ENZIM PENCERNAAN
Disusun Oleh :
Nim : 019.06.0094
LABORATORIUM TERPADU II
FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
1|Page
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Makanan yang masuk pertama kali akan melewati mulut untuk dikunyah
dengan adanya bantuan dari air liru yang berfungsi sebagai pelumas rongga
mulut, melunakkan makanan padat sebelum ditelan. Selain fungsi tersebut, air
liur juga mengandung enzim amilase (ptyalin) yang akan menghidrolisis
amilum menjadi maltosa. Enzim ini biasanya mengkatalisis ikatan alfa 1-4
dari struktur amilum membentuk disakaridase yaitu maltosa. Kondisi optimal
enzim amilase pada pH 5,6-6,9 dan bertahan pada suhu tubuh 37ᴼ C serta
menjadi kofaktor beberapa anion seperti Cl dan Br namun kurang efektif pada
iodium dan fosfat. Enzim amilase ini akan menjadi tidak aktif apabila berada
pada pH 4 atau lebih rendah. Enzim amilase memecah pati menjadi dekstrin-
dekstrin maltosa.
2|Page
III. CARA KERJA
3|Page
Sesegera mungkin:
a. Tabung I dimasukkan ke dalam air es
b. Tabung II dibiarkan pada temperatur kamar
c. Tabung III dimasukkan ke dalam penangas air 37ᴼ C
d. Tabung IV dimasukkan ke dalam air mendidih
e. Pengaruh temperatur terhadap kerja enzim
Tunggu selama 5 menit
Kemudian tiap-tiap tabung ditetesi dengan iodium 0,001 M
Catat warna yang terjadi
4|Page
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidrolisa adalah mekanisme reaksi penguraian suatu senyawa oleh air atau
asam dan basa. Pati atau amilum tergolong ke dalam kelompok
polisakarida sehingga pati bisa dihidrolisis menjadi glukosa yang
merupakan monosakrida. Pertama-tama pati atau amilum dihidrolisis
menghasilkan maltosa, kemdudian maltosa dihidrolisis menghasilkan
glukosa. Pada hidrolisis ini memerlukan katalisator untuk mempercepat
jalannya laju reaksi. Katalisator yang dipakai berupa enzim amilase
(ptyalin). Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva.
Enzim Amilase dapat bekerja sebagai substrat dan menghidrolisis
polisakarida seperti pati dan glikogen menjadi sakarida yang lebih
sederhana.
Pada percobaan praktikum ini menguji kerja enzim amilase yang bekerja
memecahkan atau merombak 10 mL larutan amilum 1% amilum menjadi
glukosa dengan ditambahkan sampel saliva atau air liur sebanyak 5 tetes.
Kemudian memanaskannya dalam penangas air dengan suhu 37ᴼ C. Hal ini
dilakukan karena hampir semua enzim mempuyai aktivitas optimal pada
suhu 30-40ᴼ C. Selanjutnya larutan iodium 0,001 M berfungsi sebagai
indikator terhadap proses terjadinya reaksi dengan adanya perubahan
warna. Larutan yang dipanaskan dalam waterbath di teteskan setiap 1
5|Page
menit 1 tetes ke dalam larutan iodium hingga terjadi perubahan warna,
proses perubahan warna bisa tergantung dari berapa lama waktunya, namun
pada praktikum kali ini perubahan warna terjadi cukup cepat sekitar 5
menit. Hasilnya terjadi perubahan warna larutan iodium yang awalnya biru
menjadi tidak berwarna.
6|Page
3. Pengaruh temperatur terhadap kerja enzim
Pada hasil pengamatan, terlihat perubahan warna menjadi biru pada tabung
air dingin (0ᴼC) setelah ditambahkan iodium dan warna keunguan muda
pada tabung suhu kamar. Untuk larutan pada tabung suhu (37ᴼC) terlihat
tidak berwarna namun sedikit agak keruh dibandingkan dengan tabung
reaksi suhu (100ᴼC) yang tidak berwarna sama sekali. Tidak terjadinya
perubahan warna pada suhu (100ᴼC) karena pada suhu tersebut struktur
konformasi dari enzim sudah rusak disebabkan karena pemanasan pada
7|Page
suhu yang tinggi akan mengakibatkan struktur protein mengalami
denaturasi. Berbanding terbalik dengan tabung reaksi pada suhu (0ᴼC)
enzimnya masih bekerja dengan baik.
(Air dingin
0ᴼC)
(Suhu
kamar)
8|Page
4. Tabung IV Bening Tidak berwarna
(Air
mendidih
100ᴼ C)
Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer air liur ditentukan oleh susunan
kuantitatif dan kualitatif elektrolit d dalam air liur terutama ditentukan oleh
susunan bikarbonat karena susunan bikarbonat sanagn konstan dalam air
liur dan berasal dari kelenjar saliva. Pengaruh pH terhadap aktivitas
amilase air liur dilakukan untuk menentukan seberapa besar pH ketika
enzim amilase masih bisa menghidrolisis pati. Kondisi optimal enzim
amilase bekerja pada pH 5,6-6,9 dan akan menjadi tidak aktif pada pH 4
atau lebih rendah. Dalam hasil pengamatan derajat keasaaman pH air liur,
menghasilkan data yang positif pada uji Benedict karena warna larutan
yang dihasilkan lebih pekat dari pada pengamatan uji Iodium.
9|Page
No Sampel Sebelum Setelah Setelah
pengamatan pengamatan pengamatan
(Iodium) (Benedict)
1. 2 mL HCl Bening
0,4%
pH 1
2. 2 mL Bening
aquades
pH 7
3. 2 mL Bening
Na₂CO₃ 1%
pH 9
10 | P a g e
VI .KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa proses pencernaan berawal dari
rongga mulut yang dikatalis oleh enzim amilase (ptyalin) yang terdapat di
dalam saliva. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil:
b. Saran
11 | P a g e
Adapun saran dalam praktikum ini adalah sebaiknya melakukan kegiatan
dengan mengikuti peraturan yang berlaku . Gunakan pelaksanaan waktu yang
diberikan saat praktikum sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan
sesuai harapan. Dan dalam proses uji praktikum biokimia enzim pencernan
pada saat menggunakan alat dan bahan agar mendapatkan hasil yang akurat
harus dilakukan dengan pelan-pelan dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
12 | P a g e