Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY

INTOKSIKASI ALKOHOL (METANOL)

BLOK DIGESTIF II

DISUSUN OLEH:

Nama : Yuni Asmilawati


NIM : 019.06.0094
Kelas :B

Dosen: dr. I Made Dwija Suarjana, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2020/2021

1|Page
INTOKSIKASI ALKOHOL (METANOL)

Alkohol merupakan zat kimia yang banyak beredar dan mudah ditemukan ditengah-
tengah masyarakat sebagai produk minuman, obat-obatan, bahan-bahan rumah tangga dan
industri. Keracunan alkohol biasanya terjadi akibat penyalahgunaan minuman yang
mengandung alkohol atau pada populasi tertentu terjadi akibat minum produk-produk rumah
tangga atau industri yang mengandung alkohol. Keracunan alkohol merupakan konsekuensi
yang bisa diprediksi bila seseorang minum alkohol dalam volume besar dalam jangka waktu
pendek. Keracunan alkohol tercatat dalam international Classification of Disease (ICD-10
pada F10.0) sebagai sindroma klinis, berupa kondisi transient yang meliputi gangguan derajat
kesadaran, kognitif, persepsi, muntah, pupil mata dilatasi, serta fungsi dan respon
psikofisiologis lainnya yang terjadi setelah pemakaian alkohol. Diperkirakan lebih dari 50%
orang dewasa didunia minum alkohol. Data prevalensi keracunan alkohol secara global dan
di Indonesia sangat sulit ditemukan. Di Australia dijumpai 29% kelompok remaja dan dewasa
minum etanol pada kadar yang menyebabkan keracunan. Sedangkan keracunan metanol
biasanya terjadi secara sporadis karena kecelakaan atau berupa wabah keracunan massal
akibat meminum minuman keras oplosan tradisional yang berisi campuran metanol dan
etanol.
Metanol (metil alkohol, CH3OH) merupakan jenis alkohol yang paling sederhana,
sangat ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, bau khas sedikit lebih manis
daripada etanol. Metanol digunakan sebagai untuk produk-produk industri dan juga sebagai
campuran dengan etanol untuk minuman keras tradisional. Produk-produk industri yang
memakai metanol adalah cairan pembersih kaca, penghilang cat, larutan pembersih otomotif,
parfum dan sebagai pelarut. Intoksikasi metanol merupakan tindakan dimana seseorang
mengkonsumsi metanol yang kemudian terjadi gangguan pada saraf optik, asidosis metabolik
dan kematian. Pajanan metanol pada manusia dapat berasal dari berbagai macam sumber,
baik udara,tanah, air permukaan maupun air tanag. Jalur pajanan metanol dapat bervariasi,
yaitu dapat melalui inhalasi, kontak kulit, mata, oral, ingesti serta injeksi. Namun pada tempat
kerja, jalur pajanan terutama terjadi melalui inhalasi dan kontak kulit.
- Inhalasi: Pada umumnya merupakan jalur pajanan bagi keracunan metanol yang
berwujud debu/partikel, gas, asap, atau uap. Ketika toksin masuk lewat inhalasi, bahan
tersebut dapat dikeluarkan kembali lewat ekshalasi atau dapat menetap dalam saluran
pernapasan dan menimbulkan gangguan. Keracunan metanol melalui inhalasi
menyebabkan depresi CNS berupa sakit kepala, lemas, mengantuk, kepala terasa ringan,

2|Page
mual, sulit bernapas, iritasi mata, penghilatan kabur, kehilangan kesadaran, vertigo,
kelelahan, kejang dan mungkin kematian.
- Melalui Kulit: Merupakan pajanan yang berwujud cair dengan kemampuan menguap
(volatilitas) rendah. Selain itu, dapat juga menjadi jalur masuk bahan mengandung
metanol zat padat. Berbagai toksin dapat melewati pelindung atau penghalanf kulit (skin
barrier), diserap oleh sistem sirkulasi dan disebabkan ke seluruh organ internal, hingga
menimbulkan gangguan. Keracunan metanol melalui kontak kulit menyebabkan kulit
kering, terkelupas dan radang.
- Melalui Mata: Mata sangat sensitif terhadap pajanan bahan mengandung metanol.
Bahkan pajanan singkat toksikan dalam memberi efek lokal serius dalam mata. Selain
itu, toksikan dapat pula diserap oleh pembuluh darah mata dan disebarkan ke seluruh
tubuh. Keracunan metanol melalui mata menyebabkan iritasi mata termasuk sensasi
terbakar, berair, kemerahan, atau bengkak, konjungtivitas yang dapat berkembang
menjadi kebutaan permanen.
- Melalui Oral: Keracunan metanol melalui oral dapat melalui minuman keras oplosan
campuran metanol dan etanol. Efek ke tubuh dapat menyebabkan depresi CNS berupa
sakit kepala, lemas, mengantuk, kepala terasa ringan, mual, sulit bernapas, iritasi mata,
penglihatan kabur, kehilangan kesadaran, vertigo, kelelahan, kejang dan mungkin
kematina.
Sebagian besar keracunan alkohol terjadi setelah diminum. Setelah diminum, absorpsi
dengan cepat terjadi di saluran cerna. Setelah diabsorpsi volume distribusinya hampir sama
dengan cairan tubuh, konsentrasi puncak dalam darah tercapai dalam waktu 30-60 menit.
Secara bertahap metabolisme kemudian terjadi di hati atau diekskresikan melalui ginjal.
Volume distribusi untuk metanol di dalam tubuh (Vd= 0,6-0,77 L/Kg), waktu paruh berkisar
dari 3-20 jam selama dialisis terjadi penurunan waktu paruh 2,6 jam. Proses oksidasi alkohol,
pertama kali dikatalisasi oleh enzim alkohol dehydrogenase (ADH) yang terdapat di hati.
Proses ini merupakan tahap penting dalam biotransformasi metanol menjadi formaldehid,
etanol menjadi asetaldehid, etilen glikol menjadi glikoaldehid, propilen glikol menjadi
laktaldehid.

1.1 Jalur Metabolisme Metanol

3|Page
Dosis toksis metanol berkisar antara 15-500 cc larutan yang mengandung metanol
40% sampai 60-600 cc metanol murni. Keracunan metanol diawali dengan mabuk ringan dan
mengantuk. Kemudian diikuti fase laten (40-72 jam) yang merupakan periode tanpa gejala,
akibat lambatnya produksi formaldehid dan asam format. Fase ini diikuti oleh munculnya
asidosis metabolik, anion gap dan gangguan penglihatan. Dalam beberapa jam pertama
setelah mengkonsumsi metanol akan mabuk dan mengalami gastritis, akan terlihat juga
gangguan nilai osmolar gap. Selanjutnya setelah fase laten hingga 30 jam akan terjadi
gangguan nilai osmolar gap yang lebih berat dengan metabolit asidosis, gangguan
penglihatan bahkan bisa terjadi kebutaan, kejang, koma, penyakit ginjal akut dengan
mioglobinuria dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Diagnosis keracunan metanol dapat ditegakkan berdasarkan gejala klasik dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:
- Anamnesis: Perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah, waktu dan jenis alkohol yang
diminum, awitan gejala, riwayat pemakaian alkohol yang kronis dan episode keracunan
berulang. Petunjuk diagnosis keracunan metanol adalah adanya keluhan gangguan
penglihatan seperti berkabut atau buta.
- Pemeriksaan Fisik: Perlu dilakukan berulang untuk memantau perubahan-perubahan
spesifik yang berkaitan dengan keracunan masing-masing jenis alkohol. Petunjuk
diagnosis keracunan metanol adalah dijumpai gambaran khas hiperemis diskus optikus
dan edema peripapiler pada pemeriksaan mata.
- Pemeriksaan penunjang: Dapat dilakukan test laboratorium dan test imaging. Test
laboratorium, 1) Profil renal, didapatkan kadar bikarbonat yang rendah, 2) serum
osmolalitas, didapatkan peningkatan osmolalitas serum, 3) serum amilase, 4) level
serum metanol. Test imaging dapat dilakukan CT Scan dan MRI.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus GERD dapat berupa non farmakologi
dan farmakologi. 1) Non farmakologi dilakukan dengan mempertahankan jalan nafas agar
tetap baik, jika diperlukan dapat diberikan bantuan pernafasan, dekontaminasi untuk
mencegah absorbsi alkohol, dilakukan dengan cara mengeluarkan alkohol dari saluran cerna
melalui induksi muntah, kumbah lambung dan pemberian arang aktif. 2) Farmakologi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Penghambat alkohol dehydrogenase: ADH akan menghambat bioaktivitas metanol
menjadi asam toksik. Indikasi pemberian penghambat alkohol dehydrogenase meliputi

4|Page
konsentrasi plasma metanol > 20 mg/dl atau riwayat minum metanol dengan osmolal gap
serum > 10 mOsm/L.
- Sodium Bikarbonat: Dapat diberikan untuk mengkoreksi asidosis metabolik, dan
menghambat penetrasi asam format ke dalam jaringan ikat end-organ seperti retina. Dosis
yang dianjurkan adalah 1-2 meq/Kg IV bolus pada setiap pasien dengan pH dibawah 7,3.
- Hemodialisis: Adalah cara yang paling cepat mengeluarkan metabolik asam toksik dan
metanol. Indikasi hemodialisis bila terjadi asidosis metabolik (pH darah 7.25-7.30),
abnormalitas penglihatan, gagal ginjal, gangguan elektrolit yang tidak membaik dengan
pengobatan konvensional dan kadar metanol serum > 50 mg/dl.

Komplikasi keracunan metanol meliputi kebutaan permanen , hiperkalemia, asidosis


laktat, asidosis metabolik, depresi kardiovaskular, gagal napas akut, pneumonia aspirasi,
gagal ginjal akut, perdarahan intrakranial dan koma. Sedangkan untuk prognosis buruk bila
kadar pH < 7,1, asidosis laktat, koma yang berat, hipotensi yang berat dan kadar serum
metanol > 50 sampai 100 mg/dl, dan keterlambatan rawat inap > 24 jam setelah keracunan
metanol. Kematian disebabkan karena komplikasi asidosis metabolik seperti koma, kolaps
kardiovaskular, edema serebri dan edema paru. Angka kematian keracunan metanol
dilaporkan sebesar 48%.

Referensi Penunjang
Tanto, Christ, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Ed:5 , Jilid II Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014 . Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing.

5|Page

Anda mungkin juga menyukai