Anda di halaman 1dari 16

STEM CELL

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Sel

Dosen Pengampu :

1. Dra. Wiwi Isnaeni, M.S.


2. Dra. Aditya Marianti, M.Si

` Kelompok 2 :

1. Arum Mulyani (4411416002)


2. Nur Asih Setiarini (4411416016)
3. Reny Rahayu (4411416023)
4. Fadilatul Chulaiwiyah (4411416030)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
STEM CELL

A. PENGERTIAN STEM CELL


Stem cell diperkenalkan sebagai sel-sel “undifferentiated” karena belum
dapat berkembang dan membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik. Sel
punca, sel induk, sel batang (bahasa Inggris: stem cell) merupakan sel yang belum
berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang
menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Proses perubahan stem cell
menjadi tipe sel yang spesifik dikenal sebagai “differentation”. Selain berfungsi
untuk membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, stem cell juga berfungsi
sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi
kelangsungan hidup organisme. Saat stem cell terbelah, sel yang baru mempunyai
potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi sel dari jenis lain dengan
fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak.
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel
Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-
lain
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau
meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang
persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
Tidak seperti “stem cell biasa”, stem cell embrionik adalah stem cell yang
membangun organ-organ tubuh kita. Dalam contoh yang sederhana, stem cell
embrionik bertanggung jawab dalam pembentukan mata, namun “stem cell mata
biasa” hanya bertanggung jawab pada daur ulang sel-sel mata selanjutnya.
Singkatnya stem cell embrionik adalah pembentuk sebenarnya dari berbagai organ
tubuh. Dari fakta ini kita dapat mulai memahami pentingnya stem cell embrionik.
Para ilmuwan selama ini memfokuskan penelitian mereka dalam
memanfaatkan stem cell embrionik untuk memperbaiki kerusakan pada organ-
organ tubuh manusia. Contohnya adalah jika ginjal manusia mengalami
kerusakan, maka para ilmuwan dapat memprogram stem cell embrionik sehingga
dapat membentuk jaringan ginjal baru yang akan menggantikan jaringan ginjal
yang rusak.

Gambar kemungkinan sel-sel yang akan dibentuk stem cell

B. JENIS-JENIS STEM CELL


Stem Cell dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dua golongan berbeda
yaitu :
1. Jenis Stem Cell berdasarkan kemampuan berdiferensiasi
a. Totipoten

Merupakan sel yang berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,
contoh : zigot.

b. Pluripoten

Merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan ektoderm, mesoderm,


dan endoderm namun tidak membentuk suatu organisme baru, contoh : Stem
Cell embrionik

c. Multipoten

Merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi sel dewasa, contoh : Stem
Cell hematopoetik
d. Unipoten
Merupakan sel yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu. Stem
Cell jenis ini dapat meregenarasi diri sendiri.

2. Jenis Stem Cell berdasarkan sumber asal sel


a. Stem Cell embrionik

Merupakan Stem Cell yang didapatkan saat perkembangan individu


masih berada dalam tahap embrio dan memiliki sifat pluripoten.

b. Stem Cell dewasa

Merupakan sekelompok sel yang belum terdiferensiasi, terkadang


dalam keadaan tidak aktif pada jaringan yang memiliki sifat spesifik. Stem
Cell ini bersifat plastis artinya ia dapat berdiferensiasi menjadi sel
jaringan lain, disamping menjadi sel sesuai jaringan aslinya.

C. MEKANISME KERJA STEM CELL

a. Mencari sel-sel punca terbaik pada tubuh manusia


b. Sel-sel punca ini dapat ditemukan dilapisan lemak dalam tubuh
c. Menggunakan jarum suntik yang steril dan khusus
d. Kemudian dokter mengambil sample pencampuran antara jaringan lemak
dan sekelompok sel punca yang sehat
e. Teknisi laboratorium kemudian memisahkan sel punca dengan sel lemak
dengan metode pemisahan sentrifugal
f. Kemudian sel punca ditempatkan pada cawan petri yang diberikan
makanan untuk pertumbuhan
g. Seiring pertumbuhannya,sel-sel ini bertambah banyak dengan cepat
h. Mengisi celah dan lubang yang ada sama seperti cara tubuh
menyembuhkan luka
i. Padaa fase ini sel punca menghasilkan senyawa kimia yang disebut faktor
pertumbuhan
j. Faktor pertumbuhan adalah bahasa sel inilah cara ribuan sel
berkomunikasi, memungkinkan masing-masing untuk melakukan sebuah
fungsi vital
k. Memperbaiki dan memperbahrui jaringan tubuh

Gambar mekanisme kerja stem cell

D. CARA MEMPEROLEH STEM CELL

Stem Cell dapat diperoleh dengan menggunakan teknik transplantasi.


Ada tiga macam teknik transplantasi berdasarkan sumbernya, yaitu :
1. Transplantasi dari Sumsum Tulang Belakang

Transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai pengobatan leukimia


dan anemia aplastik. Pengobatan dengan cara ini memiliki tingkat
keberhasilan yang terus meningkat dan sudah dilakukan sejak puluhan tahun
lalu. Sumsum tulang kaya akan Stem Cell hematopoetik.
Prosedur memperolehnya yaitu sumsum tulang diambil dari tulang panggul
pendonor. Kemudian sumsum tersebut disuntikkan pada pembuluh vena pasien.
Bila prosesnya lancar, maka sumsum tulang tersebut akan menyatu di dalam
tulang pasien hingga seluruhnya tergantikan oleh sumsum tulang yang baru.

Transplantasi ini memiliki resiko kontaminasi virus yang lebih tinggi


dikarenakan sel darah putih pada pasien harus dihancurkan dulu sebelum sumsum
tulang dimasukkan dalam tubuh.

2. Transplantasi Stem Cell Darah Tepi

Stem Cell pada peredaran darah tepi memang tidak sebanyak pada sumsum
tulang, sehingga agar jumlahnya dapat mencukupi maka pendonor diberi
penstimulasi agar Stem Cell hematopoetik dapat bergerak dari sumsum ke
peredaran darah.

Keuntungan transplantasi ini lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih
mudah tumbuh. Namun kelemahannya, Stem Cell darah tepi ini tidak setangguh
sumsum tulang, maka transplantasi ini tetap dicampur dengan sumsum tulang.

3. Transplantasi Stem Cell Tali Pusat

Tali pusat atau plasenta atau ari-ari ternyata memiliki Stem Cell yang sama
seperti pada sumsum tulang bahkan Stem Cell darah tali pusat memiliki
keunggulan dibanding pada sumsum tulang dan darah tepi pada pasien tertentu.

Transplantasi Stem Cell tali pusat ini telah mengubah bahan sisa proses
pertumbuhan janin menjadi sumber penyembuh yang sangat ampuh.
Penggunaan Stem Cell ini telah menyelamatkan banyak jiwa yang mengidap
penyakit leukimia dan penyakit kekebalan tubuh lainnya.

E. MANFAAT ATAU PENGGUNAAN STEM CELL


Dalam satu dekade terakhir, pengobatan dengan Stem Cell menjadi lebih
populer. Keberhasilan dalam menangani penyakit saraf seperti parkinson dan
huntington telah membuktikan keberhasilan pengobatan berbasis Stem Cell ini.
Selain pengobatan untuk penyakit saraf, pengobatan ini mulai digunakan untuk
mengobati kerusakan organ tubuh, penyakit jantung, kanker, diabetes, bahkan
HIV/AIDS. Meski pengobatan berbasis Stem Cell ini sangat menjanjikan, namun
terdapat kendala-kendala misalnya kesulitan dalam kultur Stem Cell embrionik,
resiko penolakan sel oleh tubuh pasien serta biaya yang sangat mahal.
Pengobatan ini akan terus berkembang dan kendala-kendala tersebut akan semakin
bisa diatasi, dengan demikian maka pengobatan berbasis Stem Cell ini akan menjadi
harapan besar bagi manusia.
Stem Cell sangatlah spesial karena sel ini dapat berubah bentuk menjadi sel
apa saja, apakah sel jantung, sel hati, sel kulit dan sebagainya. Penemuan
bagaimana aktifitas Stem Cell ini sangat mengejutkan dunia kedoteran dan
menarik minat yang cukup tinggi untuk meneliti lebih lanjut mengenai kinerja
Stem Cell khususnya di dunia medis dan kecantikan, apakah untuk teraphy
penyembuhan penyakit dan untuk teraphy kecantikan kulit. Karena manfaat Stem
Cell ini dapat memperbaharui sel-sel organ yang mati dan meregenerasi dirinya
sendiri dengan mengganti sel-sel yang mati tadi menjadi sel-sel yang baru.

Seiring bertambahnya usia, polusi, pola makan yang salah dan pola hidup
yang tidak sehat serta efek samping dari obat-obatan kimiawi, maka kemampuan
stemcell dari organ tubuh kita untuk melakukan regenerasi akan menurun. Hal ini
mengakibatkan jumlah sel yang diregenerasi semakin berkurang sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan dan melemahkan fungsi organ - organ tubuh
kita, melemahkan daya tahan tubuh, penuaan dini dan rentan terhadap
penyakit.Oleh sebab itu peneliti dalam dunia kesehatan berusaha untuk
menemukan cara yang efektif yang dapat memicu agar sel induk bisa bekerja
lebih aktif sehingga dapat menggantikan kerusakan sel tubuh yang terjadi setiap
hari.Stemcell sudah menjadi pembicaraan dan rebutan berbagai negara di bidang
kesehatan dan kecantikan, karena dapat menambah harapan hidup manusia.
Stemcell yang selama ini beredar ada yang berasal dari plasenta dan tali
pusat bayi (pada zaman sekarang, bagi golongan yang berada, stemcell bayi
mereka yang baru lahir akan disimpan di STEM CELL BANK. Stemcell itu boleh
digunakan kembali untuk pengobatan jika anak tersebut maupun adik nya
mengidapi penyakit kronik. Tetapi biaya penyimpanan sangat mahal mencapai 60
- 320 juta), plasenta hewan, bahkan ada yang di-kultur dari jaringan lemak orang
dewasa.Bagi sebagaian besar orang, hal ini kurang begitu nyaman untuk
dikonsumsi karena menyangkut keyakinan orang tersebut.
Oleh karena itu, Dr. Fred Zulli bersama tim yang tergabung dalam Mibelle
Biochemistry telah menemukan stemcell tumbuhan yang langka dan berkhasiat
serta mengembangkannya dengan teknologi Nano sehingga menghasilkan bahan
aktif yang sangat luar biasa.
Banyak harapan yang timbul dari penelitian stem cell embrio, karena sel itu
mempunyai potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel yang menyusun
berbagai jenis organ tubuh. Sel yang juga disebut stem cell totipoten (SCT) itu,
ditemukan pada jaringan embrio dan pada jaringan tertentu makhluk dewasa,
seperti sumsum tulang merah dan sel kelamin. Manfaat yang diperoleh dari
penggunaan SCT dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber SCT
tersebut merupakan suatu masalah etika yang perlu mendapat perhatian, karena
SCT terbaik diperoleh dari inner cell mass dari blastosis.Blastosis adalah embrio
yang berkembang setelah sekitar 5 hari pasca fertilisasi (pembuahan). Pada saat
itu, embrio tersebut telah berkembang dari sel tunggal menjadi bola sel kosong,
dengan ‘gumpalan’ sel pada rongganya. Dalam proses pemanenan stem cell,
terjadi kerusakan pada embrio yang menyebabkan embrio tersebut akan mati.
Di negara-negara yang membolehkan melakukan praktik bayi tabung,
embrio yang sudah tidak dipakai setelah proses bayi tabung selesai dapat
digunakan sebagai sumber stem cell, karena pada proses bayi tabung biasanya
diperoleh blastosis yang melebihi keperluan. Blastosis yang berlebihan itu dapat
disimpan beku (deepfreeze) atau dibuang. Sebagian ilmuwan berpendapat
ketimbang sisa blastosis dibuang lebih baik dipakai sebagai sumber SCT. Namun
sebagian lain berpendapat bahwa walaupun tujuan memperoleh SCT baik, dalam
proses perolehannya terjadi pemusnahan embrio manusia. Ada pula yang
berpendapat bahwa jika kegiatan pengambilan SCT dari embrio diizinkan, hal itu
akan membuka jalan ke arah hal yang bertentangan dengan kemanusiaan seperti
‘peternakan embrio’ (embryo farms), pengklonan bayi, penggunaan janin untuk
‘suku cadang’, dan komersialisasi kehidupan manusia.
Nature advance online publication pada tanggal 23 Agustus 2006 memuat
laporan Klimanskaya dkk. (2006) yang memberi secercah harapan kepada para
peneliti stem cell. Mereka menulis tentang pembuatan galur stem cell yang berasal
dari salah satu sel blastosis stadium 8 sel. Sel punca dapat diekstraksi tanpa
mematikan embrio tersebut, karena embrio memiliki 8 sel yang tergolong dalam
inner cell mass. Kultur sel punca dapat dilakukan hanya dengan satu sel saja, yang
kemudian apabila sel telah berhasil di kultur, sel dapat dikembalikan ke embrio
tersebut. Maka blastosis yang tinggal 7 sel kemudian ditanam ke dalam rahim
agar dapat berkembang normal. Namun kesulitan cara ini adalah tenggang waktu
antara pengambilan sel dan hasil uji menjadi lebih lama dan dapat mempengaruhi
keberhasilan penanaman blastosis.
Kemudian alternatif lain dari sumber stem cell ialah stem cell dari darah tali
pusat (umbilical cord blood stem cell) yang sekarang lebih dikembangkan di
dunia kedokteran. Darah tali pusat termasuk stem cell dewasa. Selain dari darah
tali pusat, stem cell dewasa bisa didapat dari sumsum tulang dan darah tepi.
Hanya saja, pengambilan stem cell dari darah tali pusat lebih disukai, karena
berisiko lebih kecil dan tidak menyakiti penderita. Selain itu, stem cell dari darah
tali pusat mempunyai kemampuan proliferasi (pertumbuhan dan pertambahan sel)
yang tinggi. Tingkat kecocokan pencangkokan stem cell darah tali pusat juga lebih
baik dibandingkan dengan stem cell yang berasal dari sumsum tulang, karena
transplantasi cord blood tidak memerlukan tingkat kecocokan 100%, dan secara
etis tentu tidak masalah. Selain itu, yang dapat memanfaatkan stem cell tersebut
tidak hanya pemiliknya, tetapi juga bisa digunakan oleh saudara kandung dan
orang tua, asalkan mempunyai kecocokan dalam struktur gen dan golongan darah.
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:

Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset


1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya
apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi
gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut
dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis,
yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell
dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat
ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.

Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:


a. Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah
diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari
sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam
tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik
atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self
antigen (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell
dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang
untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali
seperti semula.

b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah
dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut
dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel
yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun.
Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali
pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell
based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya
transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi.
Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang
sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor
yang sesuai
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar
luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar
yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
4. bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan
serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit


Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem
cell untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi
yang dimaksud adalah dengan melakukan transplantasi stem cell pada organ yang
rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.
a. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat
pada jaringan atau organ tubuh pasien.
b. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera
tertentu dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai
kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti
neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya,
sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk
dewasa (adult stem cells) juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula
spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya
fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara
melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat
menghasilkan oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi
akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan
pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells
diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan
melintas sawar darah otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC
intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi
sel endogen setelah terjadinya stroke.
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya
8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James
Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau
Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari
kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan
penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi
insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacemen
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah
dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang
dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga
menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat
dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,
yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter
yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin,
maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus.
Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala
penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan
jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron
dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson
berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya
setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai
penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada
pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih
muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh
setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
gangguan virus atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami
degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur
pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel darah
menjadi resisten terhadap virus HIV. Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang
dikenal sebagai CCR5, yang secara normal ditemukan pada permukaan T cell –
sel pada sistem kekebalan tubuh yang diserang oleh virus HIV. Gen yang telah
bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5 delta 32, dan ditemukan pada 1% - 3%
populasi orang kulit putih di Eropa. Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-
reseptor untuk merusak sistem kekebalan tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi
CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi mampu menyerang sel sehingga terjadi
kekebalan tubuh alami pada orang yang mengalami mutasi gen.

F. KELEBIHAN DAN KEURANGAN TEKNOLOGI STEM CELL


 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)
Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan antara lain:
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis
germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat
membentuk selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak
diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
a. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang
tidak berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.
b. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari pendonor
yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga
berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.
c. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi
dalam penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio).
Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan
kontroversi karena pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua
agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama
dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima. Selain itu
status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia
atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau sebagai
jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.
2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)
 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang
berbeda dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit,
daerah gigi, pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot
tengkorak, dan usus). sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam
jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.
3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan
pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang
berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.
 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik
yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara
jumlah sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia
dari donor.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin.”PerkembanganBioteknologidan aplikasinya”.3 Juni 2018


.http://m.kompasiana.com/amiruddin/perkembangan-bioteknologi-dan-
aplikasinya_550046b2a333114a7351056a
Bangun,Indah.”Apaitu STEM CELL”.3 Juni 2017.http://www.doublestemcell-
triplestemcell.com/2014/02/apa-itu-stemcell-dan-manfaat-
stemcell.html?m=1
Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC
Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill
Companies
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The
Americans: Mc Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada
Berbagai Penyakit Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran
No.153
Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of Viruses Second Edition. New York:
McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai