Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI HEWAN

SIKLUS ESTRUS

Disusun oleh:

Nama : Satya Octaryan Santosa

NIM : K4312059

Kelas :B

Kelompok :9

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015
Laporan Resmi Praktikum

Embriologi Hewan

I. Judul
Siklus Estrus

II. Tujuan
1. Membedakan sel-sel hasil apusan vagina
2. Menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina
dewasa (mencit)

III. Alat dan Bahan


Mikroskop
Cutton bud
objek glass
Mencit (Mus musculus)
Pewarna metilen blue

IV. Data Pengamatan

No Gambar
1 Proestrus
2 Estrus
3 Metestrus

4 Diestrus

V. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan sel-sel hasil apusan vagina
dan menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina
dewasa (mencit).

Prinsip kerja praktikum

1. Pegang mencit dengan bagian ventral mengahadap saudara, kemudian


usap vagina mencit memakai cutton bud yang telah dibasahi air. Oleskan
pada permukaan objek glass

2. Tunggu sampai kering, lalu teteskan pewarna metilen blue tunggu 3-5
menit. Fungsi metilen blue pada praktikum sebagai pewarna untuk
memperjelas bagain dair siklus estrus yang dialami mencit.

3. Cuci dengan aquades perlahan-lahan, biarkan sampai kering

4. Amati dibawah mikroskop, berada pada stadium apa mencit yang


saudara buat apusan vaginanya

Masa estrus merpakan masa represif betina terhadap jantan dalam waktu
tertentu untuk melakukan perkawinan. Periode ini terjadi secara berulang
sehingga dapat dikatakan sebagai siklus. Siklus ini menunjukkan perubahan
hormon reproduksi yang disebabkan aktifitas hormon gonadotropin yang
menyebabkan perubahan pada penyusunan struktur dari saluran reproduksi
hewan tersebut. (Campbelll, 2008)

Interval timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus ini


dikenal sebagai satu siklus estrus. Interval in sering disertai perubahan
fisiologis di dalam saluran kelamin hewan betina. Siklus estrus umumnya
dibagi menjadi empat periode yaitu proestrus, estrus, metaestrus, dan diestrus.
(Taylor, 1994)
Siklus estrus dari tiap hewan betina dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
menyusui, produksi susu, kondisi tubuh dan nutrisi. Siklus estrus merupakan
proses yang dikendalikan oleh berbagai hormon. Perkembangan folikel dipicu
oleh hormon FSH dari kelenjar hipofisa bagian anterior. Folikel yang sedang
berkembang akan mengeluarkan estrogen Estrogen dapat menambah sintesis
dan ekskresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan
sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang
korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme
protein karena retensi nitrogen meningkat. (Wicaksono, 2013)

Fase-fase siklus estrus:

1. Proestrus
Proestus fase persiapan, berlangsung dalam waktu yang relatif
pendek. Pada fase ini mulai terlihat perubahan alat kelamin betina.

Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan


menghasilkan banyak estrogen yang mampu merangsang pertumbuhan
sekunder pada alat kelamin tambahan terutama pada vagina dan uterus.
Fase proestrus membutuhkan waktu 12 jam. Dalam ovarium, folikel
tumbuh cepat ditandai dengan adanya sel epitel yang normal masih
memiliki inti. Tipe saluran epitel bentuk nukleus. Terjadi
perkembangan dari folikel dengan awal sekresi estrogen dan sekresi
yang lemah dari progesteron. Terjadi multiplikasi sel epitel.

Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan


pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh
dengan cepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase
kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak
pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami
hipertrofi. (Praptomo, 2009)

2. Estrus
Fase ini merupakan masa perpanjangan dari fase diestrus yang
setelah selesai satu siklus tidak segera dimulai dengan proestrus dari
siklus sebelumnya. Fase estrus awal merupakan fase dengan sel epitel
menanduk, ukuran besar tidak berinti dan diovarium terjadi ovulasi. Di
uterus, dinding endometrium bergranuler dan membengkok mencapai
lekukan maksimum untuk persiapan implantasi embrio. Menjelang
ovulasi, lapisan mukosa vagina menjadi lebih tebal dan lumen vagina
banyak mengandung glikogen. Pertumbuhan yang cepat dan
kornifikasi (penandukan) epitelium vagina pertama dan pada akhir
estrus diketahui disebabkan oleh estrogen. Setelah ovulasi, estrogen
menurun dan tampak epitelium vagina dengan kornifikasi mulai
berkurang. Gambaran fisik menghilang dan leukosit dominan. (Wildan,
1990)

