Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PENCERNAAN MAKANAN

Tanggal Praktikum : 9 Desember 2020


Tanggal Pengumpulan : 16 Desember 2020
Waktu Praktikum : 13.30—16.00 WIB

Disusun Oleh
Nama : Ahmad Faiz Muzaki
NIM : 11180161000026
Kelompok :2
Nama Kelompok :
1. Mella Nia Fitri (11180161000003)
2. Ene Nurjanah (11180161000011)
3. Anggi Putri Naulina Nasution (11180161000017)
4. Ricky Ardiansah (11180161000018)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

1
A. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi zat amilum pada tepung melalui proses uji amilum.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas enzim.
3. Menganalisis pengaruh suhu terhadap proses mekanisme kerja enzim saliva.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang terkandung dalam tepung sebagai indikator adanya zat karbohidrat pada
proses uji amilum?
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas enzim?
3. Bagaimana pengaruh suhu terhadap proses mekanisme kerja enzim saliva?

C. Hipotesis
1. Tepung mengandung amilum sebagai indikator adanya zat karbohidrat pada
proses uji amilum.
2. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas enzim salah satunya adalah suhu.
3. Proses mekanisme kerja enzim saliva dapat dipengaruhi oleh suhu.

D. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat
No. Nama Jumlah
1. Tabung reaksi 3 buah
2. Pipet tetes 3 buah
3. Tisu Secukupnya
4. Plat tetes 1 buah
5. Gelas wadah 4 buah
6. Termometer 1 buah

Tabel 2. Bahan
No. Nama Jumlah
1. Larutan amilum 2,5 ml
2. Saliva 15 ml
3. Larutan iodin 4 ml
4. Cuka Secukupnya

1
5. Air panas Secukupnya
6. Es batu Secukupnya
7. Air kumur hangat 15 ml

E. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Uji Amilum
Warna Larutan
Tahapan
Amilum

Awal

Dipanaskan

Didinginkan

2
Tabel 4. Percobaan dengan Ptialin
Tabung Warna Endapan

A (Normal) Tidak terdapat endapan

B (Panas) Tidak terdapat endapan

C (Dingin) Tidak terdapat endapan

F. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul pencernaan makanan. Adapun tujuan dari
praktikum ini di antaranya adalah mengidentifikasi adanya gula pereduksi pada
amilum melalui proses uji amilum, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas enzim, dan menganalisis pengaruh suhu terhadap proses
mekanisme kerja enzim saliva. Adapun objek yang diidentifikasi adalah amilum
dalam pati dan ptialin atau saliva. Percobaan yang dilakukan mencakup dua bagian,
yaitu uji amilum dan percobaan dengan ptialin.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan praktikan dapat dinyatakan
bahwa pada percobaan uji amilum menunjukkan tiga hasil dari tiga perlakuan yang
dilakukan dengan suhu yang berbeda di antaranya percobaan pada suhu normal (suhu
ruang), suhu panas, dan suhu dingin. Adanya perbedaan dari tiga perlakuan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap hidrolisis pati dan reaksi
yang terjadi pada sampel. Perlakuan pada suhu normal (suhu ruang) menunjukkan
bahwa terjadi perubahan warna pada sampel larutan amilum ketika ditetesi iodin.

3
Warna yang tampak setelah ditetesi iodin adalah agak sedikit kebiruan dan tidak
terdapat endapan. Hal ini dikarenakan adanya reaksi antara amilum dengan iodin
sebagai pengisi struktur amilum yang berbentuk heliks. Hasil reaksi tersebut dapat
pula dikatakan sebagai produk dari senyawa yang dihasilkan. Hill, et. al. (2012)
menegaskan bahwa reaksi antara enzim yang bersifat katalisis dengan substrat enzim
berperan besar dalam pembentukan produk enzim.
Perlakuan pada suhu panas menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna pada
sampel larutan amilum setelah dipanaskan. Warna yang semula berwarna agak
kebiruan setelah ditetesi iodin berubah menjadi bening setelah dipanaskan. Perubahan
ini menandakan bahwa terjadinya pemutusan reaksi ikatan antara amilum dengan
iodin. Suhu panas yang digunakan pada perlakuan tersebut juga turut andil terhadap
perubahan warna sampel. Hal ini dikarenakan suhu yang panas akan mempercepat
terjadinya proses hidrolisis pada struktur kompleks amilum. Struktur ini lama-
kelamaan seiring dengan panasnya suhu akan menjadi struktur yang sederhana.
Perlakuan pada suhu dingin menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan
warna pada sampel larutan amilum setelah didinginkan. Hasil perubahan warna yang
seharusnya terjadi adalah kembalinya warna sampel larutan seperti pada perlakuan
pada suhu normal, yakni agak sedikit kebiruan. Hal ini didasari atas kodrat ikatan
amilum dan iodin yang akan terbentuk kembali setelah melalui proses pendinginan
pasca proses pemanasan. Ketidaksesuaian hasil ini mungkin dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kelalaian praktikan ketika memanaskan sampel larutan yang
terlalu lama dari waktu yang telah ditentukan.
Adapun percobaan kedua yang dilakukan oleh praktikan, yaitu melakukan
percobaan dengan ptialin. Enzim tersebut diambil melalui saliva pada rongga mulut.
Salah satu alasan ptialin dalam saliva sebagai enzim pencernaan dijadikan objek pada
percobaan ini adalah karena dapat melakukan proses hidrolisis. Hal ini senada dengan
Sherwood, et. al. (2013) yang menyatakan bahwa enzim pencernaan memiliki struktur
ikatan yang dapat dihidrolisis. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
praktikan dapat dinyatakan bahwa pada percobaan uji amilum menunjukkan tiga hasil
dari tiga perlakuan yang dilakukan dengan suhu yang berbeda di antaranya percobaan
pada suhu normal (suhu ruang), suhu panas, dan suhu dingin. Adanya perbedaan dari
tiga perlakuan ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan enzim ptialin dalam
menghidrolisis gula pada makanan. Perlakuan pada suhu normal (suhu ruang)
menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna dan tak terdapat endapan pada
4
sampel larutan ketika ditetesi iodin. Hal ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis
polisakarida oleh enzim ptialin bekerja secara optimal.
Perlakuan pada suhu panas menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna dan
tak terdapat endapan pada sampel larutan setelah dipanaskan ketika ditetesi iodin. Hal
ini dikarenakan terjadinya proses denaturasi pada enzim pada suhu panas yang
menyebabkan enzim tersebut rusak dan pada akhirnya menimbulkan warna. Adapun
perlakuan pada suhu dingin menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna dan tak
terdapat endapan pada sampel larutan setelah didinginkan ketika ditetesi iodin. Warna
yang muncul agak sedikit kekuningan. Hal ini dikarenakan enzim tengah berada pada
fase inaktivasi sehingga enzim memerlukan waktu untuk aktif kembali dan bekerja
seperti sedia kala.
Endapan yang tidak terbentuk pada seluruh perlakuan dapat disebabkan karena
tidak adanya pati yang tersisa dari makanan di mulut praktikan. Percobaan tersebut
juga menunjukkan bahwa suhu dapat memengaruhi kinerja enzim. Semakin tinggi
suhu, maka kerja enzim akan semakin terhambat. Hal ini sesuai dengan Rastogi
(2007) yang menyatakan bahwa enzim sangat sensitif terhadap suhu yang tinggi.

G. Simpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tepung mengandung amilum sebagai indikator adanya zat karbohidrat
(polisakarida) pada proses uji amilum.
2. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kinerja enzim adalah suhu. Semakin
tinggi suhu maka kinerja enzim semakin melambat.
3. Enzim ptialin pada saliva akan bekerja secara optimal pada suhu normal (suhu
ruang).

H. Daftar Pustaka
Hill, Richard W., et. al. 2012. Animal Physiology Third Edition. Sunderland: Sinauer
Associates.

Rastogi S.C. 2007. Essentials of Animal Physiology. Delhi: New Age International.

Sherwood Lauralee., et. al. 2013. Animal Physiology From Genes to Organism
Second Edition. Belmont: Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai