Anda di halaman 1dari 5

A.

PENGERTIAN EKOFISIOLOGI
Ekofisiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang tanggapan dan penyesuaian diri
hewan secara fisiologis terhadap faktor-faktor lingkungan tempat hidupnya. Ekofisiologi
yang mempelajari efek ekologis dari ciri fisiologi suatu hewan, genetika bukanlah satu-
satunya faktor yang mempengaruhi fisiologi hewan. Tekanan lingkungan juga sering
menyebabkan kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di
habitat akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Ekofisiologi hewan
berkaitan dengan aktivitas dan proses dari setiap sistem dalam tubuh hewan seperti sistem
pencernaan, pernafasan, gerak, koordinasi, dan regulasi dalam melakukan fungsi hidup
oleh organ yang bersangkutan dengan penyesuaiannya terhadap kondisi lingkungan.
Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada
gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi
organisme yang menggunakannya. Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang senantiasa berubah-ubah. Perubahan ini
bisa berlangsung cepat ataupun lambat, karena lingkungan berubah maka agar makhluk
hidup dapat bertahan hidup, dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
(Prawirohartono, 2005). Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada
hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak
minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang
memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
Pada adaptasi fisiologi ini adanya keterkaitan antara ciri fisiologis dengan ciri
struktural mungkin tampak jelas jika dilihat dari garis evolusi yang terbentang dari
organisme sederhana hingga organisme tingkat tinggi. Untuk memberikan gambaran
tentang adanya ciri-ciri fisiologi yang teradaptasi pada lingkungan berikut ini beberapa
contoh fisiologi yang dapat dengan mudah dilihat hubungannya dengan ciri habitat.
A. Contoh-contoh Ekofisiologi Hewan
1. Respirasi

1
Sistem respirasi dan proses fisiologis respirasi berbeda antara hewan satu dengan
yang lain.Secara ekologis, perbedaan itu disebabkan oleh faktor-faktor luar terutama
konsentrasi oksigen yang ada di medium yang ada di dalam habitat. Perbedaan sistem
dan proses respirasi juga ada hubungannya dengan tingkat kerumitan anatomi tubuh
hewan. Hubungan faktor ekologis dan kerumitan anatomi tubuh hewan dengan
adaptasi fisiologi adalah sebagai berikut:
 Hewan-hewan air mengambil oksigen dari gas yang terlarut didalam air yang
berkonsentrasi rendah, hewan darat mengambil oksigen dari udara yang
kandungannya melimpah.Hewan kecil terutama yang hidup diair mengambil
oksigen melalui permukaan tubuh, hewan besar memerlukan alat khusus untuk
mengambil atau menghisap oksigen. Hewan-hewan yang tinggal di air dalam
banyak yang bersifat anaerob sedangkan hewan air yang tinggal di air dangkal
bersifat aerob, Keduanya berbeda karena hubungannya dengan perbedaan
konsentrasi larutan oksigen didalam air. Kandungan oksigen ditempat yang
dalam sangat kecil,sehingga hewan anaerob mengadaptasi diri terhadap
lingkungan yang kuran oksigen dengan bernapas tanpa menggunakan oksigen.
Pada pernapasan anaerobik karbohidrat dibongkar untuk menghasilkan energi
dengan produk sampingan berupa asam cuka dan alkohol. Hewan yang hidup
didaerah permukaan air yang ada dilingkungan yang kaya oksigen,sehingga
hewan lebih teradaptasi dengan pernapasan aerob yang membongkar makanan
untuk mengeluarkan energi dengan menggunakan oksigen dengan produk
sampingan karbondioksida dan air. Karena tubuhnya uniseluler sehingga
oksigen diserap secara langsung dengan permukaan tubuhnya. (Pudyo
Susanto,2000).
2. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Tingbergen yaitu menempatkan kulit telur
burung camar yang pecah dekat dengan telur-telur kamouflase tersebat tanpa pecahan
kulit telur burung camar. Ia kemudian mengamati, telur-telur mana yang mudah
ditemukan oleh camar. Karena camar-camar tersebut dapat mengidentifikasi atau
mengenali warna putih pecahan telurnya sebagai petunjuk atau penanda, ternyata
burung-burung camar tersebut lebih banyak memakan telur-telur ayam kamouplase
yang dekat dengan pecahan kulit telur-telurnya yang asli. Dari peristiwa ini,

2
Timbergen menarik kesimpulan bahwa pembuangan cangkang-cangkang telur oleh
camar setelah menetas adalah perilaku adaptif. Hal ini dilakukan oleh camar untuk
mengurangi usaha pemangsaan (predator) sehingga meningkatkan untuk tetap
bertahan hidup (Sukarsono, 2009).
3. Organisme bersel satu pada umumnya hidup di lingkungan berair. Diantaranya ada
yang tinggal di tempat yang dalam dan ada yang tinggal didekat permukaan air
Hewan-hewan yang tinggal di air dalam banyak yang bersifat anaerob sedangkan
hewan air yang tinggal di air dangkal bersifat aerob,Keduanya berbeda karena
hubungannya dengan perbedaan konsentrasi larutan oksigen didalam air.Kandungan
oksigen ditempat yang dalam sangat kecil,sehingga hewan anaerob mengadaptasi diri
terhadap lingkungan yang kuran oksigen dengan bernapas tanpa menggunakan
oksigen. Pada pernapasan anaerobik karbohidrat dibongkar untuk menghasilkan
energi dengan produk sampingan berupa asam cuka dan alkohol. Hewan yang hidup
didaerah permukaan air yang ada dilingkungan yang kaya oksigen,sehingga hewan
lebih teradaptasi dengan pernapasn aerob yang membongkar makanan untuk
mengeluarkan energi dengan menggunakan oksigen dengan produk sampingan
karbondioksida dan air. Karena tubuhnya uniseluler sehingga oksigen diserap secara
langsung dengan permukaan tubuhnya. Meskipun insang merupakan alat yang cocok
untuk mengambil oksigen didalam air tetapi ada beberapa hewan yang mengambil
oksigen di udara misalkan pada ikan mujair dan ikan mas mengeluarkan moncongnya
diatas air.
4. Saluran pencernaan herbivora panjang dan menghasilkan enzim selulase yang dapat
menguraikan selulosa. Dengan adanya selulase, pencernaan makanan yang berupa
tumbuhan menjadi lebih mudah karena sel tumbuhan mempunyai dinding yang kuat,
yang sulit untuk dicerna hewan.
5. Mamalia herbivora mempunyai saluran pencernaan sehubungan dengan pencernaan
selulosa karena didalam saluran pencernaan terdapat mikroorganisme yang dapat
mencerna selulose misalnya pada sapi dan domba. Keistimewaan terdapat pada
lambungnya karena terdiri dari rumen,retikulum,omasum dan abomasum. Makanan
dicampur dengan air liur didalam rumen sehingga dapat menjadi fermentasi secara
besar-besaran. Air liur berfungsi sebagai zat penahan atau buffer.Fermentasi didalam

3
rumen dilakukan oleh bakteri dan protozoa yang hidup didalamnya. Kedua kelompok
mikroorganisme itu mencerna selulose menjadi molekul karbohidrat yang dapat
dicerna pada saluran pencernaan berikutnya. Hasil pencernaan sebagian besar berupa
asam asetat,asam butirat dan asam propionat karbon dioksida dan metana.
Asetat,asam butirat dan asam propionat diabsobsi dan digunakan oleh
tubuh,sementara karbon dioksida dan metana dikeluarkan dari tubuh,bahan yang
belum tercerna secara sempurna dikembalikan ke mulut untuk kunyah lagi.
6. Di alam terdapat dua macam perairan yang berbeda kadar garamnya, yaitu perairan
laut dan perairan tawar. Air laut mempunyai kadar garam yang lebih tinggi daripada
air tawar. Ikan yang hidup di air laut dan air tawar masing-masing memiliki cara
adaptasi yang khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan ke air
tawar, demikian pula sebaliknya. Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar
garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut
beradaptasi dengan cara selalu minum dan mengeluarkan urine sangat sedikit. Hal itu
bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Garam yang
masuk bersama air akan dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Tekanan osmosis sel-sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan
osmosis air di lingkungannya, karena kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih
tinggi daripada kadar garam air lingkungannya. Dengan demikian banyak air yang
masuk ke tubuh ikan melalui sel-sel tubuh ikan. Untuk menjaga agar cairan tubuhnya
tetap seimbang, ikan tersebut beradaptasi dengan cara sedikit minum dan
mengeluarkan banyak urine. Tekanan osmosis di dalam sel-sel tubuh ikan air tawar
jauh lebih rendah dibanding tekanan osmosis lingkungan air laut. Akibatnya, apabila
ikan air tawar dimasukkan ke air laut, bentuk preadaptasinya adalah minum air
sebanyak-banyaknya agar cairan di dalam sel-sel tubuh yang keluar.
7. Katak dewasa mempunyai kulit tipis dan selalu lembab. Pada lingkungan udara
kering,kulit tidak mampu mencegah penguapan air tubuh sehingga katak selalu
mencari tempat yang dekat air atau tempat yang lembab.Kalau masuk kedalam air, air
dari luar masuk kedalam tubuh dengan cara difusi dan garam keluar dari dalam tubuh,
sehingga konsentrasi garam dalam tubuh menjadi encer.Untuk mempertahankan

4
tekanan osmotik tubuh katak menggunakan cara seperti yang dilakukan oleh hewan
air tawar,yaitu mengeluarkan urin encer, dan menghirup garam.

Referensi
Rusmendro,Husmar.2004. Struktur komunitas dan Regenerasi. Fakultas Biologi Universitas
Nasional
Resosoedarmo,R.S., Kuswata K, Aprilani S.1984. Pengantar Ekologi. Bandung: CV. Remaja
Karya.
Sukarsono 2009 Pengantar Ekologi Hewan UMM Pres: Malang
Susanto,Pudyo.2000. Pengantar Ekologi Hewan.Jakarta: Proyek pengembangan Guru
http://id.keplok.com/jagad-unik/read/9-hewan-paling-tangguh-di-dunia-3200.html

Anda mungkin juga menyukai