Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap hari tubuh organisme menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari
berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit,
maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat
ekskresi.
Alat eksresi pada masing-masing mahluk hidup berbeda-beda. Tubuh hewan
60 sampai 95 persen tubuhnya terdiri dari air yang tersebar dalam cairan intrasel
dan ekstrasel dan sewaktu-waktu konsentrasi cairannya tersebut bisa berubah,
maka keseimbangan harus dipertahankan oleh hewan melalui mekanisme yang
disebut dengan OSMOREGULASI (proses untuk menjaga keseimbangan antara
jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan).
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan
disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus,
begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang
tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud osmoregulasi pada hewan ?
2. Apa yang dimaksud sistem eskresi pada manusia ?
3. Apa yang dimaksud sistem eskresi pada hewan ?
1.3 TUJUAN
1. Mempelajari osmoregulasi pada hewan
2. Mempelajari sistem eskresi pada manusia
3. Mengetahui sistem eskresi pada hewan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Osmoregulasi
2.1.1 Pengertian Osmoregulasi
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan
karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan
disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus,
begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang
tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Hal ini penting dilakukan
terutama oleh organisme perairan karena :
1) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
2) Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang
bergerak cepat.
3) Adanya perbedaan

tekanan

osmose

antara

cairan

tubuh

dan

lingkungan.Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa osmosis,


dimana perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat sehingga akan
tercipta suatu kondisi konsentrasi yang sama dan disebut dengan isotonis.
Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama
(isoosmotik) Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua
macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut
(lingkungan hidup hewan).
Dalam keadaan normal (osmosis), cairan akan mengalir dari cairan yang
encer menuju cairan yang pekat. Agar tidak mengalir dari cairan yang encer ke
cairan yang pekat, maka diberikan tekanan dengan besaran tertentu, dan tekanan
ini disebut dengan tekanan osmotic larutan (besarnya tekanan yang diperlukan
untuk mencegah aliran cairan encer ke bagian pekat).

Tekanan osmotic sama dengan konsentrasi osmotic, sehingga apabila


tekanan osmotic tinggi, maka larutan konsentrasi osmotic juga akan tinggi.
Sehingga akan diperoleh larutan yang Hiperosmotik (larutan yang mempunyai
konsentrasi osmotik lebih tinggi daripada larutan yang lain) dan larutan yang
Hipoosmotik (larutan yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah daripada
larutan lainnya.)
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah
untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan
lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh
perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi
metabolisme yang dibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya
adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya.Oleh karena itu, pengetahuan
tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media
pemeliharaan, terutama salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses
regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan air di dalam tubuh dengan kondisi
dalam lingkungan hidupnya.
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik
tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi
cairan tubuh dengan konsentrasi media. Perbedaan tersebut dapat dijadikan
sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh
ikan.

Untuk

ikan-ikan

potadrom

yang

bersifat

hiperosmotik

terhadap

lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ionion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat
terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama
sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya
dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik
terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui
ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam
tubuhnya secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki
kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam
tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan

tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan
oseanodrom tetap terjadi
Ada 3 pola regulasi ion dan air yakni :
1) Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi
cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada
petadrom (Ikan air tawar), Mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya
dengan mengurangi minum dan memperbayak urin.
2) Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan,
misalnya pada oseandrom (Ikan air laut), meperbanyak minum dan
mengurangi volume urin.
3) Regulasi isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama
dengan konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah
estuari. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila
berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
2.1.2 Kriteria Hewan Dalam Osmoregulasi
Hewan osmoregulator merupakan hewan yang mampu melakukan
osmoregulasi dengan baik. Sedangkan Hewan Osmokonformer merupakan hewan
yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik, sehingga harus beradaptasi
agar bertahan hidup dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar dan dalam
kisaran toleransi.
Dalam lingkungan, tentunya akan menciptakan suatu kondisi yang
mendukung dan ancaman bagi kelangsungan hidup hewan. Sehingga perlu
mekanisme osmoregulasi, dan setiap hewan berbeda-beda dengan variasi yang
sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan dan kondisi
lingkungan hewan. Pada invertebrate laut disebut dengan hewan osmokonformer
yaitu konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut dan terjadi
keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Dan apabila
tidak dalam kondisi keseimbangan ionik akan terjadi perbedaan komposisi ion
yang menghasilkan gradien konsentrasi.
Cara hewan melakukan pengaturan konsentrasi ion yaitu dengan
mensekskresi atau menyerap ion secara aktif.

a. Pada

ubur-ubur, ion

SO42- dikeluarkan

dari

dalam

tubuh

untuk

meningkatkan daya apungnya (buoyancy). SO42- merupakan ion yang


relatif berat sehingga mengurangi konsentrasinya berarti meningkatkan
daya apung.
b. Pada gurita,mempertahankan

konsentrasi

cairan

tubuhnya

tetap

hiperosmotik.
c. Pada Krustasea mempertahankan kondisi hipoosmotik dalam cairan
tubuhnya.
d. Sedangkan pada hewan dengan konsentrasi ion yang tidak diatur dengan
cara khusus, terjadi melalui permukaan tubuh, insang, makanan yang
ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya urin).
2.1.3 Osmoregulasi ikan di air laut
Sebagian besar invertebrata
laut

adalah

osmokonformer.

Osmolaritasnya (jumlah konsentrasi


semua zat terlarut) adalah sama
dengan osmolaritas air laut. Oleh
karena itu mereka tidak menghadapi
tantangan

besar

dalam

menyemimbangkan air. Akan tetapi,


karena

konsentrasi

zat

terlarut

Gambar 2.1 Salem sockeye

spesifik di dalam tubuh hewan

(Oncorhynchus nerka)

berbeda dari air laut, hewan harus

Sumber : Campbell.Reece Edisi 8

secara aktif mentranspor zat zat

jilid 3 2008

terlarut ini untuk mempertahankan


homeostasis

Sebagian besar vertebrata laut dan beberapa invertebrata laut merupakan


osmoregulator. Bagi

sebagian besar hewan ini, laut adalah lingkungan yang

sangat mendehidrasi. Misalnya ikan laut bertulang keras , misalnya ikan kod pada
gambar 2.1 terus menerus kehilangan air melalui osmosis. Ikan ikan semacam itu
menyeimbangkan kehilangan air dengan meminum banyak sekali air laut. Mereka
kemudian memanfaatkan insang dan ginjalnya untuk membuang garam. Di dalam

insang, sel klorida (chloride cell) yang terspesialisasi secara aktif mentranspor
klorida (Cl-) keluar dan ion natrium (Na+) mengikuti secara pasif.didalam ginjal,
kelebihan ion kalsium, magnesium, dan sulfat diekskresika bersama dengan
kehilangan sejumlah kecil air.
2.1.4 Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar.
Masalah-masalah osmoregulasi hewan hewan perairan

air tawar

berlawanan dengan air laut. Cairan tubuh hewan perairan tawar harus
hiperosmotik karena sel hewan tidak dapat menoleransi konsentrasi garam
serendah konsentrasi garam serendah konsentrasi air danau atau sungai. Karena
memiliki cairan internal internal dengan osmoralitas yang lebih tinggi dari pada
sekitarnya, hewan perairan air tawar menghadapi masalah penambahan air melalui
osmosis

dan

kehilangan

garam

melalui

difusi.banyak

hewan

perairan

tawar,termasuk ikan,memecahkan masalah keseimbangan air ini hampir tidak


minum air dam menggekskresikan banyak sekali urin yang sangat encer. Pada saat
yang sama,garam yang hilang melalui difusi dan didalam urin digantinkan oleh
makanan.ikan perairan air tawar,misalnya perch pada gambar juga mengantikan
garam yang hilang dengan pengambilan melalui insang. Sel sel klorida dalam
insang ikan secara aktif mentranspor Cl- kedalam tubuh dan kemudian Na+.

Gambar 2.2 Osmoregulasi pada ikan air laut dan ikan air tawar bertulang keras:
suatu pebandingan
Sumber : Campbell.Reece Edisi 8 jilid 3 2008
Salem dan ikan eurahalin lain yang berimigrasi antara air laut dan perairan
air tawar mengalami perubahan status osmoregulasi yang drastis. Sewaktu hidup
dilaut,salem melakukan osmoregulasi seperti ikan laut yang lain dengan
meminum air laut dan mengekskresikan kelebihan garam dari insangnya. Ketika
bemigrasi ke perairan air tawar, salem berhenti minum dan mulai mengeluarkan
urin yang encer. Pada waktu yang sama,insang mulai mengambil garam dari
lingkungan yang encer- seperti ikan yang menghabiskan seluruh hidupnya
diperairan tawar.
2.1.5 Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat.
Ancaman dehidrasi merupakan masalah regulasi utama bagi tumbuhtumbuhan dan hewan darat. Manusia misalnya, mati jika kehilanga air 12 % air
tubuhnya (unta gurun dapat bertahan 2 kali lipat dari tingkat dehidrasi itu).
Adaptasi- adaptasi yang mengurangi kehilangan air adalah kunci kesintasan
didarat. Seperti di kutikula berliin yang sangat berkontribusi terhadap
keberhasilan tumbuhan darat, penutup tubuh sebagian hewan darat membantu
mencegah dehidrasi. Contohya ialah lapisan berlilin eksoskleton serangga,
cangkang bekicot, dan sel-selkulit berkeratin yang menutupi sebagian besar
vertebrata darat, termasuk manusia. Kebanyakan darat penghuni gurun, bersifat
nokturnal yang mengurangi kehilangan air evaporatif akibat udara dalam yang
bersuhu lebih rendah dan berkelembapan relatif lebih tinggi.
Meskipun memiliki adaptasi-adaptasi tersebut dan yang lain, sebagian
besar hewan darat kehilangan air melalui berbagai rute: dalam urin dan feses
melalui kulitnya, dan permukaan yang lembab pada organ-organ pertukaran gas,
hewan darat mempertahan keseimbangan air dengan meminum dan mengonsumsi
makanan lembab serta menghasilkan air secara metabolis melalui respirasi selular,
sejumlah hewan gurun, termasuk banyak burung pemakan seraggga dan reptil,
teradaptasi cukup baik untuk menimalisasi kehilangan air sehingga mereka dapat
sintas tanpa minum. Contoh yang bagus adalah tikus kangguru : hewan ini

kehilangan sangat sedikit hingga air 90%.-nya digantikan oleh air yang dihasilkan
secara metabolis (Gambar 2.3) 10% sisanya berasal dari sedikit air yang
terkandung didalam biji-bijian yang dimakan oleh hewan tersebut.

Perolehan air
(mL)

Kehilangan air
(mL)

2.2 Sistem ekskresi


2.2.1 Pengertian Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme
yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna
empedu dan asam urat.Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh
akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk
hidup berbeda-beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks
alat ekskresinya.
2.2.2 Istilah dalam Sistem ekskresi
a. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang
disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di
dalam jaringan.Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel
epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
b. Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak
berguna lagi bagi tubuh.

c. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran


pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya
d.

mengandun genzim.
Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga
yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).

2.2.3
a.
b.
c.
d.

Fungsi Sistem Ekskresi


Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.
Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi).
Homeostasis

2.2.4
a.
b.
c.
d.

Hasil sistem ekskresi


Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
Zat padat yaitu berupa feses.
Gas berupa CO2.
Uap air berupa H2O.

2.3 Sistem Ekskresi Pada Hewan


2.3.1
Sistem Ekskresi Pada Pisces
Ikan merupakan vertebrata yang hidup di air sehingga zat sisa
metabolismenya berupa cairan.Alat pengeluaran pada ikan adalah sepasang ginjal
yang berbentuk memanjang dan berwarna coklat. Pada ikan bertulang sejati
(misal: ikan mas), saluran ginjal dan saluran kelamin bermuara di satu tempat
yang disebut lubang urogenital yang terletak di belakang anus. Sebagian ikan
bertulang rawan memiliki kelenjar pada permukaan kulitnya. Kelenjar tersebut
berfungsi untuk menghasilkan lendir untuk melicinkan tubuh ikan sehingga
memudahkan gerakan ikan di dalam air
Alat pengeluaran ikan terdiri dari Insang yang mengeluarkan CO2 dan
H2O, Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin
untuk memudahkan gerak di dalam air.,Sepasang ginjal (sebagian besar) yang
mengeluarkan urine.dua tipe ginjal pada ikan, yaitu;
a. Pronefros, Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat
pada perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa
tidak

fungsional,

fungsinya

akan

digantikan

oleh

perkecualian pada ikanhagfish(Myxine) dan lamprey

mesonephros.

b. Mesonefros, Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros


pada embrio emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem
peredaran darah, tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus
ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan
ikan laut.Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat
perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi.
Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan
kadar garam di dalam tubuhnya.Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan
ikan air laut.Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion
anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah besar.Sebalknya
pada air laut mengeksresksikan sampah nitrogen berupa trimetilamin oksida
(TMO), mengekskresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urine sedikit.

2.3.2

Sistem Eksresi Pada Mamalia

Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit
berbeda karena mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat
tinggalnya. Paru-paru mamalia mempunyai permukaan ber spon (spongy texture)
dan dipenuhi liang epitelium dengan itu mempunyai luas permukaan per isipadu
yang lebih luas berbanding luas permukaan paru-paru.. Paru-paru terletak di
dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang tulang
selangka dan diselaputi karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan
karung dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar
melekat pada dinding rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan
udara yang dikenali sebagai rongga pleural yang berisi cecair pleural ini
membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri, dan menghalang
ia daripada terpisah dengan mudah.

2.3.3

Sistem Ekskresi Pada Amfibi

Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran


ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak jantan
saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan pada katak

betina kedua saluran itu terpisah.Walaupun begitu alat lainnya bermuara pada satu
saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.

2.3.4

Sistem Ekskresi Pada Reptil

Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka.


Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil
metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam
urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.

2.3.5

Sistem Ekskresi Pada Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki alat pengeluaran berupa anus, kulit, dan nefridia.
Anus berfungsi mengeluarkan sisa-sisa makanan hasil proses pencernaan. Kulit
berfungsi untuk melepaskan karbon dioksida sebagai hasil dari proses oksidasi
dan nefridia berfungsi dalam pembuangan zat sisa metabolisme yang berbentuk
cair. Nefridia memiliki

pangkal berupa

corong bersilia yang

disebut

nefrostom.Nefrostom berupa pembuluh panjang yang tergulung di dalam segmen


tubuh.Ujung pembuluh ini membesar membentuk gelembung yang membuka ke
area luar melalui lubang - lubang kecil yang disebut nefridiofor.Cairan tubuh
ditarik ke corong nefrostom masuk nefridia oleh gerakan otot dan gerakan silia.
Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefrida, bahan - bahan yang
berguna seperti molekul makanan, air, dan ion akan diambil oleh sel - sel tertentu
dari nefridia. Bahan-bahan tersebut selanjutnya akan menembus pembuluh kapiler
dan disirkulasikan kembali. Zat sisa metabolisme berupa nitrogen dan sedikit air
yang tersisa di dalam nefridia kadang diekskresikan keluar.
2.3.6
Cacing

Sistem Ekskresi Pada Cacing Pipih


pipih

mempunyai

organ

nefridium

yang

disebut

sebagai protonefridium.Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung


membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang
dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang
gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel
api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api

pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi
pembuluh

ekskresi

yang

terbuka

sebagai

lubang

di

permukaan

tubuh(nefridiofora).Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.Sebagian besar


sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi.Sisa nitrogen lewat dari sel ke
sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi
secara langsung dari sel ke air.

2.3.7

Sistem Ekskresi Pada Molluska

Molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium, setiap


segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga
segmen pertama dan terakhir. Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang
pertama berupa corong, disebut nefrostom(di bagian anterior) dan terletak pada
segmen

yang

lain.

Nefrostom

bersilia

dan

bermuara

di

rongga

tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan.


Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen
berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti
gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui
pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan
tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot.
Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang
berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu
dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan
lagi.Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan diekskresikan
keluar.Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan
mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.

2.3.8

Alat Ekskresi Pada Belalang (Insekta)

Alat pengeluaran pada serangga dinamakan buluh malpighi yang


merupakan pembuluh - pembuluh halus berwarna putih kekuning kuningan yang
terletak diantara usus tengah dan usus belakang. Buluh malpighi bermuara ke

dalam usus. Buluh malpighi merupakan alat pengeluaran yang berfungsi seperti
ginjal. Serangga juga mempunyai sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil
proses oksidasi berupa karbon dioksida. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru paru.Nitrogen merupakan zat sisa metabolisme yang sebagian digunakan kembali
dalam pembuatan zat kitin.Nitrogen yang sebagian lagi dibuang dalam bentuk
asam urat kering Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus
memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya.Amonia yang diproduksinya
diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat
berbentuk kristal yang tidak larut.
2.3.9

Sistem Ekskresi Pada Protozoa (Hewan bersel satu)

Protozoa tidak memiliki organ pengeluaran khusus sehingga zat sisa


metabolismenya dikeluarkan melalui rongga berdenyut (vakuola kontraktil) atau
melalui kulit secara difusi dan osmosis
2.3.10

Sistem Ekskresi Pada Burung

Alat pengeluaran pada burung berupa pari-pari, hati, ginjal, dan


kulit.aluran ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuha
lubang yang disebut kloaka.Burung menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat
pada ujung ekornya.kelenjar ini menghasilkan minyak untuk membasahi bulubulunya

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan
air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan
lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.
2. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima
terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika
terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
3. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zatzat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
4. Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme
yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat
warna empedu dan asam urat.
5. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui alat ekskresi.

6. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin


tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell. Reece. (2008) Biologi Edisi kedelapan jilid 3. Penerbit Erlangga
http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-ekskresi
http://asepramdanh.blogspot.com/2011/01/osmoregulasi.html
http://biologiklaten.wordpress.com/bab-19-sist-ekskresi-pada-hewan-manusia-xi/
http://excliqsmansa.wordpress.com/2009/05/13/alat-ekskresi-pada-hewan/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2111262osmoregulasi/#ixzz1pe73Nuju
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/proses-osmoregulasi-pada-ikan.html
http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/07/sistem-ekskresi-danosmoregulasi-pada-pisces-ikan/
http://toga462.wordpress.com/2008/06/07/sistem-ekskresi-pada-hewan-vertebrata/
http://www.crayonpedia.org/mw/Sistem_Ekskresi_Pada_Manusia_Dan_Hubunga
nnya_Dengan_Kesehatan_9.1
Yanto.A. Sistem ekskresi pada

manusia.2010

Anda mungkin juga menyukai