Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil
keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu
program (Fuddin, 2007). Model CIPP merupakan singkatan (akronim) dari contect
evaluation, input evaluation, process evaluation, dan product evaluation yang
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dan kawan-kawannya pada tahun 1968 di
Ohio State University dan berorientasi pada pengambilan keputusan.
Model ini hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan
dan menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna
bagi pembuat keputusan dan memilih beberapa alternatif.
Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh data bagi keperluan revisi program,
sedangkan evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu program. Pada
evaluasi sumatif fokus evaluasi ditujukan pada variabel-variabel yang dipandang
penting dan berkaitan dengan kebutuhan pengambilan keputusan.
Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi obyek pada
model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program
dimulai. Evaluasi ini dilakukan secara berkelanjutan, terus-menerus, men-cek sejauh
mana tujuan tersebut sudah terlaksana dalam proses pelaksanaan program. Secara
umum model evaluasi ini memberikan penekanan terhadap produktivitas dan
akuntability dalam suatu aktifitas. Model ini juga sering dipergunakan untuk
mengukur pencapaian dan kemajuan peserta didik. Model ini menepikan dimensi
proses dalam pelaksanaan evaluasi. Model ini sering mengutarakan pertanyaan
seperti apakah peserta didik dapat mencapai suatu sasaran dengan baik?, apakah
para dosen dapat menjalankan pekerjaanya dengan baik? Untuk membentuk ujian
pencapaian, Tyler, menggariskan beberapa prosedur yang perlu diikuti, yaitu:
b. Menguraikan setiap tujuan dalam bentuk tingkah laku dan isi kandungan.
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven tahun 1972 ini dapat
dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika
dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau
tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah
dapat dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru
menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi
program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program.
Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya
program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik
hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang
sebetulnya memang tidak diharapkan).
Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan
evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan
khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa
memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung
penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah
penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.
Dari uraian ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "evaluasi lepas dari tujuan"
dalam model ini bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi hanya lepas dari
tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai
oleh program, bukan secara rinci per komponen.
7. Discrepancy Model
Menurut Provus evaluasi adalah untuk membangun dan affirmatif, tidak untuk
menghakimi. Model Evaluasi Discrepancy/ Pertentangan ( Provus, 1971) adalah suatu
model evaluasi program yang menekankan pentingnya pemahaman sistem sebelum
evaluasi. Kapan saja kita sedang mencoba untuk mengevaluasi sesuatu, ditekankan
bahwa kita harus mempunyai pemahaman tepat dan jelas atas hal yang dievaluasi,
untuk menetapkan standar.