Anda di halaman 1dari 7

OSMOREGULASI

10.1 Pendahuluan
Semua makhluk hidup dihadapkan pada masalah osmotic, meskipun medium
lingkungannya bersifat isoosmotik. Bermacam-macam mekanisme pengaturan digunakan
untuk mempertahankan tekanan osmotik interna yang betul dan mencegah timbulnya teksnan
osmotik yang bersifat merusak sel. Pada tahun 1902, Rudolf Hober merupakan orang yang
pertama kali memunculkan istilah osmoregulasi untuk menyatakan kegiatan dari bermacam-
macam mekanisme yang digunakan oleh makhluk hidup untuk mengen dalikan pergerakan
zat terlarut dan air. Namun demikian osmoregulasi juga diartikan sebagai mempertahankan
tekanan osmotik cairan yang terdapat di dalam tubuh hewan yang besarnya berbeda dari
tekanan osmotik medium lingkungannya.
Pengendalian air dan ion adalah 2 kegiatan yang tidak dapat dipisah kan satu sama
lain, sehingga 2 kegiatan tersebut dikenal sebagai regulasi osmotik (osmoregulasi).
Osmoregulasi merupakan suatu kegiatan yang luas dan rumit. Dalam kaitan ini termasuk
mekanisme keseluruhan yang digunakan untuk mengendalikan air dan zat terlarut yang
terdapat di dalam tubuh, alat-alat tubuh yang digunakan untuk proses ekskresi yang dalam
banyak hal lebih penting sebagai sistem pengaturan bagi air dan zat terla rut, dan kegiatan sel
yang merupakan dasar bagi sistem pengendalian.
Osmoregulasi juga berkaitan dengan tindakan penyesuaian terhadap perubahan
lingkungan dan fungsi homeostasis seperti pengaturan suhu dan pH. Kegiatan-kegiatan
tersebut melibatkan penggunaan air tubuh dan ion. Osmoregulasi bukan merupakan hasil
keseimbangan kimia yang pasif dari air atau zat terlarut antara lingkungan luar (eksternal)
dan lingkungan inter nal, tetapi merupakan hasil kegiatan yang aktif dari sistem umpan balik
yang mengendalikan pergerakan air dan zat terlarut. Osmoregulasi dan ekskresi merupakan 2
macam proses yang terlibat dalam homeostasis yang terjadi pada hewan. Setiap proses
tersebut memungkinkan makhluk hidup mampu mempertahankan kekonstanan medium
meskipun lingkungan luarnya mengalami perubahan.

10.2 Prinsip-prinsip Dasar Osmoregulasi


Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan air yang membiarkan konsentrasi cairan
tubuhnya berubah-ubah mengikuti perubahan medium nya (osmokonformer). Kebanyakan
invertebrata laut tekanan osmotik cairan tubuhnya sama dengan tekanan osmotik air laut.
Cairan tubuh demikian dikatakan isotonic atau isosmotik dengan medium tempat hidupnya.
Bila terjadi perubahan konsentrasi di dalam mediumnya, maka cairan tubuhnya disesuaikan
dengan perubahan tersebut (osmokonformitas).
Sebaliknya, ada hewan yang mempertahankan agar tekanan osmotik cairan tubuhnya
relatif konstan lebih rendah dari mediumnya (hipoosmotik) atau lebih tinggi dari mediumnya
(hiperosmotik). Untuk mempertahankan cairan relatif konstan maka hewan melakukan
regulasi osmotik (osmoregu lasi), hewannya disebut regulator osmotik atau osmoregulator.
Ada dua ma cam regulator osmotik yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik.
Pada regulator hipoosmotik, misalnya ikan air laut, hewan ini selalu mem pertahankan
konsentrasi cairan tubuhnya lebih rendah dari mediumnya (air laut). Sedangkan pada
regulator hiperosmotik, misalnya ikan air tawar, hewan ini selalu mempertahankan
konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air tawar).

