BLOK DIGESTIF II
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2020/2021
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan
dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD (Small Group Discussion)
LBM 1 yang berjudul “Kedua Kakiku Bengkak” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa (LBM) 1 yang
berjudul “ Kedua Kakiku Bengkak” meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi
diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr.Nyoman Cahyadi T.S , S. Ked sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 7 yang
senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam
berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun makalah ini,
maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
BAB II .............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 7
PENUTUP................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 23
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
4|Page
pusing, bengkak pada leher kanan bawah rahang sejak 3 hari yang lalu, bengkak terasa nyeri dan
pasien juga mengeluhkan sakit pada telinga kanan ketika mengunyah makanan. Adanya keluhan
ini kami duga disebabkan oleh infeksi pada sistem saluran pencernaan atas yang berperan dalam
menelan. Beberapa penyakit yang kami duga seperti parotitis, limfoma protitis, glositis,
faringitis.
Kedua, interpretasi hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien:
5. Suhu 35,5-37,5 °C 38 °C
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil bahwasannya tanda-tanda vital pasien masih
dalam batas normal, kecuali suhu tubuh pasien mengalami peningkatan (demam). Hal ini
mungkin bisa berkaitan dengan masuknya patogen pada sistem saluran pencernaan bagian atas
seperti bakteri atau virus. Sebagai respon tubuh akan mengeluarkan berbagai mediator-mediator
seperti sitokin, makrofag, monosit, sel kuffer untuk melawan patogen yang masuk. Sitokin akan
berperan juga terhadap terjadinya sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui
metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh.
Ketiga, hubungan keluhan pasien dengan temannya yang mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Diduga pasien pada skenario tertular oleh temannya yang sudah terpapar patogen
sebelumnya. Transmisi dari bakteri atau virus masuk diduga terjadi bisa melalui kontak langsung
dengan penderita, droplet nuclei, bisa makanan yang masuk melalui mulut, atau bisa ketika
teman pasien batuk dan bersin.
5|Page
Keempat, tatalaksana awal yang dapat dilakukan untuk menangani keluhan pasien yaitu:
Diberikan analgesik-antipiretik untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan pada leher
dan menurunkan demam.
Perbanyak istirahat dan minum air putih untuk mencegah dehidrasi akibat demam.
Komsumsi makanan bertekstur lembut, seperti bubur dan hindari makanan yang
mengharuskan terlalu banyak menguyah.
Kompres air dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Kompres air hangat
kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat
lebih nyaman.
Kelima, adapun diagnosis yang didapatkan dari gejala dan keluhan pasien pada skenario yaitu:
1. Parotitis
2. Kandidiasis Mulut
3. Angina Ludwig
4. Ulkus Mulut
5. Glossitis
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
7|Page
Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan,yaitu:
Gigi(dentis)
- Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang gigi). Lapisan
email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih kekuningan, dan mengilap.
Email mengandung banyak garam kalsium.
- Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua bagian, yaitu leher
gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi gusi disebut leher gigi, sedangkan
tulang gigi yang tertanam dalam tulang rahang disebut akar gigi.
- Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi terdapat pembuluh darah,
jaringan ikat, dan jaringan saraf. Oleh karena itu, rongga gigi sangat peka terhadap
rangsangan panas dan dingin. Menurut bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
8|Page
Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot lidah
melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaitu:
Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua (pangkal
lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah).Lidah berfungsi untuk
membantu mengunyah makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan dalam
rongga mulut, membantu dalam menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan
membantu dalam berbicara.
Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa
(papila), ada tiga bentukpapila,yaitu:
Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah dan ujunglidah.
Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian depan lidah.
Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V terbalik di
bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4 sensasi rasa: manis,
asam, pahit, dan asin.
9|Page
KelenjarLudah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi dengan bantuan
enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah mengandung menghasilkan
saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau
amilum menjadi zat gula atau maltosa.
1. Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot pengunyah
dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam
rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang
disekresikan sebanyak 25-35 %.
10 | P a g e
3. Kelenjar Sublingualis, kelenjar yg terkecil diantara kelenjar yg lain. Letaknya dibawah
lidah, tepatnay dikanan & kiri frenulum linguae, fungsi kelenjar saliva untuk membantu
dalam proses pencernaan. Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju
lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %.
11 | P a g e
e. Gejala prodromal tidak khas, mencakup demam ringan, anoreksia, malaise, sakit
kepala, nyeri otot (terutama pada leher).
f. Trismus, kesulitan berbicara dan sulit menelan
g. Pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian
bilateral.
h. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 °C- 39,5 °C
- Parotitis et causa bakteri:
a. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah
b. Bengkak berlangsung progresif
c. Onset akut, biasanya < 7 hari
d. Demam
e. Rasa nyeri saat mengunyah.
2. Kandidiasis Mulut
Definisi
Kandidiasis mulut adalah infeksi atau penyakit yang di sebabkan akibat jamur
Candida, khususnya Candida Albicans. Penyakit ini akibat Debilitasi (spti pada
penekan imun dan kususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika
berkepanjangan dan hilangnya penghalang. Secara Klinis dpt ditemukan berbagai
penampilan lesi putih atau lesi eritematus.
Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya infeksi candida, meliputi:
1. Faktor Endogen:
Perubahan Fisiologik
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kegemukan, karena banyak keringat
Debilitasi
Iatrogenik
Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
Penyakit kronik, TBC, Lupur eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
Umur: Orang tua dan bayi sering infeksi ini karena status imunologiknya tidak
sempurna.
12 | P a g e
Imunologik: Penyakit genetik
2. Faktor Eksogen:
Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
Kebersihan kulit
Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama, menimbulkan maserasi
dan memudahkan masuknya jamur.
Kontak dengan penderita.
Manifestasi Klinis
Pada Bayi
Timbul bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
Menimbulkan nyeri
Infeksi mulut (peradangan)
Pada Anak-Anak dan Dewasa
Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit, mulut, gusi dan
amandel (tonsil)
Lesi menyerupai keju
Nyeri
Sedikit perdarahan jika lesi di gosok atau tergores
Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut
Kehilangan selera makan.
3. Angina Ludwig
Definisi
Merupakan infeksi sub. Mandibula (rahang bawah) berupa peradangan selulitis dari
bagian superior ruang suprahiroid (sekitar leher), yang di tandai dengan
pembengkakan (edema) pd bagian bawah ruang submandibular, yg mencakup
jaringan yang menutupi otot-otot antara laring dan dasar mulut, tanpa disertai
pembangkakan pd limfonodus. Pembengkakan biasanya keras dan berwarna
kemerahan atau kecoklatan. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yg
berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan kebelakang,
dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial.
Etiologi
13 | P a g e
Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai akibat infeksi akar gigi, yakni molar
dan premolar, dapat juga karena trauma bagian dalam mulut, karies gigi dan
tindik lidah yang menyebabkan proses supuratif (peradangan) kelenjar limfe
servikal di dalam ruang submandibular.
Jika infeksi berasal dari gigi, organisme pembentuk gas tipe anaerob sangat
dominan. Penyebab abses paling sering karena infeksi gigi. Nekrosis pulpa
karena dalam keadaan tadak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan
jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal.
Jika infeksi bukan berasal dari daerah gigi, biasanya di sebabkan oleh
Streptococcus dan Staphylococcus.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yg timbul adalah demam, nyeri tenggorokan dan legher di serta
pembengkakan di daerah submandibular yg tampak hiperemis (merah), drooling
(air liur mengalir di luar mulut) dan trismus (ketidakmampuan untuk membuka
mulut dalam batas normal).
Nyeri tekan dan keras pada perabaan (seperti kayu). Dasar mulut membengkak,
dpt mendorong lidah ke atas belakang shga menimbulkan sesak nafas karena
sumbatan jalan nafas.
4. Ulkus Mulut
Definisi
Istilah untuk munculnya luka terbuka di dalam mulut di sebabkan oleh
bukaan/pecahan di selaput lendir atau epitel pd bibir atau sekitar mulut.
Etiologi
Cedera fisik
Cedera kimia
Penghentian merokok
Infeksi (bakteri, virus, jamur, protozoa)
Sistem kekebalan
Immunodeficieny
Autoimmunity
14 | P a g e
Alergi Makanan
Manifestasi Klinis
Aphthous Ulcers : Yang ditunjukkan dengan munculnya suatu luka terbuka yang
menyakitkan di dalam mulut atau tenggorokan bagian atas.
Cold Sores (selaput terlihat melepuh), cold sores di bibir disebabkan oleh virus
herpes simpleks.
5. Glositis
Definisi
Suatu peradangan pada lidah. Bisa terjadi akut atau kronis. Penyakit ini juga
merupakan kondisi murni dari lidah itu sendiri atau cerminan dari penyakit tubuh
yang penampakannya pada lidah.
Etiologi
o Penyebab Lokal
1. Bakteri dan infeksi virus dapat merupakan penyebab lokal dari glositis.
2. Trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang terbakar, gigi atau peralatan gigi
merupakan penyebab loka lainnya. Iritasi lokal seperti dari tembakau, alkohol
dan makanan yang pedas maupun makanan yang berbumbu dapat juga
menciptakan kondisi glositis lain.
3. Suatu reaksi alergi, obat kumur, dan bahan-bahan lain yang diletakkan di dalam
mulut
o Penyebab Sistemik
1. Kelainan nutrisi, seseorang dengan kekurangan gizi atau malnutrisi atau
kekurangan asupan vitamin B dalam dietnya bisa menyebabkan glositis.
2. Penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme, aphthous ulcers
dan pemphigus vulgaris,
3. Infeksi sistemik seperti syphilis dan HIV kemungkinan memberikan tanda bahwa
glositis ini merupakan gejala yang pertama kali akan muncul nantinya.
Manifestasi Klinis
o Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebabnya bervariasi pula,
tanda dasar kelainan inia adalah lidah berubah warna dan terasa nyeri. Warna
yang dihasilkan bervariasi dari merah gelap sampai dengan merah terang.
15 | P a g e
o Lidah yang terkena akan terasa nyeri dan menyebabkan sulitnya menguyah,
menelan dan berbicara. Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaanya akan
terlihat halus. Terdapat beberapa ulserasi atau borok yang terlihat pada lidah.
o Kondisi seperti ini biasanya memperlihatkan gejala rasa perih, sakit, terbakar atau
panas pada permukaan lidah.
1. Demam + - + +
2. Nyeri menelan + + + +
3. Gejala + - + -
prodromal tidak
khas: nyeri otot,
nyeri kepala,
anorexia dan
malaise.
4. Pembengkakan + - + -
area leher
5. Nyeri telinga + - + -
6. Etiologi Infeksi (virus Faktor eksogen Infeksi berasal dari Penyebab Lokal:
dan bakteri) dan faktor gigi Infeksi bakteri
endogen Infeksi bakteri dan virus
Streptococcus dan Trauma atau
Staphylococcus iritasi
Reaksi alergi
Penyebab
Sistemik:
Kelainan nutrisi,
16 | P a g e
penyakit kulit dan
infeksi sistemik
Berdasarkan penjelasan diatas dari definisi, etiologi, serta manifestasi klinis dari masing-
masing diagnosis banding yang diajukan, saya menegakkan diagnosis kerja pada skenario diatas
yaitu, Parotitis et causa virus. Jika dibandingkan kelima penyakit tersebut, Parotitis memiliki
manifestasi klinis yang cocok dengan skenario. Manifestasi klinis yang dirasakan oleh pasien
diskenario sudah masuk ke dalam Parotitis Mumps. Angina Ludwig hampir mirip dengan
Patotitis , namun gejala khas dari Angina Ludwig adanya pembengkakan biasanya keras dan
berwarna kemerahan atau kecoklatan, sedangkan pada skenario tidak dijelakan. Serta didapatkan
hasil pemeriksaan fisik pasien sangat mengarah pada Parotitis. Pada pemeriksaan ekstra oral
tampak pembekakan pada kelenjar parotis kanan dari depan telinga sampai kelenjar
17 | P a g e
submandibular dan belakang angulur mandibula kanan dengan warna tampak normal. Pada
palpasi terasa nyeri dan teraba keras. Pada pemerikaan intra oral tidak menunjukkan kelainan
IV. Epidemiologi
Parotitis adalah proses peradangan (inflamasi) pada kelenjar parotis. Parotitis terjadi pada
semua usia, 85% kasus pada masa anak berusia < 15 tahun dengan proporsi tertinggi pada
usia 5-9 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun.
Namun, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik
parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3-4
tahun sebesar 70-80%.
V. Patofisiologi
18 | P a g e
1. Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus Stensen kelenjar parotis dan terjadi
multiplikasi pertama pada kelenjar viremia umum, dan lokalisasi yang dituju adalah
testis, ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
2. Replikasi primer terjadi dalam epitel permukaan saluran nafas kemudian diikuti oleh
viremia umum dan lokalisasi serentak dalam kelenjar saliva dan alat tubuh lainnya,
testis, ovarium, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.
VI. Pemeriksaan Diagnosis Parotitis dan KIE
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan demam, nafsu makan turun, sakit kepala, muntah,
sakit waktu menelan anamnesis didapatkan keluhan yaitu dan nyeri otot. Kadang-
kadang keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan
maupun dengan perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang
asam.
Pemeriksan Fisik
Pemeriksaan fisik kelenjar parotis paling baik dilakukan dengan melakukan palpasi secara
simultan kelenjar ludah dari intraoral dan ektraoral. Dari beberapa pemeriksaan fisik yang
dilakukan didapatkan hasil, yaitu:
1. Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C
2. Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak disertai pembesaran
3. Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas.
4. Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masainkubasi 14-24
hari).
5. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit
berat.
6. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid)
Hasil pemeriksaan fisik di skenario:
Pada pemeriksaan ekstra oral tampak pembekakan pada kelenjar parotis kanan dari depan
telinga sampai kelenjar submandibular dan belakang angulur mandibula kanan dengan
warna tampak normal. Pada palpasi terasa nyeri dan teraba keras. Pada pemerikaan intra oral
tidak menunjukkan kelainan.
19 | P a g e
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan ini tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan dengan limfositosis relatif.
