Kelas : B
NIM : 019.06.0094
TUGAS ESSAY
VESTIBULITIS
Infeksi pada hidung dapat mengenai hidung luar yaitu bagian kulit hidung, dan rongga
dalam hidung, yaitu bagian mukosanya. Infeksi pada hidung luar bisa berbentuk selulitis dan
vestibulitis. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, infeksi dapat berlangsung akut maupun
kronis, dengan batasan waktu kurang atau lebih dari 12 minggu. Mikroorganisme penyebab
infeksi terdiri dari virus, bakteri non spesifik, bakteri spesifik dan jamur. Infeksi hidung dapat
disebabkan oleh satu mikroorganisme atau beberapa mikroorganisme dan mengakibatkan
infeksi primer, sekunder atau infeksi multipel.
Vestibulitis merupakan infeksi pada kulit vestibulum. Biasanya terjadi karena iritasi
dari sekret dari rongga hidung (rinore) akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan
hipersekresi sel goblet dan kelenjar seromusinosa. Bisa juga akibat trauma karena di korek-
korek. Hal ini menyebabkan terjadinya infeksi dari kuman Staphylococcus aureus.
Meskipun belum ada penelitian hingga saat ini tentang insidensi atau prevalensi nasal
vestibulitis, pada umumnya nasal vestibulitis diderita pada usia tua.
Vestibulitis dapat berupa infeksi pada pangkal akar rambut atau keropeng disekitar
lubang hidung. Infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan berupa bisul. Infeksi juga dapat
menyebar ke bawah kulit, bahkan kadang kalanya sampai mengenai ke pembuluh darah otak
dan menginfeksi otak. Gejala-gejala yang ditemukan antara lain adanya rasa nyeri,
kemerahan, atau benjolan pada lubang hidung bagian depan. Jika infeksi menyebar, maka
1
kulit bisa menjadi sangat merah, membengkak, dan panas. Infeksi yang mengenai pembuluh
darah dikepala bisa menyebabkan pembengkakan atau penonjolan mata, penglihatan ganda,
atau penurunan pengelihatan.
Komplikasi bisa sangat serius seperti selulitis, abses, dan trombosis dari sinus
cavernosus. Kemungkinana trombosis sinus cavernosus harus selalu dicurigai, hal ini dapat
terjadi karena penyebaran infeksi secara retrograde lewat vena. Kondisi ini menimbulkan
keadaan yang serius, yang sering diikuti dengan kebutaan atau bahkan kematian. Awalnya
pasien mengeluh sakit kepala, dan nyeri sampai parestesis nervus trigeminal yang diikuti oleh
2
neuropati nervus kranial yang lain, menyebabkan ophthalmoplegia. Pemberian cepat
antibiotik intravena dosis tinggi dapat mengurangi hinga 10-27%.
Referensi:
Soepardi, E., Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
THT Kepala dan Leher.7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.[ebook].