Anda di halaman 1dari 10

EKOFISIOLOGI

Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Abdullah Zahir (1210651136)
2. Dendi Angga Kurniawan (1210651164)
3. Diyah Apriliana Puspita Dewi (1210641152)
4. Eriko Januar Akbar (1210651284)
5. Novita Maturbongs (1210651121)

Dosen Pembina :
Rohimatus Shofiyah, S.Si, M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi, dulu, kini, dan hari esok telah
menuntut ditingkatkannya persediaan bahan pangan dan bahan baku energy. Kenyataannya
sekarang daya dukung sumber daya alam semakin labil akibat pemanfaatan yang semakin
eksplosit tanpa mengindahkan kaidah-kaidah ekologis. Kegagalan pertanian akibat
kekeringan dan kendala lingkungan lainnya serta penerapa suatu system teknologi, sudah
merupakan bayangan suram yang tak dapat lagi dipungkiri. Kegagalan demi kegagalan
pertanian telah mengajarkan pada kita, bahwa alam merupakan sesuatu yang liar, yang perlu
dijinakkan dengan suatu teknologi tertentu dan profesionalisme,
Namun pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan tanpa diikuti oleh usaha-
usaha yang menganut prinsip-prinsip ekologi akan menambah rumitnya masalah lingkunagn
pertanian. Kemelut dan kegagalan pertanian pada akhirnya adalah akibat keterbatasan
pengetahuan tentang lingkungan pertanian itu sendiri. Oleh karena itu, pengkajian masalah
lingkungan pertanian dan dampaknya terhadap aspek fisiologi tanaman, untuk memperoleh
hasil yang maksimum merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan dari ilmu tanaman.
Analisa dampak lingkungan pertanian memberikan gambaran bahwa, factor lingkungan
mempengaruhi fungsi fisiologis yang pada gilirinnya akan memepengaruhi produksi yang
diperoleh.
Pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul OPUSRURALIUM
COMMODORUM oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang masalah-masalah lingkungan
pertanian. Terbitnya buku tersebut membuka sejarah baru di bidang pertanian, terutama yang
bersangkutan dengan masalah lingkungan tanaman, hingga menjelma menjadi ilmu
lingkungan tanaman yang lazim disebut dengan ekologi tanaman.
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti
berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya
termasuk tanah, air, udara dan lain - lain. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis
makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk
hidup lain, contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia
membutuhkan energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan
maupun hewan, dan sebagainya.
Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut
ekologi. Ilmu lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan
“ilmu terapan”. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia
dengan lingkungannya.
Dalam ilmu lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari
dalam unit populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism
hidup yang sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah
dalam sebuah wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti
halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami susun
adalah sebagai berikut:
1.Apa pengertian ekologi tumbuhan?
2.Apa aspek ekologi tumbuhan?
3.Bagaimana sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan?
4.Apa saja spesialisasi ekologi tumbuhan?

1.3 Tujuan Masalah


Dalam rumusan masalah di atas terdapat beberapa tujuan dan manfaat diantaranya:
1.Memahami pengertian Ekologi Tumbuhan.
2.Mengetahui aspek pokok Ekologi Tumbuhan
3.Menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan.
4.Mengetahui apa saja spesialisasi Ekologi Tumbuhan.
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan permasalahan adalah hanya membahas Motivasi Belajar dengan pokok
bahasan sebagai berikut :
1.Menjelaskan pengertian Ekologi Tumbuhan.
2.Menjelaskan aspek pokok Ekologi Tumbuhan
3.Menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan.
4.Menjelaskan apa saja spesialisasi Ekologi Tumbuhan.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode
studi teks (studi kepustakaan) dimana dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan
kegiatan penelusuran dan penelaahan literatur dari hasil data-data yang diperoleh dari buku-
buku, internet, koran, maupun majalah sehingga metode ini sangat menuntut ketekunan dan
kecermatan pemahaman penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekologi Tumbuhan
2.1.1 Pengertian Ekologi secara Umum
Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869.
Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara harfiah
ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan makhluk hidup
adalah lingkungan hidupnya.
Miller dalam Darsono (1995:16) ”Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya”
Odum dalam Darsono (1995: 16) “Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang
struktur dan interaksi antara sesama organisme dengan lingkungannya dan ekologi adalah
kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang
hidup bersama saling tergantung satu sama lain”
Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) “Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Resosoedarmo dkk, (1985:1)[3] “ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”
Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari
kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling
besar terhadap lingkungannya dimana tanggung jawab ini tidk mungkin diserahkan kepada
makhluk hidup lain.
Manusia memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik.
Manusia menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implisit bahwa
sudah sejak lama telah dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan
kehidupan manusia. Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam.
Dengan pandangan antroposentrik yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang
makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang amat pesat, eksploitasi lingkungan
semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya
sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh dikatakan tidak ada yang memiliki.
Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri
sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita jaga.

2.1.2 Pengertian Ekologi Tumbuhan


Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan
tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman
mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga
hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi Secara
etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri.
Ekologi Tanaman yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal
balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok-kelompok
tanaman.
Dalam hal ini penting disadari bahwa tanaman tidak terdapat sebagai individu atau
kelompok individu yang terisolasi. Semua tanaman berinteraksi satu sama lain dengan
lingkungan sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya.
Dalam proses interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan
lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup
tanaman.
Ciri khas ekologi tanaman (plant ecology), adalah tanaman dapat mengubah energi
kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik.

2.2Aspek Ekologi Tumbuhan

Ekologi tanaman meliputi tiga aspek pokok, yaitu:


1. Agronomi;
2. Fisiologi Tanaman;
3. Klimatologi Pertanian.
Ketiga aspek ekologi Tumbuhan itu merupakan suatu kelompok ilmu pertanian, yang
satu sama lainnya mempunyai hubungan timbal balik. Factor fisik seperti sinar matahari,
perubahan suhu, ketersediaan air, dan factor metereologi lainnya merupakan kajian
klimatologi yang langsung berpengaruh terhadap aspek fisiologis tanaman. Aspek-aspek
fisiologis tanaman sebagai pengaruh factor lingkungan akan merupakan suatu pertimbangan
untuk mengelola tanaman, agar diperoleh produksi yang maksimum. Oleh sebab itu, ketiga
ilmu ini merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan dikaji tersendiri dan
harus merupakan suatu kesatuan.

2.3Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan


2.3.1Sejarah Ekologi Tumbuhan
Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai,
meskipun bila ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan
Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “oekologie”
yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi
ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut Ernest
Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian
hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi
adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara
ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran
(distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan
bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs
(1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang
menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme.
Sekarang definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan
bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut.
Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari
berbagai makhluk hidup. Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di
Eropa yang dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para
ahli lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari
komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason
(1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan
Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris
mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan.
Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak
dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan
Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an
Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan
agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne
dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris.
Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang
kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji
pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah
eko-klimatologi dan ekofisiologi.

2.3.2Perkembangan Ekologi Tumbuhan


Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung
dan berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan
penelitian ke arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti
perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan
hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui
hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan
datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang
lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya dan dengan lingkungannya.
Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan
seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perke-cambahan pada tempat
yang cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan
terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau
panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan
tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada
habitat mereka?
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi
yang bisa digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada
ekologiwan yang tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan
deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan
informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan.
Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer penggembalaan
ternak, rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana
tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada
pada habitatnya.
Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt
(1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term
assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-¬faktor
lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai tokoh
geografi tumbuhan. Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan
hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia
menjelaskan pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan
perjalanan yang luas dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam
term fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor
lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi
tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864),
Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.
Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik
meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600
spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi ( 1982), dimana di dalamnya
diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan
subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi
komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm
Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant
Geography on a Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi.
Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis
hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-
1942) dari Universitas Columbia, juga telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam
melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona elepasi. Ahli ekologiwan
yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar sekali sumbangannya
terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia telah menerbitkan sebuah karya
yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di
Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian lokal dan lain-lain.
Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini ter-jadi
karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara
ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis
tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun
1940 dan 1950 an. Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan
sinekologi. Di Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan
metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi
tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode
sampling komunitas, reduksi data, dan nomenklatur asosiasi.

2.4Spesialisasi Ekologi Tumbuhan


Ekologi tumbuhan dapat dianggap sebagai suatu spesialisasi dalam ekologi. Beberapa
ilmuwan dan pendidik mengeritik pembagian ekologi ke dalam ekologi tumbuhan dan hewan,
alasannya pembagian tersebut artitisial dan merusak pengertian ekosistem itu sendiri (suatu
ekosistem adalah keseluruhan komunitas tumbuhan, komunitas hewan dan lingkungan dalam
wilayah khusus atau habitat).
Kita semua pada hakekatnya adalah spesialis, dengan cara ini terjadi kemajuan yang
lebih pesat. Seseorang tidak dapat menguasai semua bidang ekologi, dengan demikian biarlah
terbagi menjadi ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Pembagian ini juga dilihat dari
perbedaan struktur, tingkah laku dan fungsi antara hewan dan tumbuhan yang sangat berbeda,
sehingga banyak prinsip ekologi tumbuhan tak dapat diterapkan begitu saja ke dalam prinsip
ekologi hewan, begitu juga sebaliknya.
Pembagian ekologi menjadi ekologi hewan dan tumbuhan secara artifisial ini bukan
berarti kita harus mengurangi spesialisasi, tetapi mendorong kita untuk selalu mengadakan
komunikasi satu sama lain sehingga mengurangi kesenjangan antara ekologi tumbuhan dan
ekologi hewan.

2.4.1 Sinekologi (Ekologi komunitas)


Sinekologi berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat
komunitas. Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani,
Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan dalam hal:
1. Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas.
2. Komposisi dan struktur komunitas
3. Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrient
dan energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, dan
proses, dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
4. Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas
secara evolusioner.
2.4.2 Autekologi (Ekologi Spesies)
Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku
spesies atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi
meliputi demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran
populasi), ekologi fisiologi atau ekofisiologi, dan genekologi (genetika).
Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi.
Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau genetik dari suatu
spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba menggambarkan bagaimana
pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, organismik dan sub organismik. Autekologi
dapat bergerak ke dalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti fisiologi, genetika, evolusi
dan biosistematik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi
pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya
termasuk tanah, air, udara dan lain - lain. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis
makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan
tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman
mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga
hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi Secara
etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri.

3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat
tentang pentingnya mempelajari sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan. Sehingga,
Para pendidik dan peserta didik mampu mengetahui tentang hakekat ekologi tumbuhan secara
diskriptif, prospektif, dan berwawasan global.
DAFTAR PUSTAKA

Hardi. 2009. Ekologi Tumbuhan. http://hardibio.blogspot.com/. [22 september 2010]


Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Fakultas Biologi UGM.
Marlina, ani. 2010. Ekologi Lingkungan Hidup.
http://www.gudangmateri.com/2010/06/ekologi-lingkungan-hidup.html. [22 September 2010]
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta ; Universitas Terbuka
Resosoedarmo, Soedjiran. 1989. Pengantar Ekologi.Jakarta : Remadja Karya
Riyadi, Slamet. 1981. Ecology : Ilmu Lingkungan Dasar dan Pengertiannya.
Surabaya : Usaha Nasional
Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung:
Dzs UPI

Anda mungkin juga menyukai