Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRATIKUM STRUKTUR HEWAN


(HISTOLOGI ORGAN RESPIRASI DAN SIRKULASI)

OLEH

NAMA : IGA PERMATA HANY

NO. BP : 1810422011

KELOMPOK/KELAS : 3C

ANGGOTA KELOMPOK : 1. SEPTALIAN MAHARANI (1710423003)


2. LUSI RAHMAYANI (1810422002)
3. AFRISKA YOKA PARISTA (1810422005)
4. ALFI YUNIARTI (1810422014)
5. MEDIA (1810422017)
6. LIDIA GUSVITA NASRA (1810422020)

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme
hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang digunakan untuk
serangkaian metabolisme yang menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus
dikeluarkan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan
pernapasan untuk memperoleh O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di
dalam sel-sel tubuh. Alat pernapasan setiap makhluk hidup tidaklah sama, pada
hewan invertebrata memiliki alat pernapasan dan mekanisme pernapasan yang
berbeda dengan hewan vertebrata (Waluyo, 2010).
Pernapasan, sebagai istilah yang lazim digunakan, mencakup dua proses:
pernapsan eksterna, yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara
keseluruhan; serta pernapasan interna, yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2
oleh sel serta pertukaran gas di antara sel dan media cair di sekitarnya. Sistem
pernapsan terdiri atas organ pertukaran gas (paru) dan suatu pompa ventilasi paru.
Pompa ventilasi ini terdiri atas dinding dada, pusat pernapasan di otak yang
mengendalikan otot pernapasan. Serta jarak yang menghubungkan pusat pernapasan
dan otot pernapasan. Berbagai gas lain, seperti gas metana dari usus halus yang
dijumpai di udara ekspirasi dalam jumlah kecil. Alkohol dan aseton dikeluarkan
dalam jumlah yang kecil melalui udara ekspirasi bila kadarnya dalam tubuh cukup
besar. Pada kenyataanya, lebih dari 250 jenis senyawa yang mudah menguap telah
diidentifikasikan dalam udara pernapasan manusia (Ganong, 2005).
Darah adalah cairan dalam tubuh manusia yang beredar melalui jantung,
pembuluh arteri, kapiler dan vena. Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh
kecepatan darah, luas penampang pembuluh darah, tekanan darah, dan kerja otot
yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah. Ada banyak bukti bahwa dinamika
fluida pembuluh darah memainkan peran utama dalam pengembangan dan
perkembangan penyakit arteri (Jonuarti, 2013).
Sistem sirkulasi darah terdiri dari sistem pembuluh darah (blood vascular
system) dan sistem pembuluh limfa atau getah bening (lymph vascular system).
Sistem pembuluh darah terdiri atas jantung yang memompa darah, arteri yang
membawa darah ke organ-organ dan jaringan-jaringan, kapiler, saluran kecil yang
membelah diri untuk pertukaran zat antara darah dan jaringan, dan vena yang
mengembalikan darah ke jantung (Barvelender dan Judith, 1988). Darah merupakan
media transport dari sistem sirkulasi. Sirkulasi merupakan lintasan yang kontinyu
merupakan sifat paling utama dari sirkulasi. Jumlah yang sama akan mengalir
melalui setiap bagian sirkulasi apabila jumlah tertentu darah dipompa oleh jantung
(Junquiera et al., 1995).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati, mengidentifikasi,
mempelajari, dan memahami tentang histologi organ respirasi dan sirkulasi pada
vertebrata.

BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Oktober 2019 di Laboratorium
Teaching II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop cahaya, alat-alat tulis, dan
kamera. Bahan yang diperlukan pada preparat permanen dari histologi sistem
respirasi dan sirkulasi yaitu preparat arteri, aorta, cor, BEP, epiglotis, kapiler, laring,
pulmo, trakea, dan vena.

2.3 Cara Kerja

Preparat yang akan diamati diletakkam pada meja objek di mikroskop. Lalu diamati
jaringan yang terlihat di mikroskop secara teliti. Diidentifikasi bagian-bagian dari
jaringan yang diamati tersebut. Kemudian gambar jaringan yang terlihat pada
mikroskop tersebut pada laporan sementara.