10.3 Mekanisme Osmoregulasi


Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik: (1) air
cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab konsentrasi zat terlarut dalam tubuh hewan
lebih tinggi daripada dalam mediumnya, dan (2) zat terlarut cenderung keluar tubuh, sebab
konsentrasi di dalam tubuh lebih tinggi daripada di luar tubuh. Di samping itu, pembuangan
air sebagai penyeimbang air masuk juga membawa keluar zat terlarut di dalamnya. Untuk
mengatasi masalah ini maka regulator hiperosmotik harus dapat mengu rangi masuknya air ke
dalam tubuh (meningkatkan inpermeablitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air
yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses). Sebaliknya, terhadap zat terlarut, hewan harus
dan memasukkan garam-garam dalam tubuh (lewat makan dan minum) atau mempertahankan
zat terlarut yang ada dalam tubuhnya.
Sebaliknya, regulator hipoosmotik menghadapi dua masalah fisio logi, yaitu: air
cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh lebih tinggi daripada mediumnya, dan
zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh, sebab kadar zat terlarut di luar tubuh (dalam
medium) lebih tinggi daripada dalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi masalah tersebut,
ma ka regulator hipoosmotik harus dapat menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau
mempertahankan air yang ada dalam tubuh. Sebaliknya, terhadap zat terlarut, dan hewan
harus berusaha mencegah masuknya garam ke dalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan
garam yang masuk tubuh.
Untuk mengatur kadar air dan zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan
organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak meng gunakan mekanisme transport
aktif.

10.4 Osmoregulasi pada Invertebrata Darat


10.4.1 Osmoregulasi pada Insecta
Serangga memiliki kutikula yang berlilin, yang sangat impermeabel terhadap
air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui ku litnya. Jalan penting
hilangnya uap air pada serangga adalah spirakel. Untuk mengurangi kehilangan air
maka pada kebanyakan serangga menutup spi rakelnya antara dua gerakan
pernafasannya. Kehilangan air pada serangga terutama melalui penguapan, sebab se
rangga memiliki luas permukaan tubuh 50 kali lebih besar daripada volume tubuhnya
(Mamalia hanya ½ volume tubuhnya). Jalan penting kehilangan uap air pada serangga
adalah spirakel. Untuk mengurangi kehilangan air, pada kebanyakan serangga
menutup spirakelnya antara dua gerakan per nafasannya. Spesies yang tidak menutup
spirakelnya akan kehilangan air lebih cepat. Pada beberapa kumbang gurun,
kehilangan air lewat pernafasan jauh lebih sedikit daripada kehilangan lewat kulitnya.
Pada Insecta, saluran Malpighi bersama-sama dengan saluran pencer naan
bagian belakang membentuk sistem ekskretori-osmoregulatori utama. Secara garis
besar, sistem ini terdiri atas saluran Malpighi tipis, panjang, yang bermuara ke dalam
saluran, pencernaan pada tempat antara usus depan dan usus belakang, dan ujung
yang lain berada dalam hemocoel (rongga tubuh yang berisi darah). Sekresi yang
dibentuk dalam tubulus masuk ke dalam usus belakang, kemudian didehidrasi dan
masuk ke dalam rektum dan dieksresikan melalui anus sebagai urin pekat. Karena
serangga memiliki sistem sirkulasi terbuka, maka saluran Malpighi tidak mendapat
darah langsung dari arteri seperti pada pada ginjal vertebrata. Saluran Malpighi
dikelilingi oleh darah, yang tekanannya tidak lebih tinggi daripada tekanan cairan
dalam saluran. Selama tidak ada perbedaan tekanan yang berarti sebelah-menyebelah
membran saluran Malpighi, filtrasi tidak dapat berperan dalam pembentukan urin
pada serangga. Oleh karena itu, urin harus dibentuk keseluruhannya melalui sekresi,
yang mungkin diikuti reabsorpsi beberapa isi cairan yang disekresikan.
Osmokonsentrasi cairan tubuh serangga darat cenderung lebih tinggi daripada
serangga air. Penurunan titik beku (i) cairan tubuh serangga darat misalnya pada
scorpion (-1,125°C), pada laba-laba (-0,894°C), lebih tinggi daripada serangga air,
misalnya larva nyamuk (-0,65°C).

10.4.2 Osmoregulasi pada Anelida dan Molusca


Cacing tanah adalah Anelida yang telah beradaptasi hidup di tanah yang basah
di mana stres osmotik terletak antara air tawar dan udara. Cacing tanah merupakan
hewan malam, menghindari tanah kering, dan akan menggali tanah lebih dalam
apabila permukaan tanah mulai kering. Jika tanah menjadi kering, yang dapat
menyebabkan cacing kehilangan air dan menjadi dorman, maka cacing-cacing
tersebut akan menyeli-nap lebih dalam lagi. Sedangkan bila kelebihan air maka cacing
tanah akan mengeluar-kan amonia dan urea, dan nefridium dapat menghasilkan urin
hipoosmotik. Bila cacing tanah dimasukkan ke air keran selama 5 jam, maka cacing
tanah akan mengabsorpsi air equivalen dengan 15% berat tubuh permulaannya. Bila
cacing yang telah beradaptasi dengan air dipindah ke tanah atau udara kering, cacing
dapat mentoleransi kehilangan 50-80% air tubuhnya.
Cacing tanah, misalnya Lumbricus terrestis, merupakan regulator
hiperosmotik dapat memproduksi urin encer yang secara esensial hiposmotik terhadap
yang efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorpsi ion-ion, darahnya atau hiposmotik
mendekati isosmotik. Diduga bahwa konsentrasi urin disesuaikan menurut kebutuhan
keseimbangan air. Dalam keadaan nor mal penurunan titik beku cairan tubuhnya
berkisar antara 0,3-0,5°C.
Moluska darat, misalnya keong dan siput, permukaan tubuhnya yang
berdaging sangat permeabel. Bila dikeluarkan dari cangkangnya, misalnya pada
keong Helix aspera, akan kehilangan air hampir secepat penguapan pada permukaan
air seluas permukaan tubuhnya. Keong darat dan siput ju ga menderita kekurangan
banyak air melalui penguapan air di permukaan kulit dan kehilangan air dalam
sekresi. Untuk mengurangi pengeluaran air berlebih maka keong darat dan siput
menghasilkan asam urat dan mencar tempat-tempat yang basah untuk hidupnya.
Semua keong dan siput bernafas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari
mantel tubuhnya, dan terbu ka keluar melalui lubang kecil. Bentuk demikian
memungkinkan kehilang an air melalui pernafasan.
Laba-laba mengurangi pengeluaran air berlebih dengan memproduk si asam
urat dan memproduksi urine hiperosmotik melalui tubulus malpighi dan rektum. Ikan
mengatasi kekurangan air dengan meminum air laut dan menyeimbangkan kadar
garam dalam tubuh dengan cara memproduksi urin.

10.5 Osmoregulasi pada Invertebrata Air Tawar dan Payau


Secara prinsip, hewan air payau merupakan osmoregulator yang mirip hewan air
tawar, tetapi memiliki perbedaan besar dalam konsentrasi ca iran tubuhnya. Udang-udangan
air tawar, misalnya udang Patomobius, me melihara konsentrasi osmotik cairan tubuh pada
sekitar 500 mOsm per liter, tetapi kerang air tawar Anodonta memiliki konsentrasi osmotik
kurang dari seper sepuluhnya, hanya sekitar 50 mOsm per liter. Namun cairan tubuh
Anodonta masih dalam keadaan hiperosmotik terhadap air tawar, dan tidak ada hewan air
tawar, termasuk ikan, Amfibi, Reptil, dan Mamalia yang merupakan regulator hiperosmotik.
Sebagai hewan yang memiliki cairan tubuh hiperosmotik terhadap me diumnya, maka
invertebrata air tawar menghadapi dua masalah osmoregu lasi, yaitu: tubuhnya cenderung
menggelembung karena gerakan air masuk ke dalam tubuhnya mengikuti gradien kadar air,
dan hewan menghadapi kehilangan garam tubuhnya, karena medium di sekitarnya
mengandung ga ram lebih sedikit. Oleh karena itu, invertebrata air tawar sebagai regulator
hiperosmotik harus mengatur jumlah air yang masuk dan jumlah garam yang keluar
tubuhnya. Pada umumnya regulator hiperosmotik memiliki urin yang lebih encer dari cairan
tubuhnya.

10.6 Osmoregulasi pada Hewan Vertebrata Air


Berdasarkan bukti-bukti, diduga ikan Osteichthyes dan Chondrichtyes bermigrasi dari
air tawar ke laut. Banyak ikan-ikan Teleostei telah masuk kembali ke air tawar, dan beberapa
yang lain (holosteans) tetap hidup terus dalam air tawar. Beberapa ikan laut sekarang tidak
tergantung pada air tawar, beberapa yang lain seperti ikan salem (anadromous) kembali ke air
tawar untuk bertelur, sementara yang lain sejenis belut (catadromous) ber. biak di dalam
lautan dan dewasa dalam air tawar. Sementara itu, ada ikan yang telah menyesuaikan hidup di
air payau, misalnya Fundulus, selama hidupnya berada dalam air payau.
Konsentrasi osmotik semua vertebrata air tawar jauh lebih tinggi daripada mediumnya
(air tawar). Vertebrata air tawar memiliki osmolaritas darah antara 200-300 mOsm,
sedangkan air tawar kurang lebih hanya 50 mOsm. Keadaan demikian menimbulkan masalah
penggelembungan tubuh hewan dan terus-menerus akan kehilangan gara tubuh, meskipun
antara hewan satu dengan dengan yang lain berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat terjadi
tergantung pada perbedaan jumlah membran absolut dan relatif yang berhadapan dengan
medium, perbedaan permeabilitas absolut terhadap air dan zat terlarut, perbedaan tingkat
perkembangan mekanisme pengambilan zat terlarut pada membran, dan perbedaan efisiensi
organ-organ ekskretori (terutama ginjal) dalam menjaga kehilangan zat terlarut. Keempat
faktor tersebut, terutama tiga faktor terakhir, dikontrol oleh organisme dan dapat diatur untuk
menyesuaikan perubahan kondisi lingkungannya.

10.6.1 Ikan Air Laut


Ikan laut yang hiposmotik menghadapi masalah kehilangan air tubuh, dan sekaligus
menghadapi masalah masuknya zat-zat terlarut ke dalam tu buhnya karena gradien
konsentrasi. Permukaan tubuh, terutama permukaan insangnya, agak permeabel terhadap air.
Air banyak hilang melalui insang, urin, dan fese. Untuk mengganti air yang hilang, ikan air
laut minum air laut.

10.6.2 Ikan Air Tawar


Konsentrasi garam air tawar tergantung pada asal air tersebut, tetapi kadar tersebut
selalu sangat rendah. Jadi, lingkungan luar sangat hipoosmotik terhadap cairan tubuh interna
dari hewan air tawar, dan hewan ini harus menghadapi kecenderungan air untuk berdifusi ke
dalam tubuh, terutama ke bagian yang berlapis tipis, seperti insang. Garam cenderung
berdifusi ke luar dan cairan tubuh interna kehilangan garam melalui ekskresi.

10.6.3 Osmoregulasi pada Amfibi


Regulasi osmotik Amfibi mirip ikan air tawar atau semiakuatik, kulitnya berperan
sebagai organ osmoregulasi utama. Telumnya diletakkan da lam air dan larvanya adalah
hewan air yang bernafas dengan insang. Melalui metamorfosis, kebanyakan Amphibi
mengubah alat pernafasannya dengan paru-paru. Beberapa salamander tetap memiliki insang
dan tetap hidup da lam air setelah dewasa dan kebanyakan katak di lain pihak berubah
menjadi hewan darat, meskipun biasanya masih tetap memilih habitat berair.
Regulasi osmotik Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ
osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air tawar terdapat aliran osmotik air ke
dalam air tubuhnya, yang akan dikeluarkan sebagai urin yang sangat encer. Bersama urin ikut
terbuang garam-garam. Di samping itu, garam hilang melalui kulitnya. Kehilangan garam ini
diganti dengan jalan pengambilan secara aktif dari dalam air tawar melalui kulitnya.
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam beberapa
jam bila ditaruh dalam air laut. Jadi, katak dan salamander adalah regulator hiperosmotik
sempit. Namun ada jenis katak pemakan ke piting, hidup di daerah rawa mangrove, mencari
makan dan berenang dalam air laut. Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi hewan
regulator hiposmotik. Untuk mencegah kehilangan air osmotik melalui kulitnya, katak
menambah jumlah area di dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea per liter.
Mekanisme ini beralasan, sebab kulit amphibi relatif permea bel terhadap air, sehingga secara
sederhana untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi osmotik darah seperti
mediumnya.

10.6.4 Osmoregulasi pada Reptil


Kulit Reptil kering, berzat tanduk dan impermeabel terhadap air. Air hilang terutama
melalui penguapan lewat kulit. Kehilangan air kare na penguapan pada seluruh Reptil
ternyata lebih besar daripada lewat per nafasannya. Misalnya pada ular air, kehilangan air
lewat kulit sebesar 88% dan lewat pernafasan 12%, pada kura-kura gurun kehilangan panas
lewat kulit 76% dan lewat pernafasan sebesar 24%. Reptil mengekskresikan asam urat
(sebagai hasil akhir metabolisme protein) lewat urin. Karena asam urat tidak larut dalam air,
maka untuk mengekresikannya diperlukan sedikit air. Jadi, Reptil dapat kehilangan air lewat
penguapan, pernafasan, dan urin.
Spesies Reptilular yang berasal dari empat ordo yang berbeda, yaitu: ular, kadal, kura-
kura, dan buaya. Di antara keempat spesies tersebut, buaya Spesies Reptil yang berasal dari
empat ordo yang berbeda, yaitu: Sangat tergantung pada air, sedangkan ketiga ordo yang lain
(ular, kadal, dan kura-kura) telah beradaptasi dengan baik terhadap habitat kering, dan hanya
sedikit sekali yang akuatik dan semiakuatik. Semua reptil akuatik bernafas dengan paru-paru,
salah satu ciri hewan darat.
Pada beberapa Reptil laut ekskresi garam dilakukan oleh kelenjar garam di kepalanya,
di samping ginjalnya. Kelenjar garam menghasilkan cairan dengan konsentrasi tinggi,
terutama natrium dan klorida yang konsentrasi nya lebih tinggi daripada air laut. Kelenjar
garam tidak berfungsi terus-mene rus seperti pada ginjal, hanya berfungsi apabila kadar
garam dalam darah sa ngat tinggi sehingga ginjal tidak mampu berfungsi. Dalam hal
penggunaan air, kelenjar garam lebih ekonomis daripada ginjalnya.
Ular laut juga mempunyai kelenjar garam yang bermuara ke dalam rongga mulutnya
(kelenjar bawah lidah). Sedangkan buaya laut, sebagian ti dak memiliki kelenjar garam,
sebagian yang lain memiliki kelenjar-kelenjar kecil yang bermuara pada permukaan lidahnya.
Buaya yang tidak memiliki kelenjar garam memelihara keseimbangan garam cairan tubuhnya
dengan hidup di muara sungai, memakan ikan, dan memiliki kulit yang sangat im permeabel.

10.7 Osmoregulasi pada Hewan Vertebrata Darat


Pada vertebrata darat air hilang melalui urine dan feses, tetapi penguapan adalah jalur
utama hilangnya air. Pada suhu tertentu satu volume udara tertentu mampu mengandung
sejumlah tertentu uap air. Perbedaan antara sejumlah uap air yang sebenarnya ada dan jumlah
yang ada jika udara itu jenuh disebut defisit kejenuhan. Defisit kejenuhan menentukan
curamnya gradien penguapan antara hewan dan lingkungan luar dan tergantung pada musim,
iklim, habitat, dan waktu dalam sehari, yang kesemuanya memengaruhi distribusi dan tingkah
laku hewan darat.
Pengurangan penguapan pada hewan, yaitu dengan cara:
a. menggunakan alat pertukaran gas interna. Alat pertukaran sebagian besar hewan
darat terletak di bagian dalam atau paling tidak dalam suatu lapisan pelindung di
mana permukaan pertukaran yang tipis dan basah tidak mudah kering dan air yang
hilang karena penguapan berkurang.
b. melakukan modifikasi barier integumen. Hilangnya air melalui permu kaan tubuh
dengan cara penguapan dikurangi dengan berbagai modifika si kulit yang
membuat barier integumen lebih sulit dilalui oleh air untuk keluar.
c. menempati habitat basah. Liang di bawah tanah, ruang di antara batu, batang kayu
dan daun tempat defisit kejenuhan lebih rendah daripada tempat terbuka
merupakan lingkungan yang lebih baik untuk memeli hara keseimbangan air,
d. melakukan kegiatan malam (noktural). Banyak spesies hanya keluar dari
perlindungan pada waktu malam hari, ketika bahaya menjadi kering saat
berkurang.

