Anda di halaman 1dari 5

Batu Bertangkup

Tokoh pemeran nya:


1. Yogi irfando > Anak1
2. Fauziyah s > Anak2
3. Naila fira > Mak minah
4. Bruri aditia > Batu bertangkup
5. Yastofi > Tetangga1
6. Rezi tri > Tetangga2
Narator : Kemuning Chika

Zaman dahulu hiduplah seorang janda bersama ke-2 anaknya. Janda


itu bernama Minah, yang sehari-harinya hanya berkerja mencari kayu
bakar. Anak-anaknya yang nakal selalu membuat Mak minah bersedih.

Anak1 : Mak, aku mau Mak membelikan aku baju baru


seperti anak sebelah rumah kita! Atuknya membelikannya baju sutera
yang cantik!(sambil memainkan kuku-kukunya)
Anak2 : Betul Mak! Aku juga ingin dibelikan sepatu baru
seperti kawan-kawan kami! Sepatu kami sudah usang Mak, sudah minta
makan, Kami malu!
Anak1 : Aku ingin Mak juga membelikanku mainan,
seperti anak-anak lain Mak!
Mak : Nak, sebetulnya hati Mak rasa hendak membeli
semua yang kalian minta itu nak. Tapi apa daya Mak tidak punya uang.
Sabarlah nak, Mak akan berusaha mencari uang yang berlimpah untuk
kalian.
Anak2 : Ah, Mak memang pelit sekali terhadap anak
sendiri? Mak egois sekali! Ayah pasti sakit hati melihat tingkah Mak
seandainya ayah masih hidup.
Anak1 : Ya! Mak tidak becus dalam bekarja dan ingin
kita hidup melarat terus!
Mak : Tidak nak! (sambil menangis) Mak sama sekali
tidak seperti itu Mak sudah berusaha sekuat tenaga tapi kalian tetap
tak mau menghargai Mak. Mak lelah nak!
Anak1 : Sudah Mak, cukup janji-janji palsu Mak! Telinga
kami sudah amat panas mendengar celotehan tidak penting ini Mak.
Mak : Apa nak? Kasar nian engkau pada Mak?
Anak2 : Kami tidak perduli Mak!
(kedua anak nya pun pergi main meninggalkan Maknya sendirian yang
sedang tersedu-sedu)
Mak : Ya allah, kenapa anak-anakku tidak tahu diri
begitu? Apa salahku hingga mereka jadi begitu? Mungkin ini cobaan
aku harus tabah menghadapi cobaan ini.
(Anak-anak Mak datang dan Makan. Tanpa mempedulikan Maknya
yang sedang tertunduk tiba2 datanglah tetangga mereka lalu masuk
tanpa permisi)
Tetangga1 : Ih apa tu yang kalian lahap? Tak bergizi tu! Tak
pantas dimakan! Ibu kalian bagaimana rupanya? Memberi Makanan tak
layak macem ni. Saya ada pantunya ini.
Ada kucing Makan ikan
Rupanya ikan memakan nasi
Anak miskin sedang makan
Makan nasi tapi sudah basi