2. Amilase Serum
Pada pemeriksaan didapatkan hasil biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan
cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam
kurang lebih 2 minggu.
3. Pemeriksaan Serologi
Ada tiga pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk menunjukkan adanya
infeksi virus, yaitu:
a. Hemaglutination inhibition (HI) test
b. Neutralization (NT) test
c. Complement-Fixation (CF) test
4. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah.
Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi
cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.
VII. Tatalaksana Parotitis & KIE
Tatalaksana Farmakologi dan Non Farmakologi
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus
“Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Diberikan analgesik-antipiretik untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan parotis dan
penurunan demam. Analgetik-antipiretik yang dapat diberikan, bila terjadi pada anak: 1)
Metampiron, anak usia > 6 bulan diberikan dosis 250-500 mg/hari, 2) Parasetamol dosis
diberikan 7,5-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Sebuah penelitian melaporkan bahwa
pemberian interferon alfa 2b pada 4 pasien dengan orkitis mumps bilateral menunjukkan
perbaikan gejala yang cepat dan tidak terjadi atrofi terstis atau oligospermia selama
pemantauan.
20 | P a g e
Bila pasien dapat dirawat jalan, tidak memiliki komplikasi dan keadaan umum
cukup baik, terapi non medikamentosa dapat dilakukan, seperti istirahat yang cukup,
pemberian diet luak, kompres benjolan dengan air hangat, dan cairan yang cukup. Pada
pasien komplikasi meningitis atau pankreatitis dengan intake yang kurang atau muntah-
muntah diperlukan pemberian cairan intravena.
KIE
Untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien dengan parotitis mumps sebaiknya
diisolasi selama 5 hari setelah onset parotitis, meskipun upaya ini kurang efektif karena
virus dapat menyebar ke orang lain beberapa hari sebelum muncul gejala klinis.
Dapat dilakukan kompres air hangat pada daerah benjolan.
Asupan makanan yang bergizi
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis mumps yang hidup tapi
telah dirubah sifatnya (Mumpsvax- merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada
anak berumur 15 bulan. Sediaan vaksin mumps dikenal sebagai MMR yaitu gabungan
dari measles, mumps dan rubella. Vaksin MMR tidak menyebabkan efek samping
demam atau reaksi klinis lain.
Namun memiliki kontraindikasi, orang tidak bisa vaksinasi MMR:
a. Punya reaksi alergi berat dengan vaksin ataupun komponen dari vaksin (gelatin atau
antibodi)
b. Wanita yang sedang hamil
c. Orang-orang dengan sistem imun lemah
d. Orang demam tinggi ataupun infeksi saluran pernapasan atau ISPA yang berat
(imunisasi alangkah baiknya ditunda terlebih dahulu hingga gejala-gejala tersebut
menghilang).
VIII. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
Infeksi virus parotitis pada wanita hamil trimester pertama dapat meningkatkan risiko
kematian janin dalam kandungan dan berat lahir rendah (7,7%), namun tidak
menyebabkan malformasi fetus.
Meningoensepalitis
Ketulian
21 | P a g e
Orkitis
Ooforitis
Pankreatitis
Nefritis
Tiroiditis
Miokarditis
Artritis
Kelainan pada mata
Embriopati parotitis
Prognosis
Prognosis pada kasus di skenario tergantung pada penyebab yang mendasari, histologi
penyakit, dan faktor klinis pasien. Pada parotitis et causa virus, umumnya masih dapat
dubia ad bonam, bergantung pada penanganan yang dilakukan secepat mungkin dengan
tatalaksana farmakologi dan non farmakologi yang tepat.
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa scenario LBM 1 yang berjudul
“Nyeri Menelan” mengalami penyakit Parotitis et causa virus. Diagnosis Parotitis ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diberikan pada
skenario. Dari diagnosis ini tentunya diharapkan mampu memberikan tatalaksana yang sesuai
dengan terapi medikamentosa dan non medikamentosa setelah mengetahui dengan pasti dari
penyebab terjadinya Parotitis. Penanganan Parotitis dilakukan dengan pengenalan sedini
mungkin. Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor risiko Parotitis. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat Parotitis.
Sebelum dilakukan terapi perlu diketahui kepekaan dan reaksi alergi penderita serta kondisi janin
pada terapi yang akan diberikan. Selain itu, prognosis yang dapat kami duga untuk kasus dalam
skenario adalah dubia ed bonam jika diatasi segera dengan tatalaksana farmakologi dan non
farmakologi yang tepat.
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014 . Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing.
Tortora GJ & Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Ed. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Harrison, T.R. 2015. Principles Of Internal Medicine. 19th Edition. New York: Mc
Graw-Hill Companies
Tanto, Christ, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Ed:5 , Jilid II Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Anthony S, Fauci, et al. 2017. Harrison Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC
24 | P a g e