MAKALAH
Dosen Pengampu :
` Kelompok 2 :
JURUSAN BIOLOGI
2018
STEM CELL
Merupakan sel yang berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,
contoh : zigot.
b. Pluripoten
c. Multipoten
Merupakan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi sel dewasa, contoh : Stem
Cell hematopoetik
d. Unipoten
Merupakan sel yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu. Stem
Cell jenis ini dapat meregenarasi diri sendiri.
Stem Cell pada peredaran darah tepi memang tidak sebanyak pada sumsum
tulang, sehingga agar jumlahnya dapat mencukupi maka pendonor diberi
penstimulasi agar Stem Cell hematopoetik dapat bergerak dari sumsum ke
peredaran darah.
Keuntungan transplantasi ini lebih mudah dan tidak menyakitkan serta lebih
mudah tumbuh. Namun kelemahannya, Stem Cell darah tepi ini tidak setangguh
sumsum tulang, maka transplantasi ini tetap dicampur dengan sumsum tulang.
Tali pusat atau plasenta atau ari-ari ternyata memiliki Stem Cell yang sama
seperti pada sumsum tulang bahkan Stem Cell darah tali pusat memiliki
keunggulan dibanding pada sumsum tulang dan darah tepi pada pasien tertentu.
Transplantasi Stem Cell tali pusat ini telah mengubah bahan sisa proses
pertumbuhan janin menjadi sumber penyembuh yang sangat ampuh.
Penggunaan Stem Cell ini telah menyelamatkan banyak jiwa yang mengidap
penyakit leukimia dan penyakit kekebalan tubuh lainnya.
Seiring bertambahnya usia, polusi, pola makan yang salah dan pola hidup
yang tidak sehat serta efek samping dari obat-obatan kimiawi, maka kemampuan
stemcell dari organ tubuh kita untuk melakukan regenerasi akan menurun. Hal ini
mengakibatkan jumlah sel yang diregenerasi semakin berkurang sehingga
menimbulkan kerusakan jaringan dan melemahkan fungsi organ - organ tubuh
kita, melemahkan daya tahan tubuh, penuaan dini dan rentan terhadap
penyakit.Oleh sebab itu peneliti dalam dunia kesehatan berusaha untuk
menemukan cara yang efektif yang dapat memicu agar sel induk bisa bekerja
lebih aktif sehingga dapat menggantikan kerusakan sel tubuh yang terjadi setiap
hari.Stemcell sudah menjadi pembicaraan dan rebutan berbagai negara di bidang
kesehatan dan kecantikan, karena dapat menambah harapan hidup manusia.
Stemcell yang selama ini beredar ada yang berasal dari plasenta dan tali
pusat bayi (pada zaman sekarang, bagi golongan yang berada, stemcell bayi
mereka yang baru lahir akan disimpan di STEM CELL BANK. Stemcell itu boleh
digunakan kembali untuk pengobatan jika anak tersebut maupun adik nya
mengidapi penyakit kronik. Tetapi biaya penyimpanan sangat mahal mencapai 60
- 320 juta), plasenta hewan, bahkan ada yang di-kultur dari jaringan lemak orang
dewasa.Bagi sebagaian besar orang, hal ini kurang begitu nyaman untuk
dikonsumsi karena menyangkut keyakinan orang tersebut.
Oleh karena itu, Dr. Fred Zulli bersama tim yang tergabung dalam Mibelle
Biochemistry telah menemukan stemcell tumbuhan yang langka dan berkhasiat
serta mengembangkannya dengan teknologi Nano sehingga menghasilkan bahan
aktif yang sangat luar biasa.
Banyak harapan yang timbul dari penelitian stem cell embrio, karena sel itu
mempunyai potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel yang menyusun
berbagai jenis organ tubuh. Sel yang juga disebut stem cell totipoten (SCT) itu,
ditemukan pada jaringan embrio dan pada jaringan tertentu makhluk dewasa,
seperti sumsum tulang merah dan sel kelamin. Manfaat yang diperoleh dari
penggunaan SCT dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber SCT
tersebut merupakan suatu masalah etika yang perlu mendapat perhatian, karena
SCT terbaik diperoleh dari inner cell mass dari blastosis.Blastosis adalah embrio
yang berkembang setelah sekitar 5 hari pasca fertilisasi (pembuahan). Pada saat
itu, embrio tersebut telah berkembang dari sel tunggal menjadi bola sel kosong,
dengan ‘gumpalan’ sel pada rongganya. Dalam proses pemanenan stem cell,
terjadi kerusakan pada embrio yang menyebabkan embrio tersebut akan mati.
Di negara-negara yang membolehkan melakukan praktik bayi tabung,
embrio yang sudah tidak dipakai setelah proses bayi tabung selesai dapat
digunakan sebagai sumber stem cell, karena pada proses bayi tabung biasanya
diperoleh blastosis yang melebihi keperluan. Blastosis yang berlebihan itu dapat
disimpan beku (deepfreeze) atau dibuang. Sebagian ilmuwan berpendapat
ketimbang sisa blastosis dibuang lebih baik dipakai sebagai sumber SCT. Namun
sebagian lain berpendapat bahwa walaupun tujuan memperoleh SCT baik, dalam
proses perolehannya terjadi pemusnahan embrio manusia. Ada pula yang
berpendapat bahwa jika kegiatan pengambilan SCT dari embrio diizinkan, hal itu
akan membuka jalan ke arah hal yang bertentangan dengan kemanusiaan seperti
‘peternakan embrio’ (embryo farms), pengklonan bayi, penggunaan janin untuk
‘suku cadang’, dan komersialisasi kehidupan manusia.
Nature advance online publication pada tanggal 23 Agustus 2006 memuat
laporan Klimanskaya dkk. (2006) yang memberi secercah harapan kepada para
peneliti stem cell. Mereka menulis tentang pembuatan galur stem cell yang berasal
dari salah satu sel blastosis stadium 8 sel. Sel punca dapat diekstraksi tanpa
mematikan embrio tersebut, karena embrio memiliki 8 sel yang tergolong dalam
inner cell mass. Kultur sel punca dapat dilakukan hanya dengan satu sel saja, yang
kemudian apabila sel telah berhasil di kultur, sel dapat dikembalikan ke embrio
tersebut. Maka blastosis yang tinggal 7 sel kemudian ditanam ke dalam rahim
agar dapat berkembang normal. Namun kesulitan cara ini adalah tenggang waktu
antara pengambilan sel dan hasil uji menjadi lebih lama dan dapat mempengaruhi
keberhasilan penanaman blastosis.
Kemudian alternatif lain dari sumber stem cell ialah stem cell dari darah tali
pusat (umbilical cord blood stem cell) yang sekarang lebih dikembangkan di
dunia kedokteran. Darah tali pusat termasuk stem cell dewasa. Selain dari darah
tali pusat, stem cell dewasa bisa didapat dari sumsum tulang dan darah tepi.
Hanya saja, pengambilan stem cell dari darah tali pusat lebih disukai, karena
berisiko lebih kecil dan tidak menyakiti penderita. Selain itu, stem cell dari darah
tali pusat mempunyai kemampuan proliferasi (pertumbuhan dan pertambahan sel)
yang tinggi. Tingkat kecocokan pencangkokan stem cell darah tali pusat juga lebih
baik dibandingkan dengan stem cell yang berasal dari sumsum tulang, karena
transplantasi cord blood tidak memerlukan tingkat kecocokan 100%, dan secara
etis tentu tidak masalah. Selain itu, yang dapat memanfaatkan stem cell tersebut
tidak hanya pemiliknya, tetapi juga bisa digunakan oleh saudara kandung dan
orang tua, asalkan mempunyai kecocokan dalam struktur gen dan golongan darah.
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:
b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah
dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut
dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel
yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun.
Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali
pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell
based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya
transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi.
Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang
sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor
yang sesuai
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar
luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar
yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
4. bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan
serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA