Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No.

2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Sapu-Sapu


(Hyposarcus pardalis) Hasil Ekstraksi Asam

Sandra Hermanto*, M. Rafi Hudzaifah, Anna Muawanah


Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412
*Email: hermantokimia@uinjkt.ac.id

Abstrak

Pemanfaatan kulit ikan sebagai sumber alternatif gelatin menjadi kajian yang cukup menarik
terlebih dengan adanya isu dan kekhawatiran mengenai status kehalalan gelatin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi potensi kulit ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) sebagai
sumber alternatif gelatin yang dilanjutkan dengan pengujian sifat fisikokimia sebagai parameter
standar kualitas gelatin. Proses ekstraksi gelatin dilakukan dengan merendam kulit ikan sapu-sapu
dalam asam fosfat 2%,4%,6% (v/v) dan asam asetat 2%,4%,6% (v/v) dengan perbandingan kulit
ikan:asam (1:3) dan lama perendaman 16 jam kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi air hangat
pada suhu 700C selama 2 jam. Analisis total randemen dan karakteristik struktur molekul gelatin
dilakukan pada tahap awal dan dilanjutkan dengan pengujian sifat fisikokimianya meliputi uji
proksimat (kadar air, abu, protein lemak dan kadar logam), uji viskositas, uji titik leleh, uji titik
gel, uji pH, uji titik isoelektrik dankekuatan gel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman
dengan asam fosfat 4% menghasilkan rendemen terbanyak (11.6%).Hasil analisis FTIR pada
kedua perlakuan menunjukkan spektrum gelatin yang memiliki kemiripan dengan spektrum FTIR
gelatin babi. Pengujian sifat fisikokimia menunjukkan gelatin hasil ekstraksi asam fosfat 4%
memiliki pH 4.78, titik isoelektrik 8.37, titik gel 11.50C, titik leleh 27 0C, viskositas 12.7 cP,
kekuatan gel 416.57 bloom kadar air 7.5%, kadar abu 9.4%, kadar lemak 10.3% dan kadar protein
66.6%. Hasil pengujian kadar logam berat (Hg 0.012 mg/Kg, Pb 7.69 mg/Kg, Cd 2.49 mg/Kg, Cu
0.99 mg/Kg dan Zn 11.10 mg/Kg) menunjukkan kandungan logam berat pada gelatin hasil
ekstraksi asam fosfat masih berada dibawah ambang batas kecuali untuk logam Cd dan Pb dimana
menurut SNI 7387:2009 kadar maksimum Cd 0.1 mg/Kg, Hg 0.5 mg/Kg, Pb 0.3 mg/Kg. Secara
keseluruhan sifat fisikokimia gelatin kulit ikan sapu-sapu sudah memenuhi standar mutu gelatin
kecuali untuk kadar abu, kadar lemak, viskositas dan kekuatan gel yang nilainya lebih tinggi dari
yang dipersyaratkan.

Kata kunci: Ekstraksi, gelatin, hidrolisis asam, hyposarcus pardalis

Abstract

The benefit of fish skin as an alternative source of gelatin has been chalanging today through the
issues and regarding to the halal status of gelatin. This study aims to explore the potential use of
Sapu-sapu fish skin (Hyposarcus pardalis) as an alternative source of gelatins. Physicochemical
properties determinated as a standard quality of gelatin. Fish skin gelatin carried out by pretreated
sapu-sapu fish skin in phosporic acid 2%, 4%, 6% (v/v) and acetic acid 2 %,4 %,6 % (v/v)
independently for 16 hours continued by water extraction on 70 0C for 2 hours. The yield of
gelatin and characteristic of molecular structure analyzed by FTIR though analysis of
physicochemical properties consist of proximate (moisture, ash , fat and protein assay), viscosity,
melting point, gelling point, pH, isoelectric point and gel strength. The results showed that fish
skin gelatin extracted in phosphoric acid 4% had bigest randemen (11.6%) and close similarly with
molecular structure characteristic of porcine skin gelatin as a standard. Phsycochemical properties
of fish skin gelatin from phosphoric acid 4 % extracted had pH 4.78, Isoelectric Point 8.37, gelling
point 11.5 0C, melting point 27 0C, viscosity 12.7 cP, gel strength 416.57 bloom, moisture 7.5 %,
ash content 9.4 % , 10.3 % fat and 66.6 % protein content. While the results of heavy metal (Hg
0.0012 mg/Kg, Pb 7.69 mg/Kg, Cd 2.49 mg/kg, Cu 0.99 mg/Kg, Zn 11.10 mg/Kg) are still bellow
the limit allowable in SNI 7387:200 except for Cd and Pb with not allowed on processed food fish.
Overall physicochemical properties of sapu-sapu fish skin gelatin meet the quality standard of
gelatin except for ash and fat content, viscosity and gel stength.

109
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Hermanto, et.al.

Keywords : acid pretreatment, extraction, gelatin, , Hyposarcus pardalis

1. PENDAHULUAN 60.000 hingga Rp 70.000 setiap kilogramnya


Gelatin merupakan protein larut air (LPPOM 2008). Laporan terkini
yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen mengindikasikan produksi gelatin dunia
yang banyak digunakan untuk berbagai mendekati angka 326.000 ton per tahun,
keperluan industri, baik industri pangan dimana gelatin dari kulit babi sebesar 46%,
maupun non-pangan karena memiliki sifat dari sapi sebesar 29.4%, dari tulang sapi
yang khas, yaitu dapat berubah secara sebesar 23.1% dan dari sumber lain sebesar
reversibel dari bentuk sol ke gel, 1.5% (Karim 2009).
mengembang dalam air dingin, dapat Tingginya kebutuhan akan gelatin
membentuk film, mempengaruhi viskositas impor jelas sangat memprihatinkan terutama
suatu bahan, dan dapat melindungi sistem bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
koloid (Sukkwai et al. 2011). muslim, karena sumber gelatin impor sebagian
Dalam industri pangan, gelatin besar masih menggunakan kulit babi dan jika
digunakan sebagai pembentuk busa (whipping ditinjau dari aspek kehalalannya babi
agent), pengikat (binder agent), penstabil termasuk hewan yang diharamkan untuk
(stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), dikonsumsi, sedangkan penggunaan sapi
perekat (adhesive), peningkat viskositas sebagai bahan baku gelatin juga menimbulkan
(viscosity agent), pengemulsi (emulsifier), kekhawatiran dalam bidang kesehatan karena
finning agent,crystal modifier, dan pengental adanya wabah penyakit yang dibawa oleh
(thickener). Gelatin juga digunakan dalam ternak seperti kontaminasi Bovine Spongiform
industri non-pangan seperti industri farmasi, Encephalopathy (BSE) dalam gelatin sapi
fotografi, kosmetik, dan industri meski telah terdapat pernyataan dari Scientific
kertas.Gelatin dapat digunakan dalam bahan Steering Committeee of The European Union
pembuat kapsul, pengikat tablet dan pastilles, bahwa resiko tersebut mendekati nol
gelatin sponge, surgical powder, (Cheowet al. 2007).
suppositories, medical research, plasma Untuk mengatasi ketergantungan akan
expander, dan mikroenkapsulasi dalam bidang gelatin impor perlu dicari alternatif produksi
farmasi. Gelatin dalam industri fotografi gelatin dari sumber yang halal misalnya
digunakan sebagai pengikat bahan peka pembuatan gelatin dari kolagen yang berasal
cahaya, dan pada industri kosmetik, gelatin dari kulit ikan (Haug et al. 2003). Kulit ikan
digunakan untuk menstabilkan emulsi pada dapat dimanfaatkan sebagai sumber gelatin
produk-produk shampo, penyegar dan lotion, alternatif dan telah banyak dilaporkan pada
sabun (terutama yang cair), lipstik, cat kuku, penelitian-penelitian terkini (Gudmundsson
busa cukur, krim pelindung sinar matahari 2002; Go´mez-Guille´n et al. 2005). Menurut
(Hermanianto 2004). Surono et al. (1994) tulang dan kulit ikan
Di Indonesia, kebutuhan gelatin masih sangat potensial sebagai sumber gelatin
didominasi oleh produk luar yang diimpor dari karena mencakup 10%-20% dari total berat
negara-negara penghasil gelatin. Menurut tubuh ikan. Jaswir (2007), mengatakan bahwa
Wahyuni (2009), Indonesia mengimpor lebih gelatin dari ikan bisa berkualitas setara dengan
dari 6.200 ton gelatin (tahun 2003) atau senilai babi jika pengolahannya tepat dan akurat.
US$ 6.962.237 dari berbagai negara (Perancis, Salah satu kulit ikan yang berpotensi
Jepang, India, Brazil, Jerman, Cina, untuk digunakan sebagai sumber gelatin
Argentina, dan Australia) dengan harga jual adalah kulit ikan sapu-sapu, karena ikan sapu-
rata-rata di pasar dalam negeri mencapai Rp sapu memiliki kelimpahan yang banyak dan

110
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

bukan merupakan ikan konsumsi serta Al-Amin Biotech Co. Ltd., serbuk porcine
memiliki nilai ekonomis yang masih relatif gelatin tipe A (No. katalog: G8150) dan
rendah. Bagi sebagian besar petani, ikan sapu- bovine gelatin tipe B (No. katalog: G1393)
sapu dianggap sebagai hama karena Sigma-Aldrich, aquades, asam fosfat (H3PO4),
merupakan kompetitor ikan budi daya baik asam asetat teknis 98%, untuk ekstraksi
dalam habitat maupun makanan juga dapat gelatin dan Na2CO3, NaOH, Na2S2O3, HCl,
merusak pemijahan ikan lain disekitarnya. K2SO4, HgO, H2SO4, HClO4, HNO3, air
Jika dibandingkan dengan gelatin dari hewan suling, aseton, dan H3BO3, natrium asetat serta
mamalia, gelatin ikan memiliki beberapa kertas saring whatman 41 untuk karakterisasi
perbedaan sifat antara lain titik leleh dan produk gelatin.
kekuatan gelnya relatif lebih rendah dari Peralatan yang digunakan antara lain
gelatin mamalia (Karimetal. 2008), namun wadah tahan asam, pisau, gunting, kain saring,
demikian gelatin ikan menunjukkan viskositas panci kaca, kompor, pengaduk, waterbath
yang tinggi dari gelatin mamalia (Leuenberger incubator dan oven untuk ekstraksi gelatin,
1991). Atas dasar hal tersebut, pemanfaatan timbangan digital, pH meter, gelas ukur,
kulit ikan sapu-sapu diharapkan dapat menjadi loyang kaca, grinder, termometer, sentrifuse
solusi alternatif untuk memproduksi gelatin Sorval, grinder, botol film, pipet volumetrik,
dari sumber yang murah dan halal. tabung reaksi, labu Erlenmeyer, tabung
Soxhlet, tanur, cawan, desikator, Rheoner RE
Untuk menentukan kualitas gelatin
3305, Kett Digital Whitenes Powder C-100,
kulit ikan sapu-sapu sesuai dengan standar
Brookfield Syncro-Lectric Viskometer,
yang dipersyaratkan, produk gelatin hasil
magnetic stirrer, dan kjeltec system untuk
ekstraksi dikarakterisasi sifat fisikokimianya
karakterisasi dan uji organol gelatin.
melalui pengujian proksimat (kadar air, kadar
abu, kadar protein, dan kadar lemak), serta uji
Preparasi Bahan Baku (Martianingsih,
lainnya meliputi uji viskositas, kekuatan gel,
2009)
derajat keasaman (pH), titik isoelektrik
protein, titik leleh, kandungan logam berat (Pb Ikan sapu-sapu segar diambil kulitnya
dan Hg), karakteristik gugus fungsi dan uji dan dibersihkan dari daging, sisik dan lapisan
organoleptik yang hasilnya dibandingkan luar yang mengandung lemak yang masih
dengan gelatin komersial. Dari hasil penelitian menempel. Kulit kemudian dicuci dengan air
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengalir hingga bersih. Kulit bersih
dalam penyediaan sumber gelatin halal dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat,
melalui pemanfaatan kulit ikan sapu-sapu kemudian disimpan dalam freezer (-20oC)
sebagai komoditas yang kurang memiliki nilai untuk preparasi dan analisis gelatin
ekonomis. berikutnya.

2. METODE PENELITIAN Ekstraksi Gelatin (Pelu et al. 1998)


Kulit yang telah disimpan dalam
Alat dan bahan
lemari pendingin dicuci dengan air
Isolasi dan karakterisasi gelatin mengalir.Kulit kemudian direndam dengan air
dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu panas 60-700C selama 1-2 menit.Kulit lalu
(PLT) Universitas Islam Negeri Syarif ditiriskan dan dipotong kecil-kecil kemudian
Hidayatullah Jakarta. Bahan baku yang dicuci dengan air mengalir. Kulit ditimbang ±
digunakan adalah kulit ikan sapu-sapu yang 30 gram kemudian direndam dalam larutan
diperoleh dari pasar ikan di daerah Manggarai, asam (asetat dan fosfat) dengan perbandingan
Jakarta Selatan. Bahan lain yang digunakan: kulit ikan dan asam 1 : 4. Konsentrasi asam
Gelatin komersil (halal gelatin) dari Shanghai yang digunakan adalah 2, 4 dan 6% (v/v)

111
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Hermanto, et.al.

dengan lama perendaman masing-masing 16 komersial. Analisis proksimat dilakukan pada


jam.Setelah mengalami swellling perlakuan terbaik dari masing-masing
(pengembangan) kulit ikan kemudian dicuci konsentrasi asam asetat dan asam fosfat.Hasil
hingga pH netral (5-6).Selanjutnya dilakukan terbaik dari penelitian ini dilanjutkan dengan
ekstraksi dalam air panas pada suhu 60 ºC ± 3 pengujian organoleptik yang meliputi warna,
ºC selama 2 jam dengan ratio bobot kulit ikan tekstur penampakan, dan nilai keseluruhan
dan aquades adalah 1 : 3. Filtrat yang yang dibandingkan dengan gelatin komersial.
diperoleh dari proses ekstraksi selanjutnya
disaring dengan menggunakan kain saring, Uji viskositas gelatin (AOAC 1995)
kemudian dikeringkan menggunakan oven Larutan gelatin dengan konsentrasi
pada suhu 55ºC selama 48 jam (2 hari). 6.67% (b/b) disiapkan dengan aquades (7 gr
gelatin ditambah 105 ml aquades) kemudian
Total Rendemen (AOAC 1995)
larutan diukur viskositasnya dengan
Rendemen diperoleh dari menggunakan alat Brookfield Syncro-Lectric
perbandingan antara berat serbuk kering Viscometer. Pengukuran dilakukan pada suhu
gelatin yang dihasilkan dengan berat bahan 60 ºC dengan laju geser 60 rpm menggunakan
segar (kulit yang telah dicuci bersih). spindel.Hasil pengukuran dikalikan dengan
Besarnya rendemen dapat diperoleh dengan faktor konversi. Pengujian ini menggunakan
rumus : spindle no.1 dengan faktor konversinya adalah
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 1, nilai viskositas dinyatakan dalam satuan
Rendemen(%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟
x100%
centipoise (cP).

Kekuatan Gel (Stevens et al. 1995)


Analisis FTIR (Martianingsih 2009)
Kekuatan gel dilakukan secara
Analisis FTIR digunakan untuk objektif dengan menggunakan alat Rheoner
mengetahui gugus fungsi-gugus fungsi khas RE 3305. Tingkat kekuatan gel dinyatakan
dari gelatin yang telah dipreparasi. Sampel dengan satuan bloom yang berarti besarnya
gelatin yang digunakan ialah serbuk gelatin gaya tekan untuk memecah deformasi produk.
yang diperoleh melalui variasi proses Sebelum digunakan alat disetting agar sesuai
perendaman dalam larutan asam fosfat dan dengan jenis produk yang akan diukur gelnya
asetat 2%, 4% dan 6% (v/v). 2 mg sampel karena standar setting untuk setiap produk
dicampurkan dalam 100 mg serbuk kalium berbeda, jarak yang digunakan adalah 400 x
bromida (KBr) dan dihomogenkan kemudian 0.01 mm, kecepatan 0.5 mm/s, sensitifitas 0.2
dibuat cakram KBr. Selanjutnya sampel v dan silinder probe 5 mm. Cara kerja alat ini
discan dalam alat FTIR pada range 4000-500 yaitu silinder probe 5 mm tidak bergerak,
cm-1 dengan resolusi 4 cm-1.Serapan IR yang meja tempat untuk meletakkan contoh yang
dihasilkan dibandingkan dengan gelatin bergerak ke atas mendekati jarum penusuk,
komersil. tekanan dilakukan sebanyak satu kali. Hasil
pengukuran akan tercetak dalam kertas
Karakterisasi Sifat Fisikokimia Gelatin
berbentuk histogram.
Karakterisasi gelatin kulit ikan sapu-
sapu meliputi uji fisikokimia yaitu viskositas, Derajat Keasaman (pH) (AOAC 1986)
kekuatan gel, derajat keasaman (pH), titik Serbuk gelatin sebanyak 0.2 gr
isoelektrik protein, titik leleh, kandungan didispersi dalam 20 ml aquades pada suhu 80
logam berat (Pb dan Hg) dan karakteristif ºC.Contoh dihomogenkan dengan magnetic
gugus fungsi yang dianalisis dengan FTIR dan stirer.Kemudian diukur derajat keasamannya
dibandingkan hasilnya dengan gelatin (pH) pada suhu kamar dengan pH meter.
112
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

