Anda di halaman 1dari 10

Nama : Yuni Asmilawati

Kelas : B

NIM : 019.06.0094

TUGAS ESSAY
PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
Pendahuluan
Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah baru di
Indonesia. Banyak sekali zat-zat adiktif yang sangat berbahaya bagi tubuh dan menjadi
masalah bagi umat manusia di berbagai belahan bumi. Salah satunya dikenal dengan
Narkoba, Psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal
masyarakat sebagai Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya). NAPZA ada yang semata-
mata berasal dari tumbuh-tumbuhan (natural, alami) seperti ganja, ada yang sintetis
(shabu) dan ada pula yang semi-sintetis (putauw). NAPZA didefinisikan sebagai setiap
bahan kimia atau zta yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi tubuh
secara fisik dan psikologis. Dewasa ini, diperkirakan di Indonesia terdapat peningkatan
jumlah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2008 prevalensi penyalahgunaan NAPZA sebesar 1,99% dari
penduduk Indonesia pada kelompok berumur 10-59 tahun (sekitar 3,6 juta jiwa),
sedangkan pada tahun 2010 prevalensi tersebut diproyeksikan naik menjadi 2,21% dan
tahun 2015 naik menjadi 2,8% atau setara dengan 5,1-5,6 juta orang (Badan Narkotika
Nasional, 2008). Jumlah penyalahgunaan NAPZA yang diperkirakan membutuhkan
rehabilitasi berdasarkan estimasi jumlah pecandu teratur pakai adalah sebesar 700.000
(27%). Saat ini kapasitas yang ada kurang dari 700.000 orang. Pemerintah memiliki
fasilitas rehabilitasi dengan kapasitas 2.134 orang sedangkan fasilitas swasta memiliki
kapasitas 4.046 orang. Dari seluruh penyalahgunaan NAPZA hanya kurang dari 10.000
orang yang tersentuh layanan “terapi adiksi”: seribu orang dalam terapi substitusi
metadon, 500 orang dalam terapi subtitusi buprenorfin, kurang dari 1000 orang berada
dalam rehabilitasi (pesantren, therapeutic communities, kelompok bantu diri/self-help
group), 2000 orang dalam layanan medis lain dan sekitar 4000 orang menjadi penghuni
Lembaga Pemasyarakatan dan tahanan polisi. Jumlah penyalahgunaan NAPZA yang
belum mendapatkan layanan pemulihan di Indonesia sangat besar. Para penyalahgunaan
NAPZA dengan cara suntik berisiko penularan infeksi HIV.

1 | Page
Isi

NAPZA didefinisikan sebagai setiap bahan kimia atau zat yang bila masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi tubuh secara fisik dan psikologis sehinga dapat
menimbulkan adiksi. Adiksi berasal dari bahasa Inggris Addictioni yang berarti
ketagihan atau kecanduan. Adiksi membuat seseorang, baik secara fisik maupun
psikologis mengurangi kapasitasnya sebagai manusia untuk berfungsi sebagaimana
mestinya, sehingga membuatnya mengalami perubahan perilaku, menjadi obsesif
konpulsif (dalam menggunakan zat), dengan demikian menggangu hubungannya dengan
orang lain. Dalam bidang psikiatri, istilah adiksi sering dugunakan: misalnya salah satu
instrumen penting yang mengukur keparahan suatu kasus ketergantungan zat adiktif
menggunakan nama Addiction Severity Index yang digunakan di banyak negara.
Gangguan adiksi merupakan gangguan yang bersifat kronis dan kemungkinan
kekambuhan sangat tinggi, yang ditandai dengan: 1). Perilaku konpulsif dalam mencari
NAPZA ketergantungan lainnya, 2) Kehilangan kontrol dalam menggunakan NAPZA
atau ketergantungan lainnya, 3) timbulnya keadaan emosi yang negatif ketika tidak
mendapatkan NAPZA atau ketergantungan lainnya. Ketergantungan zat tidak terjadi
tiba-tiba. Perlu diingat bahwa terjadinya gangguan adiksi melewati beberapa tahapan
yang awalnya coba-coba, menyalahgunakan zat, hingga akhirnya ketergantungan.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan


menjadi tiga golongan:

1. Depresan: adalah jenis NAPZA yang berfungsi memperlambat atau menekan


sistem saraf pusat dan pesan yang dikirim ke otak, juga memperlambat detak
jantung dan pernafasa. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam
dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
Alkohol, Benzodiazepin Opioid, Solven Barbiturat, Kanabis (dosis rendah).

2. Stimulan: adalah jenis NAPZA yang dapat mempercepat atau merangsang kerja
sistem susunan saraf pusat dan pesan ke dan dari otak. Stimulan juga
meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan suhu tubuh dan sering membuat
orang lebih sadar dan waspada. Intoksikasi dari stimulan adanya euforia,
kewaspadaan berlebihan, berdebat, labil, halusinasim gangguan fungsi sosial, ide
paranoid, marah/agresif. Withdrawal dari obat stimulan adalah lesu, letih,
hambatan psikomotor, keinginan untuk konsumsi stimulansia yang kuat, nafsu

2 | Page
makan bertambah, insomnia, atau hipersomnia, mimpi bizar. Zat yang termasuk
golongan ini adalah: Amfetamin, Metamfetamin, Kokain, Nikotin,khat, Kafein,
MMDA.
3. Halusinogen: adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi
yang bersifat merubah perasaan dan pikiran seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga dalam terapi medis. Golongan ini termasuk
LSD, DMT, Meskalin, PCP, Ketamin, Kanabis (dosis tinggi) Magic mushrooms,
dan MDMA.

Berdasarkan jenisnya NAPZA dapat dibagi menjadi beberapa jenis, dibawah


ini yang paling banyak di gunakan di Indonesia:

Jenis NAPZA Efeknya


Alkohol: merupakan salah satu zat psikoaktif  Intoksikasi: euforia, cadel, nistagmus,
yang sering digunakan manusia. Semua ataksia, bradikardi,hipotensi, kejang dan
minuman yang mengandung etanol seperti bir, koma.
wiski, vodka, brem, ciu arak termasuk ke dalam  Keadaan putus alkohol: halusinasi, ilusi (bad
alkohol. dream), kejang, Delirium Tremens, gemetar,
keluhan gastrointestinal, muka merah, mata
merah dan hipertensi.
 Gangguan fisik: mulai dari radang hati
sampai kanker hari, gastritis, ulkus
peptikum, pneumonia, gangguan vaskular
dan jantung, fetal alcohol syndrome.
 Gangguan mental: gangguan Depresi hingga
Skizofrenia.
 Gangguan lain: kecelakaan lalu lintasm
perkelahian, problem domestik dan tindak
kekerasan.
Opioid: merupakan salah satu golongan NAPZA  Masalah fisik: abses pada kulit sampai
yang sangat kuat potensi ketergantungannya, septikemia, infeksi karena emboli, dapat
sehingga disebut dengan julukan “ borror terjadi stroke, endokarditis, hepatitis (B dan
drug”. Termasuk golongan opioid adalah C), HIV/AIDS, injeksi menyebabkan trauma
morfin, petidin, heroin, metadon dan kodein. pada jaringan lokal.
3 | Page
Golongan opioid yang paling banyak  Masalah psikiatrik: gejala putus zat
disalahgunakan adalah: heroin. menyebabkan perilaku agresif, suicide,
Ada 3 cara penggunaa heroin di Indonesia: depresi berat sampai skizofrenia.
 Cara “dragon”: uap heroin yang dipanaskan  Masalah sosial: Gangguan interaksi di rumah
melalui aluminium foil dihirup dengan bibir tangga sampai lingkungan masyarakat,
(menggunakan bong pipa dari uang kertas kecelakaan lalu lintas, perilaku kriminal
atau plastik). sampai tindak kekerasan, gangguan perilaku
 Cara injeksi (cucauw, kipek) dengan sampai anti-sosial (mencuri, mengancam,
menggunakan suntikan (yang disebut insul, menodong, membohon, menipu).
yaitu alat suntik untuk penderita DM)  Intoksikasi:
melalui intravena atau IM.  Nalokson 0,2-0,4 mg ( 1 cc) atau 0,01
 Cara merokok: bubuk heroin dicampurkan mg/kg berat badan IV, IM atau
dengan rokok atau tembakau. subkutan.
 Bila belum berhasil dapat diulang
sesudah 3-10 menit sampai 2-3 kali.
 Pasien dipantau minimal selama 24
jam bila gunakan heroin dan 72 jam
bila menggunakan metadon.
 Waspada kemungkinan timbulnya
gejala putus opioida akibat
pemberian nalakson.
Ganja: daun ganja (termasuk kembangnya)  Intoksikasi: harus terdapat disfungsi perilaku
berasal dari tanaman Cannabis sativa. Bahan atau gangguan persepsi paling tidak satu
aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat gejala: euforia atau disinhibisi, ansietas atau
adiktif, disebut delta tetra hidrokannabinol agitasi, ide paranoid, sensai waktu berjalan
(THK) yang hanya larut dalam lemak. Karena lambat, gangguan daya nilai, halusinasi,
tidak dapat larut dalam air, THK tinggal lama di depersonalisasi, derealisasi.
dalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak  Withdrawal: jarang ditemukan, bila
otak, sehingga menyebabkan brain damage). ditemukan gejala ringan seperti kecemasan,
iritabel, tremor, berkeringan dan nyeri otot.
Tatalaksana: ciptakan suasana yang tenang,  Masalah fisik:
ajak bicara tentang apa yang dialami, jelaskan  Gangguan sistem reproduksi
kondisi ini bersifat sementara dan dalam waktu (infertilitas, menggangu menstruasi,
4-8 jam akan hilang serta berikan Diazepam 10- maturasi organ seksual, kehilangan
4 | Page
30 mg per oral atau parenteral, diulang setiap libido, impotensi).
jam bila diperlukan.  Nafsu makan bertambah, mulut
kering, konjungtiva merah.
 Foetel damage selama kehamilan
 Infeksi sistem pernafasan (sinusitis,
bronchitis menahun)
 Mengandung agen penyebab
timbulnya sel-sel epitel kanker
(carcinogenic agents): kanker paru,
organ pernapasan bagian atas, saluran
pencernaan, leher dan kepala.
 Gangguan kardiovaskular, gangguan
imunitas, emphysema.
 Masalah psikiatri: Gangguan memori sampai
kesulitan belajar, sindrom amotivasional,
ansietas, panik sampai reaksi bingung,
depresi berat sampai suicide, apatis, perilaku
antisosial.
 Masalah sosial: Kenakalan remaja,
hancurnya akademik dan performa bekerja
sampai kehilangan pekerjaan, gangguan
dalam mengendarai kendaraan, terlibat
problema hukum.
 Sebab kematian: suicide, infeksi berat,
tindak kekerasan (termasuk kecelakaan lalu
lintas).
Kokain: Kokain dihasilkan dari daun tumbuhan  Masalah fisik:
yang disebut Erythroxylon coca. Tanaman  Dengan penggunaan snorting dapat
tersebut tumbuh subur di sebelah timu terjadi komplikasi: pilek terus
pegunungan Andes di Amerika Selatan. menerus, sinusitis, epistaksis, luka-
Ada 3 cara penggunaan kokain untuk luka pada rongga hidung, perforasi
memasukkannya ke dalam tubuh yaitu: septum nasi.
 Bubuk kokain (dalam bentuk garam kokain  Dengan suntikan dapat
hidroklorid) langsung inhalasi melalui menyebabkan: infeksi lokal pada

5 | Page
lubang hidung (snorting) . kulit sampai sistemik, abses daerah
 Free-base cocaine, adalah garam kokain kulit, endokarditis bakteri,
yang dikonversikan dengan larutan yang HIV/AIDS.
mudah menguap. Setelah dipanaskan, uap  Inhalasi melalui merokok dapat
inhalasi melalui bibir (merokok), dengan menyebabkan radang tenggorokan,
cepat diabsorbsi melalui membran alveoli. melanoptysis atau sputum berbercak
 Garam kokain yang disuntikkan melalui darah, bronkitis kronis sampai
intravena. pneumonia.
 Masalah psikiatri:
 Toleransi dan ketergantungan: sifat
toleransi tubuh terhadap kokain
sangat cepat, kendati penggunaan
tidak menyadari dosis yang
digunakan semakin meningkat.
Akibatnya, ia tidak mampu
mengendalikan diri, dan untuk
mencukupi kebutuhannya ia
mengonsumsi dengan
mencampurinya dengan zat adiktif
lain (speedball) untuk mendapatkan
efek yang diinginkan.
 Masalah sosial: masalah interpersonal,
masalah finansial, dan masalah pekerjaan.
 Sebab kematian:
 umumnya terjadi karena overdose
(pemakaian lebih dari 1,2 sampai 1,5
gram bubuk kokain asli).
 Pada bayi dapat terjadi Sudden Infact
Death Syndrome (SIDS).
Amfetamin dan turunannya: merupakan  Masalah fisik:
senyawa kimia yang bersifat stimulansia (ATS).  Malnutrisi akibat defisiensi vitamin,
Dulu ampetamin sulfat digolongkan dalam ilmu kehilangan nafsu makan.
kedokteran sebagai obat untuk obesitas, epilepsi,  Denyut jantung meninggi sehingga
narkolepsi dan depresi. Namun sekitar tahun membahayakan bagi mereka yang

6 | Page
1960 dan 1970 disalahgunakan oleh pernah mempunyai riwayat penyakit
siswa/mahasiswa (supaya tahan tidak tidur untuk jantung.
belajar) dan untuk diet agar badan tetap langsing  Gangguan ginjal, emboli paru, stroke,
(pil diet). hepatitis dan HIV/AIDS.
Cara penggunaan ATS tergantung pada jenis  Masalah psikiatri: Perilaku agresif, depresi
yang digunakan: berat sampai suicade, halusinasi, psikosis
 Amfetamin: dapat berupa tablet atau paranoid sampai skizoprenia.
suntikan.  Masalah sosial: tindak kekerasan, kecelakaan
 Ecstasy: digigit dengan gigi sedikit demi lalu lintas, aktivitas kriminal.
sedikit kemudian ditelan.  Sebab kematian: suicide, serangan jantung,
 Shabu: uap yang dipanaskan melalui dehidrasi, sindrom keracunan air.
tabung air kemudian dihisap.
 Melalui bibir (dengan bong plastik
Benzodiazepin  Masalah fisik: penggunaan suntikan dapat
menyebabkan abses, infeksi sistemik,
hepatitis, HIV/AIDS, gangguan
gastrointestinal, gangguan neurologik,
malnutrisi.
 Masalah psikiatri: perilaku agresif terutama
dalam keadaan intoksikasi, anxietas, panik,
withdrawal state menimbulkan agresif dan
violence
 Masalah sosial: menggunakan interaksi
dalam rumah tangga dan lingkungan
masyarakat , masalah marital, berkelaho,
penggunaan finansial terganggu.
 Sebab kematian: kecelakaan lalu lintas,
infeksi sistemik, depresi berat, dehidrasi,
malnutrisi.
Sedatif-Hipnotik  Intoksikasi: Euforia, apatis dan sedari,
marah-marah dan agresif, perasaan labil,
gangguan memusatkan perhatian, amnesia
retrograd, gangguan kemampuan motorik.
 Withdrawal: tremor pada lidah, mual atau

7 | Page
muntah, denyut jantung cepat, hipotensi
postural, insomnia, nyeri kepala, lesu, lemas,
halusinasi, kejang, ide paranoid, agitasi
psikomotor.
 Tatalaksana: Ajak bicara pasien, berikan
rangsangan berupa cubitan dan berikan
flumazenil 1 mg IV selama 1-3 menit.

Cara Kerja NAPZA dan Pengaruhnya Pada Otak

Zat psikoaktif, khususnya NAPZA memiliki sifat-sifat khusus terhadap


jaringan otak: bersifat menekan aktivitas fungsi otak (depresan), merangsang aktivitas
fungsi otak (stimulansi) dan mendatangkan halusinasi (halusinogenik). Karena otak
merupakan pusat perilaku manusia, maka interaksi antara NAPZA (yang masuk ke dalam
tubuh manusia) dengan sel-sel saraf otak dapat menyebabkan terjadinya perubahan
perilaku. Perubahan-perubahan perilaku tersebut tergantung sifat-sifat dan jenis zat yang
masuk ke dalam tubuh. Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab
atas kehidupan perasaan adalah sistem limbus: Hipotalamus adalah bagian bagian dari
sistem limbus, sebagai pusat kenikmatan pada otak. Dalam sel otak terdapat bermacam-
macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan
sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter
itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika
dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui
pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang
paling berperan dalam terjadinya ketergantungan adalah dopamin. Narkoba
menghasilkan perasaan ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak
yang disebut neuro-transmitter. Jika narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan cara ditelan,
dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan biokimiawi neurotransmitter
pada sistem limbus. Karena ada asupan narkoba dari luar, produksi dalam tubuh terhenti
atau terganggu, sehingga ia akan selalu membutuhkan narkoba dari luar. Yang terjadi
pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan.
Jika mengonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa nyaman,
otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan
menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah

8 | Page
kebutuhan batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus
dicari sebagai prioritas sebab menyenangkan

Pemeriksaan Penyalahgunaan Obat

 Pemeriksaan Fisik: Suhu tubuh, pernafasan, tekanan darah, mata, pupil,


kesadaran dan denyut nadi.

 Pemeriksaan Penunjang: pemeriksaan urine

Zat Psikoaktif Lamanya

Amfetamin 2 hari

Benzodiazepin 3 hari

Benzodiazepin jangka panjang 7 hari

Ganja 7-10 hari

Heroin 1-2 hari

Kokain 2-4 hari

Kodein 2 hari

Metadon 3 hari

Morfin 2-5 hari

 Pemeriksaan Psikiatri: mood, afek, pikiran, persepsi, tilikan dan motivasi

Tatalaksana Penyalahgunaan NAPZA

 Detoksifikasi:

1. Menghentikan pemakainan Napza yang dipakai

 Terapi substitusi: penggantian dengan obat yang sesuai,


dilanjutkan dengan penghentian perlahan-lahan yang lebih
manusiawi dan lebih dapat diterima.

 Tempat: berobat jalan (tingkat keberhasilan rendah) dan rawat


inap (tingkat keberhasilan lebih tinggi)

9 | Page
 Evaluasi: evaluasi medis fisik (prioritas) dan evaluasi
psikiatrik/mental untuk mengendalikan suasan perasaan depresi,
paranoid, menghindari drug trafficking, pendekatasn psiko-sosio-
spiritual.

 Jenis obat yang digunakan untuk terapi substitusi:

o Ketergantungan non opioid: Clonidin, Neroleptik,


Analgetik, Sedativa.

o Ketergantungan opioid: Metadon (terapi metadon dan


rumatan metadon), Codein, Buprenorfin, Naltrexon.

2. Menghilangkan Napza dari dalam tubuh, sambil mengatasi gejala lepas


Napza yang timbul dan mengembalikan kemampuan kognitifnya.

 Resosialisasi

 Rehabilitasi: merupakan lanjutan detokfikasi, tujuannya mempertahankan pasien


agar tidak menggunakan NAPZA lagi, sambil memantapkan dan meningkatkan
keadaan fisik, kecerdasan emosi, pendidikan sosial dan vokasional serta
ketahanan spiritual.

Referensi Pendukung:

Elvira, Sylvia. D., Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.[ebook].

Made Ratna Saraswati. 2017. Buku Panduan Belajar KOAS. Denpasar: Udayana
Univesity Press.

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai