Anda di halaman 1dari 7

MINI PROJECT

REGENERASI KECEBONG Bufo sp.

I. Landasan Teori
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk meregenerasi
struktur yang hilang. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai
kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh
yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja yang dapat
disebabkan karena kecelakaan dengan bagian tubuh yang baru dengan
bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Setiap hewan memiliki
kemampuan meregenerasi yang bervariasi, ada yang tinggi dan adapula
yang rendah. Pada hewan invertebrata memiliki kemampuan regenrasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan vertebrata.
Kerusakan yang terjadi juga bervariasi, ada kerusakan ringan,
seperti luka dan memar, ada yang sedang, yang menyebabkan ujung suatu
sebagian tubuh terbuang, dan yang berat, yang menyebabkan suatu bagian
besar tubuh terbuang. Pembentukan kembali proses-proses morfogenetik
pada tahap lanjut dari siklus ontogenetik adalah dengan cara destruksi
sebagian sistem yang telah berkembang sebagai hasil perkembangan
sebelumnya. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuk
melakukan regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada
hewan tertentu mamu melakukan regenerasi pada tingkat organ.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari
tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi.
Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,70C. Faktor bahan makanan tidak
begitu mempengaruhi proses regenerasi.
Kecebong merupakan tahap pra-dewasa dalam daur hidup amphibi.
Kecebong hidup di air dan bernafas menggunakan insang. Kecebong
merupakan salah satu contoh hewan yang memiliki kemampuan dalam
regenerasi organ. Ekor yang dipotong tersebut akan terganti melalui proses
regenerasi organ dan memerlukan waktu dalam proses pembentukan ekor

30
semula. Kelas ampbihi memiiki daya regenerasi yang rendah, umumnya
terbatas pada bagian ekor yang lepas atau rusak. Kecebong memiliki
kemampuan untuk benar-benar tumbuh kembali secara lengkap jika
terluka dibandingkan saat dewasa. Hal ini disebabkan karena proses
regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio, setelah dewasa akan
terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Regenerasi berlangsung
selama perkembangan pasca embrio melalui proses tumbuh dan
diferensiasi pada jaringan sekitar luka, sehingga permukaan luka tertutup
epidermis serta jaringan dibawahnya membentuk jaringan baru.
II. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
a) Mampu membuktikan bahwa kecebong dapat beregenerasi setelah
periode organogenesis.
b) Mampu mengamati pembentukan regenerasi pada sayatan dan
mengikuti perkembangannya sehingga tercapai bentuk yang serupa
dengan keadaan semula.
III. Alat dan Bahan
a) Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Penggaris
2. Botol bekas air meneral 1 liter
3. Silet
4. Gunting
5. Pipet tetes
6. Baskom
7. Label
8. Alat tulis
9. Kamera
b) Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Kecebong 12 ekor
2. Es batu

31
3. Air
IV. Prosedur Kerja
1. Menyediakan 3 botol bekas air mineral yang sudah digunting
membentuk gelas.
2. Mengisi masing-masing wadah dengan 4 ekor kecebong yang sama
besar.
3. Memberikan label A pada kecebong yang ekornya dipotong tegak
lurus, label B pada kecebong yang ekornya dipotong melintang, dan
label C pada kecebong yang ekornya tidak dipotong (perlakuan
kontrol).
4. Mengambil kecebong menggunakan pipet tetes.

5. Meletakkan kecebong dipermukaan es batu hingga pergerakkannya


menjadi pasif, namun jangan terlalu lama.

32
6. Mengukur ekor kecebong sebelum dipotong, kemudian memotong
ekor kecebong sesuai dengan perlakuannya.

7. Setelah itu, mengukur panjang ekor kecebong yang sudah dipotong.

Sayatan Diagonal Sayatan Tegak Lurus

8. Mengamati daya regenerasi ekor kecebong tersebut selama tujuh hari.


9. Mencatat hasil pengamatan.
V. Hasil
a) Sayatan tegak lurus

Sebelum Hari (cm)


Kecebong dipotong
0 II IV VII
(cm)
1 0,7 0,2 0,2 0,3 0,4
2 0,6 0,1 0,1 0,2 0,3
3 0,5 0,1 0,1 0,2 0,3
4 0,7 0,15 0,15 0,25 0,34
Rata-rata 0,62 0,13 0,13 0,23 0,33

33
b) Sayatan diagonal

Sebelum Hari (cm)


Kecebong dipotong
0 II IV VII
(cm)
1 0,6 0,2 0,25 0,4 0,45
2 0,6 0,15 0,15 0,3 0,4
3 0,5 0,1 0,15 0,3 0,35
4 0,5 0,1 0,1 0,2 0,3
Rata-rata 0,55 0,13 0,16 0,3 0,4

c) Kontrol

Hari (cm)
Kecebong
0 II IV VII
1 0,7 0,7 0,75 0,8
2 0,5 0,55 0,6 0,65
3 0,6 0,65 0,7 0,75
4 0,5 0,5 0,55 0,6
Rata-rata 0,57 0,6 0,63 0,68

VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini didapatkan
hasil pada pemotongan tipe tegak lurus menunjukkan bahwa rata-rata
panjang ekor kecebong sebelum dipotong yaitu 0,6 cm kemudian dipotong
tegak lurus. Hasil pengukuran ekor kecebong yang sudah dipotong tegak
lurus, rata-rata panjang ekornya yaitu 0,13 cm. Setelah dua hari panjang
ekor kecebong memiliki rata-rata panjang ekor yang sama seperti hari hari
yaitu 0,13 cm. Pada pengamatan empat hari panjang ekor kecebong
mengalami peningkatan yang cukup panjang dengan rata-rata ekor
kecebong yaitu 0,23 cm. Pada pengamatan hari ketujuh panjang ekor

34
kecebong memiliki rata-rata panjang yaitu 0,33 cm. Pertumbuhan ekor
setelah dipotong tegak lurus dimulai dari hari keempat.
Hasil pengamatan pemotongan tipe diagonal menunjukkan bahwa
rata-rata panjang ekor kecebong sebelum dipotong yaitu 0,55 cm setelah
itu ekor dipotong secara diagonal. Hasil pengukuran ekor yang sudah
dipotong secara diagonal memiliki rata-rata panjang ekor yaitu 0,13 cm.
Setelah dua hari, panjang ekor kecebong bertambah panjang lebih cepat
dengan rata-rata panjang ekor yaitu 0,16 cm. Pada pengamatan empat hari
panjang ekor kecebong bertambah panjang dengan rata-rata yaitu 0,3 cm.
Pada pengamatan hari ketujuh panjang ekor kecebong memiliki rata-rata
panjang yaitu 0,4 cm. Pertumbuhan ekor kecebong dengan pemotongan
secara diagonal dimulai dari hari kedua.
Pada perlakuan kontrol atau ekornya tidak dipotong pada hari
pertama memiliki rata-rata panjang ekor yaitu 0,57 cm. Kemudian pada
hari kedua rata-rata panjang ekornya yaitu 0,6 cm. Pada pengamatan hari
keempat rata-rata panjang ekornya yaitu 0,63 cm. Pada pengamatan hari
ketujuh rata-rata panjang ekornya yaitu 0,68 cm. Pada perlakuan kontrol,
panjang ekor kecebong tidak terlalu cepat tumbuh dibandingkan dengan
ekor yang dipotong tegak lurus dan diagonal.
Hasil pengamatan daya regenerasi setiap kecebong berbeda-beda
namun tidak terlalu berbeda. Dari ketiga perlakuan yang diberikan pada
kecebong, pada perlakuan pemotongan secara diagonal ekor kecebong
lebih cepat tumbuh. Ekor kecebong yang dipotong secara diagonal sudah
mengalami pertumbuhan pada hari kedua, sedangkan pada perlakuan
pemotongan secara tegak lurus, ekor kecebong baru mulai tumbuh pada
hari keempat. Pada perlakuan kontrol pertumbuhan ekornya tidak terlalu
signifikan dari hari ke hari. Kecebong memiliki daya regenerasi yang
rendah. Ekor kecebong yang sudah terpotong memerlukan waktu yang
cukup lama untuk kembali ke bentuk semula.

35
VII. Simpulan
Adapun simpulan yang didapatkan dari pembahasan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Daya regenerasi setiap individu bervariasi, ada yang cepat dan ada
yang lambat.
2. Daya regenerasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
3. Kecebong memiliki daya regenerasi yang rendah dan memerlukan
waktu tertentu untuk kembali ke bentuk semula.
4. Pemotongan secara diagonal lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan
pemotongan secara tegak lurus.

VIII. Daftar Pustaka

Aprizal, L. 2009. Mekanisme Regenerasi Anggota Tubuh Hewan, Biospecies.


2(2), 43-47.
Artawan, I.K. 2012. Embriologi. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha.
Rosiana, E, 2013. Laporan Praktikum Regenerasi. [Cited 2018 December 23]
Available at https://www.slideshare.net/mobile/encikrosiana/laporan-
praktikum-regenerasi
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.

36

Anda mungkin juga menyukai