Anda di halaman 1dari 10

A.

Morfologi Tomat

Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk

satu kali periode panen. Setelah bereproduksi, kemudian mati. Tanaman ini

berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai 2 meter (Trisnawati &

Setiawan, 2005). Menurut Pracaya (2008) tanaman tomat dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Metachlamidae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon

Species : Lycopersicum esculentum

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.

Warna batang hijau dan bentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan

batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama dibagian yang berwarna hijau.

Diantara rambut-rambut itu biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-

bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat

akar-akar pendek. Jika dibiarkan tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang

yang menyebar rata (Trisnawati & Setiawan, 2005).

Daun tomat umumnya lebar-lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 20-

30 cm atau lebih besar sekitar 15-20 cm, dan biasanya tebalnya antara 0,3-0,5 cm.

Bentuk, warna , rasa, dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang bulat, bulat

1
pipih, oval dengan ukuran panjang 4-7 cm diameter 3-8 cm. Warna buah masak

bervariasi dari kuning, orange, sanpai merah, tergantung dari jenis pigmen yang

dominan. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan buahnya berdaging

dan banyak mengandung air. Buah tomat memiliki keanekaragaman jenis

(Rukmana, 1994). Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau

tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeuarkan 2-9

kantung lendir. Ketika batangnya semakin matang lycopersicin lambat laun hilang

sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya menjadu asam-asam manis (Trisnawati

& Setiawan, 2005).

Gambar 1. Morfologi tomat


B. Perkembangan dan Pertumbuhan Tomat

Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon

tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang

rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini

terutama tentang proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman.

Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi

dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon dalam menjalankan

perannya dapat berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan

2
kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar hormon ditunjukkan pada

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat.

Gambar 2. Letak hormon pada tanaman tomat


Perkecambahan pada biji tomat umumnya sama dengan perkecambahan lainnya

dimulai dengan Embrio biji yang kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air

diimbibisi, terjadi pelepasan giberellin dari embrio, yang mengisyaratkan biji untuk

memecahkan dormansi dan segera berkecambah. Pada beberapa biji yang memerlukan

kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya

atau temperatur yang dingin, maka pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi.

Gibberellin, membantu pertumbuhan pada perkecambahan dengan menstimulasi

sintesis enzim pencerna seperti amilase, yang memobilisasi cadangan makanan.

Hormon giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat

lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai

contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji

rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan

memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman,

giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam

absisat yang menyebabkan dormansi biji.

3
Setelah tomat mengalami pertumbuhan dan perkembangan hormon auksin yang

berada pada tomat dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan ini

akan mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan

percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal maupun fototropisme dan

geotropisme. Selain untuk menstimulasi perpanjangan sel dalam pertumbuhan primer

auksin juga mempengaruhi pertumbuhan sekunder, termasuk pembelahan sel di dalam

kambium pembuluh, dan dengan mempengaruhi diferensiasi xilem sekunder. Biji yang

sedang berkembang mensintesis auksin, untuk dapat meningkatkan pertumbuhan buah

tomat di dalam tumbuhan. Auksin sintetik yang disemprotkan ke dalam tanaman tomat

akan menginduksi perkembangan buah tanpa memerlukan pollinasi. Hal ini

memungkinkan untuk menghasilkan tomat tanpa biji, melalui substitusi auksin sintetik,

pada auksin yang disintetis secara normal, pada biji yang sedang berkembang.

Pola pertumbuhan tomat juga merupakan hasil interaksi antara auksin dan

sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke

tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian

bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang

letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-

tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat

di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh

memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup

terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada

bagian bawah tumbuhan. Sitokinin mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar,

mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong

perkecambahan biji tomat dan menunda penuaan. Interaksi antagonis antara auksin dan

sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat

4
pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan

sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan

menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.

Setelah tomat tumbuh dewasa, tomat akan berbuah. Proses pematangan pada buah

tomat diatur oleh hormon antara lain auksin, sitokinin, giberelin, asam-asam absisat dan

etilen. Auksin berperanan dalam pembentukan etilen, tetapi auksin juga menghambat

pematangan buah. Sitokinin dapat menghilangkan perombakan protein, giberellin

menghambat perombakan khlorofil dan menunda penimbunan karotenoid-karotenoid.

Asam absisat menginduksi enzim penyusun atau pembentuk karotenoid, dan etilen

dapat mempercepat pematangan. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh proses-proses

perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya. Sisntesis likopen dan perombakan

khlorofil merupakan ciri perubahan warna pada buah tomat.

Absisi diatur oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Lapisan absisi

dapat dilihat disini sebagai suatu lapisan vertikal pada pangkal tangkai daun. Setelah

daunnya gugur, suatu lapisan pelindung dari gabus, menjadi bekas tempelan daun yang

membantu mencegah serbuan patogen. Suatu perubahan keseimbangan etilen dan

auksin, mengontrol absisi. Daun yang tua, menghasilkan semakin sedikit auksin yang

menyebabkan sel lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Pada saat pengaruh etilen

terhadap lapisan absisi kuat, maka sel itu memproduksi enzim, yang mencerna sellulose

dan komponen dinding sel lainnya.