10.7.1 Osmoregulasi pada Aves dan Mamalia


Kebanyakan Aves dan Mamalia sangat terikat dengan air tawar, meskipun sebagian
ada yang hidup di gurun-gurun dan harus bergantung kepada metabolik; sedangkan yang
lain hidup dan mencari makan di laut. Metabolisme burung tinggi dan kehilangan air lewat
pernafasan juga relatif tinggi. Urin di kloaka mungkin berbentuk pasta encer dari kristal-
kristal asam urat, reabsorbsi air mungkin terjadi pada tubuli ginjal, pada kloaka, dan juga
dalam usus besar.
Kehilangan air transpirasional relatif rendah. Permeabilitas kulit ber beda antara
spesies yang satu dengan yang lain, demikian juga kehilangan air transpirasional lewat
kulit sangat berbeda. Persentase kehilangan air tubuh setiap hari pada burung kecil
pemakan biji lebih tinggi daripada burung besar. Pada manusia dan tikus pada suhu sekitar
25°C dalam udara kering, sekitar separuh jumlah air yang hilang adalah lewat kulitnya.
Tikus gurun (Dipodomys) di lain pihak, kehilangan air tubuh lewat kulitnya hanya sekitar
5%, dan banyak hewan pengerat lain yang hidup di daerah kering juga menunjukkan
kehilangan air yang rendah lewat kulitnya. Pada burung unta kehilangan air lewat
penguapan kulit kurang dari 2% dari total kehilangan tubuh.
Burung laut seperti camar dan pelikan serta burung gurun dan bebek memiliki
kelenjar nasal yang melayani ekskresi garam ekstrarenal. Camar mengekskresikan banyak
NA* dan K secara ekstrarenal, bahkan dalam ke adaan tanpa stress osmotik. Pada bebek,
sekresi Na kelenjar nasal mungkin tujuh kali lebih pekat daripada urin, dan sekresi K nasal
mungkin 3,0 kali konsentrasi urin. Sekresi distimulasi oleh kelebihan garam atau oleh
hiperosmotik sukrosa, keduanya menyebabkan peningkatan volume dengan penarikan air
jaringan. Sekresi juga dipicu oleh zat kolinergik seperti metakolin. Beberapa burung
gurun, seperti burung unta (Oostrich) dan beberapa ayam hutan, cairan sekresi kelenjar
nasal lebih kaya kalium daripada natrium.
Mamalia laut seperti singa laut, anjing laut, lumba-lumba dan ikan paus, tidak
memiliki organ ekskresi garam ekstrarenal seperti kelenjar garam pada burung laut dan
Reptil atau insang pada ikan. Seperti Mamalia yang lain, Mamalia laut memiliki ginjal
dengan kemampuan efesien dalam memproduksi urin yang sangat hipertonik. Untuk
membantu kerja ginjal, Mamalia laut tidak minum air laut tetapi hanya menelan air
bersama ma kanan yang dimakan. Sumber air pada Mamalia gurun adalah pada proses
metaboliknya.
Manusia, seperti Mamalia yang lain, tidak dilengkapi dengan organ sekita 6 gram Na
dari aliran darah per liter urin yang diproduksi. Air untuk mengekskresikan air laut. Ginjal
manusia mampu memindah sampai laut mengandung sekitar 12 gram per liter Nat. Jadi
minum air laut dapat menyebabkan manusia mengakumulasi garam tanpa penambahan air
yang ekuivalen secara fisologis. Dengan kata lain, untuk mengekskresikan garam yang
ditelan bersama sejumlah air laut, ginjal manusia memerlukan jumlah air lebih banyak
daripada yang terkandung dalam air laut yang diminum. Jadi, minum air laut akan diikuti
dehidrasi secara cepat.

Anda mungkin juga menyukai