Estrus merupakan klimaks dase folikel. Pada fase inilah betina


siap meneruma jantan dan pada saat ini terjadi ovulasi (kecuali pada
hewan yang memerlukan rangsangan seksual terlebih dulu untuk
terjadi ovulasi). Waktu ini terjadi birahi (panas), terjadi cortus dan
pembuahan. Estrus diiringi oleh masa hamil. Jika tidak terjadi
pembuahan, maka terjadi masa haid.
Estrus merupakan fase terpenting siklus estrus, karena fase ini
hewan betina menunjukkan perilaku mau menerima hewan jantan
untuk melakukan kopulasi. Perubahan yang terjadi pada ovarium yaitu
dimulainya pemasakan folikel yang telah dimulai pertumbuhannya
pada fase proestrus. Folikel pada fase estrus adalah folikel yang telah
siap untuk diovulasikan. Sel-sel superfisial dapat ditemukan pada fase
estrus. Sel superfisial adalah sel terbesar yang dapat dilihat dalam
vaginal smear, berbentuk poliginal dan sangat pipih. Nukleus
terkadang tidak ditemukan atau ditemukan tetapi sangat kecil dan gelap
(piknotik). Sel-sel superfisial yang tanpa inti tersebut seringkali
mengalami kornifikasi. Terkadang ditemukan leukosit dalam jumlah
sedikit. (Yeni, 2003)
Fase estrus merupakan periode birahi dan kopulasi hanya
dimungkinkan pada saat ini. Keadaan ini pada tikus berakhir 9-15 jam
dan ditandai dengan aktifitas berlari-lari yang sangat tinggi (Turner dan
Bagnara, 1988). Austin dan Short (1984) menjelaskan bahwa fase ini
hewan-hewan menunjukkan perubahan perilaku. Saat ini betina-betina
tersebut menjadi sangat menarik bagi pejantan. Hewan yang sedang
berada dalam fase estrus tersebut juga mau menerima rangsangan dari
hewan jantan, bahkan kadang-ladang merekalah yang mencari pejantan
tersebut. Estrus mengalami perkembangan folikel dengan sekresi yang
kuat dari Estrogen, sangat sedikit Progesteron. Estrus diakhiri dengan
Ovulasi. Keratinisasi sel epithel (epithel degenerasi)
Fase estrus pada mencit ditandai dengan kondisi vagina mirip
dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink
lebih terang dan agak kasar. Selain itu juga ditandai oleh keinginan
untuk kawin dilihat dari keadaaan tikus yang tidak tenang, keluar
lendir dari dalam vulva, pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat,
uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi
dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir
perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990). Menurut Adnan
(2006) pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan
bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa
kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari
kehamilan yang ke nol.
3. Metestrus
Fase metestrus sebagai masa perpanjangan dari masa diestrus,
yang setelah selesai satu daur estrus tidak segera dimulai dengan
proestrus baru daur berikutnya. Masa metestrus berlangsung selama 6
jam. Pada ovarium terbentuk korpus lutea. Tipe sel pada preparat
apusan tampak leukosit diantara kornifikasi. Sel epitel nampak
menanduk dan terdapat leukosit. (Adnan, 2006)
Metestrus ditandai dengan luteinisasi sel granulosa (Folike del
graaf menjadi Corpus Luteum). Progesteron meningkat (Sel Luteal).
Invasi/kehadiran pada epithel vagina sel leukosit polinuklear.
Metestrus adalah fase dalam siklus estrus yang terjadi segera
setelah estrus berakhir. Dalam ovarium terjadi pembentukan korpus
hemoragikum pada tempat folikel de Graaf yang baru saja melepaskan
ovum. Banyak leukosit muncul dalam lumen vagina dengan sedikit sel-
sel superfisial. (Yeni, 2003)

Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet


kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan
sebagai berikut (Vilee, 1973):
a. Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah
menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.
b. Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil,
pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak
secara bersamaan
c. Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.
Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel
parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah
menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama.
Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses
pada siklus estrus (Vilee, 1973).
Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus
luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini
juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding. Pada fase
metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena
kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel
superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati.
Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus
estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut
(Syahrum, 1994):
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap
4. Diestrus
Diestrus adalah fase dalam siklus estrus yang ditandai tidak
adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan
menjadi tenang. Dalam permulaan fase disetrus korpus hemoragikum
mengkerut karena di bawah lapisan hemoragik ini tumbuh sel-sel
kuning yang disebut luteum. Diestrus adalah fase yang terlama diantara
fase lain dalam siklus estrus. Kelanjutan siklus estrus pasca metestrus
dengan kadar progesteron sangat tinggi dalam darah (anestrus).
Disertai peningkatan leukosit polinuklear.

Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel-sel superfisial pada


preparat vaginal smear dan mulai munculnya sel-sel parabasal yaitu sel
epitel terkecil yang dapat ditemukan pada vaginal smear dengan bentuk
bulat atau agak bulat. Sel-sel parabasal mempunyai inti yang besar.
Selain itu juga dapat ditemukan adanya sel-sel intermediet yang
mempunyai bentuk beragam dan ukurannya biasanya dua kali sampai
tiga kali lebih besar dari sel parabasal. (Yeni, 2003)
Fase diestrus terdapat sel epitel normal berinti dan memiliki
leukosit. Dalam ovarium terdapat banyak sekali folikel-folikel muda
yang baru tumbuh. Dinding endometrium memiliki lapisan tipis.
Epitelium vagina secara histologis dari tipe squamoa berlapis tebal
disebabkan estrogen ke epitelium kuboid rendah tipis yang
membdakan antara fase anestrus dan estrus. Permukaan diestrus di
ovarium merupakan permukaan awal korpura fungsional dan
kornifikasi yang hilang. Proses ini berlangsung separuh waktu selama
siklusnya yaitu 2-2,5 hari dan sebagai fase paling lama. Pada fase ini,
produksi estrogen mulai terbentuk dalam merangsang pembentukan
folikel-folikel muda. (Pratiwi, 1996).
Pada praktikum yang dilakukan, fase yang terlihat adalah fase
estrus. Pada fase ini perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat
dari estrogen, sangat sedikit progesteron. Estrus diakhiri dengan
ovulasi. Keratinisasi sel epitel (degenerasi). Estrus adalah masa
keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang,
keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel
meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan
maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya
mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat. (Praptomo,
2009)
Fase ini betina siap menerima jantan, saat terjadi ovulasi
karakteristik sel didominasi sel superfisial tetapi terdapat kornifikasi.
Sel-sel superfisial ada yang bersifat anucleate, sel-sel prabasal dan
superfisial, mudah dibedakan. Sedangkan sel-sel intermediet adalah sel
yang terletak diantara sel prabasal dan sel superfisial. Pada saat
nukleus mengecil, membentuk pycnotic maka sel ini dapat
diklasifikasikan pada sel superfisial. (Nalhandov, 1990)
Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi
siklus estrus. Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi
resiprokal antara hormon reproduksi dari hipotalamus, anterior
pituitary dan sel-sel telur. PGF2 dari uterus merupakan luteolysm alami
yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi
progesteron. (Sugiyarto, 1996)
Selama fase disetrus corpus luteum bekerja dengan optimal,
konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan
LH. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus,
PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovarium.
Pada akhir dari fase diestrus, korpus luteum yang mempunyai
peranan menenangkan alat kelamin dengan sekresi progesteronnya,
mengalami regresi (kemunduran fungsi). Regresi ini disebabkan oleh
pengaruh prostaglandin yang dihasilkan oleh masa uterus.

Pada praktikum yang dilakukan, fase yang terlihat adalah fase estrus.
Pada fase ini perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari estrogen,
sangat sedikit progesteron. Estrus diakhiri dengan ovulasi. Keratinisasi sel
epitel (degenerasi). Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan
keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini
pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi
dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya
mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat. (Praptomo, 2009)

Fase ini betina siap menerima jantan, saat terjadi ovulasi karakteristik
sel didominasi sel superfisial tetapi terdapat kornifikasi. Sel-sel superfisial ada
yang bersifat anucleate, sel-sel prabasal dan superfisial, mudah dibedakan.
Sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel prabasal
dan sel superfisial. Pada saat nukleus mengecil, membentuk pycnotic maka sel
ini dapat diklasifikasikan pada sel superfisial. (Nalhandov, 1990)

Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus.


Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon
reproduksi dari hipotalamus, anterior pituitary dan sel-sel telur. PGF2 dari
uterus merupakan luteolysm alami yang menyebabkan regresi corpus luteum
dan penghentian produksi progesteron. (Sugiyarto, 1996)

Selama fase disetrus corpus luteum bekerja dengan optimal,


konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH. Jika
betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan
dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovarium.

Pada akhir dari fase diestrus, korpus luteum yang mempunyai peranan
menenangkan alat kelamin dengan sekresi progesteronnya, mengalami regresi
(kemunduran fungsi). Regresi ini disebabkan oleh pengaruh prostaglandin
yang dihasilkan oleh masa uterus.

Hormon Siklus Estrus

Prostaglandin mempunyai sifat luteolysis terhadap korpus luteum.


Pada domba, sapi, dan babi pengaruh ini telah dibuktikan dan diketahui bahwa
macam prostaglandin yang paling 25 selektif dalam melisis korpus luteum
adalah prostaglandin F 2 alfa (PGF2 alfa). Prostaglandin dihasilkan oleh
uterus, mengalir ke dalam vena uterina media, menembus dinding vena dan
arteri ovarica yang keduanya terletak berdampingan. Mekanisme ini disebut
perembesan lintas vena-arteri (Counter current mechanism). Selanjutnya
prostaglandin mengalir dalam arteri ovarica menuju ovarium dan melisis
korpus luteum. Hal ini dibuktikan oleh Mc Cracken pada domba. Kini PGF2
alfa digunakan untuk penyerentakan birahi pada sapi, domba, dan babi
(Partodiharjo, 1982:181-182). Setelah produksi progesteron merendah, yang
berarti pencegahan produksi FSHRH/ LH-RH oleh hipotalamus. FSH
merangsang folikel tersier pada ovarium untuk tumbuh menjadi folikel de
Graaf. Lapis sel teca interna dan sel granulosa pada folikel de Graff
menghasilkan estrogen. Semakin masak atau semakin besar dimensi folikel de
Graff semakin tinggilah produksi estrogen. Estrogen mempunyai daya
mencegah produksi FSH dan daya rangsang terhadap produksi
LH(Partodiharjo, 1982:182).

Setelah kadar estrogen dalam darah mencapai derajat ketinggian


tertentu, maka terjadilah efek positif terhadap dan pelepasan LH dari hiopfisa
anterior. Mekanisme ini disebut umpan balik positif. Kadar LH dalam darah
mendadak meningkat sedemikian rupa hingga terjadilah ovulasi. Ovulasi
adalah peristiwa pecahnya dinding folikel de Graff dan keluarnya ovum.
Ovum yang keluar disertai sel-sel granulosa, masuk ke dalam infundibulum
dari fimbrae dan selanjutnya secara perlahan-lahan menggelindir ke dalam
lumen tuba fallopi (Partodiharjo, 1982:182). Setelah ovum meninggalkan
folikel yang pecah, terjadilah perdarahan pada bekas folikel. Darah
menggumpal mengisi ruang bekas ovum dan cairan folikel, hingga pada
permukaan ovarium terlihat sebagai bintik merah. Gumpalan darah pada ruang
bekas folikel ini disebut corpus hemorrhagicum (Partodiharjo, 1982:182-183).

Setelah ovulasi terjadi, kadar LH menurun dengan cepat tetapi tidak


kembali ke kadar dasar melainkan cukup untuk merangsang sel-sel teca interna
untuk membentuk sel-sel yang berbentuk polymorph dan berwarna kuning.
Sel-sel ini selanjutnya disebut corpus luteum. Perkembangan corpus luteum
berlangsung beberapa hari, pada sapi 4 sampai 6 hari. Sejak terbentuknya
korpus luteum, sel-sel kuning ini memproduksi hormon progesterone yang
mempunyai fungsi meredakan aktivitas estrogen. Dengan adanya progesteron,
kontraksi dinding tuba fallopi dan uterus karena pengaruh estrogen, mereda
dan akhirnya tenang. Sebaliknya perkembangan kelenjar pada endometrium
semakin giat hingga menjadi rimbun cabang-cabangnya serta berkelok-kelok
lumennya (Partodiharjo, 198:183).

Setelah folikel de Graaf pecah, produksi estrogen turun dengan cepat,


hingga mencapai kadar dasar. Folikel yang tumbuh, secara berangsur-angsur
mempertinggi kadar estrogen dalam darah. Setelah kadar estrogen dalam darah
mencapai derajad ketinggian tertentu, maka terjadilah rangsangan pada masa
uterus untuk memproduksi prostaglandin. Peristiwa ini terjadi pada akhir fase
diestrus. Prostaglandin selanjutnya menyebabkan korpus luteum beregresi dan
produksi progestin secara tajam menurun. Dengan menurunnya kadar
progesteron dalam darah maka estrogen menjadi dominan pada alat reproduksi
hingga terjadilah estrus.(Partodiharjo, 1982:183-185).
Perkembangan folikel ovarium dipengaruhi oleh hormon estrogen. Estrogen
terutama dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang mengubah androgen yang
dihasilkan oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen. Pertumbuhan dan
pemasakan folikel ovarium dan sekresi estrogen dikendalikan oleh hormon
gonadotropin hipofisis yaitu FSH dan LH. Sekresi estrogen oleh ovarium
memicu pelepasan LH untuk ovulasi pada masa estrus. LH merangsang
pembentukan korpus luteum. Sedangkan estrogen mempengaruhi sekresi
hormon gonadotropin hipofisis melalui efek umpan balik pada hipotalamus.
(Siti, 2008)

Perbedaan siklus estrus dan menstruasi

Pada siklus estrus fase yang terjadi, yaitu:

1. Proestrus, folikel mengalami pemasakan akhir. Pada fase proestrus ovarium


terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan tua
atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen
sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan
vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified)
dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya
pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti
pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan
sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut
juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting
pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan
terhadap gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap
ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar.
Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya
adalah fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang.

2. Estrus, terjad ovulasi (mirip periodesexual receptivity pada sebagian besar


hewan). Hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing
hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit,
gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka
jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan.

3. Metestrus, terjadi pembentukan corpus luteum. Pada ovarium korpus luteum


dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk
menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam.
Pada tahap ini hormone yang terkandung paling banyak adalah hormon
progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.

4. Diestrus, corpus luteum berfungsi optimal. Tahap ini terjadi selama 2-2,5
hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan
beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam
ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit.

Monoestrus dalam 1 tahun hanya mengalami 1x siklus estrus (anjing,


serigala,beruang). Poliestrus dalam 1 tahun mengalami lebih dari 1x siklus
estrus (babi, manusia, sapi). Poliestrus musiman, siklus estrus terjadi lebih dari
1x tetapi hanya pada musim tertentu saja, misalnya pada musim gugur
(kambing, domba & rusa), pada musim semi (kuda & hamster). Dalam satu
siklus estrus, terjadi perubahan kandungan hormon E2 dan LH, tertinggi
dicapai pada fase estrus dan terendah dicapai pada fase diestrus bersamaan
dengan terdapatnya folikel antral besaran korpus luteum dalam ovarium.
Berat, diameter, tebal dinding dan struktur histologi organ penyusun saluran
reproduksi mengalami perubahan yang sejalan dengan perubahan kandungan
hormon (Sitasiwi, 2000).
Keadaan Organ Genitalia

Organ Fase Siklus Estrus


Genitalia Proestrus Estrus Metestrus Diestrus

Tampak adanya Ovarium terjadi Ovarium nampak Ovarium


folikel-folikel ovulasi adanya corpus banyak folikel-
yang sedang luteum yang folikel muda
Ovarium
tumbuh mulai
kemudian berdegenerasi
membesar

Sel-sel dan Menegang, Sekresi cairan


lapisan bersilia berkontraksi, menurun, silia
pertumbuhannya epitelnya matang, kurang aktif
meningkat silianya aktif dan
sekresi, cairan
Oviduk bertambah. Ujung
oviduk yang
berfimbria merapat
ke folikel de graff
untuk menangkap
ovum matang.

Uterus Mukosa Dinding Uterus Dinding


mengalami endometrium mengadakan endometrium
vaskularisasi, bergranular dan persiapan untuk memiliki
banyak terjadi membengkak menerima ovum, laposan yang
sekresi mukus di mencapai ketebalan epitelium pada paling tipis,
kelenjar-kelenjar maksimal kurnkula uterus kelenjar
uterus, dinding sangat hiperemis uterina
endometrium dan terjadi membesar, otot
mulai menebal hemorogis kapiler uterus
sehingga terjadi menunjukkan
pendarahan, peningkatan
dinding perkembangan
endometrium
meluruh

Epitel vagina Mukosa vagina Jaringan vagina Mukosa vagina


mengalami sangat menebal, kering dan pucat, pucat,
penebalan dan sekresinya bibir agina lendirnya
Vagina
terjadi bertambah, epitel edematous jarang dan
vaskularisasi yang berkornifikasi lengket
tanggal
VI. Kesimpulan
Daur/siklus estrus adalah siklus reproduksi yang ditemui pada hewan
betina yang tidak hamil dan berhubungan dengan organ-organ
reproduksi.
Sel apusan vagina menunjukkan fase-fase siklus estrus:
Proestrus : sel epitel normal, mempunyai inti
Estrus : sel epitel menanduk, ukuran besar, tidak mempunyai inti
Metestrus : sel epitel menanduk dan ditemukan leukosit
Diestrus : sel epitel berinti da nada leukosit
Pada mencit atau tikus betina, daur/siklus estrus berlangsung 4-6 hari.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, mencit mengalami fase estrus
0pyang ditandai dengan sel epitel menanduk, besar dan tidak berinti.

VII. Daftar Pustaka

Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi Hewan. Makassar: Biologi FMIPA


UNM

Hill, Mark. 2006. Estrous Cycle. The university of new south wales.

Karlina, Yeni. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus
Putih (Rattus norvegicus) setelah Pemberian Alprazolam. Skripsi FMIPA
Biologi Universitas Sebelas Maret

Nalhandov, AN. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas.


Jakarta: UI Press

Praptomo, Dwi Waluyo. 2009. Laporan Praktikum Biologi Reproduksi.


Malang: Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawujaya
Pratiwi, D.A. 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga

Sitasiwi, A.J. 2000. Siklus reproduksi Petaurus breviceps papuanus


(Marsupialia: Petauridae) dalam kondisi penangkaran.

Sugiyarto. 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta: UGM Press

Vilee, Walker, Barnes, 1973. Zoologi Umum Jilid 1 Edisi Ke 4. Jakarta :


Erlangga

Wildan, Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.

VIII. Lampiran
1 lembar laporan sementara
1 lembar dokumentasi
4 lembar jawaban pertanyaan

Surakarta, 17 Juni 2015

Asisten Praktikan

Memorita Walasari Satya Octaryan Santosa


NIM. K4311041 NIM. K4312059
Diskusi:

1. Bagaimana cara menentukan tahapan siklus reproduksi mencit


2. Bagaimanakah keadaan ovarium, oviduk, uterus, dan vagina jika tahap
siklus reproduksi mencit sudah diketahui, serta hormone yang dominan
pada keadaan tersebut

Fase Siklus Estrus


Organ
Genital Proestrus Estrus Metestrus Diestrus
ia
Tampak Ovarium terjadi Ovarium nampak Ovarium banyak
adanya ovulasi adanya corpus folikel-folikel
folikel-folikel luteum yang mulai muda
Ovariu
yang sedang berdegenerasi
m
tumbuh
kemudian
membesar
Sel-sel dan Menegang, Sekresi cairan Normal
lapisan berkontraksi, menurun, silia
bersilia epitelnya matang, kurang aktif
pertumbuhan silianya aktif dan
nya sekresi, cairan
Oviduk meningkat bertambah. Ujung
oviduk yang
berfimbria merapat ke
folikel de graff untuk
menangkap ovum
matang.
Uterus Mukosa Dinding endometrium Uterus Dinding
mengalami bergranular dan mengadakan endometrium
vaskularisasi, membengkak persiapan untuk memiliki
banyak mencapai ketebalan menerima ovum, laposan yang
terjadi maksimal epitelium pada paling tipis,
sekresi kurnkula uterus kelenjar uterina
mukus di sangat hiperemis membesar, otot
kelenjar- dan terjadi uterus
kelenjar hemorogis kapiler menunjukkan
uterus, sehingga terjadi peningkatan
dinding pendarahan, perkembangan
endometrium dinding
mulai endometrium
menebal meluruh
Epitel vagina Mukosa vagina sangat Jaringan vagina Mukosa vagina
mengalami menebal, sekresinya kering dan pucat, pucat, lendirnya
Vagina penebalan bertambah, epitel bibir agina jarang dan
dan terjadi yang berkornifikasi edematous lengket
vaskularisasi tanggal
FSH, LH Estrogen, FSH, LH Progesteron Progesteron
Hormo
menghambat
n
FSH dan LH,
domina
Estrogen, hanya
n
sedikit

Tugas/Evaluasi:
1. Jelaskan hubungan antara siklus, siklus estrus dan siklus ovarium
dalam kaitannya dengan siklus estrus!
Hubungan siklus estrus dan siklus ovarium berkaitan dengan siklus
estrus selama fase estrus atau biarhi, ukuran/histologi uterus tidak
pernah statis. Perubahan yang sangat nyata terjadi di endometrium dan
kelenjarnya. Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus
sederhana dan lurus sedikit cabang. Penampilan uterus ini menandakan
untuk stimulasi estrogen. Selama fase luteal yaitu saat progesteron
bereaksi terhadap uterus, endometrium bertambah tebal secara
mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat
menjadi percabangan dan berkelok-kelok. Siklus ovarium sebagai
puncak peristiwa siklus estrus dimana peristiwa pecahnya folikel dan
terlepasnya ovum dari ovarium. Pada sapi +5% mengalami ovulasi 12
samapi 14 jam setelah birahi berakhir. Pada wanita akna mengalami
ovulasi kira-kira hari ke-14 dari siklus. Pada beberapa hewan variasi
saat ovulasi tidak jelas.
2. Hormon-hormon apakah yang berperan dalam mengatur siklus
reproduksi pada manusia?
Hormon yang berperan mengatur siklus reproduksi manusia:
FSH berperan merangsang pematangan sel telur dan pembentukan
hormon estrogen
Estrogen berperan untuk menghambat terbentuknya FSH dan
membentuk LH
LH berperan untuk merangsang terjadinya ovulasi
3. Apakah beda siklus menstruasi dan siklus estrus?
Siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang terjadi pada hewan non
primata yang meliputi 4 fase yaitu fase diestrus, proestrus, estrus dan
metestrus. Siklus menstruasi yang berlangsung pada hewan primata
yang dewasa seksual yang ditandai dengan adanya siklus haid
(endometrium akan meluruh dari uterus melalui cervix dan vagina
dalam pendarahan).
4. Jika kita hendak mengawinkan mencit, keberhasilan terbesar akan
terjadi bila hewan betina berada pada tahap apa dari siklus estrus?
Jelaskan mengapa demikian?
Sebelum hewan jantan dan betina disatukan. Penyatuan sebaiknya
dilakukan pada estrus awal. Pada fase estrus karena terjadi peningkatan
hormon estrogen sehingga aktivitas menjadi tinggi. Pada saat estrus,
hewan betina akan reseflik sebab di dalam antrium sedang terjadi
ovulasi dan uterus berada fase yang tepat untuk plantasi fase
berikutnya. Selama estrus, hewan betina secar fisiologis dan psikologis
mempersiapkan untuk menerima hewan jantan dan terjadi perubahan-
perubahan struktural. Jadi di organ-organ aksesori seks betina. Vulva
biasanya merah dan bergerak. Hanya sumbatan vagina setelah
penyatuan menandakan kopulasi telah berlangsung dan hari itu sebagai
kehamilan yang ke nol.

Anda mungkin juga menyukai