Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SELVIA

NIM : 0310202078
KELAS : TADRIS BIOLOGI 2
DOSEN : RONI AFRIADI, M.Pd

OSMOREGULASI
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk
membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Bagian paling besar penyusun tubuh hewan terdiri atas air dimana sekurang-kurangnya 60-
95% dari berat badan hewan adalah air. Air di dalam tubuh hewan berada di berbagai
kompartemen, air dapat berada di dalam cairan intraseluler atau mungkin juga berada di luar sel
sebagai cairan ekstraseluler. Cairan eksktraseluler juga terdistribusi di berbagai kompartemen
seperti plasma darah dan cairan serebrospinal. Di dalam cairan tersebut terlarut berbagai
substansi meliputi ion-ion dan nutrien. Merupakan hal yang penting bagi hewan untuk menjaga
kuantitas atau kadar yang tepat dari air dan substansi terlarut lainnya di berbagai cairan tubuh.
Kemampuan hewan untuk meregulasi konsentrasi air dan substansi terlarut lainnya dikenal
dengan istilah osmoregulasi.
Osmoregulasi sangat terkait erat dengan sistem ekskresi, dimana sistem tersebut adalah
salah satu bagian vital yang terlibat dalam pengaturan kadar air dan substansi terlarut di dalam
tubuh sehingga keseimbangan tetap terpelihara demi kelangsungan fungsi-fungsi normal
fisiologis. Volume dan komposisi larutan di dalam cairan tubuh dikontrol secara tepat oleh organ
ekskresi dengan membuang atau mempertahankan kadarnya sesuai kebutuhan tubuh. Pada
hewan akuatis, kulit dan saluran pencernaan menjadi tempat yang penting bagi pengaturan
garam-garam dan air. Perkembangan medium internal seperti cairan tubuh (plasma darah dll)
membantu dalam menjaga komposisi seluler bukan hanya pada hewan-hewan yang hidup di laut
tetapi juga bagi spesies air tawar dan hewan terestrial.
Respon Osmotik Hewan
Respon osmotik berbagai macam hewan sangat terkait erat dengan dimana hewan tersebut
hidup. Oleh karenanya, respon osmotik akan berbeda pada hewan yang hidup di air laut, air
tawar, air payau dan hewan terestrial.
A. Regulasi Osmotik Pada Hewan Laut
Sebagian besar hewan invertebrata laut adalah osmokonformer dimana konsentrasi osmotik
cairan tubuhnya sama dengan lingkungannya sehingga kondisinya berada dalam kesetimbangan.
Tidak ada perubahan seperti penambahan atau pengurangan kandungan air. Akan teteapi, pada
dasarnya tidak pernah terjadi keseimbangan ion sehingga jika terjadi sedikit saja perbedaan
komposisi ion antara tubuh dan air laut maka akan terjadi gradien konsentrasi. Resultan
kehilangan atau penambahan ion-ion tubuh dapat mempengaruhi aspek-aspek fisiologis tubuh
dan mempengaruhi kesetimbangan osmotik. Contohnya, hewan dapat mengalami peningkatan
kadar ion jika ion dalam tubuh lebih rendah daripada di air laut. Hal ini akan menciptakan
kondisi hiperosmotik cairan tubuh terhadap air laut dan akhirnya akan meningkatkan osmotik air.
B. Regulasi Osmotik Pada Hewan Air Payau
Air payau didefinisikan sebagai air laut yang lebih encer dengan konsentrasi di berbagai
tempat antara 1.5%-90% air laut murni. Fauna laut tidak dapat bertahan hidup pada keenceran
dibawah batas atas dari konsentrai air payau. Air payau terbatas di daerah-daerah pantai seperti
estuaria atau lahan gambut tepi laut dimana air laut dan air sungai bercampur.Hewan laut yang
hidup di perairan dangkal dekat pantai dan khususnya di dekat estuaria secara konstan
mengalami perubahan-perubahan konsentasi air. Hewan laut yang tidak dapat mentoleransi
variasi konsentrasi harus melakukan modifikasi-modifikasi yang sesuai dari aspek biokimia,
fisiologi dan tingkah laku untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan air yang bervariasi
konsentrasinya.

Osmoregulasi Hewan Invertebrata


Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi,
reabsorbsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang
memproduksi urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya.
1) Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini
dikarenakan serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar
50 kali, bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap
masa tubuhnya yang hanya ½ kali. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui
spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga
akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi
yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan memiliki
kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali
kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi
yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem
ekskretori osmoregulatori.
2) Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti Lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang
efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer,
yang secara esensial bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya.
Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya.
Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari
dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah kering.
3) Osmoregulasi pada Molusca
Pada tubuh keong/siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable
terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan
air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan
paru-paru yang terbentuk dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil.
Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal bervariasi secara luas
tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih,
keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi bertambah
kering, keoang akan berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta menutup
cangkangnya dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya.
Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen
dalam bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini
meningkat pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi
(tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan
air untuk menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam
rongga mantelnya yang rupanya digunakan pada liungkungan kering.

Osmoregulasi pada Vertebrata


1) Osmoregulasi pada Ikan (pisces)
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat
hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi
melalui permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau
diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya
cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara
normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal
mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk
lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya. Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan
dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan
kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-
banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan
tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan.
Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni
lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai
penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari
pada ikan air tawar
2) Osmoregulasi pada amphibi
Sebagian besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya diletakkan
dalam air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas dengan insang. melalui
metamorphosis, kebanyakan Amphibi (tidak semua) mengubah alat pernafasannya dengan
paru-paru. Beberapa salamander tetap memiliki insang dan tetap hidup dalam air setelah
dewasa. Dan kebanyakan katak dilain pihak berubah menjadi hewan darat, meskipun biasanya
masih tetap memilih habitat berair.
Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ
osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar,terdapat aliran osmotic air ke
dalam tubuhnya melalui kulit. Sehingga urin yang akan dikeluarkan akan menjadi sangat
encer. Sebaliknya, apabila tidak sedang berada di air, katak dapat mereabsorbsi kembali air
yang terdapat di kandung kemih. Sehingga, urin yang akan dihasilkan akan menadi pekat.
Barsama urin ikut terbuang garam-garam. Selain itu, garamdan mineral juga dapat
dilepaskan melalui kulitnya. Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati
dalam beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan salamander adalah
regulator hiperosmotik sempit. Namun ada sejenis katak pemakan kepiting, hidup
didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air laut.Pada saat katak berada
dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk mencegah kehilangan air osmotic melalui
kulitnya, katak menambah umlah urea dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol
urea perliter. Mekanisme ini beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable terhadap
air, sehinggan secara sedarhana untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi
osmotic darah seperti mediumnya. Karena urea essensial bagi katak untuk hidup normal,
maka urea ditahan dalam tubuh dan tidak diekskresikan bersama urin. Pada hiu, urea
ditahan melalui reabsorbsi aktif dalam tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea
ditahan dengan mereduksi volume urin pada saat katak berada dalam air laut. Nampaknya urea
tidak direabsorbsi secara aktif, sebab konsentrasi urea dalam urin tetap dalam keadaan
sedikit di atas urea dalam plasma. Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih
besar terhadap salinitas tinggi dari pada yang dewasa. Pada katak muda, pola regulasi
osmotiknya mirip dengan teleostei sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii.
3) Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang
kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara
beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air.
Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam
bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil
juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal
dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang
dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
4) Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses
mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh
makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang
berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan
garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam,
yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya,
didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu
akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini
hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
5) Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat.
Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum
dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga
cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak
minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari
oksidasi glukosa.

Integrasi Ayat Al-Qur’an pada Osmoregulasi pada Hewan Vertebrata dan Invertebrata
Q.S Surah Al-A’Raf Ayat 31

Artinya:
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Dalam ayat ini, allah menjelaskan kepada kita sebagai umat manusia untuk senantiasa
membatasi diri dalam mengkonsumsi apapun. Pada manusia, dianjurkanuntuk mengkonsumsi air
mineral 2 liter perhari. Kekurangan air pada tubuh akanmengakibatkan banyak timbul
permaslahan pada tubuh karena tubuh memerlukanair untuk proses osmoregulasi. Osmoregulasi
diperlukan pada tubuh manusia untuk menghasilkan keseimbangan tubuh, menggantikan
kehilangan air, mencegahkelebihan zat air pada tubuh, dan menghasilkan konsentrasi osmosis
yang diperlukan oleh cairan tubuh. Untuk itu kita perlu untuk selalu menjagakeseimbangan
tubuh.

Q.S Surah Al Mulk Ayat 4

Artinya:
“ Dia lah yang telah menciptakan langut berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan tuhan yang maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Makalihat lah berulang-ulang,
adakah kamu melihat suatu yang tidak seimbang? ” (Q.SAl-Mulk:4)
Pada ayat kali ini, Allah menyatakan bahwa Ia telah menciptakan semuanya
secaraseimbang. Hal ini ada keterkaitannya dengan osmoregulasi yang mana proses
tersebutmenjaga keseimbangan air dalam tubuh mausia. Osmoregulasi sangat penting dan
berfungsi agar jaringan pada tubuh kita tidak kehilangan atau kelebihan air.Konsentrasi dari air
dan garam adalah sama didalam dan diluar sel, sehingga sel-selkita berda dalam mkeadaan
seimbang. Inilah salah satu contoh konkrit yang dapat kitatemukan dalam tubuh kita bahwa
Allah telah mencipatakan semuanya dalam keadaan seimbang.

QS. Surah Al-Waqiah ayat 68

Artinya:

“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?”

Pernahkah pula kamu memperhatikan air yang kamu minum tiap hari? Kamukah yang
menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan air itu? Ketahuilah, kalau Kami
kehendaki niscaya Kami menjadikannya asin sehingga tidak layak minum. Maka, mengapakah
kamu tidak bersyukur atas anugerah Allah yang besar itu

DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Putra.2009. Buku Ajar Fiologi Hewan.Universitas Andalas: Padang.
Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. 2017. FISIOLOGI HEWAN. Surabaya. Program Studi
Arsitektur Uin Sunan Ampel.
Ngarofah, Lailatul. 2020. Modul Pembelajaran FISIOLOGI HEWAN. Lampung. Pendidikan
Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai