Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota

Naila Fira R. J (1700008049)

Heru Dwi Kurniyanto (1700008061)

Bagus Adi Pamungkas (1700008076)

Vithra Adam Nugroho (1700008083)

EKOFISIOLOGIS HEWAN

Pengertian Ekofisiologis

Ekofisiologis adalah ilmu yang mengkaji tentang efek ekologis dari ciri fisiologi suatu
hewan dan sebaliknya atau ilmu yang mengkaji tentang tanggapan dan penyesuaian diri
hewan secara fisiologis terhadap faktor-faktor linngkungan tempat hidupnya. Ekofisiologi
hewan berkaitan dengan aktivitas dan proses dari setiap sistem dalam tubuh hewan seperti
sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem gerak, sistem koordinasi dan sistem regulasi
dalam melakukan fungsi hidup oleh organ yang bersangkutan dengan penyesuaian terhadap
kondisi lingkungan. Ekosfiologi dapat mempengaruhi kondisi suatu hewan, sehingga mau tidak
mau hewan tersebut harus melakukan adaptasi, dan adaptasi tersebut dinamakan adaptasi
fisiologi.

Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada


gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme
yang menggunakannya. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada organ atau alat-alat tubuh
untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologi lebih menekankan pada fungsi
alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh sehingga tetap dapat bertahan
hidup. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu
yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di
daerah dingin.

Contoh Ekofisiologi Hewan

1. Hummingbirds
Burung pemakan madu merupakan burung dengan kemampuan terbang yang unik,
burung ini mampu berada pada posisi yang tetap di udara untuk mengisap nektar pada
bunga. Untuk mampu terbang pada posisi yang tetap, burung pemakan madu
mengepakkan sayapnya dengan cepat sekali, ratarata 50 kepakan per detik. Kepakan
sayap secepat itu memerlukan pasokan energi yang besar yang berasal dari makanan
dan pasokan oksigen.
Salah satu kelompok burung pemakan madu ialah Hummingbirds dari famili
Trochilidae, ordo Apodiformes. Famili Trochilidae memiliki 102 genus dan 328 spesies.
Kelompok burung pemakan madu lainnya berasal dari famili Nectarinidae. Hummingbirds
memiliki ciri paruh panjang dan silinder seperti probe, berukuran kecil, berat bervariasi
220 gram, dan bentuk sayap seperti pedang. Kepakan sayapnya ketika terbang mencapai
35 kepakan per detik, sedangkan ketika mengisap nektar mencapai 55 kepakan per detik.
Untuk mendukung kemampuan terbangnya, otot dan tulang Hummingbirds telah
beradaptasi. Otot-otot burung ini memiliki berat 25%-30% dari berat tubuhnya, lebih
berat 10% daripada burung jenis lainnya. Otot supracoracoideus yang tersambung ke
tulang sternum memiliki ukuran yang besar, berfungsi untuk menaikkan sayapnya.
Sedangkan otot pectoralis yang juga tersambung ke tulang sternum berfungsi untuk
menurunkan sayap sehingga burung ini dapat terbang maju. Otot pectoralis dan
supracoracoideus pada Hummingbirds tersusun atas serat merah tanpa serat putih,
sedangkan burung jenis lain tersusun atas campuran serat merah dan serat putih. Serat
merah beradaptasi untuk penggunaan dalam waktu yang lama, sedangkan serat putih
untuk penggunaan dalam waktu yang singkat.
Tulang sayap Hummingbirds memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan
burung pada umumnya, yaitu tersambung ke sternum dalam bentuk bola kecil,
menyebabkan Hummingbirds memiliki pergerakan sayap yang fleksibel, hampir 1800.
Pergerakan sayap ini membuat Hummingbirds mampu terbang ke arah vertikal maupun
horizontal ketika mengisap nektar. Ciri tulang lainnya yang unik pada Hummingbirds ialah
tulang sternumnya yang besar, berbeda dengan burung pada umumnya. Dan juga tulang
rawan lidahnya yang bercabang dua pada ujungnya, digunakan untuk mengisap nektar.
Selain sistem otot dan tulang, sistem peredaran pada Hummingbirds juga telah
beradaptasi untuk mendukung kemampuan terbangnya. Jantung Hummingbirds memiliki
ukuran relatif paling besar dalam kingdom Animalia, yaitu sekitar 2,5 % dari berat
tubuhnya, sehingga jumlah darah dalam saluran peredaran darahnya cukup banyak.
Detak jantungnya 250 kali per menit ketika istirahat, dan 1220 kali per menit ketika
terbang, menyebabkan darah mengalir dengan cepat. Konsentrasi eritrosit pada darahnya
sangat besar, sehingga konsentrasi oksigen pada darahnya juga tinggi.
Pasokan energi Hummingbirds selain dari oksigen, juga berasal dari makanan.
Archilochus colubris membutuhkan 204 kalori per gram makanan per jamnya. Sumber
kalori utamanya adalah nektar. Karena itu, tiap harinya Archilochus colubris
mengkonsumsi nektar dua kali berat tubuhnya. Untuk pertumbuhan tubuhnya,
Hummingbirds mengkonsumsi protein yang berasal dari seranggaserangga kecil.
Seranggaserangga kecil ditangkap dengan menggunakan sayapnya, lalu dimakan.
2. Respirasi
Sistem respirasi dan proses fisiologis respirasi berbeda antara hewan satu dengan
yang lain.Secara ekologis, perbedaan itu disebabkan oleh faktor-faktor luar terutama
konsentrasi oksigen yang ada di medium yang ada di dalam habitat. Perbedaan sistem
dan proses respirasi juga ada hubungannya dengan tingkat kerumitan anatomi tubuh
hewan. Hubungan faktor ekologis dan kerumitan anatomi tubuh hewan dengan adaptasi
fisiologi adalah sebagai berikut:

 Hewan-hewan air mengambil oksigen dari gas yang terlarut didalam air yang
berkonsentrasi rendah, hewan darat mengambil oksigen dari udara yang
kandungannya melimpah.Hewan kecil terutama yang hidup diair mengambil oksigen
melalui permukaan tubuh, hewan besar memerlukan alat khusus untuk mengambil
atau menghisap oksigen. Hewan-hewan yang tinggal di air dalam banyak yang
bersifat anaerob sedangkan hewan air yang tinggal di air dangkal bersifat aerob,
Keduanya berbeda karena hubungannya dengan perbedaan konsentrasi larutan
oksigen didalam air. Kandungan oksigen ditempat yang dalam sangat kecil,sehingga
hewan anaerob mengadaptasi diri terhadap lingkungan yang kuran oksigen dengan
bernapas tanpa menggunakan oksigen. Pada pernapasan anaerobik karbohidrat
dibongkar untuk menghasilkan energi dengan produk sampingan berupa asam cuka
dan alkohol. Hewan yang hidup didaerah permukaan air yang ada dilingkungan yang
kaya oksigen,sehingga hewan lebih teradaptasi dengan pernapasan aerob yang
membongkar makanan untuk mengeluarkan energi dengan menggunakan oksigen
dengan produk sampingan karbondioksida dan air. Karena tubuhnya uniseluler
sehingga oksigen diserap secara langsung dengan permukaan tubuhnya. (Pudyo
Susanto, 2000).
3. Burung Camar
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Tingbergen yaitu menempatkan kulit telur
burung camar yang pecah dekat dengan telur-telur kamouflase tersebat tanpa pecahan
kulit telur burung camar. Ia kemudian mengamati, telur-telur mana yang mudah
ditemukan oleh camar. Karena camar-camar tersebut dapat mengidentifikasi atau
mengenali warna putih pecahan telurnya sebagai petunjuk atau penanda, ternyata
burung-burung camar tersebut lebih banyak memakan telur-telur ayam kamouplase yang
dekat dengan pecahan kulit telur-telurnya yang asli. Dari peristiwa ini, Timbergen menarik
kesimpulan bahwa pembuangan cangkang-cangkang telur oleh camar setelah menetas
adalah perilaku adaptif. Hal ini dilakukan oleh camar untuk mengurangi usaha
pemangsaan (predator) sehingga meningkatkan untuk tetap bertahan hidup (Sukarsono,
2009).
4. Organisme Bersel Satu
Organisme bersel satu pada umumnya hidup di lingkungan berair. Diantaranya ada
yang tinggal di tempat yang dalam dan ada yang tinggal didekat permukaan air Hewan-
hewan yang tinggal di air dalam banyak yang bersifat anaerob sedangkan hewan air yang
tinggal di air dangkal bersifat aerob. Keduanya berbeda karena hubungannya dengan
perbedaan konsentrasi larutan oksigen didalam air. Kandungan oksigen ditempat yang
dalam sangat kecil,sehingga hewan anaerob mengadaptasi diri terhadap lingkungan yang
kuran oksigen dengan bernapas tanpa menggunakan oksigen. Pada pernapasan
anaerobik karbohidrat dibongkar untuk menghasilkan energi dengan produk sampingan
berupa asam cuka dan alkohol. Hewan yang hidup didaerah permukaan air yang ada
dilingkungan yang kaya oksigen,sehingga hewan lebih teradaptasi dengan pernapasn
aerob yang membongkar makanan untuk mengeluarkan energi dengan menggunakan
oksigen dengan produk sampingan karbondioksida dan air. Karena tubuhnya uniseluler
sehingga oksigen diserap secara langsung dengan permukaan tubuhnya. Meskipun insang
merupakan alat yang cocok untuk mengambil oksigen didalam air tetapi ada beberapa
hewan yang mengambil oksigen di udara misalkan pada ikan mujair dan ikan mas
mengeluarkan moncongnya diatas air.
5. Saluran Pencernaan
Mamalia herbivora mempunyai saluran pencernaan sehubungan dengan pencernaan
selulosa karena didalam saluran pencernaan terdapat mikroorganisme yang dapat
mencerna selulose misalnya pada sapi dan domba. Keistimewaan terdapat pada
lambungnya karena terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Makanan
dicampur dengan air liur didalam rumen sehingga dapat menjadi fermentasi secara besar-
besaran. Air liur berfungsi sebagai zat penahan atau buffer.Fermentasi didalam rumen
dilakukan oleh bakteri dan protozoa yang hidup didalamnya. Kedua kelompok
mikroorganisme itu mencerna selulose menjadi molekul karbohidrat yang dapat dicerna
pada saluran pencernaan berikutnya. Hasil pencernaan sebagian besar berupa asam
asetat,asam butirat dan asam propionat karbon dioksida dan metana. Asetat,asam butirat
dan asam propionat diabsobsi dan digunakan oleh tubuh,sementara karbon dioksida dan
metana dikeluarkan dari tubuh,bahan yang belum tercerna secara sempurna
dikembalikan ke mulut untuk kunyah lagi.
6. Tekanan Osmosis
Di alam terdapat dua macam perairan yang berbeda kadar garamnya, yaitu perairan
laut dan perairan tawar. Air laut mempunyai kadar garam yang lebih tinggi daripada air
tawar. Ikan yang hidup di air laut dan air tawar masing-masing memiliki cara
adaptasi yang khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan ke air
tawar, demikian pula sebaliknya. Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam
lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya. Ikan tersebut beradaptasi
dengan cara selalu minum dan mengeluarkan urine sangat sedikit. Hal itu bertujuan untuk
menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Garam yang masuk bersama air
akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Tekanan osmosis sel-sel tubuh ikan air
tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air di lingkungannya, karena kadar
garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada kadar garam air
lingkungannya. Dengan demikian banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui sel-sel
tubuh ikan. Untuk menjaga agar cairan tubuhnya tetap seimbang, ikan tersebut
beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak urine. Tekanan
osmosis di dalam sel-sel tubuh ikan air tawar jauh lebih rendah dibanding tekanan
osmosis lingkungan air laut. Akibatnya, apabila ikan air tawar dimasukkan ke air laut,
bentuk preadaptasinya adalah minum air sebanyak-banyaknya agar cairan di dalam sel-
sel tubuh yang keluar.
7. Katak
Katak dewasa mempunyai kulit tipis dan selalu lembab. Pada lingkungan udara kering,
kulit tidak mampu mencegah penguapan air tubuh sehingga katak selalu mencari tempat
yang dekat air atau tempat yang lembab.Kalau masuk kedalam air, air dari luar masuk
kedalam tubuh dengan cara difusi dan garam keluar dari dalam tubuh, sehingga
konsentrasi garam dalam tubuh menjadi encer. Untuk mempertahankan tekanan osmotik
tubuh katak menggunakan cara seperti yang dilakukan oleh hewan air tawar, yaitu
mengeluarkan urin encer, dan menghirup garam.
Referensi

Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan. UMM Pres: Malang

Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek pengembangan Guru
http://id.keplok.com/jagad-unik/read/9-hewan-paling-tangguh-di-dunia-3200.html. Diakses
28 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai