Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat
cair ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit),
empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh
jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam
tubuh bahkan meracuni tubuh. Hewan-hewan dari berbagai spesies menghasilkan zat
buangan cair yang disebut urin melalui langkah-langkah dasar yaitu pertama-tama,
cairan tubuh (darah, cairan selom atau hemolimfe) bersentuhan dengan membarn
permeabel selektif dari epitelium transpor. Pada sebagian besar kasus, tekanan
hidrostatis (tekanan darah pada banyak hewan) mendorong suatu proses filtrasi. Sel-
sel, seperti protein dan molekul besar lainnya tidak dapat melintasi membran epitel
dan tetap berada didalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan zat-zat terlarut yang kecil
seperti garam, gula, asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen , melintasi
membran tersebut dan membentuk suatu cairan yang disebut filtrat (Campbell, 2008:
124).
atau transpor aktif. Pada ultrafiltrasi, terdapat tekanan yang mendorong cairan melalui
membrane semipermeable, sehingga kecuali protein dan molekul-molekul besar, air
dan molekul zat terlarut berukuran kecil seperti garam-garam, gula dan asam amino
dapat menembus membrane. Transport aktif adalah gerakan zat terlarut menembus
membrane dengan melawan gradient elektroniknya yaitu suatu proses yang
menggunakan energi metabolik. Dikenal dua macam transport aktif yaitu sekresi aktif
dan absorbs aktif pada sekresi aktif, zat-zat dipindahkan dari lingkungan internal
lumen ke lingkungan internalnya. Struktur morfolgi dan anatomi organ ekskresi
sangat bervariasi, namun secara fungsional di klasifikasikan menjadi dua kelompok
yaitu organ ekskretori umum yaitu organ ekskretori yang fungsinya mirip ginjal
dengan hasil eksresi seperti urin kedua organ ekskretori khusus yang berfungsi
tambahan sebagai organ ekskretoris. Termasuk organ ekskretori umum adalah (1)
vakuola kontraktil pada Protozoa, (2) organ nefridial pada Invertebrata (3) kelenjar
atenal pada udang (3) saluran Malpighi pada serangga (4) ginjal pada vertebrata.
Termasuk organ ekskretoris tambahan: (a) insang pada udang-udangan dan ikan (b)
kelenjar rektal pada elasmobranchiata (c) kelenjar garam pada reptile dan burung laut
(d) hati pada vertebrata (e) instestien pada serangga (Soewolo, 2000:210).
OSMOREGULASI
Pada ikan bertulang keras air laut (Teleosteii), terdapat permasalahan yang
sama seperti yang dihadapi oleh elasmobranciata dimana plasmanya lebih rendah
kadarnya daripada air laut. Kehilangan air, khususnya melalui insang, akan
dikompensasikan melalui mekanisme meminum air laut dalam jumlah yang
banyak (sekitar 50-200 ml/kg bb/hari). Hal ini akan mengatasi satu permasalahan
akan tetapi akan menimbulkan permasalahan lainnya yaitu dengan meningkatnya
kadar garam di dalam tubuh. Oleh sebab itu, hewan harus mengatasinya dengan
mengekskresikan NaCl dalam jumlah yang banyak. Karena ginjal pada teleosteii
tidak mampu menghasilkan urine yang pekat, harus ada organ lain yang mampu
mengekskresikan sejumlah besar NaCl. Organ tersebut adalah insang yang
berfungsi ganda sebagai organ respirasi dan osmoregulasi.
Gambar 8.3. Ikhtisar regulasi osmotik dan ion pada ikan teleostei air laut
2. Regulasi Osmotik Pada Hewan Air Payau
Air payau didefinisikan sebagai air laut yang lebih encer dengan konsentrasi di
berbagai tempat antara 1.5%-90% air laut murni. Fauna laut tidak dapat bertahan
hidup pada keenceran dibawah batas atas dari konsentrai air payau. Air payau
terbatas di daerah- daerah pantai seperti estuaria atau lahan gambut tepi laut dimana
air laut dan air sungai bercampur. Hewan laut yang hidup di perairan dangkal dekat
pantai dan khususnya di dekat estuaria secara konstan mengalami perubahan-
perubahan konsentasi air. Hewan laut yang tidak dapat mentoleransi variasi
konsentrasi harus melakukan modifikasi- modifikasi yang sesuai dari aspek
biokimia, fisiologi dan tingkah laku untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan
air yang bervariasi konsentrasinya. Gradien salinitas yang teratur (tidak ekstrim)
dari air laut ke air tawar memberikan kesempatan bagi berlangsungnya adaptasi
yang gradual dari hewan laut terhadap salinitas yang lebih rendah. Fauna laut
yang hidup diantara rentang salinitas air payau terdiri atas 3 tipe yaitu : a. Hewan
laut yang toleran terhadap salinitas rendah akan berada di bagian dimana salinitasnya
adalah batas atas dari salinitas air payau. b. Hewan air tawar yang toleran terhadap
salinitas sedang akan berada di bagian dimana salinitasnya adalah batas bawah dari
salinitas air payau. c. Hewan-hewan air payau sejati yang tidak ditemukan baik di air
laut maupun di air tawar kendati hewan tersebut dapat bertahan hidup di dalamnya
Berbagai macam hewan telah menginvasi habitat terestrial pada waktu yang
berbeda. Insekta, arachnida, tetrapoda dan sebagainya telah ditemukan pada era
devonian. Pada era selanjutnya juga ditemukan gastropoda operkulat,
opisthobrankiata (isopoda), kepiting juga telah mengkolonisasi daratan. Kebanyakan
hewan bermigrasi ke habitat terestrial di tempat-tempat yang basah atau lembab atau
dekat dengan sumber air. Kemudian ada hewan-hewan yang bermigrasi ke daerah
arid dan semi arid. Lingkungan yang demikian cukup beresiko karena mungkin
menimbulkan dehidrasi dan kematian yang cepat. Perkembangan sistem
pernafasan di udara telah membantu dalam mendapatkan oksigen langsung dari
udara bebas. Akan tetapi jika bernafas di udara yang kering juga akan beresiko
terjadinya desikasi (kehilangan air). Air yang esensial untuk menjaga volume sel dan
berfungsi sebagai medium dimana proses-proses seluler berlangsung secara terus
menerus, akan menguap melalui organ pernafasan sama seperti pada permukaan
tubuh. Disamping itu, hewan terestrial juga akan kehilangan air melalui urine.
Seluruh adaptasi morfologi, fisiologi dan tingkah laku hewan terestrial merupakan
bagian dari proses untuk melawan kehilangan air dan garam dari dalam tubuh dan
menjamin aktivitas yang kontinyu di lingkungan daratan. Kulit mamalia kurang
terkretinasi dibandingkan dengan kulit reptil. Akan tetapi laju kehilangan air dari
tubuh mamalia sama rendahnya dengan reptil. Kendati kehilangan air melalui kulit
lebih rendah, total kehilangan air pada mamalia misalnya pada tikus akan lebih
tinggi daripada reptil. Kehilangan air paling besar adalah melalui organ respirasi. Dua
faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada mamalia tersebut berhubungan
dengan laju metabolismenya yang lebih tinggi dan suhu tubuh yang juga lebih tinggi
(1) Laju metabolisme yang tinggi akan meningkatkan laju kehilangan air. Laju
metabolisme lebih tinggi pada hewan homeotermis daripada reptilia.
Metabolisme yang tinggi akan mempercepat frekuensi pernafasan sehingga
memperbesar kehilangan air melalui paru-paru. (2) Mamalia kehilangan air
melalui respirasi kendati ketika hewan tersebut menghirup udara yang jenuh
pada suhu lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi jika suhu tubuh mamalia
lebih tinggi daripada suhu lingkungannya.
Poin 6
Ginjal merupakan organ yang hanya terdapat di pada vertebrata. Ginjal merupakan
unit ekskretoris tingkat tinggi, tetapi fungsi utamanya pada vertebrata tingkat rendah
adalah osmoregulasi. Pada semua vertebrata dewasa, perkembangan ginjal berasal di
sisi anterior mesoderm pembentuk ginjal (nefrogenik) yang disebut pronefros,
Biasanya terbentuk serangkaian tubula yang berasosiasi dengan segmen-segmen
spesifik tubuh. Pronefros dengan segera digantikan oleh mesenefros pada embrio.
Mesonefros berawal sebagai serangkaian tubula yang posterior terhadap daerah
pronefrik, tetapi dengan segera mengalami modifikasi berupa pemanjangan dan
konvolusi tubula disertai oleh hilangnya segmentasi. Mesonefros yang relative
panjang adalah ginjal fungsional bagi ikan dan amphibi dewasa dan juga bagi embrio-
embrio reptile, burung serta mamalia. Mesonefros tidak bersegmen dan membentuk
sebuah duktus yang disebut ureter. Yang mana menghantarkan urine yang terbentuk
di ginjal menuju ke kloaka ataupun kandung kemih (urinary bladder). Kandung
kemih adalah struktur seperti kantong yang menyimpan urin. Urin meninggalkan
kandung kemih dan mencapai bagian luar tubuh melalui uretra. Kedua ginjal manusia
terletak secara lateral di bagian belakang rongga abdominal. Ginjal secara kasar
terbagi menjadi tiga daerah-korteks bagian luar, medula bagian tengah, dan rongga
dalam yang disebut pelvis, urin terebntuk di kedua lapisan yang lebih luar dan
mengumpul dalam pelvis renal (kata renal menunjukkan hubungan dengan kandung
kemih, urin di transport ke luar tubuh melalui uretra