Tetangga2 : Baju kalian pun tak cantik-cantik. Lusuh dan


bau sudah ketinggalan zaman pula! Ibu kalian memang perhatian! Ini
pun ada pantunya.
Si pak cik sedang berduka
Memakai baju hitam gulita
Cantik nian baju mereka
Kain lusuh berlubang pula
Mak : Kalian memang orang berada tapi cukuplah
jangan mengiris hati kami, para rakyat jelata.(Menangis, hati Mak sakit
sekali)
Tetangga1 : Ah memang engkau orang kampung
Bolu kemojo pakai lah tepung
Lebih enak pakai serikaya
Disini ada orang kampung
Tak bisa bergaul dengan orang kaya
Tetangga2 : Si asrul beli jarum pentul, betul betul betul!
Tetangga1 : Mari kita pulang tak tahan aku dengan hawa
rumah ini!
Tetangga2 : Ayoklah kita ke pasar saja dan berbelanja. Tak
kayak mereka-mereka ini yang jarang sekali berbelanja, hanya hari
raya, itupun membeli barang-barang bekas.
(Setelah dua tetangga mereka pergi, barulah anak sulung
menghampiri Mak.)
Anak1 : Itu mak, mak dihina oleh tetangga kita yang
kaya raya itu! Apa mak tidak malu? Kami malu mak!
Anak2 : Betul mak, kami semua malu punya mak seperti
emak!
(mak hanya menangis)
Anak1 : Mak ini menangis saja kerjanya.
(Anak-anaknya pun berlalu dan tidur)
(Mak segera mengambil sajadah dan mukenanya, ia sangat sedih dan
ingin berdoa kepada Allah SWT)
Mak : ya allah, ada apa dengan anak-anak hamba?
Kenapa mereka durhaka begitu pada orangtuanya? Apa yang harus
hamba lakukan ya allah? Hamba sudah tidak sanggup lagi. Bukankah
manusia punya batas sabar, ya allah?
(Keesokan harinya mak minah menyiapkan makanan yang banyak dan
pergi, anak-anaknya tidak tahu dan tidak menyadari kepergian mak
minah karena mereka asyik bermain. Setelah itu mak minah pergi ke
batu di tepi sungai yang bisa bicara serta bisa membuka dan menutup
seperti kerang.)
Mak : Akhirnya saya sampai di tepi sungai.(sambil
berjalan mendekati batu)Wahai batu batangkup telanlah saya. Saya
tidak sanggup lagi hidup dengan kedua anak saya yang tidak
menghormati orang tuanya.
Batu : apakah kau tidak akan menyesal?
Mak : tidak, anak-anak ku sudah keterlaluan. Kerja mereka
hanya bermain saja. Tanpa memperdulikan emak nya ini.
Batu :Baik,Masuklah.
(Mak minah pun ditelan oleh batu batangkup itu, yang tersisa hanya
sehelai rambut mak minah yang panjang.
Sore hari…
Anak2 : Kak, mak ada dimana? Kemana emak sejak pagi?
Anak1 : Entahlah?ayo kita main lagi!
Anak2 : Ayo kak! Kita main galah panjang! Pasti seru!
(Keesokan harinya makanan sudah habis dan anak-anak nakal itu mulai
lapar)
Anak2 : Aku lapar. Mana emak?
Anak1 : Lebih baik kita mencarinya sebelum kita mati
kelaparan.
(Mereka pun akhirnya tiba di sungai dan menemui batu batangkup)
Anak1 : Dik,bukankah ini rambut mak?
Anak2 : ya ini ‘kan kelas rambut mak!
Semua : Wahai Batu Batangkup, kami
membutuhkan emak kami. Tolong keluarkan emak kami dari perutmu!
Batu : Tidak!!! Kalian hanya membutuhkan emak
kalian saat lapar saja. Kalian tidak pernah menyayangi dan
menghormati emak
Semua : Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan
menghormati emak!(sambil meratap dan tersedu-sedu)
Batu : Baiklah, akan ku keluarkan emak kalian.
(Keesokanya anak-anak menjadi rajin dan membantu emaknya.
Mak : bersih nya halaman ini, siapa yang membersihkan nya??
(masuk kedua anak nya)
Anak1 : aku mak, mak hari ini kami boleh membantu emak pergi
mencari kayu bakar dihutan?
Mak : apa kalian berdua serius??
Anak2 : iya mak, kami ingin menjadi anak yang berbakti.
Mak : Terimakasih yaallah. Yasudah mari kita berangkat
kehutan.
(Tapi lusanya mereka kembali ke tabiat aslinya, menjadi anak yang
pemalas dan tidak mau menghormati emak nya)
Mak : Anak-anakku memang tak tahu diri, anak
durhaka, lebih baik saya kembali ke batu batangkup!(Mak minah pun
sampai di dekat batu batangkup)Wahai batu, telanlah saya lagi dan
jangan pernah keluarkan saya, saya tak sanggup lagi melihat tingkah
laku anak-anak saya!
Batu : Baiklah, masuk ke dalam!
(Sedangkan anak-anaknya hanya bermain dari pagi sampai sore. Dan
saat lapar mereka baru mencari mak.)
Anak2 : Kak, aku lapar sekali.
Anak1 : Ya kak. Adik juga lapar. Emak ini kemana?
Menelantarkan anak-anaknya. Pasti dia pergi ke batu batangkup, ayo
kita ke sana!
(Sesampainya di tepi sungai)
Anak1 : Wahai Batu Batangkup, kami membutuhkan emak
kami. Tolong keluarkan emak kami dari perutmu…
Anak2 : Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan
menghormati emak, Wahai batu batangkup!
(Mereka meratap dan menangis seperti kejadian sebelumnya)
Batu : Kalian memang anak nakal. Penyesalan kalian
kali ini tidak ada gunanya!(kata batu sambil menelan anak-anak itu.)

Batu Batangkup pun masuk ke dalam tanah dan sampai sekarang tidak
pernah muncul kembali.

Anda mungkin juga menyukai