Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II

SPERMATOZOA

Disusun Oleh :

Nama : Finka Bella Palit


NIM : 15101102019
Kelompok : I (Satu)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2016
I.Judul : Spermatozoa

II.Tujuan : Mengamati dan Menghitung Jumlah Sperma


III. Dasar Teori
Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar pada satu pandangan
dan sempit pada pandangan lain dengan bagian paling tebal pada pangkal kepala yang
melangsing ke apeks yang tipis. Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti,
kromosom, terdiri dari DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetik yang
dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan dan disimpan di dalam molekul DNA yang tersusun
oleh banyak nukleotida. DNA adalah materi penerjemah genetik yang sangat padat. Setiap
spermatozoon mengandung kurang lebih 2,5 milyar informasi penting untuk membentuk
foetus walaupun diperlukan 300 milyar spermatozoa untuk membentuk satu gram DNA. Pada
mammalian sifat herediter di dalam inti sperma termasuk penentuan kelamin embrio.
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan
semen. Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. Cairan semen ini berwarna putih
mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8, papar dr. Bowo. Nah, volume cairan semen
dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml juga
dianggap abnormal. Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu
keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya sekitar 20 juta/
ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) atau bahkan tak
ditemukan sel sperma sama sekali (azoospermia). Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan
semen ini terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria.
Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor.
Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma.
Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma mencapai sel telur. Untuk mencapai sel telur, sel
sperma harus mampu melakukan perjalanan panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya
pembuahan. Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal,
membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit
namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur. Sperma dikatakan normal bila memiliki
gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih
besar atau sama dengan 50% (Fried 1999).
Ekor sperma yang panjang (40 sampai 50 mikron) dapat dibagi atas 3 bagian, bagian
tengah, bagian utama dan bagian ujung, dan berasal dari sentriol spermatid selama
spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoon gelombang-gelombang yang
dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan ke arah distal sepanjang ekor bagaikan
pukulan cemeti. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan kepala dikenal
sebagai daerah implantasi. Pemisahan kepala dari ekor dapat terjadi di daerah ini, satu
keadaan yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek herediter spesifik atau apabila testes
dipanasi atau jika hewan tersebut menderita demam. Di bawah mikroskop elektro terlihat
bahwa daerah implantasi mengandung sentriol proksimal.
Para spermatozoa dikembangkan dari sel-sel germinal primitif yang telah menjadi
tertanam di testis, dan tahap-tahap perkembangan mereka sangat mirip dengan pematangan
sel telur. Sel germinal primer mengalami perpecahan dan menghasilkan jumlah sel disebut
spermatogonium, dan dari spermatosit primer tersebut berasal. Setiap spermatosit primer
membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing menjadi dua spermatosit
sekunder spermatid atau spermatozoa muda; dari ini, akan terlihat bahwa spermatosit primer
memberi aliran pada empat spermatozoa. Pada proses ini dengan membandingkan bahwa dari
pematangan ovum akan diamati bahwa spermatosit primer menimbulkan dua sel, spermatosit
sekunder, dan oosit primer untuk dua sel, oosit sekunder dan kutub pertama badan .
Spermatozoa atau sel benih dikembangkan di testis dan hadir dalam jumlah besar
dalam cairan seminal. Masing-masing terdiri dari yang kecil tapi sangat diubah sel.
Spermatozoa manusia memiliki kepala, leher, yang menghubungkan bagian atau badan, dan
ekor. Kepala spermatozoa berbentuk oval atau elips, tetapi diratakan, sehingga bila dilihat
dalam profil ini adalah berbentuk buah pir. Dua pertiga anterior dilindungi oleh lapisan yang
dimodifikasi protoplasma, yang dinamakan kepala-topi. Leher kurang terbatas dalam
spermatozoa manusia dibandingkan pada mereka dari beberapa hewan yang lebih rendah.
Ekor yang sangat panjang, dan terdiri dari benang atau aksial filamen, dikelilingi oleh
sarungnya, yang mungkin berisi spiral benang atau mungkin menyajikan penampilan lurik.
Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi
mengalami pembelahan atau pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi
spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi
spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Kepala spermatozoa bentuknya bulat
telur dengan ukuran panjang 5 mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama
dibentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Pada bagian anterior kepala
spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per
tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain:
hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim.
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran
akrosom yang terdiri dari dua lapis yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal
membran) dan membran akrosom luar (outer acrosomal membran). Secara molekuler
susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan
plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi akrosom sedang
membran akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting
pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali
penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah menjadi spermatid dan
akhirnya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang
penting yaitu kepala dan ekor .
Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut
mati, permeabilitas membrannya meninggi terutama di daerah pangkal kepala, dan hal ini
merupakan dasar pewarnaan semen yang membedakan sperma hidup dari yang mati. Zat
warna yang umum dipakai adalah eosin atau merah Kongo terhadap latar belakang hitam dari
negrosin. Selama senses atau aging beberapa unsur merembes keluar dan kepala-kepala
sperma mempunyai tendensi untuk melekat jadi satu atau melekat pada permukaan gelas.

IV. Langkah Kerja


1. Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididymis
atau vas deferens manusia.
2. Jika cairan itu pekat larut kan dengan NaCl fisiologis, kemudian teteskan cairan
pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang lain dioleskan setipis
mungkin.
3. Selanjutnya periksalah dibawah mikroskop.
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
Gambar sperma dibawah mikroskop perbesaran 10

Sperma
Normal :
Anormal :
5.2. Pembahasan

Satu spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala lonjong dilihat dari atas dan
Pyriform dilihat dari samping, lebih tebal dekat leher dan menggepeng ke ujung. Kepala 4-5
um panjang dan 2-5 um lebar.sebagian terbesar ke[ala berissi inti, yang kromatinnyasangat
terkondensasi untuk menghemat ruangan yang kecil, dan untuk melindungi diri dari
kerusakan ketika spermatozoon itu mencari ovum. Dua pertiga bagian inti ditutupi oleh
Akrosom, berisi enzim untuk menembus dan memasuki ovum.
Sumbu ekor (axial core) terdiri atas dua buah fibril pusat yang dikelilingi oleh 9 fibril
ganda berupa sebuah cincin berganda. Cincin tersebut berjalan mulai dari daerah implantasi
sampai ke ujung ekor. Pangkal ekor merupakan bagian spermatozoa. Sumbu pusat terdiri atas
11 fibril yang dikelilingi oleh 9 fibril yang lebih kasar. Pangkal ekor kaya dengan plasmogen,
suatu bahan yang mengandung asam lemak. Bagian tengah ekor bertindak sebagai mesin
pendorong. Bagian ujung ekor pendek dan tidak mempunyai selubung maupun fibril pusat.
Menurut Sukra (2000) menyatakan bahwa, ekor sperma berupa silia yang terdiri dari
mikrotubulus dan mengandung banyak ATP untuk energi pergerakan ekor. Ekor spermatozoa
terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Bentuk kepala bervariasi tergantung spesies. Pada manusia berbentuk bulat. Bila
bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan berenang dalam air.
Menurut Nalbandov (1995) menyatakan bahwa, hanya bila sudah mati maka sperma tampak
datar dengan permukaan.
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas.
Antara lain sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil, kepala rangkap, sel sperma
tanpa kepala atau tanpa ekor (seringkali disebabkan perlakuan kasar waktu membuat
persediaan untuk diwarnai atau untuk pengawetan, tetapi sering juga terlihat pada pembuatan
persediaan yang dikejakan dengan hati-hati), kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau
melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik di bagian tengah. Menurut Nalbandov (1995)
menyatakan bahwa, pada ejakulat yang normal dapat tidak dijumpai atau jarang dijumpai
abnormalitas-abnormalitas tersebut. Bila abnnormalitas ditemukan dalam jumlah besar,
fertilisasi pejantan pemilik semen tersebut akan terganggu. Sebagai patokan.
Bila jumlah abnormal mendekati 50 persen dari total sel sperma pada ejakulat, jantan
tersebut steril-meskipun jumlah sperma yang normal pada ejakulat, seharusnya secara teoritis
jauh lebih cukup untuk memungkinkan terjadinya fertilisasi. Pada sebagian besar spesies,
kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi oleh badan khusus, yaitu akrosom
(acrosome). Menurut Campbell (2000) menyatakan bahwa, yang mengandung enzim yang
membantu sperma menebus sel telur.dibelakang kepala, sel sperma mengandung sejumlah
besar mitokondria (atau sebuah mitokondria yang besar, pada beberapa spesies) yang
menyediakan ATP untuk pergerakan ekor, yang berupa kepala berbentuk koma tipis,
berbentuk oval (seperti pada manusia), atau berbentuk hamper bulat. Spermatogenesis terjadi
dalam tubula seminiferus testis.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Gerakan sperma cenderung berliku-liku, karena adanya gaya gerak dari flagel.
2. Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis.
3. Sel sperma normal terbentuk dari kepala, leher, badan dan ekor.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2007. Srtruktur dan Perkembangan Hewan. Sahyakirti: Jakarta.

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

Irfanuddin. 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.


Indralaya.

Nalbandov. 1995. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Universitas Indonesia Press:
Jakarta.

Prawirohartono. 2000. Biologi Science. Bumi Aksara: Jakarta.

Rohen, Lutjen Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. EGC:
Jakarta.

Slamet, dkk. 2000. Perkembangan Hewan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sriwijaya. Indralaya.

Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
DEPDIKNAS: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai