
diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001,
dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio
manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut
ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau
dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah
transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit
Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada
pemeriksaan PET, dan perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang
lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini
kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
4. Stem cell untuk penyakit jantung
Penelitian
terkini
memberikan
bukti
awal
bahwa adult
stem
cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang
rusak
dan
memberikan
pembuluh
darah
baru. Strauer
dkk.
mencangkok mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang
menimbulkan infark pada saat PTCA, 6 hari setelah infark miokard akut.
Sepuluh pasien yang diberi stem cell area infarknya menjadi lebih kecil dan
indeks volumestroke, left ventricular end-systolic volume, kontraktilitas area
infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan transplantasi bone marrow
mononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard yang lemah
dengan panduan electromechanical mapping pada 14 pasien gagal jantung
iskemik kronik berat. Single-Photon Emission Computed Tomography
Myocardial Perfusion Scintigraphy menunjukkan penurunan efek yang
signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang
diterapi.

Proses Pengkulturan Stem Cell di Laboratorium


Seperti yang telah dijelaskan di atas, stem cell tersebut diambil dari sel
tubuh yang kemudian dikultur di laboratorium. Menurut para peneliti,
embryonic stem cell lebih mudah diekstrak dan dikultur dibandingkan
dengan adult stem cell. Adult Stem cell tidak hanya sulit ditemukan di
jaringan orang dewasa, namun juga sulit direplikasi di laboratorium.
Meskipun embryonic stem cell dapat ditumbuhkan secara efektif di
laboratorium namun masih cukup sulit untuk di control. Peneliti masih terus

berusaha membuat mereka tumbuh menjadi jenis jaringan tertentu sesuai


dengan apa yang dibutuhkan.
Adapun proses replikasi stem cell dari embryonic stem cell adalah
dengan melakukan pengkulturan secara in vitro. Stem cell diambil dari
embrio pada fase blastosit (berumur 5-7 hari setelah pembuahan). Pada saat
ini massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk
embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan
dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel yang terdapat pada bagian dalam
dari blastosit inilah yang dinamakan stem cell. Blastosit yang akan
digunakan pertama akan ditumbuhkan di dalam cairan kaya nutrisi
pada petridish. Setelah sel bereplikasi beberapa kali dan membentuk banyak
sel, sel-sel yang telah terbentuk akan dipindahkan ke beberapa petridish
lain. Hanya dalam waktu beberapa bulan, beberapa stem cell bisa menjadi
jutaan jumlahnya. Sel-sel yang telah berkembang dapat diarahkan menjadi
semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah,
sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya. Embrionic stem cell
yang sudah di kultur selama beberapa bulan tanpa differensiasi di sebut
stem cell line. Cell line dapat dibekukan dan di bagi antar laboratorium.
Biasanya sel yang berhasil ditumbuhkan akan diinjeksikan ke tubuh
pasien untuk kemudian menggantikan jaringan yang rusak akibat terserang
penyakit. Differensiasi stem cell di picu oleh pemicu internal dan eksternal.
Pemicu internal adalah gen dalam setiap sel yang akan memandu
bagaimana sel seharusnya berfungsi. Pemicu eksternal adalah bahan kimia
yang dilepaskan oleh sel lain yang dapat mengubah cara kerja stem cell
tersebut. Para peneliti sangat paham bahwa inisiasi oleh gen merupakan
tahapan krusial bagi proses differensiasi, maka mereka melakukan
eksperimen dengan memasukkan gen tertentu ke dalam kultur lalu
menggunakannya untuk mencoba membuat stem cell terdifferensiasi
menjadi sel tertentu. Namun semacam signal diperlukan untuk mentrigger
stem cell agar terdifferensiasi. Dan sampai saat ini peneliti masih terus
mencari signal tersebut. Selain itu masih ada masalah lain yang harus
dihadapi dalam penggunaan stem cell. Salah satu adalah penolakan oleh
organ yang akan menerima donor. Jika pasien di injeksi dengan stem cell dari
embrio donator, sistem imunnya akan melihat sel tersebut sebagai invader
asing dan akan menyerangnya. Selain itu penerima stem cell harus memiliki
lingkungan sehat karena stem cell yang ditanam akan mampu untuk tetap
hidup, hal ini dikarenakan stem cell adalah sel muda yang sangat sensitif
terhadap segala jenis toksin. Penanaman stem sel harus sesegera mungkin
karena hanya bertahan selama tiga hari.
Tujuan Stem cell (sel punca), berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk
mengganti sel-sel tubuh yang tekah rusak demi kelangsungan hidup
organisme.
Fungsi dan peran stem cell
Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
Mempercepat metabolisme tubuh.
Menambah kinerja sel badan.
Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang.
Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan
perkembangan kanker.

Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk mengetahui efek


obat terhadap berbagai jaringan.

LAPORAN BIOLOGI
STEM CELL (SEL PUNCA)

OLEH :
PANDE SINTA WULANDARI
XI MIA OLIMPIADE
SMAN 4 KENDARI
SULAWESI TENGGARA

Anda mungkin juga menyukai