Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Pengertian Stem Cell


Stem cell diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum dapat berkembang dan
membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel punca, sel induk, sel batang (bahasa
Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang
sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Proses
perubahan stem cell menjadi tipe sel yang spesifik dikenal sebagai “differentation”.
Jadi stem cell merupakan sel induk yang terdapat pada benda-benda hidup seperti manusia,
hewan dan tumbuhan.Stemcell atau sel induk adalah bagian dasar dari semua organ tubuh yang
berfungsi untuk memicu regenerasi jaringan organ tubuh kita. Sel Punca mempunyai 2 sifat yang
khas yaitu:
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung,
sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya
sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui
pembelahan sel.
2.2 Jenis-jenis Stem Cell
Stem Cell dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dua golongan berbeda yaitu :
1. Jenis Stem Cell berdasarkan kemampuan berdiferensiasi
a. Totipoten : Merupakan sel yang berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,
contoh : zigot.
b. Pluripoten : Merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan ektoderm, mesoderm,
dan endoderm namun tidak membentuk suatu organisme baru, contoh : Stem Cell embrionik
c. Multipoten : Merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi sel dewasa, contoh : Stem Cell
hematopoetik
d. Unipoten :Merupakan sel yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu. Stem Cell
jenis ini dapat meregenarasi diri sendiri.
2. Jenis Stem Cell berdasarkan sumber asal sel
a. Stem Cell embrionik : Merupakan Stem Cell yang didapatkan saat perkembangan individu
masih berada dalam tahap embrio dan memiliki sifat pluripoten.
b. Stem Cell dewasa : Merupakan sekelompok sel yang belum terdiferensiasi, terkadang dalam
keadaan tidak aktif pada jaringan yang memiliki sifat spesifik. Stem Cell ini bersifat plastis
artinya ia dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain, disamping menjadi sel sesuai jaringan
aslinya.

2.3 Mekanisme Kerja Stem Cell


1. Mencari sel-sel punca terbaik pada tubuh manusia
2. Sel-sel punca ini dapat ditemukan dilapisan lemak dalam tubuh
3. Menggunakan jarum suntik yang steril dan khusus
4. Kemudian dokter mengambil sample pencampuran antara jaringan lemak dan sekelompok sel
punca yang sehat
5. Teknisi laboratorium kemudian memisahkan sel punca dengan sel lemak dengan metode
pemisahan sentrifugal
6. Kemudian sel punca ditempatkan pada cawan petri yang diberikan makanan untuk
pertumbuhan
7. Seiring pertumbuhannya,sel-sel ini bertambah banyak dengan cepat
8. Mengisi celah dan lubang yang ada sama seperti cara tubuh menyembuhkan luka
9. Pada fase ini sel punca menghasilkan senyawa kimia yang disebut faktor pertumbuhan
10. Faktor pertumbuhan adalah bahasa sel inilah cara ribuan sel berkomunikasi, memungkinkan
masing-masing untuk melakukan sebuah fungsi vital
11. Memperbaiki dan memperbahrui jaringan tubuh

2.2 Cara Memperoleh Stem Cell


Stem Cell dapat diperoleh dengan menggunakan teknik transplantasi. Ada tiga macam teknik
transplantasi berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Transplantasi dari Sumsum Tulang Belakang
Transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai pengobatan leukimia dan anemia aplastik.
Pengobatan dengan cara ini memiliki tingkat keberhasilan yang terus meningkat dan sudah
dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Sumsum tulang kaya akan Stem Cell hematopoetik.
Transplantasi ini memiliki resiko kontaminasi virus yang lebih tinggi dikarenakan sel darah putih
pada pasien harus dihancurkan dulu sebelum sumsum tulang dimasukkan dalam tubuh.
2. Transplantasi Stem Cell Darah Tepi
Stem Cell pada peredaran darah tepi memang tidak sebanyak pada sumsum tulang, sehingga
agar jumlahnya dapat mencukupi maka pendonor diberi penstimulasi agar Stem Cell
hematopoetik dapat bergerak dari sumsum ke peredaran darah. Keuntungan transplantasi ini
lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih mudah tumbuh. Namun kelemahannya, Stem Cell
darah tepi ini tidak setangguh sumsum tulang, maka transplantasi ini tetap dicampur dengan
sumsum tulang.
3. Transplantasi Stem Cell Tali Pusat
Tali pusat atau plasenta atau ari-ari ternyata memiliki Stem Cell yang sama seperti pada sumsum
tulang bahkan Stem Cell darah tali pusat memiliki keunggulan dibanding pada sumsum tulang
dan darah tepi pada pasien tertentu. Transplantasi Stem Cell tali pusat ini telah mengubah bahan
sisa proses pertumbuhan janin menjadi sumber penyembuh yang sangat ampuh. Penggunaan
Stem Cell ini telah menyelamatkan banyak jiwa yang mengidap penyakit leukimia dan penyakit
kekebalan tubuh lainnya.

2.3 Manfaat atau Penggunaan Stem Cell


Dalam satu dekade terakhir, pengobatan dengan Stem Cell menjadi lebih populer.
Keberhasilan dalam menangani penyakit saraf seperti parkinson dan huntington telah
membuktikan keberhasilan pengobatan berbasis Stem Cell ini. Selain pengobatan untuk
penyakit saraf, pengobatan ini mulai digunakan untuk mengobati kerusakan organ tubuh,
penyakit jantung, kanker, diabetes, bahkan HIV/AIDS.
Meski pengobatan berbasis Stem Cell ini sangat menjanjikan, namun terdapat kendala-
kendala misalnya kesulitan dalam kultur Stem Cell embrionik, resiko penolakan sel oleh
tubuh pasien serta biaya yang sangat mahal.
Stem Cell sangatlah spesial karena sel ini dapat berubah bentuk menjadi sel apa saja, apakah
sel jantung, sel hati, sel kulit dan sebagainya. Penemuan bagaimana aktifitas Stem Cell ini
sangat mengejutkan dunia kedoteran dan menarik minat yang cukup tinggi untuk meneliti
lebih lanjut mengenai kinerja Stem Cell khususnya di dunia medis dan kecantikan, apakah
untuk teraphy penyembuhan penyakit dan untuk teraphy kecantikan kulit. Karena manfaat
Stem Cell ini dapat memperbaharui sel-sel organ yang mati dan meregenerasi dirinya sendiri
dengan mengganti sel-sel yang mati tadi menjadi sel-sel yang baru.
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun pengobatan.
Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:

2.5.1 Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset


1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen
ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil
mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat
self-renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain
itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel,
sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy) Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di
cawan petri. Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang
akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu
tanpa mengganggu organ tubuh.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:
1. Penyakit autoimun
Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth
factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi,
hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun
matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun
matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu
hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke
sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh
kembali seperti semula.
2. Penyakit degeneratif
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer,
terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis
sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat
ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi
menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati
akibat penyakit degeneratif.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic
stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai
dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya. Ada beberapa alasan mengapa stem
cell merupakan calon yang bagus dalam cell based therapy:
a. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat
bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi
organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem cell dapat
dilakukan tanpa organ donor yang sesuai
b. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit
yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi
stem cell sangat berguna.
c. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di
atas.
d. bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan serta
berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

2.5.2 Penggunaan Stem Cell


Dalam Pengobatan Penyakit Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai
penelitian untuk menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit.
Penggunaan stem cell untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based
Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah dengan melakukan transplantasi
stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah
sebagai berikut.
a. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien.
b. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai
kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti
neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya,
sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk
dewasa (adult stem cells) juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula
spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya
fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan
cara melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus
dapat menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan
remielinisasi akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini
didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah
disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah otak
yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi terjadinya
apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah terjadinya stroke.
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu,
hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi
karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid;
padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan
metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang
dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol
transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode
imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian
tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans
pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap
normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus,
dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk
menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin,
sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacemen
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah
dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut
yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog,
sehingga menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini
bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,
yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter
yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya
dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan
gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat
memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian
dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang
mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke
dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron
Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan
dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi
neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini
tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari
pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau
dihentikan.
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
gangguan virus atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami
degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan
berangsur pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel
darah menjadi resisten terhadap virus HIV. Mutasi tersebut terjadi pada
reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang secara normal ditemukan pada
permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan tubuh yang diserang oleh virus
HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5 delta 32, dan
ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di Eropa. Virus HIV
menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem kekebalan
tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi
mampu menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang
yang mengalami mutasi gen.

2.6 Kelebihan Dan Keurangan Teknologi Stem Cell


Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara
lain:
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel
Kelebihan
o Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
o Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis germinal
(ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat membentuk selubung
embrio.
o Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak diri
ratusan kali pada media kultur.
o Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
Kekurangan
o Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tidak
berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
o Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari pendonor
yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga berpotensi
menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
o Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi dalam
penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio). Pengklonan
embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena
pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua agama, hal ini dikarenakan
adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal
tersebut tidak dapat diterima. Selain itu status moral embrio, apakah embrio harus
diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi
manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.
2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)
Kelebihan
o Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari terjadinya
penolakan imun.
o Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
o Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
Kekurangan
o Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang berbeda
dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit, daerah gigi,
pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot tengkorak, dan usus).
sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam jumlah banyak.
o Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
o Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu macam
sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang bersifat
pluripotent.
3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat
Kelebihan
o Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
o Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan pembekuan.
o Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang berasal
dari sumsum tulang.
o Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
Kekurangan
o Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang
terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor meningkat
menjadi dewasa
o Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah sel
induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia dari donor.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin.”Perkembangan Bioteknologi dan aplikasinya”.3 Juni 2018
.http://m.kompasiana.com/amiruddin/perkembangan-bioteknologi-
danaplikasinya_550046b2a333114a7351056a
Bangun,Indah.”Apa itu STEM CELL”.3 Juni
2017.http://www.doublestemcelltriplestemcell.com/2014/02/apa-itu-stemcell-dan-manfaat-
stemcell.html?m=1
Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC
Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja: Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill Companies
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The Americans: Mc
Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit
Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153 Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of
Viruses Second Edition. New York : McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai