Serabut Kolagen Serabut kolagen pada jaringan segar (fasia, tendon) beraspek putih,
karenanya disebut serabut putih (white fiber), dan jumlahnya paling banyak. Sifat-sifat
umum : lentur (flexible), tapi susah diregang. Dapat dicerna oleh pepsin (kolagen adalah
protein) lambung, tetapi sulit dicerna oleh tripsin yang alkalik. Bila direbus menjadi gelatin.
Bila direndam dalam asam lemah akan menggembung, tapi dalam basa lemah bahan antar
fibril akan larut, sehingga akan terurai. Bangun histologik serabut kolagen berbentuk berkas,
panjangnya tidak menentu, berdiameter antara 10 sampai 100 m. Diameter serabut tunggal
pada sediaan rutin bervariasi antara 1 sampai 12 m. Serabut merupakan gabungan sejumlah
fibril, berdiameter 0,2 sampi 0,5 m. Pewarnaan rutin serabut kolagen dengan H&E
memberikan warna merah jambu; dengan metoda khusus Mallorys triple stain yang
mengandung anilin biru, memberikan warna biru, dan dengan metoda Van Dieson akan
berwarna merah dengan metoda pewarnaan khusus dapat diketahui selain jumlah, susunan
serta persebaran serabut kolagen dalam suatu organ.
KOLAGEN
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive
tissue) yang meliputi hampir 30% dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata
dan invertebrata. Pada mamalia, burung, dan ikan kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang
rawan dan jaringan ikat, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel
(Bailey dan Light 1989). Kolagen merupakan material yang mempunyai kekuatan rentang
dan struktur yang berbentuk serat. Protein jenis ini banyak terdapat pada vertebrata tingkat
tinggi. Hampir sepertiga protein dalam tubuh vertebrata berada sebagai kolagen. Semakin
besar hewan, semakin besar pula bagian total protein yang merupakan kolagen. Kolagen juga
merupakan komponen serat utama dalam tulang, gigi, tulang rawan, lapisan kulit dalam
(dermis), tendon (urat daging) dan tulang rawan. Selain itu, bahan di bagian dalam lensa mata
tersusun dari kolagen murni. Kolagen ada dalam semua organ yang menampilkan kekuatan
dan kekakuan (Lehninger 1993). Molekul dasar pembentuk kolagen disebut tropokolagen
yang mempunyai struktur batang dengan BM 300 000, dimana di dalamnya terdapat tiga
rantai polipeptida yang sama panjang, bersama-sama membentuk struktur heliks. Tiap tiga
rantai polipeptida dalam unit tropokolagen membentuk struktur heliks tersendiri, bersama-
sama dengan ikatan hidrogen antara group NH dari residu glisin pada rantai yang satu dengan
group CO pada rantai lainnya. Cincin pirolidin, prolin, dan hidroksiprolin membantu
pembentukan rantai polipeptida dan memperkuat struktur tiga heliks (Wong 1989).
Tropokolagen akan terdenaturasi oleh pemanasan atau perlakuan dengan zat seperti asam,
basa, urea, dan kalium permanganat. Selain itu, serabut kolagen dapat mengalami penyusutan
jika dipanaskan di atas suhu penyusutannya (Ts). Suhu penyusutan (Ts) kolagen ikan adalah
45 oC. Jika kolagen dipanaskan pada T>Ts (misalnya 6570 oC), serabut tiga heliks yang
dipecah menjadi lebih panjang. Pemecahan struktur tersebut menjadi lilitan acak yang larut
dalam air menghasilkan gelatin. Menurut Fernandez-Diaz et al. (2001), kolagen kulit ikan
lebih mudah hancur daripada kolagen kulit hewan lainnya, dimana kedua jenis kolagen ini
akan hancur oleh proses pemanasan dan aktivitas enzim.
Gambar 1 Pewarnaan khusus untuk kolagen, A. Kolagen sapi komersial, B. Kolagen ikan
patin hasil penelitian. Warna biru menunjukan adanya jaringan kolagen, pewarnaan Casons
trichrome, bar= 100 m Hasil isolasi dengan teknik pewarnaan ini membuktikan bahwa
warna biru yang ditampilkan pada gambar menunjukkan positif jaringan kolagen. Hasil
penelitian menunjukkan pewarnaan trichrome tidak hanya dapat mewarnai kolagen pada
jaringan histologi (Winarsih et al. 2012), tetapi juga dapat mewarnai kolagen hasil isolasi.
Struktur miksroskopis jaringan kolagen yang didapatkan dari hasil isolasi ikan patin lebih
kecil dan seragam dibandingkan dengan struktur jaringan kolagen kulit sapi komersial.
Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa kolagen yang diisolasi dari kulit dan tulang ikan
memiliki struktur molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kolagen yang diisolasi dari
sapi atau babi sehingga lebih mudah untuk diserap. Isolasi ini bertujuan untuk menunjang
kultur in vitro, sehingga jaringan kolagen hasil isolasi ikan patin diharapkan mampu
berfungsi sebagai substrat pada kultur dengan lebih baik.