Titik Leleh (AOAC 1986) dimasukkan ke dalam teflon beker dan


ditambahkan 1.5 ml HClO4 dan 3.5 ml HNO3,
Larutan gelatin dengan konsentrasi
kemudian teflon beker ditutup dan biarkan
6.67% (b/b) disiapkan dengan aquades.
selama 24 jam. Selanjutnya teflon beker dan
Contoh diinkubasi pada suhu 10 ºC selama 17
contoh dipanaskan di atas penangas air dengan
± 2 jam. Pengukuran titik leleh dilakukan
suhu 60-70 ºC selama ± 2-3 jam (sampai
dengan cara memanaskan gel gelatin dalam
larutan jernih) (bila contoh tidak semua larut,
waterbath. Diatas gel gelatin tersebut
ditambahkan lagi HClO4 dan 3.5 ml HNO3).
diletakkan gotri dan ketika gotri jatuh ke dasar
Kemudian ditambahkan ke dalamnya
gel gelatin maka suhu tersebut merupakan
sebanyak 3 ml air suling bebas ion dan
suhu titik leleh.
dipanaskan kembali hingga larutan hampir
Titik Isoelektrik Protein (AOAC 1986) kering, selanjutnya didinginkan pada suhu
ruang.Kemudian ditambahkan 1 ml HNO3
Sebanyak 0.2 gr contoh ditambah pekat dan diaduk pelan-pelan.Selanjutnya
dengan 40 ml aquades sebagai pelarut dengan ditambahkan 9 ml air suling bebas ion, dan
kisaran pH 4.5-10.5 (interval 0.5). Pengaturan dilakukan pengukuran menggunakan atomic
pH dilakukan dengan menambah NaOH 0,5 N absorption spectrophotometri menggunakan
untuk menaikkan pH dan HCl 0.5 N untuk nyala udara esitelin.
manurunkan pH. Setelah kondisi tercapai
dilanjutkan dengan pengadukan selama 30 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menit untuk menyempurnakan reaksi. Larutan
yang dihasilkan dipisahkan dengan bagian Hasil Ekstraksi Gelatin Kulit Ikan Sapu-
yang tidak larut dengan cara disentrifuse, Sapu
kemudian disaring dengan menggunakan Ekstraksi gelatin dari kulit ikan sapu-
kertas saring whatman 41. Filtrat dianalisis sapu dilakukan dengan menggunakan larutan
kadar nitrogennya dengan metode mikro- asam fosfat dan asam asetat dengan
kjeldahl. Kadar nitrogen terlarut yang paling konsentrasi masing-masing 2%, 4%, 6% (v/v)
rendahditentukan sebagai daerah isoelektrik dengan lama perendaman 16 jam. Hasil
(pl). ekstraksi masing-masing perlakuan diperoleh
total randemen sebagaimana terlihat pada
Analisis Proksimat tabel 1.
Analisis proksimat meliputi uji kadar
air, kadar abu, kadar protein kadar lemak dan Pada perendaman dengan asam fosfat
kandungan logam berat. Semua parameter terlihat kecendrungan nilai rendemen semakin
pengujian mengacu pada standar AOAC, meningkat seiring dengan tingginya
(1995) untuk prosedur pengujian gelatin konsentrasi demikian juga yang terjadi pada
kecuali untuk pengujian kadar logam berat. perendaman dengan asam asetat.
Kecendrungan naiknya rendemen dengan
Kandungan Logam Berat (Martianingsih, meningkatnya konsentrasi asam
+
2009) dimungkinkan karena banyaknya ion H yang
Serbuk gelatin sebanyak 2 gr berinteraksi dengan struktur tropokolagen.

Tabel 1. Total rendemen gelatin ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis)

No Konsentrasi (%) Waktu (Jam) Rendemen (%)


Asam Asetat Asam Fosfat
1 2 16 1.37 4.53
2 4 16 1.6 11.6
3 6 16 2.46 11.4

113
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Hermanto, et.al.

Struktur kolagen yang berbentuk tripel heliks keberhasilan proses isolasi gelatin. Analisis
akan kehilangan struktur tripel heliksnya yang digunakan untuk mengetahui
karena ikatan hidrogen didalam kolagen dan karakteristik struktur molekul gelatin adalah
ikatan antara tropokolagen melemah, sehingga dengan analisis FTIR untuk mengetahui
kolagen terkonversi dan menjadi bentuk yang apakah gelatin hasil ekstraksi memiliki
ideal untuk diekstraksi (Martianingsihetal. kemiripan dengan struktur gelatin komersial
2009). (pembanding). Gelatin seperti umumnya
merupakan protein yang terdiri dari senyawa
Reaksi pemutusan ikatan kovalen
karbon, hidrogen, gugus hiroksil (OH), gugus
pada struktur tropokolagen akan lebih mudah
karbonil (C=O), dan gugus amina (NH).
dilakukan dalam suasana asam dan dengan
Berdasarkan karakteristik gugus
kekuatan ionik yang lebih besar. Namun
fungsinya, serapan khas gelatin dibagi
demikian konsentasi asam yang terlalu besar
menjadi 4 bagian, yaitu daerah serapan amida
akan menghasilkan strukur gelatin dengan
A pada bilangan gelombang 3600-2300 cm-1,
massa molekul relatif yang lebih rendah dan
amida I pada bilangan gelombang 1636-1661
viskositasnya semakin berkurang. Penggunaan
cm-1, amida II pada bilangan gelombang 1560-
kedua jenis larutan asam dilakukan untuk
1335 cm-1, dan amida III pada bilangan
menghasilkan gelatin dengan kualitas yang
gelombang 1300-1200 cm-1 (Muyongga et al.
baik. Selain itu juga penggunaan asam fosfat
2004.
dan asam asetat dikarenakan keduanya
merupakan asam lemah sehingga diharapkan
tidak akan mendenaturasi secara total kolagen
yang akan dikonversi menjadi gelatin.
Ekstraksi dengan air hangat akan
meneruskan pemutusan ikatan-ikatan silang, Amida III
serta untuk merusak ikatan hidrogen yang
menjadi faktor penstabil struktur kolagen.
Ikatan-ikatan hidrogen yang dirusak dan Amida II
ikatan-ikatan kovalen yang dipecah akan Amida A
mendestabilkan tripel helik melalui transisi
helik ke gulungan dan menghasilkan konversi
Amida I
yang larut air (Gambar 1).

Karakteristik Struktur Molekul Gelatin

Gambar 2 Profil spektrum FTIR gelatin


ikan (Institute of Chemistry,
University of Tartu, Estonia)

Hasil analisis FTIR pada semua


perlakuan menunjukkan pola serapan khas
gelatin yang relatif sama walaupun dengan
Gambar 1 Proses perusakan struktur kolagen
dengan ekstraksi asam(Go´mez- intensitas yang berbeda yaitu serapan amida
Guille´n et al. 2005) A, amida I, amida II dan amida III, seperti
yang terdapat pada tabel 2 dan tabel 3.
Karakteristik struktur molekul
merupakan salah satu penciri penentu

114
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

Tabel 2 Puncak serapan FTIR gelatin hasil perendaman asam fosfat

Asam Amida A Amida I Amida II Amida III


Fosfat (3600-2300 cm-1) (1636-1661 cm-1) (1560-1335 cm-1) (1300-1200 cm-1)
(v/v)
2% 3319.69 dan 1648.30 1540.80, 1450 dan 1244.25
2939.01 1335.06
4% 3306.78 dan 1645.56 1539.17, 1452.14 1242.12
2960.26 dan 1334.33
6% 3302.72 dan 1647.28 1539.74, 1452.17 1242.51
2939.89 dan 1334.76
Gelatin 3303.27 dan 1649.76 1543.88, 1453.48 1244.12
Babi 2960.89 dan 1333.75

Tabel 3 Puncak serapan FTIR gelatin hasil perendaman asam asetat

Asam Amida A Amida I Amida II Amida III


Asetat (3600-2300 cm-1) (1636-1661 cm-1) (1560-1335 cm-1) (1300-1200 cm-1)
(v/v)
2% 3318.09 1654.08 1548.13, 1454.64 1244.26
dan 1336.52
4% 3307.37 dan 1654.27 1544.91, 1451.38 1244.18
2961.94 dan 1335.63
6% 3303.03 dan 1648.30 1540.80, 1450 1244.25
2958.67 dan ν 1335.06
Gelatin 3303.27 dan 1649.76 1543.88, 1453.48 1244.12
Babi 2960.89 dan 1333.75

Berdasarkan hasil analisis FTIR masing-masing bilangan gelombang yang


(Gambar 3) karakteristik struktur molekul spesifik relatif berbeda. Hal ini kemungkinan
gelatin hasil perendaman asam fosfat 4% juga mempengaruhi sifat fisikokimia diantara
memiliki kemiripan struktur dengan gelatin keduanya seperti nilai viskositas dan kekuatan
babi (komersial). Namun demikian diantara gelnya dimana proporsi kolagen dan gelatin
keduanya terlihat bahwa intensitas peak pada keduanya juga relatif berbeda.

Gambar 3 Kemiripan spektrum FTIR gelatin babi dengan gelatin kulit ikan sapu-sapu hasil perendaman asam
fosfat 4%

115
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

Sifat Fisikokimia Gelatin sapu hasil isolasi asam fosfat 4% memiliki pH


asam yaitu 4.78 yang masih berada dalam
Pengujian sifat fisikokimia gelatin
rentang pH gelatin tipe A.
dilakukan pada sampel gelatin hasil ekstraksi
Rendahnya nilai pH gelatin kulit ikan
dengan jumlah randemen terbesar yaitu
sapu-sapu hasil ekstraksi asam fosfat 4%
gelatin hasil ekstraksi asam hosfat 4%.Hasil
diakibatkan oleh tingginya konsentrasi asam
pengujian sifat fsisikokimia pada sampel
fosfat yang digunakan.Hal ini diduga karena
adalah seperti terlihat pada tabel 4.
masih ada sisa-sisa asam fosfat yang
Tabel 4 Sifat Fisikokimia gelatin digunakan pada saat perendaman yang
terbawa pada saat ekstraksi, sehingga
Parameter Nilai *Standar yang mempengaruhi tingkat keasaman (pH) gelatin
disyaratkan
yang dihasilkan.Namun demikian gelatin
Kadar Air (%) 7.5 Maks. 15 dengan pH rendah mempunyai keuntungan
Kadar Abu (%) 9.4 0.3 - 2 yaitu tahan terhadap kontaminasi
Kadar Protein (%) 66.6 > 90 mikroorganisme (Hajarwati 2005).
Namun demikian untuk parameter
Kadar Lemak (%) 10.3 <5
lainnya seperti kadar abu, kadar lemak,
Viskositas (cP) 12.7 15-75 viskositas dan kekuatan gel nilainya belum
Kekuatan 416.7 50-300 sesuai dengan yang dipersyaratkan. Hasil
Gel(Bloom) Pengukuran kadar abu gelatin kulit ikan sapu-
pH 4.78 3.8-5.5 sapu adalah 9.4%. Hasil ini lebih tinggi
o dibandingkan kadar abu maksimun yang
Titik Leleh ( C) 27 < 35
Titik Isoelektrik 8.37 7 – 9 (Tipe A) diatur dalam SNI06-3735-1995 yaitu di bawah
3.25%. Abu adalah zat mineral organik yang
*) (GMIA 2012)
tidak ikut terbakar dalam proses pembakaran
zat organik .Mineral tersebut diantaranya
Berdasarkan tabel 4, terlihat sebagian adalah natrium, klor, kalsium, fosfor,
besar paramater fisikokimia gelatin sudah magnesium, belerang dan logam berat
memenuhi standar yang dipersyaratkan seperti (Winarno 1997). Nilai kadar abu suatu bahan
kadar air, pH, titik leleh dan titik isoelektrik. pangan menunjukkan besarnya jumlah mineral
Rendahnya kadar air gelatin kulit ikan sapu- yang terkandung dalam suatu bahan pangan
sapu ini disebabkan oleh proses perendaman tersebut. Tingginya kadar abu gelatin kulit
asam yang relatf singkat yaitu selama 16 jam, ikan kemungkinan disebabkan oleh
dimana jumlah air yang diserap sangat sedikit keberadaan logam-logam berat seperti Cd, Pb,
dan kehilangan air selama proses pengeringan Cu dan Zn dan logam lainnya seperti Mg dan
gelatin yang dihasilkan dari kulit ikan sapu- Ca yang merupakan mineral yang banyak
sapu hasil ekstraksi asam fosfat 4% terbentuk ditemukan dalam daging ikan yang memiliki
setelah dikeringkan pada suhu 55oC selama 48 titik didih di atas 550 0C.
jam. Kadar lemak menjadi salah satu
Nilai pH gelatin merupakan salah satu parameter penting penentu kualitas
parameter penting dalam standar mutu gelatin. gelatin.Penentuan kadar lemak perlu
Pengukuran nilai pH larutan gelatin penting dilakukan karena lemak berpengaruh terhadap
dilakukan karena pH larutan gelatin perubahan mutu gelatin selama penyimpanan.
mempengaruhi sifat-sifat yang lainya seperti Kerusakan lemak yang utama diakibatkan
viskositas dan kekuatan gel (Astawanet oleh proses oksidasi sehingga timbul bau dan
al.2002). Menurut GMIA (2012) pH gelatin rasa tengik yang disebut dengan proses
tipe A berkisar antara pH 3.8-5.5. Hasil ketengikan. Lemak berhubungan dengan mutu
pengukuran nilai pH gelatin kulit ikan sapu- karena kerusakan lemak dapat menurunkan
116
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan menjerat cairan dan berikatan silang secara
rasa dan bau (Winarno 1997).Gelatin yang kuat sehingga menyebabkan terbentuknya gel
bermutu tinggi diharapkan memiliki (Gudmundsson 2002). Pendinginan
kandungan lemak yang rendah bahkan mengakibatkan transisi struktur gulungan
diharapkan tidak mengandung lemak (de Man yang acak menjadi struktur helik yang baru
1997). dan akan memperkuat kekuatan gel gelatin
Hasil pengukuran kadar lemak gelatin yang dihasilkan. Struktur helik yang baru
kulit ikan sapu-sapu hasil ekstraksi asam terbentuk tersebut tidak sama dengan struktur
fosfat 4% relatif cukup besar yaitu 10.3 %. asli kolagen, karena terbatasnya jumlah tripel
Besarnya kadar lemak ini bertolak belakang helik yang terbentuk kembali. Pembentukkan
dengan standar yang dipersyaratkan GMIA kembali tripel helik mengakibatkan adanya
(2012), dimana kadar lemak gelatin sebaiknya junction zones. Junction zones terjadi pada
tidak melebihi 5% dari total berat gelatin. gelatin dalam bentuk sol ke gel yang dapat
Tingginya kadar lemak kemungkinan karena dilihat pada gambar 4.
factor perlakuan (treatment) selama proses
pembuatan gelatin baik pada tahap
pembersihan kulit (degreasing) hingga pada
tahap penyaringan filtrat hasil ekstraksi
yangbelum cukup optimal. Tingginya kadar
lemak yang dihasilkan juga mengindikasikan
bahwa perlu ada perlakuan khusus yang
dilakukan untuk menghilangkan lemak pada
kulit ikan sapu-sapu yang dikenal sangat keras
misalnya dengan melakukan pretretmen Gambar 4 Junction zones pada molekul
dengan peredaman dalam larutan basa dengan gelatin(Martianingsih 2009)
suhu dan waktu yang optimum pada tahap
preparasi awal.
Paramater lainnya yang juga pentng Hasil pengukuran kekuatan gel pada
dan menjadi standar penentu kualitas gelatin serbuk gelatin kulit ikan sapu-sapu hasil
adalah nilai viskositas dan kekuatan gel. perlakuan ekstraksi asam fosfat 4% adalah
Kekuatan gel sangat penting dalam penentuan 416.57 bloom, nilai ini lebih tinggi dari yang
perlakuan yang terbaik dalam proses ekstraksi dipersyaratkan dalam GMIA (2012) untuk
gelatin tipe A yaitu 50–300 bloom. Tingginya
gelatin. Pembentukan gel (gelatinisasi)
merupakan suatu fenomena penggabungan nilai kekuatan gel ini menunjukkan bahwa
atau pengikatan silang rantai-rantai polimer proses perendaman dengan asam fosfat 4%
membentuk jalinan tiga dimensi yang belum cukup optimum dalam mengkonversi
struktur tropokolagen yang berbentuk tripel
kontinyu, sehingga dapat menangkap air di
dalamnya menjadi suatu struktur yang heliks menjadi struktur gelatin yang memiliki
struktur alfa heliks. Hal tersebut juga
kompak dan kaku yang tahan terhadap aliran
diperkuat dengan hasil analisis FTIR dimana
di bawah tekanan.Kemampuan inilah yang
menyebabkan gelatin sangat luas profil spektrum gelatin gelatin ikan sapu-sapu
hasil ekstraksi masih mengandung struktur
penggunaannya, baik dalam bidang pangan,
farmasi, dan biadang-bidang lainnya. tropokolagen pada daerah amida III.
Mekanisme yang tepat tentang Di sisi lain, nilai viskositas gelatin
pembentukan gel dari sol gelatin masih belum ikan sapu-sapu yang diperoleh 12.7 mPa.s
diketahui. Molekul-molekul secara individu atau sama dengan 12.7 cP.Nilai tersebut
melebihi standar yang dipersyaratkan menurut
bergabung dalam lebih dari satu bentuk
kristalin membentuk jalinan tiga dimensi yang Britis Standard (1975) yaitu 1.5-7 cP. Namun

117
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Hermanto, et.al.

apabila mengacu pada GMIA (2012), gelatin ikan, kadar Pb dan Cd pada gelatin sudah
kulit ikan sapu-sapu memiliki nilai viskositas melewati ambang batas dimana kadar logam
di bawah standar yaitu 15 cP. Perbedaan nilai berat yang diperbolehkan adalah Cd 0,1
viskositas bisa disebabkan oleh karena proses mg/Kg, Hg 0,5 mg/Kg, Pb 0,3 mg/Kg.
ekstraksi dan komposisi bahan baku yang Mengacu pada standar tersebut sebaiknya
digunakan dimana masing-masing bahan untuk pengolahan kulit ikan sapu-sapu
memiliki tingkat kekuatan ikatan silang menjadi gelatin, sumber atau tempat ikan
tropokolagen yang berbeda-beda selain juga sapu-sapu hidup perlu diperhatikan. Selain itu
faktor usia, genetik dan faktor lingkungan. perlu juga dilakukan treatment untuk
Lemahnya ikatan silang menyebabkan menghilangkan kandungan logam berat
kolagen mudah terhidrolisis, hidrolisis ini tersebut misalnya melalui perendaman dalam
dapat menurunkan berat molekul gelatin yang larutan basa karena sebagian besar logam akan
pada akhirnya akan menurunkan viskositas terendapkan dalam larutan basa. Namun
larutan gelatin (Choi etal.2000).Viskositas terlepas dari kadar logam berat yang tinggi
merupakan sifat fisik gelatin yang penting pada ikan sapu-sapu, ikan sapu-sapu juga
setelah kekuatan gel, karena viskositas mengandung mineral yang penting seperti Zn
mempengaruhi sifat fisik lainnya seperti titik dan Cu.
leleh, titik gel, dan stabilitas emulsi.Viskositas
gelatin yang tinggi menghasilkan laju 4. SIMPULAN
pelelehan dan pembentukan gel yang lebih Ekstraksi gelatin dari kulit ikan sapu-
tinggi dibandingkan gelatin yang sapu dengan perendaman dalam asam fosfat
viskositasnya rendah, dan untuk stabilitas 4% selama 16 jam menghasilkan total
emulsi gelatin diperlukan viskositas yang rendemen terbesar yaitu 11.6% (w/w) dengan
tinggi (Choietal. 2000). karakteristik struktur molekul yang relatif
Hasil pengujian kadar logam berat mirip dengan spektrum FTIR gelatin babi
(komersial).
gelatin kulit ikan sapu-sapu ditampilkan pada
Sifat fisikokimia gelatin kulit ikan
tabel 5. sapu-sapu hasil perendaman asam fosfat 4%
sudah memenuhi standar yang dipersyaratkan
Tabel 5 Kandungan logam berat pada gelatin kulit dalam SNI No.06-3735-1995dan GMIA
ikan sapu-sapu hasil perendaman asam (2012) kecuali untuk kadar abu, kadar lemak,
fosfat 4 % viskositas dan kekuatan gelnya yang relatif
lebih tinggi dari nilai yang dipersyaratkan.
Jenis Logam Gelatin Kulit Total
Ikan Sapu- logam berat *) Saran
Sapu
Raksa (Hg) 0.012 mg/Kg Maks. 50 mg/Kg 1. Untuk meningkatkan standar kualitas
Timbal (Pb) 7.69 mg/Kg Maks. 50 mg/Kg gelatin dari kulit ikan sapu-sapu perlu
Kadmium (Cd) 2.49 mg/Kg Maks. 50 mg/Kg dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
Tembaga (Cu) 0.99 mg/Kg Maks. 30 mg/Kg mengoptimasi waktu dan suhu
Seng (Zn) 11.10 mg/Kg Maks. 100 mg/Kg perendaman serta perlakuan awal yang
sedikit berbeda (misalnya melalui
*SNI (06-3735-1995) perendaman dalam larutan basa/NaOH)
untuk menghilangkan logam berat dan
menghasilkan struktur gelatin sesuai
Berdasarkan tabel 5terlihat bahwa dengan standar mutu yang dipersyaratkan.
kadar logam berat gelatin kulit ikan sapu-sapu 2. Perlu dilakukan karakterisasi lebih lanjut
memiliki nilai yang masih relatif rendah misalnya melalui analisis bobot molekul
apabila dibandingkan dengan SNI 06-3735- gelatin dengan SDS-PAGE dan uji indeks
emulsi untuk memperoleh informasi yang
1995. Namun demikian jika mengacu pada
lebih lengkap mengenai karakteristik
SNI 7387:2009 untuk pangan hasil olahan gelatin yang dihasilkan.

118
Jurnal Kimia Valensi Vol. 4 No. 2, November 2014 (109-120) ISSN : 1978 - 8193

Daftar Pustaka Grossman S, BergmanM. 1991.Process for the


Production of Gelatin from Fish
Skins.European Paten Application 0436266
[AOAC].1995. Official Methods of Analysis of A1.
The Association of Analytical Chemist.
Washington. Gudmundsson M. 2002.Rheological properties of
gelatin.Journal of Food Science. 67(6)
Apriyantono, H. A, (2003): Makalah Halal: Kaitan
Antara Syar’i, Teknologi, dan Sertifikasi, GudmundssonM, Hafsteinssen H. 1997. Gelatin
www.indohalal.com/doc-halal2.html from Cod Skin as Affected by Chemical
Treatments.Journal of Food Science.
Baker RC, Hahn PW, Robbins KR. 1994. 621(47): 37-39.
Fundamentals of New Food Product
Development. New York (US): Ersevier Hajarwati. 2006. Sifat fisika dan kimia gelatin
Science B.V. tulang sapi dengan perendaman asam
klorida pada konsentrasi dan lama
[BSN].SNI. 063735. 1995. 1995.Mutu dan Cara perendaman yang berbeda. [Tesis]. Bogor
Uji Gelatin. Jakarta (ID): Dewan (ID): Sekolah Pasca SarjanaInstitut
Standarisasi Mutu Pangan. Pertanian Bogor.
Charley H. 1982. Encyclopedia of food science Haug IJ, Kurt ID, Olav S. 2004.Physical behaviour
and technology.Vol 2. New York (US): of fish gelatin-k-carrageenan
John Wiley and Sons. mixtures.Journal Carbohydrate
Cheow CS, NorizahMS, KyawZY,Howell NK. Polymers.56:11-19.
2007. Preparation and characterisation of Hermanianto J. 2004. Gelatin: Keajaiban dan
gelatins from the skins of sin croaker Kehalalannya. Jakarta (ID): [diunduh pada
(Johnius dussumieri) and shortfin scad 2012 Oktober 18]. Tersedia pada:
(Decapterus macrosoma). Food Chemistry. www.modules.php.htm.
101(1): 386-391.
Hinterwaldner, R. 1977. Technology of gelatin
Choi SS, Regenstein JM. 2000. Physicochemical manufactureIn: Ward AG, Courts A (ed.).
and sensory characteristic of fish gelatin. J. The science and Technology of
Food Sci. 65(2): 194–199. Gelatin.New York (US): Academic Press.
de Man JM. 1997.Kimia Makanan. Terjemahan. K. Institute of Chemistry, University of Tartu,
Padmawinata. Bandung(ID): Penerbit ITB. Estonia. http://tera.chem.ut.ee/IR_spectra/
Fahrul.2005. Kajian Ekstraksi Gelatin dari Kulit index.php?option=com
Ikan Tuna (Thunnus alalunga) dan content&view=article&id=102&Itemid=70
Karakteristiknya Sebagai Bahan Baku didownload tanggal 12 Nopember 2013.
Industri Farmasi.Bogor (ID): IPB. Irawan MD.2009.Studi Perbandingan Kualitas
FriessW,Lee G. 1996. Basic thermoanalytical Gelatin Dari Limbah Kulit Ikan Tuna
studies of insoluble collagen (Thunnus spp.), Kulit Ikan Pari (Dasyatis
matrices.Biomaterials.17 (23) : 2289–2294. sp.) dan Tulang Ikan Hiu (Carcarias sp.)
sebagai Alternatif Penyedia Gelatin Halal.
[GMAP] Gelatin Manufacture Association of Asia [Skripsi]. Malang (ID): Fakultas Perikanan,
Pacific.2005.About Gelatin. [Internet]. Universitas Brawijaya.
Jakarta(ID): [diunduh pada 2011 September
01]. Tersedia Jaswir. I, 2007. Memahami Gelatin.Jakarta (ID):
padahttp://www.gmapgelatin.com/about_gel [diunduh pada 2012 Juni 07]. Tersedia pada:
atin.html. www.beritaiptek.com.
[GMIA]Gelatin Manufacturers Institute of Judoamidjojo RM. 1974.Dasar Teknologi dan
America.2012.Gelatin Handbook.New York Kimia Kulit.Bogor (ID): Fakultas Teknologi
(US): GMIAInc. Hasil Pertanian IPB.
Geltech. 2002. What is Gelatin.Jakarta (ID): KarimAA, Bhat R. 2008. Fish Gelatin: Properties.
[diunduh pada 2012 Oktober 18]. Tersedia Challenges, and Prospects As An
pada: http://www.Geltech.co.za/gltn1.html. Alternative To Mammalian Gelatins. Food
hydrocolloids, 23: 563-576; 656.
Go´mez-Guille´n MC, Gime´nez P, Montero.2005.
Extraction of gelatin from fish skins by high Karim AA, Bhat R.2009. Review Fish Gelatin:
pressure treatment.Journal of Food Properties. Challenges.And Prospects As
Hydrocolloids. 19: 923–928. An Alternative To Mammalian

119
Karakteristik Fisikokimia Gelatin Kulit Ikan Hermanto, et.al.

Gelatins.Trends in Food Science Broiler danKarakterisasi Gugus Fungsinya


andTechnology.19: 644-656. dengan Spektrofotometri FTIR.Denpasar
(ID): Jurusan Kimia, Fakultas MIPA dan
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN,
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
Wiroatmadja S. 1993. Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Schrieber R, Gareis H. 2007. Gelatin handbook:
Jerman (DE): Periplus Edition. Theory and industrial practice. Weinheim
(AU): Wiley-VCH Verlag GmbH &
Lagler KF, Bardach JE, MillerRR, PassinoDRM.
Co.KGaA.
1977. Ichtiology 2nd ed. New York (US):
John Wiley and Sons. Sopian, I. 2002.Analisis Sifat Fisik, Kimia dan
Fungsional Gelatin yang Diekstrak dari
LeuenbergerBH. 1991. Investigation of viscosity
Kulit dan Tulang Ikan Pari.[Skripsi].Bogor
and gelation properties of different
(ID):Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
mammalian and fish gelatins. Food
Hydrocolloids. 5(4): 353–361. Stevens, P., Wijaya, I. and Paterson, J. (1995).
Modelling of Physical Properties of
LPPOM. 2008. Halal menentramkan umat. Jurnal
Gelatin: Gel Strength. Food Australia, 47
Halal. 72.
(4), 167-172.
Martianingsih N, Atmaja L.2009. Analisis Sifat
SukkwaiS, Kijroongrojana K, Benjakul S. 2011.
Kimia, Fisik, Dan Termal Gelatin Dari
Extraction of gelatin from bigeye snapper
Ekstraksi Kulit Ikan Pari (Himantura
(Priacanthus tayenus)skin for gelatin
Gerrardi) Melalui Variasi Jenis Larutan
hydrolysate production.International Food
Asam.[Skripsi].Surabaya (ID): Jurusan
Research Journal.18(3): 1129-1134.
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Surono, Djazuli N, Budianto D, Widarto,
Sepuluh Nopember. Ratnawati, Aji US, Suyui AM, Sugiran.
1994.Penerapan Paket Teknologi
Muyonga JH, Cole CGB, DuoduKG. 2004. Fourier
Pengolahan Gelatin dari Ikan Cucut.
transform infrared (FTIR) spectroscopic
Jakarta (ID): Laporan Balai Pengembangan
study of acid soluble collagen and gelatin
dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan.
from skins and bones of young and adult
Nile perch (Lates niloticus).Food Surono, DjazuliN, BudiyantoD, Widarto,
Chemistry.86(3): 325-332. Ratnawati, Aji US, Suyuni AM, Sugiran.
1994. Penerapan Paket Teknologi
Nurilmala M. 2004. Kajian potensi limbah tulang
Pengolahan Gelatin dari Ikan Cucut. Jakarta
ikan keras (Teleostei) sebagai sumber
(ID): Laporan BBMHP.
gelatin dan analisis karakteristiknya.[Tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Wahyuni Mita, Peranginangin Rosmawat. 2009.
Pertanian Bogor. Perbaikan Daya Saing Industri Pengolahan
Perikanan Melalui Pemanfaatan Limbah
Pelu H, Harwanti S, Chasanah E. 1998. Ekstraksi
Non Ekonomis Ikan Menjadi Gelatin,
gelatin dari kulit ikan tuna melalui proses
(www.ikanmania.wordpress.com).
asam. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 4(2): 66-74. Winarno FG.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Prystupa DA, Donald AM. 1996. Infrared study of
gelatin conformations in gel and sol Yunanto A. 2000. Luas Relung Dan Tumpang
states.Polymer Gels and Networks. 4: 87– Tindih Makanan Dan Habitat Antara Ikan
110. Sapu-Sapu (Hyposarcus pardalis) Dengan
Ikan Lainnya Di Situ Cigudeg, Kabupaten
Puspawati NMIN, Simpen, INS Miwada.
Bogor. [Skripsi].Fakultas Perikanan dan
2012.Isolasi Gelatin dari Kulit Kaki Ayam
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

120

Anda mungkin juga menyukai