Nim : 0310173109
Semester : IV (Empat)
Jurusan : Tadris Biologi
a. Osmoregulasi pada ikan Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya
secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak
dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh
dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsi-
fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut
sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter
besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar
dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ikan laut hidup pada lingkungan
yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan
air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan
air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan
garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini
dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik
untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air
tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut
cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar
b. Osmoregulasi pada Reptilia
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kerimg
dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara
beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air.
Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam
bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil
juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan,
Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer
yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
c. Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses
mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh
makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang
berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan
kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui
kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah
atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam
didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung
NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
d. Osmoregulasi pada Mammalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara
mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan
makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga
cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak
minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan
dari oksidasi glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari Risa, Dwi Rukma Santi.2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur Uin
Sunan Ampel
Santoso, Putra. 2009. Buku Aja Fisiologi Hewan. Padang : Universitas Andalas