Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SGD 5

MESENCHYMAL STEM CELLS


BIOMATERIAL IN DENTISTRY

Dosen:

drg. R.P. Arief Rakhman, M. Imun

Disusun Oleh:

1. Arina Najma Azizati (J2A022042)


2. Agam Jati Muya Y. (J2A022045)
3. Annisa Maharani (J2A022046)
4. Amanda Dwi Yuliani (J2A022047)
5. Asyifa Nadivarezki Noor (J2A022048)
6. Dimas Happy Nugroho (J2A022049)
7. Ridian Aditya Fahlevi (J2A022050)
8. Kartika Satya Cahya Ulya (J2A022051)
9. Salmaa Cantya Putri (J2A022052)
10. Putri Adelia (J2A022054)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
Mesenchymal Stem Cells ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya banyak terdapat


kekurangan di dalam penyajiannya. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar
penulisan makalah selanjutnya lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
2. drg. R.P. Arief Rakhman selaku dosen , atas segala masukan, dan bimbingannya
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dalam penyusunan makalah
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada kami,
mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta makalah Mesenchymal Stem Cell ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Semarang, 24 Agustus 2023

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stem cell berfungsi mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan sebagai sistem reparasi tubuh
(Bongso A & Lee EH, 2005). Penelitian terkait stem cell meningkat belakangan ini,
dikarenakan stem cell dapat digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit
degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, stroke dan lain-lain (WHO, 2010 ).
Pembelahan stem cell secara simetris yang menghasilkan sel sama dan asimetris yang
menghasilkan sel dewasa spesifik tergantung asal jaringan (Cosgun KN, 2014).

Indonesia mengalami peningkatan kejadian penyakit degeneratif. Pada tahun 2007


prevalensi penyakit diabetes mellitus sebesar 1,1% dan penyakit jantung sebesar 7,2%
(Depkes, 2008). Terjadi peningkatan tahun 2013, diabetes mellitus meningkat sebesar
2,1% dan hipertensi menjadi 2 9,4% (Depkes, 2014). Negara dengan ekonomi rendah
kematian usia 60 tahun sebesar 29%, sedangkan di negara maju sebesar 13% dengan usia
70 tahun akibat penyakit degeneratif. Penyakit jantung merupakan yang terbesar
penyebab kematian sebesar 39%, serta diabetes mellitus 4%. Migrasi yang gagal akan
meningkatkan prevalensi penyakit degeneratif, hal itu dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif bagi penderita seperti mempengaruhi kualitas hidup, beban ekonomi,
sosial, psikologis, dan kematian (WHO, 2010).

Stem cell terdapat di setiap organ tubuh manusia di segala usia, termasuk organ tubuh
manusia di usia lanjut. Stem cell bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi,
serta dapat membaruhi dirinya sendiri dan berdiferensiasi menjadi sel lain (Saputra V.
2006). Stem cell mempunyai tiga karakteristik berdasarkan konsensus internasional
yaitu : (1) dapat melekat pada medium plastik (2) mengekspresikan CD105 (+), CD90
(+), CD73 (+), CD34(-), (3) dapat berdiferensiasi menjadi sel adiposa, sel tulang, sel
neuron, dan sel chondrocyte (Dominici, 2001). Media kultur penting digunakan untuk
proliferasi dan pertumbuhan jangka panjang pada stem cell (Fillmore et al, 2008).
Penyakit yang sulit disembuhkan dapat diterapi dengan stem cell seperti stroke, miokard,
diabetes, infark, parkinson, dan lain sebagainya (Dani et all ,2010). Jenis stem cell yang
digunakan adalah Sel induk mesenchymal berasal dari adiposa jaringan, darah perifer,
sumsum tulang, umbilical cord, jantung, yang dapat berproliferasi dan diferensiasi
menjadi jenis sel yang berbeda 3 (Hass et al. 2011). Migrasi merupakan hal penting dalam
proses regenerasi, kemampuan migrasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai mediator
inflamasi seperti : histamin, bradikinin, serotonin, leukotrie, dan prostaglandin. Reaksi ini
menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan yang baru
(Rukmono, 2006).

Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang penelitian dan aplikasinya di
klinik dalam rangka mengobati penyakit tidak terlepas dari masalah etik yang mungkin
membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan sel punca yang berasal dari
embrio (embryonic stem cells). Meskipun demikian stem cell ini tetap merupakan satu
fenomena menarik dan merupakan hal baru dalam dunia IPTEK.Stem cell merupakan hal
yang baru dipublikasikan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat. Walaupun masih tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini
merupakan sebuah harapan baru dalam bidang pengobatan.
1.2 Tujuan
Dengan mengacu pada latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian sel induk (stem cell)
2. Untuk mengetahui jenis jenis sel induk (stem cell)
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja sel induk (stem cell)
4. Untuk mengetahui penggolongan sel induk (stem cell)
1.3 Manfaat
1. Bagi Pemerintah
a) Pemerintah dapat menciptakan teknologi baru yang menggunakan stem cell
untuk mengobati penyakit-penyakit khususnya penyakit degeneratif maupun
kelainan lainnya seperti trauma dan keganasan.
b) Dapat ditemukan dan dikembangkannya obat-obat baru untuk penyembuhan
penyakit- penyakit yang degenerative.
5. Bagi Masyarakat
a. Dapat membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan stem cell.
b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat yang
diperoleh dalam penerapan teknologi stem cell terutama bagi kesehatan
masyarakat.
6. Bagi Penulis
a. Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai stem cell.
b. Dapat meningkatkan pemahaman penulis mengenai pemanfaatan stem cell
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian stem cell

Semua bentuk kehidupan berawal dari stem cell yang didefinisikan sebagai sel
yang mempunyai kemampuan membelah asimetri (asymmetric division)yaitu bisa
memperbaharui dirinya sendiri (self renewal) dan menghasilkan sel awal (progenitor)
dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis selStem cell dapat diisolasi dari berbagai
jenis organ dan jaringan tubuh dan dapat ditumbuhkan pada cawan petripada
lingkungan ini kemampuan untuk memperbaharui dirinya sendiri (self renewal) bisa
dimanipulasi dan dipertahankan selama beberapa minggubulan bahkan
tahunmenghasilkan amplikasi sel yang besar sehingga jumlah stem cell menjadi
sangat banyakJumlah sel yang banyak ini akan sangat berguna untuk terapi sel dan
rekayasa jaringan (tissue engineering)Di dalam tubuh pembelahan stem cell sangat
jarang terjaditetap pada kondisi tidak aktif dan dormant dalam waktu yang panjang
sampai mereka mendapat sinyal yang sesuai untuk mulai dan akhirnya berhenti
membelahKontrol yang ketat pada proses self renewal in vivo dibutuhkan untuk
memastikan stem cell tidak membelah tanpa kontrol, yang akan mengakibatkan
pertumbuhan berlebihan dan menjadi kanker. Kerena alasan tersebut stem cell di
dalam jaringan atau organ jumlahnya sangat sedikitSifat penting lain adalah potensi
stem cell, plastisitas (diferensiasi) untuk menjadi berbagai jenis selTerdapat 3 sifat
dasar potensi plastisitas atau diferensiasi stem cell

B. Jenis-jenis stem cell


Berdasarkan Potensinya untuk Berdiferensiasi
1. Totipoten
Sel totipoten adalah sel yang paling belum berubah dan ditemukan pada
pertumbuhan awal janin. Oosit yang difertilisasi akan berubah menjadi dua sel
totipotent yang kemudian berubah menjadi jaringan embrionik dan
ekstraembrionik
2. Pluripoten.
Sel pluripoten dapat mengalami diferensiasi menjadi 3 lapisan jaringan
ectoderm, endoderm, dan mesoderm yang membentuk jaringan dan organ. Sel
ini dapat juga dibuat dari sel somatic yang diprogram ulang.
3. Multipoten.
Sel ini ditemukan pada berbagai jaringan dan dapat berubah menjadi satu lapisan
jaringan. Pada jaringan dewasa, sel punca multipoten terdapat pada jaringan dan
organ untuk menggantikan sel yang hilang atau terluka. Sel yang termasuk dalam
kelompok ini adalah Sel punca mesenkimal. Sel punca mesenkimal dapat
dibentuk dari berbagai jaringan seperti sumsum tulang, lemak, tulang, darah tali
pusat, dan
darah peifer. Sel ini dapat berdiferensiasi menjadi jaringan lemak, tulang, tulang
lunak, dan otot.
4. Oligopoten
Jaringan ini dapat memperbaharui dirinya sendiri. Jaringan ini ditemukan salah
satunya di kornea yang dapat berubah menjadi sel kornea dan sel konjungtiva.
Sel lain yang juga masuk pada kelompok ini adalah Sel punca hematopoetik
yang dapat berubah menjadi berbagai sel darah seperti sel darah merah dan sel
darah putih
5. Unipoten
Sel ini adalah sel unipotent yang dapat berubah menjadi satu sel spesifik.
Contohnya Sel punca otot dapat kemudian berubah menjadi sel otot dewasa, dan
tidak dapat berubah menjadi jenis sel lain.

Berdasarkan sumber asal sel


1. Stem Cell Embrionik
Merupakan stem cell yang didapatkan saat perkembangan individu masih
berada dalam tahap embrio dan memiliki sifat pluripoten. Sel punca ini berasal
dari inner cell mass pada fase blastocyst embrionik yaitu pada hari ke-5 pasca
fertilisasi.
2. Stem Cell Dewasa
Merupakan sekelompok sel yang belum terdiferensiasi, terkadang dalam
keadaan tidak aktif pada jaringan yang memiliki sifat spesifik. Sel punca ini
diambil dari jaringan dewasa antara lain sumsum tulang atau jaringan dewasa
seperti susunan saraf pusat, adiposit (jaringan lemak), otot rangka dan pankreas.
Terdapat 2 jenis sel punca dari sumsum tulang belakang yaitu hematopoietic
stem cell (diperoleh dari darah tepi dan tali pusat) dan stromal stem cell (jaringan
dewasa) .
Stem Cell in bersifat plastis artinya ia dapat berdiferensiasi menjadi sel
jaringan lain, disamping menjadi sel sesuai jaringan aslinya. Misalnya neural
stem cell dapat berubah menjadi sel darah atau stromal stem cell dari sumsum
tulang belakang menjadi sel otot jantung.

C. Mekanisme Kerja Stem cell


Stem cell dapat dieksplorasi dari embryonal maupun dari individu yang dewasa
(adult stem cell) yang berarti individu yang sudah terlahir. Stem cell yang berasal dari
embryonal dapat berkembang menjadi semua sel dan organ sebagai individu.
Sementara itu, stem cell dewasa (adult stem cell) dapat berkembang untuk
membentuk individu tetapi lebih terbatas dibandingkan dengan stem cell berasal dari
embryonal. Adult stem cell dapat dieksplorasi dari berbagai macam organ seperti
bone marrow, papula gigi, jantung bagian pericard, otak bagian ventrikel atau bawah.
Selain itu stem cell juga dapat dieksplorasi dari adiposa, hair folicle, preputium,
pankreas, atrium jantung, testis, peripheral blood mononuclears cell (PBMCs),
umbilicle coord blood (UCB), membran plasenta, membran amnion, dan epitel uretra.

Proses eksplorasi stem cell dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan stem cell dari
dalam tubuh sendiri dengan menginisiasi stem cell menjadi aktif, sehingga disebut
dengan aktivasi endogenous stem cell. Pendekatan metode ini dilakukan untuk
mendapatkan stem cell yang lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan eskplorasi
secara alami yang berarti tanpa pemberian bahan aktivan stem cell dari dalam tubuh.
Sekarang hal ini banyak dilakukan terutama jika eksplorasi stem cell dari PBMCs.

Purifikasi (pemurnian) stem cell menggunakan ficoll isopaque atau ficoll histopaque
(adalah campuran Ficoll (polysucrose) dan Hypaque (sodium diatrizoate). Produk
Histopaque-1077 adalah larutan polisukrosa dan natrium diatrizoat yang steril dan
teruji endotoksin, disesuaikan dengan kepadatan 1,077g/mL ) jika eksplorasi stem cell
dari PBMCS dan bone marrow. Namun jika eksplorasi dari organ atau jaringan maka
memerlukan enzim untuk melepaskan sel satu per satu dari membran, jaringan atau
organ dengan menggunakan trypsine atau collagenase.

Stem cell dibentuk melalui beberapa tahapan yaitu quiscent, nische dan aktif.
Quiscent atau maintenance adalah pembentukan stem cell yang dipengaruhi oleh
nutrien dan selanjutnya sel tersebut ketempat yang sesuai dengan lingkungan mikro
(nische). Jika terjadi stimulasi baik secara intrinsik maupun karena faktor ekstrinsik,
maka stem cell menjadi aktif dan akhirnya diikuti proliferasi atau amplifikasi sel dan
berdiferensiasi menjadi sel progenitor yang bersifat oligopoten yang matur sesuai
dengan lingkungan mikro.
D. Aplikasi Stem cell pada terapi penyakit

1. Sel Punca dapat digunakan pada penderita diabetes

untuk memperbaiki sel-sel pada pulau langerhans kelenjar pankreas yang


mengalami kerusakan Transplantasi sel pulau langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Keberhasilan transplantasi sel pulau Langerhans
tingkat keberhasilan hanya 8%, karena reaksi penolakan terhadap sel transplantasi
sangat besar Untuk mencegah reaksi penolakan transplantasi sel diperlukan steroid
dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin Penelitian terakhir dilakukan transplantasi sel pulau langerhans
dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang
sebelumnya Setahun setelah transplantasisel pulau langerhans pankreas pada
seluruh pasien tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap
normal.
2. Sel Punca untuk terapi kulit (Skin Replacement)

peneliti telah dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari
folikel rambut yang dicabut. Penelitian ini memungkinkan transplantasi epidermis
pada pasien itu sendiri sehingga menghindari masalah penolakan Terapi ini
dilakukan untuk terapi ulkus vena ataupun luka bakar.

Pada pasien penderita Parkinson, ditemukan kematian neuron-neuron transmiter


yang mempunyai peran dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya
dopamin, maka pada pasien penderita Parkinson terjadi gangguan gerakan halus.
Transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala pada
penderita Parkinson. Pada penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik
embrio manusia yang mengandung neuron dopamin, ditemukan adanya perbaikan
sel saraf sehingga terjadi peningkatan fungsi neuron dopamin. Namun setelah 1
tahun, 15% dari pasien Parkinson yang ditransplantasi mengalami kekambuhan
setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan

3. Terapi sel punca dilakukan untuk penderita stroke


akibat kematian sel-sel otak Kerusakan sel otak dapat menimbulkan kecacatan
permanen karena sel otak tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Seiring
berkembang pesatnya pengetahuan mengenai sel punca, para pakar menemukan
adanya plastisitas pada sel-sel otak. Hasil penelitian menggunakan sel punca dari
darah tali pusat manusia yang diberikan secara intra vena pada arteri serebri tikus,
memperlihatkan adanya pengurangan volume lesi sel sebanyak 40% dan 70%
kembali fungsi normal.

Hasil penelitian sel punca untuk penyakit jantung membuktikan bahwa adult stem
cell dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan
memberikan pembuluh darah baru. Hasil penelitian dengan mencangkok
mononuclear bone marrow cell menghasilkan sepuluh pasien yang diberi sel
puncaarea infarknya menjadi lebih kecil. Hasil penelitian dengan transplantasi
bone marrow mononuclear cells yang diinjeksikan 14 pasien gagal jantung
iskemik kronik berat menunjukkan penurunan defek yang signifikan dan
perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi.

Investigasi klinis dengan menggunakan sel punca menunjukkan adanya regeneratif


berbagai jaringan atau organ yang mengalami kerusakan. Terapi sel punca
diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi pasien yang menderita berbagai
macam penyakit dan cedera. Manfaat dari transplantasi sumsum tulang bagi
pasien yang membutuhkan rekonstruksi hematopoietik dan sistem kekebalan
sangat optimis dapat memperbaiki kerusakan organ dan jaringan. Pemanfaatan sel
induk embryonic stem cells ESCs)) dan induced pluripotent stem cells [iPSCs])
untuk berbagai aplikasi penyakit sangat bermanfaat.

E. Kegunaan mesenchymal stem cell sebagai tissue enginering

1. Mesenchymal Stem Cells untuk Terapi Glioblastoma


Glioblastoma (GB) merupakan tumor otak primer yang paling umum, invasif
dan agresif pada manusia. Hampir selama 12 tahun kebanyakan pasien penderita
tumor GB telah diobati menggunakan Stupp protokol, yang terdiri dari reseksi
bedah yang diikuti dengan radioterapi dan dibarengi dengan kemoterapi adjuvan
temozolomide (TMZ). Dimana efektifitas dari terapi yang diberikan ini masih
sangat terbatas, dengan rata-rata kelangsungan hidup keseluruhan tidak lebih dari
15 bulan. Mesenchymal stem cells (MSCs) sebagai vektor dalam pengobatan
GB, dimana MSCs memiliki kemampuan untuk menembus BBB dengan mudah
serta dapat menampilkan tropisme tumor otak setelah pemberian baik sistemik
maupun lokal. MSCs telah dimodifikasi secara genetik untuk dapat
mengekspresikan beberapa faktor antitumor seperti interleukin, interferon, pro-
drugs, virus onkolitik, agen anti-angiogenik, protein pro-apoptosis dan antagonis
factor pertumbuhan.
2. Mesenchymal Stem Cells untuk Perlindungan Neuron Auditori
Cochlear Implant (CI) merupakan pengobatan standar untuk gangguan
pendengaran sensorineural berat baik pada gangguan pendengaran unilateral
maupun bilateral pada orang dewasa maupun anak-anak. Di seluruh dunia telah
tercatat lebih dari 350.000 penderita gangguan pendengaran telah menerima CI
3. Mesenchymal Stem Cells untuk Terapi Epilepsi
Epilepsi lobus temporal (ELT) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
kejang spontan dan progresif. Pada banyak pasien, ELT diprakarsai oleh cedera
otak, stroke, tumor atau status epileptikus (SE), yang sering diikuti oleh periode
laten 5-10 tahun sebelumnya. Serta timbulnya kejang motorik berulang spontan
(SRMS). SE didefinisikan sebagai aktivitas kejang terus menerus yang
berlangsung lebih dari 5 menit. Sedangkan SRMS adalah kejang berulang tanpa
provokasi yang terjadi pada fase kronis epilepsi. Obat antiepilepsi gagal
mengontrol kejang dengan baik pada sekitar 30% pasien epilepsi. Sehingga
cangkok sel punca dianggap sebagai pendekatan alternatif yang menjanjikan
pada pengobatan epilepsi untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
Dalam satu mekanisme, sel-sel punca yang ditransplantasikan dapat
menggantikan sel-sel yang hilang karena adanya proses transdiferensiasi. Sel
punca memiliki sifat dapat memperbaharui diri, dan kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi tipe sel yang berbeda, yang dapat menggantikan sel yang
hilang atau neuron spesifik selama epilepsi, seperti penghambat interneuron
(inhibitory interneuron).
4. Mesenchymal Stem Cells untuk Terapi Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah salah satu penyakit yang paling mematikan dan
merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Peristiwa patologis
utama dari stroke iskemik adalah iskemia otak yang disebabkan oleh oklusi
pembuluh darah dan kerusakan saraf jaringan otak. Peradangan yang parah juga
berkontribusi pada eksaserbasi cedera saraf dan disfungsi otak. Stres oksidatif
yang disebabkan oleh iskemia dan reperfusi di jaringan otak mengaktifkan
makrofag, sehingga melepaskan sitokin proinflamasi yang mengarah pada
peradangan yang merugikan di lingkungan mikro otak. Pemberian MSCs telah
menarik perhatian luas untuk pengobatan stroke iskemiknserebral MSCs
memiliki potensi besar untuk pengobatan stroke iskemik karena melepaskan
biomolekul terapeutik yang menginduksi angiogenesis, anti-apoptosis, dan
imunomodulasi.

F. pengertian mesenchymal stem cell


Mesenchymal Stem Cells (MSCs) atau sel punca mesenkim merupakan sel punca
dewasa yang bersifat multipoten unik yang berasal dari sumsum tulang. MSCs
memiliki sifat regeneratif yang luas dan imunomodulator yang dapat digunakan dalam
perbaikan jaringan dan penyembuhan luka. MSCs juga mampu bermigrasi ke tempat
peradangan, lokasi jaringan yang cedera, infeksi, dan tumor dengan imunomodulasi
lingkungan mikro melalui kontak sel ke sel dan pelepasan faktor terlarut sehingga
memfasilitasi adanya perbaikan pada jaringan yang rusak serta merespons kemokin,
sitokin, dan faktor pertumbuhan.

G. Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Mesenchymal Stem Cell

Kelebihan

1. Mesenkim stem sel / Sel punca dewasa memiliki tingkat penolakan yang rendah.
Terapi dapat dikembangkan dari sel punca dewasa yang diambil dari setiap pasien.
Sel-sel ini kemudian dapat diubah menjadi berbagai terapi yang memiliki risiko
penolakan rendah karena sel-sel tersebut diambil dari individu yang membutuhkan
pengobatan. Bahkan ketika sel darah tali pusat biasa digunakan untuk
mengembangkan pengobatan, tingkat penolakannya cukup rendah. Ini membatasi
kebutuhan akan perawatan imunosupresan untuk mempertahankan kualitas hidup
yang positif di masa depan.

2. Mesenkim stem sel / sel punca memiliki sifat regeneratif, potensinya tidak
terbatas. Bayangkan bisa menumbuhkan organ pengganti yang gagal. Atau jika
seorang veteran yang kehilangan anggota tubuhnya karena serangan bisa
mendapatkan penggantinya di laboratorium dan kemudian dipasang sehingga
mereka tidak memerlukan prostetik – mereka bisa mendapatkan yang asli. Potensi
penelitian sel punca tidak terbatas, termasuk menawarkan kesempatan untuk
meningkatkan kesehatan mental. Meningkatkan produksi insulin, memperbaiki
otot jantung yang rusak pasca serangan jantung, memperbaiki tendon atau ligamen
yang robek, bahkan menyerang penyakit kanker atau virus. Sel induk embrionik
menawarkan potensi serupa, serta kemungkinan mampu mengobati kelainan
genetik tertentu atau cacat lahir sehingga lebih banyak orang dapat hidup bahagia
dan sehat.

Kekurangan

1. Sel induk embrio memiliki tingkat penolakan yang tinggi.


Terapi sel induk embrionik telah diketahui menimbulkan beberapa masalah
kesehatan di masa depan. Tingkat penolakan tinggi untuk terapi ini. Penelitian
telah menunjukkan bahwa terapi ini mendorong perkembangan tumor. Beberapa
sel induk embrionik tidak merespons rangkaian aktivasi sebagaimana dimaksud.
2. Mendapatkan sel induk dalam bentuk apapun adalah proses yang sulit.
Untuk mengumpulkan sel induk embrio, embrio harus ditumbuhkan dalam suatu
kultur. Setelah dipanen, diperlukan waktu beberapa bulan agar sel punca tumbuh
cukup hingga pada titik di mana mereka berpotensi digunakan untuk pembuatan
terapi. Sel induk dewasa, terutama yang diperoleh dari sumsum tulang seseorang,
bisa sangat menyakitkan bagi pasien. Beberapa individu mungkin tidak tinggal di
dekat fasilitas yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan sel-sel tersebut,
yang menciptakan rangkaian logistik lain yang harus diselesaikan.

BAB III

KESIMPULAN

Sel punca merupakan sel yang belum terspesialisasi dengan karakteristik yang unik
karena dapat memperbaiki dirinya sendiri, dapat berproliferasi dan berdiferensiasi secara
multilineage. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan teknologi maka pemanfaatan sel
punca dapat dikembangkan sebagai terapi alternatif untuk memperbaiki dan meregenerasi
jaringan tubuh yang mengalami kerusakan melalui teknologi rekayasa jaringan.

Tiga elemen kunci pada teknologi rekayasa jaringan dan morfogenesis adalah sel
yang bersifat responding (sel punca), sinyal induktif (morfogen biomolekul regulator), dan
juga matriks ekstraseluler (scaffold). Morfogen berperan dalam meregulasi proliferasi dan
diferensiasi sel, sedangkan matriks akan berperan sebagai tempat dan media pengirim
morfogen yang secara simultan dan aktif akan memproduksi dan mempengaruhi lingkungan
mikro.
DAFTAR PUSTAKA

Huleihel L, Sellares J, J C, N A, D F, R S, et al. Modified mesenchymal stem cells


using miRNA transduction alter lung unjury in a bleomycin model. Am J Physiol.
2017;313:L92–103.

Marino L, Castaldi MA, Rosamilio R, Ragni E, Vitolo R, Fulgione C, et al.


Mesenchymal Stem Cells from the Wharton’s Jelly of the Human Umbilical Cord:
Biological Properties and Therapeutic Potential. Int J Stem Cells. 2019

CuencaN., Fernandez-SanchezL., McGill, T.J, Lu, B., WangSLund R., Huhn, Sand
Capela, A(2013)Phagocytosis of photoreceptor outer segments by transplanted human
neural stem cells as a neuroprotective mechanism in retinal degeneration Invest
Ophthalmol VisSci.546745 -6756
Ratman F A, Ferdiansyah, Purwanti. (2014) Stem Cell, Mesenchymal, Hematopoetic,
dan Model Aplikasi Edisi kedua. Surabaya UNAIR

Kolios G, Moodley Y. Introduction to Stem Cells and Regenerative Medicine.


Respiration [Internet]. 2013;85(1):3–10. Available from:
https://www.karger.com/Article/FullText/345615

Adinda Christianti Suparno*, Nabila Rubinadzari, Ahsanal Kasasiah Sel Punca


Mesenkim Sebagai Sistem Penghantaran Obat Berbasis Sel 121 e-ISSN : 2686-2506
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Singaperbangsa
Karawang Jawa Barat, Indonesia Majalah Farmasetika, 7 (2) 2022, 121-140

Anda mungkin juga menyukai