Oleh :
M. RISWAN
1810247009
Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Henni Syawal, M.Si
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga paper ini dapat diselesaikan. Tema yang diberikan dalam penulisan paper ini
adalah adaptasi fisiologi osmoregulasi pada amfibi. Makalah ini dibuat untuk
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah penulis jadikan referensi
dalam penyusunan paper ini. Tidak lupa penulis sampaikan permohonan maaf bila
dalam proses penulisan paper terdapat kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran
kedepan. Terima kasih atas perhatiannya, semoga paper ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
I. PENDAHULUAN
perairan dan daratan. Amfibi menghuni habitat yang sangat bervasiasi, dari genangan
air hingga hidup di pohon (Sari et al., 2014). Menurut Yunaefa et al., (2012), amfibi
selalu berasosiasi dengan air, karena air dapat menjaga perubahan pada temperatur
tubuhnya. Keanekaragaman jenis amfibi sangat tinggi di dunia, lebih kurang terdapat
7.428 spesies amfibi yang terdiri dari 6.548 spesies (88%) dari ordo Anura, 691
spesies (9%) dari ordo Caudata dan 205 spesies (3%) dari ordo Gymnophiona (Frost,
2015).
Menurut David (2008), tubuh amfibi 70 sampai 80% tubuhnya terdiri dari air
yang tersebar dalam cairan intrasel dan ekstrasel dan sewaktu-waktu konsentrasi
amfibi melalui mekanisme yang disebut dengan osmoregulasi (Yustina dan Darmadi,
2017).
menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme
substansi tubuh dan lingkungan. Membran sel yang permeabel merupakan tempat
osmosis antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang
melakukan upaya adaptasi seperti hati, ginjal dan kulit, organ-organ ini akan
osmoregulasi amfibi. Sedangkan manfaat dari pembuatan paper ini diharapkan dapat
dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Osmoregulasi dapat juga didefinisikan
sebagai proses homeostasis untuk menjaga agar cairan tubuh selalu berada dalam
keadaan stabil atau steady state. Alasan utama hewan harus melakukan osmoregulasi
ialah karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh
memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang
tidak diharapkan. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah
pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang lebih
encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air yang lebih rendah (yang
Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam
rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat
dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan
lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari
a. Osmokonformer
tekanan osmotik di dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan
terlalu besar dan masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya.
b. Osmoregulator
1) Melalui Hati
Osmoregulasi pada hati bertujuan untuk membuang racun yang terdapat didalam
darah. Racun yang didapat berasal dari darah yang dialirkan dari anyaman pembuluh
kapiler darah yang berasal dari sistem pencernaan. Selanjutnya, racun tersebut akan
dibuang dari tubuh melalui urine dan feses. Dengan demikian, konsentrasi darah
2) Melalui Ginjal
Ginjal berfungsi sebagai penyaring darah. Proses penyaringan darah meliputi tiga
glomerulus, terjadi proses filtrasi yang akan menghasilkan urine primer yang
mineral yang mungkim masih diperlukan oleh tubuh. Proses reabsorbsi ini
sangat dipengaruhi oleh kerja hormone ADH yang di sekresikan oleh kelenjar
hipofisis.
3) Melalui Kulit
Osmoregulasi pada katak juga dapat berlangsung melalui kulit. Pada umumnya
amfibi memiliki kulit yang tipis, banyak pembuluh darah dan selalu basah. Kondisi
kulit tersebut pada amfibi berperan sebagai alat respirasi. Bahkan beberapa jenis
Suatu struktur yang sangat cocok sebagai organ yang dapat mengalami difusi dan
osmosis. Hal ini menyebabkan katak dapat mengambil air ataupun mineral yang ia
perlukan melalui kulitnya. Kulit katak cenderung bersifat permiabel terhadap air.
Oleh sebab itu, apabila katak berada di dalam air, katak akan menghasilkan urine
sedang berada di darat, katak dapat mereabsorbsi kembali air yang terkandung di
dalam urine untuk mengatasi evaporasi yang ia alami melalui kulitnya. Sehingga, urin
yang dihasilkan menjadi lebih pekat dari pada saat ia berada di dalam air atau
Ginjal amfiibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk
mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka
pada saat berada di air, banyak air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Ketika
di air tawar, kulit katak terakumulasi garam tertentu dari air dengan transpor aktif,
dan ginjal mengekskresikan urin encer. Pada saat berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Dehidrasi adalah masalah yang paling
menekan, katak menghemat cairan tubuh oleh reabsorbing air melintasi epitel
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus,
sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap kembali
oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga
menggunakan kantung kemih untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air,
kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali
kedalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang
mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH (Yustina dan Darmadi,
2017).
Tipe ginjal pada amfibi adalah tipe ginjal opistonefros. Katak jantan memiliki
saluran ginjal dan saluran kelamin yang bersatu dan berakhir di kloaka. Namun, hal
tersebut tidak terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan,
juga menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air
dalam tubuhnya. Kulit amfiibi yang tipis dapat menyebabkan amfibi kekurangan
cairan jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada terlalu lama
dalam air tawar. Air dengan sangat mudah masuk secara osmosis ke dalam jaringan
tubuh melalui kulitnya. Katak dapat mengatur laju filtrasi dengan bantuan hormon,
sesuai dengan kondisi air di sekitarnya. Ketika berada dalam air dengan jangka waktu
yang lama, katak mengeluarkan urine dalam volume yang besar. Namun, kandung
kemih katak dapat dengan mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding
kandung kemihnya sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu
terhadap air kulit kebanyakan amfibi, dan terutama jenis anuran (Heller, 1965). Bufo
Rana cancrivora jenis katak euryhaline yang mampu toleransi salinitas air
laut. Setelah 24 jamt terpapar air suling atau larutan NaCl pada bagian kulit dari 100
hingga 670 osmole /L, konsentrasi osmolar dari plasma R. cancrivora selalu lebih
tinggi dari pada jenis R. pipiens dan R. temporaria. Hal ini disebabkan karena
dan antidiuretic hormone (ADH) pada amfibi sebagai usaha untuk mengurangi
pembentukan urin dan menstimulasi permeabilitas air urin pada kandung kemih
cairan tubuh selalu berada dalam keadaan stabil atau steady state. Organ pada amfibi
yang melakukan proses osmoregulasi adalah ginjal, hati dan kulit yang dibawah kerja
Frost DR. 2015. Amphibian Species of the World: an Online Reference. Version 5.5
(31 January, 2011). Electronic Database accessible at
http://research.amnh.org/vz/herpetology/amphibia/ American Museum of
Natural History, New York, USA.
Dicker, S.E. dan Elliot, A.B. 1970. Water Uptake By The Crab-Eating Frog Rana
Cancrivora, As Affected By Osmotic Gradients And By Neurohypophysial
Hormones. J. Physiol. 287, pp. 119-132.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT. Rineka
Cipta, Jakarta..
Purnamasari, R., dan Santi, DR. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel, Surabaya.
Sari, I. N., Nurdjali, B., dan Erianto. 2014. Keanekaragaman Jenis Ampibi (Ordo
Anura) Dalam Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang Kecamatan
Kubu Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari Vol. 2. No. 1:116-125.
Yustina, dan Darhmadi. 2017. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Pendidikan
Biologi. Universitas Riau.