5
Gambar 3. Fungsi hormon secara singkat.
Buah tomat dianggap sebagai salah satu sumber terbaik akan produksi likopen,

selain mengandung vitamin A dan C yang cukup tinggi. Tomat banyak

mengandung likopen atau yang sering disebut sebagai α-carotene yang merupakan

kelompok karotenoid suatu fitokimia seperti beta-karoten yang bertanggung jawab

terhadap warna merah pada tomat. Di dalam tubuh, likopen sebagai antioksidan

dapat melindungi dari penyakit seperti kanker prostat serta beberapa jenis kanker

lain serta penyakit jantung koroner. Kemampuan likopen dalam meredam oksigen

tunggal dua kali lebih baik daripada beta karoten dan sepuluh kali lebih baik

daripada alfa-tokoferol (Sunarmani, 2008). Nama lycopene sendiri diambil dari

penggolongan buah tomat, yaitu Lycopersicon esculantum. Sebagai antioksidan,

likopen dapat melindungi DNA, di samping sel darah merah, sel tubuh, dan hati.

Selain bermanfaat dalam dunia kesehatan, likopen juga bermanfaat sebagai

pewarna makanan dan barang-barang dari plastik. Plastik yang diwarnai dengan

likopen tidak akan luntur jika terkena air, sabun, maupun detergent. Namun, warna

6
ini mudah rusak jika dipanaskan pada suhu tinggi, terkena minyak panas, dan

bahan oksidator. Tomat yang diproses menjadi jus, saus dan pasta memiliki

kandungan likopen yang tinggi dibandingkan dalam bentuk segar. Sebagai contoh,

jumlah likopen dalam jus tomat bisa mencapai lima kali lebih banyak daripada

tomat segar. Para peneliti, tomat yang dimasak atau dihancurkan dapat

mengeluarkan lycopene lebih banyak, sehingga mudah diserap tubuh (Sunarmani

dan Kun Tanti, 2008).

Gambar 4. Likopen pada tomat

Penempatan tanaman tomat yang tepat menjadi sangat penting agar tomat yang

dihasilkan menjadi baik, sebab tomat sangat rentan terhadap kondisi lingkungan,

terutama dari suhu, kelembapan, intensitas cahaya, air, dan drainase. Waktu tanam

yang tepat adalah satu hingga dua bulan sebelum musim hujan berakhir, sehingga

tanaman bisa berbuah ketika musim kemarau tengah berlangsung. Iklim yang

cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim kemarau dengan pengairan yang

cukup. Kekeringan menyebabkan banyak daun gugur, lebih-lebih bila disertai

dengan angin kencang. Sebaliknya, pada musim hujan pertumbuhannya kurang

baik karena kelembapan dan suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit.

Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, Suhu yang terlalu tinggi

menyebabkan banyak buah rusak terkena sengatan matahari. Suhu di atas 400oC

menyebabkan pertumbuhan terhambat, sedangkan pada suhu 600oC tanaman tomat

tidak dapat hidup atau mati.

7
Tanaman toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Namun

tanaman tomat harus terkena sinar yang cerah sedikitnya 6 jam lama penyinaran

serta temperatur yang sejuk. Pigmen penyebab warna merah pada kulit buah tomat

hanya dapat berkembang pada temperatur 15-30oC. Pada temperatur 30oC hanya

pigmen kuning saja yang terbentuk. Sedangkan bila temperatur di atas 40oC tidak

terbentuk pigmen. Komoditas tanaman seperti tomat pH tanah yang cocok adalah

5,5-7 atau agak asam hingga netral. Bila pH tanah terlalu asam, (pH < 5), maka

tomat akan kekurangan kalsium sehingga berpotensi terserang penyakit busuk

ujung buah atau blossom and root, dengan gejala bagian ujung buah membusuk.

Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas tukar kation

yang tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat diserap oleh

tanaman. Selain itu, kandungan bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya

aktivitas mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang mengundang

organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga dalam tanah yang

dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan demikian, ketersediaan air dan udara

dalam tanah tercukupi (Tafajani, 2010).

Tanaman tomat tentunya membutuhkan air dan unsur hara lainnya untuk

kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu penyerapan air dari dalam tanah ke bagian

atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tomat juga harus melawan gaya

gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah sebagai salah satu

cara dalam penyerapan mineral. Akan tetapi, tomat berhasil melakukan hal itu.

Kuncinya ialah tomat ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga

tarikan transpirasi. Dalam proses tarikan transpirasi ini, ketika air menguap dari sel

mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini

akan menarik air melalui osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-

8
sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xilem yang

merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian

dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses

ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa

disebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa

kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus

menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat

diangkut ke bagian atas sebuah tanaman. Proses transpirasi, terjadi penguapan air

dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui

proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk

melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

Gambar 5. Transportasi mineral & transpirasi tumbuhan

9
DAFTAR PUSTAKA

Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM.

Yogyakarta.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Penebar Swadaya.

Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Yogyakarta: Kanisius.

Sunarmani, Kun Tanti, D., 2008, Parameter Likopen Dalam Standardisasi Konsentrat Buah

Tomat, Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta.

Tafajani, D. S., 2010, Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-buahan, Cahaya Atma,

Yogyakarta.

Trisnawati, Yani. dan Setiawan, A.I. 2005. Tomat Budidaya Secara Komersial. Jakarta:

Penebar Swadaya.

10

Anda mungkin juga menyukai