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pratikum Sistem Respirasi dan Sirkulasi yang telah dilakukan


didapatkan sebagai berikut :
3.1 Histologi Laring

c
d

(A) (B)
Sumber: Atlas histologi organ
pernafasan
Gambar 1. Histologi Esofagus (10x10) : Keterangan : a. Circoid cartilage; b.
Ventricle; c. Perikardium; d. Tiroid cartilage
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
laring yaitu circoid cartilage, ventricle, pericardium dan tiroid cartilage. Laring juga
terdiri dari tiga lapis tunica yaitu tunika mukosa, tunica sub-mukosa, dan tunica
tulang rawan. Rawan yang lebih kecil (epiglottis, cuneiformis, kornikulatum, dan
ujung aritenoid) adalah rawan elastin.
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan
trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling
rumit pada jalan pernapasan. Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan
sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua sebagian dapat
mengalami kalsifikasi. Ligamentum-ligamentum menghubungkan rawan-rawan
tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot intrinsic
larynx, di mana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka adalah otot lurik.
Selain berperanan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan udara tetap
terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk mencegah makanan atau
cairan yang ditelan masuk trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama
fonasi (Cole, H, 1977).
3.2 Histologi Epiglotis
a
b
c

e
(A) (B)
Sumber: Atlas histologi organ
pernafasan
Gambar 1. Histologi Epiglotis (10x10) : Keterangan : a. Duktus kelenjer troakalis; b.
Asinus mukosa; c. Membran elastis; d. Trokeal catilage; e. Tulang rawan
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
epiglotis yaitu duktus kelenjer torakalis, asinus mukosa, membran elastis, trakeal
cartilage, dan tulang rawan. Pada bagian epiglotislah suara dihasilkan. Epiglotis
merupakan katup pembatas antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
Epiglotis menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu
mempunyai permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan
yang menghadap ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring
diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglottis pada permukaan yang
menghadap laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks
bersilia. Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel
toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin
yang berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang
meluas ke dalam lumen larynx. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu
(atau lipatan vestibular), dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya
terletak sejumlah kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya. Pasangan yang
bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Di dalam pita suara, yang
diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar sejajar dari selaput
elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum terdpat
berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur regangan pita dan ligamentum
dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara
dengan tonus yang tidak sama (Fishelson,L, 1972).
3.3 Histologi Trakea

a
b

d
(A)
(B)
Sumber: Atlas histologi organ
pernafasan
Gambar 3. Histologi Trakea (4x10) : Keterangan : a. Tunica adventitia; b. Crtilago
hialin; c. Jaringan adiposa; d. Tunica sub-mukosa
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
ltrakea yaitu tunica adventitia, tulang rawan hialin, jaringan adiposa, dan tunica sub-
mukosa. Trakea merupakan batang tenggorokan, berbentuk pipa, dengan diameter
20-25 mm dan panjang sekitar 10-16 cm, tersusun atas tulang rawan yang berbentuk
cincin yang kuat tetapi fleksibel. tabung berdinding tipis yang terletak dari basis
larynx (rawan krikoid)ke tempat di mana trakea bercabang menjadi 2 bronkus
primer.
Trakea dibatasi oleh mukosa respirasi. Di dalam lamina propria terdapat 16-
20 rawan hialin berbentuk seperti huruf C yang berperanan mempertahankan lumen
trake agar tetap terbuka. Ligamentum fibroelastindan berkas-berkas otot polos (m.
trachealis) melekat pada perikondrium dan menghubungkan ujung-ujung bebas
rawan yang berbentuk huruf C tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen
yang berlebihan, sementara itu otot memungkinkan rawan saling berdekatan.
Kontraksi otot disertai dengan penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk
respon batuk. Setelah kontraksi, akibat penyempitan lumen trakea akan menambah
kecepatan udara ekspirasi, yang membantu membersihkan jalan udara (Linda,dkk.
1988).

3.4 Histologi BEP (Bronchus Extrapulmonalis)


a

(A) (B)
Sumber: Atlas histologi organ
respirasi
Gambar 4. Histologi BEP (4x10): Keterangan : a. Otot; b. Tulang rawan hialin
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
BEP (Bronchus Extrapulmonalis) yaitu lapisan otot dan tulang rawan hialin. Pada
BEP juga tersusun dari serabut luar, lumen, otot polar dan kartilago. Terdapat tulang
rawan dalam bentuk kepingan-kepingan. BEP merupakan sebuah saluran yang
terdapat pada pulmo yang menuju alveolus.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan
adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu
bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit
yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral.
Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus.
Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada
lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan
jaringan ikat longgar dengan serabut elastis (Luis, 2007).

3.5 Histologi Pulmo


a

bh

(A) (B)
Sumber : Atlas histologi organ
respirasi
Gambar 5. Histologi Pulmo (10x10) : Keterangan : a. Sarkus alveoli, b. Alveolus
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
pulmo yaitu terdiri dari banyak alveolus, bronkus intrapulmonal, bronkus respiratori,
duktus alveoli, sarkus alveoli, dan alveoli. Paru-paru berfungsi sebagai oran respirasi
utama pada hewan vertebrata. Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam
sebuah kantong yang berdinding rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis
dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam
dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat yang banyak
mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag.
Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan
bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-
paru yang menyerupai busa. Secara struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang
terbuka pada salah satu sisinya, mirip sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai
mangkok ini, oksigen dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah.
Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi antar lingkungan
eksterna dan interna. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan
bersatu dan dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri
atas dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan
penyambung merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris paling kaya
akan jaringan kapiler dalam tubuh (Bevelander, 1988).

3.6 Histologi Cor


a

b
C
(A) (B)
Sumber: Atlas histologi organ
sirkulasi
Gambar 6. Histologi Jantung (10x10) : Keterangan : a. Epikardium; b. Miokardium;
c. Endokardium
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
jantung yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium. Epikardium disebutjuga
sebgaia tunica intima yang terdiri dari endotel, sub endocardium,dan connective
tissue longgar, dan saraf penghantar. Jantung Jantung terdiri atas 4 ruang: atrium kiri
dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Jantung secara fungsional berfungsi sebagai
organ utama pemompa darah ke seluruh bagian tubuh pada vertebrata.
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa struktur dinding jantung tersusun
atas 3 lapisan, dari paling dalam yaitu endokardium, miokardium, dan perikardium
paling luar. Perikardium berupa kantong yang melipat dan membentuk rongga
perikardium. Rongga ini berisikan cairan sehingga memudahkan kontraksi jantung.
Bagian perikardium yang melekat ke miokardium disebut perikardium visceral atau
epikardium. Sedangkan bagian yang melekat ke struktur lain di rongga thorax
disebut perikardium parietal. Secara histologis struktur perikardium yang penting
ialah epikardium. Endokardium, merupakan lapisan dinding jantung paling tipis.
Terdiri atas selapis sel endotel gepeng diatas lapisan tipis jaringan ikat longgar yang
didominasi serabut kolagen dan elastin, dan beberapa sel otot polos. Di bawah
endokardium terdapat lapisan subendokardium yang memisahkan endokardium
dengan miokardium. Lapisan ini lebih tebal dari endokardium, terdiri atas jaringan
ikat yang diantara serabutnya dapat ditemukan vena, nervus (Ramaley, J, 1992).

3.7 Histologi Arteri dan Vena


a

(A)
(B)
Sumber: Atlas histologi organ
sirkulasi
Gambar 9. Histologi Kapiler (4x10) : Keterangan : a. Vena; b. Arteri
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
vena yaitu pembuluh vena dan arteri. Pada pulmonalis dan vena pulmonalis memiliki
fungsi utama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Dari segi ketebalan, tunica media
pada arteri lebih tebal dibanding vena. Namun vena memiliki ukuran secara umum
yang lebih besar daripada arteri.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa sistem pembuluh
darah terdiri dari diantaranya areteri dan vena Sebagian besar pulmo menerima darah
dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus
pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh
bronchioli respiratorius. Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke
ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula
menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus.
Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi
melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen (Djuhanda,1983).

3.8 Histologi Aorta


a

b
c
d

(A)
(B)
Sumber: Wiconsin University
Gambar 8. Histologi Aorta (10x10) : Keterangan: a. Tunika Adventitia; b. Tunica
Media; c. Tunica Intima; d. Lumen
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada hitologi
aorta yaitu tunica adventitia, tunica media dan tunica intima. Tunika intima teridir
atas endotellium, sub-endotellium, dan lamina elastica. Aorta berfungsi sebagai
saluran penyebar darah ke seluruh tubuh dengan lapisan media atau tunica media
yang lebih tebal sebagai pemompa darah dengan kekuatan yang lebih besar.
perbedaan arteri elastis besar (aorta) dan vena besar (vena cava). Tampak
tunika media (M) lebih tebal pada arteri, sedangkan tunika adventitia (A) lebih tebal
pada vena cava. Keduanya memiliki lamina elastika interna (IEL). Kedua tunika
media didominasi serabut elastin, namun lapisan serabut elastin (EF) tampak lebih
jelas pada tunika media dan tunika adventitia pada vena cava, aorta memiliki vasa
vasorum (V) (Saktiono, 1989).
3.9 Histologi Vena Cava

a
b
b

(A) (B)
Sumber: Atlas histologi organ
sirkulasi
Gambar 9. Histologi Vena Cava (10x10) : Keterangan: a. Tunica Adventitia; b.
Tunica Media; c. Tunica intima
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada histologi
vena tunica advetitia, tunica media, dan tunica intima. Vena terbagi atas vena cava,
vena sedang dan venul atau vena kecil. Vena atau yang disebut sebagai pembuluh
balik berfungsi membawa darah kembali ke jantung dari seluruh tubuh dan kaya
akan karbondioksida (CO2). Karena tekanannya sangat rendah, vena umumnya
memiliki katup yang menonjol dari tunika intima untuk mencegah aliran balik.
Sebagian besar vena berukuran kecil atau sedang dan berjalan beriringan
dengan arteri muskular. Vena memiliki tunika intima dengan subendotel tipis dan
tunika media terdiri atas berkas halus otot polos, serat retikular dan elastin. Tunika
adventitia vena didominasi serabut kolagen. Vena dengan katup (tanda panah). Vena,
memiliki tunika intima dengan lapisan subendotel. Tunika media tipis didominasi
elastin dengan sedikit otot polos, begitu pula tunika adventitia juga didominasi
elastin. Katup vena sangat mencolok pada vena besar, katup terdiri atas lipatan tunika
intima kaya elastin yang dilapisi endotel (Setchell , 1978)
3.10 Histologi Kapiler

a
b
c

(A)
(B)
Sumber: Atlas histologi organ
respirasi
Gambar 10. Histologi Kapiler (4x10) : Keterangan : a. Tunica Adventitia; b. Tunica
Media; c. Tunica Intima
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan gambar dan bagian-bagian pada hitologi
kapiler yaitu tunica adventitia, tunica media, dan tunica intima. Tunica intima terdiri
dari endothellium, sub-endothellium, dan membran elastica interna. Kapiler pada
tubuh berfungsi sebagai saluran peredaran darah ke seluruh tubuh vertebrata.
Struktur penting lainnya pada pembuluh darah besar ialah vasa vasorum. Karena
ketebalannya, dinding pembuluh darah sulit mendapatkan suplai nutrisi yang
dipertukarkan pada tunika intima.
Secara umum, lapisan pembuluh darah dapat dijabarkan sebagai berikut,
Tunika intima, merupakan lapisan paling tipis dan paling dalam yang kontak
langsung dengan darah. Tersusun atas endotel selapis dengan lapisan subendotel
jaringan ikat longgar yang kadang mengandung otot polos. Endotelium memiliki
beberapa peran yaitu sebagai membran semipermeabel; produsen zat vasoaktif yang
mempengaruhi tonus vaskular seperti nitrogen oksida, endotelin,dll; konversi
angiotensin I yang berperan dalam regulasi tekanan darah; produsen faktor
koagulasi; produsen VEGF (vascular endothelial growth factor) yang berperan pada
angiogenesis. Pada arteri dan vena besar, di antara tunika intima dan media terdapat
lamina elastika interna yang terdiri atas serabut elastin dengan banyak fenestra atau
celah untuk difusi air dan nutrisi ke lapisan dalam pembuluh. Tunika media,
merupakan lapisan paling tebal yang tersusun atas lapisan konsentris otot polos. Di
antara sel otot polos terdapat berbagai serabut jaringan ikat ;elastin ; retikular
kolagen; substansi dasar; substansi dasar proteoglikan, glikoprotein. Tunika media
jauh lebih tebal pada dinding arteri, selain itu pada arteri, terdapat lamina elastika
eksterna yang serupa dengan lamina elastika interna. Tunika adventitia, tersusun atas
serat kolagen tipe I dan elastin. Lapisan ini lebih tebal pada vena dan akan menyatu
dengan stroma jaringan ikat organ (Zuckerman, 1979).
BAB IV. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah
1. Pada histologi laring terdiri dari tiga lapis tunica yaitu tunika mukosa, tunica
sub-mukosa, dan tunica tulang rawan.
2. Pada histologi epiglotis terdiri dari duktus kelenjer torakalis, asinus mukosa,
membran elastis, trakeal cartilage, dan tulang rawan.
3. Pada histologi trakea terdiri dari tunica adventitia, tulang rawan hialin,
jaringan adiposa, dan tunica sub-mukosa.
4. Pada histologi BEP terdiri dari lapisan otot dan tulang rawan hialin. Pada
BEP juga tersusun dari serabut luar, lumen, otot polar dan kartilago.
5. Pada histologi pulmo terdiri dari banyak alveolus, bronkus intrapulmonal,
bronkus respiratori, duktus alveoli, sarkus alveoli, dan alveoli.
6. Pada histologi cor terdiri dari epikardium, miokardium, dan endokardium.
7. Pada histologi arteri dan vena terdiri dari pembuluh yang saling menjalankan
fungsi pengedar darah ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung.
8. Pada histologi aorta terdiri dari tunica adventitia, tunica media dan tunica
intima.
9. Pada histologi vena cava terdiri dari vena tunica advetitia, tunica media, dan
tunica intima.
10. Pada histologi kapiler terdiri dari tunica adventitia, tunica media, dan tunica
intima.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar praktikan lebih memahami
lagi lapisan-lapisan yang terdapat pada setiap preparat yang akan di praktikumkkan
sehingga lebih cepat memahami saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India: Banaras Hindu University.


Bevelander,G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Cole, H. 1977. Repriration in Domestic. Animal . New York: Academic Press.
Dellmann,D. 1992. Histologi Veteriner.Jakarta: Universitas Indonesia.
Fishelson,L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur . Yogyakarta: Pustaka Tama.
Ganong, W. F. 2005. Review of Medical Physicology. Singapore: Mc Graw Hill
Jonuarti, R., 2013. Analisis Aliran Darah dalam Stenosis Arteri Menggunakan Model
Fluida Casson dan Power-Law. Jurnal Ilmu Dasar, 14(2), pp. 72-78.
Junquiera, Carlos, L., Jote, C. & Kelley, R. V., 1995. Histologi Dasar. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Linda,dkk. 1988. Histologi Dasar .Jakarta: Erlangga.
Luis, C. 2007. Histologi Dasar . EGC: Text & Atlas.
Ramaley, J. 1992. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Saktiono.1989. Biologi. Jakarta:Erlangga.
Setchell, B. 1978. The Mamalian Bronchus. London: Academic Press.
Waluyo, L,. 2007. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang.
Zuckerman, S. 1979. The Alveolus. London: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai