DISUSUN OLEH :
GUSTI AYU RATIH WULANDARI
(211310843)
DOSEN PENGAMPU :
NYOMAN SUDARMA, S.Si.,M.Si
B. TUJUAN :
1) Memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu
sebanding dengan kenaikan suhu, reaksi enzimtik mempunyai suhu
optimum.
2) Membuktikan bahwa keasaman (PH) mempengaruhi kecepatan reaksi
enzimatik.
3) Membuktikan bahwa kecepatan raksi enzimatik berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim.
C. DASAR TEORI
F. HASIL PENGAMATAN
1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas Enzim.
NO PERUBAHAN WARNA
TABUNG SUHU
UJI IODINE UJI BENEDICT
G. PEMBAHASAN
1. Hasil percobaan pengaruh suhu pada aktivitas enzim
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
aktivitas enzim amilase. Semakin tinggi suhu, maka laju reaksinya akan
semakin naik karena proses inaktivasi enzim meningkat karena terjadi
denaturasi. Proses denaturasi terjadi karena enzim juga merupakan protein.
Tetapi, aktivitas enzim akan menurun drastis apabila telah mencapai batas
suhu maksimumnya. Waktu pemanasan mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas dan intensitas warna enzim. Semakin lama waktu
pemanasan,maka intensitas warnanya akan semakin gelap karena aktivitas
enzim akan semakin turun dan enzim akan memecah sehingga aktivitas
enzim akan berhenti ditandai dengan warna larutan yang semakin gelap.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan larutan amilum2 % dan 2 ml
larutan enzim amilase (ekstrak kecai). pada uji iodium tabung pertama
yang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi es yaitu pada suhu 0ᵒ
mengalami perubahan warna yaitu coklat kehitaman. Seharusnya, pada
suhu ini enzim dalam keadaan inaktif. Namun, ada sedikit kesalahan yang
mungkin disebabkan karena kurang cepatnya praktikummengisolasi enzim
sehingga enzim telah bereaksi pada suhu kamar dan akibatnya ada sedikit
aktivitas enzim yang terjadi.Sehingga kemungkinan besar temperatur yang
diinginkan 0ᵒC tidak dapat tercapai.Untuk tabung kedua yang disimpan
pada suhu kamar yaitu pada suhu 25-30ᵒC menunjukkan warna coklat
kekuningan. Dan untuk tabung ketiga yang dimasukkan ke dalam
penangas air dengan suhu 37-40ᵒ C menunjukkan warna hitam kecoklatan.
Pada percobaan ini perubahan warna yang terjadi benar karena suhu yang
kurang dari 40ᵒC akan semakin jernih. Seperti yang dapat dilihat, pada
suhu 37-40ᵒC menunjukkan warna hitam kecoklatan dan pada suhu 25-
30ᵒC menunjukkan warna coklat kekuningan.Hal ini menunjukkan pada
suhu optimum, enzim amilase dapat menjalankan fungsinya mengubah
amilum menjadi maltosa.Dan untuk tabung keempat yang dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 75-80ᵒC menunjukkan warna hitam
pekat. Ini disebabkan karena semakin tinggi suhu, maka laju reaksinya
akan semakin naik karena proses inaktivasi enzim meningkat karena
terjadinya denaturasi. Proses denaturasi terjadi karena enzim juga
merupakan protein.Waktu pemanasan mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas dan intensitas warna enzim. Semakin lama waktu
pemanasan,maka intensitas warnanya akan semakin gelap karena aktivitas
enzim akan semakin turun dan enzim akan memecah sehingga aktivitas
enzim akan berhenti yang ditandai dengan warna larutan yang semakin
gelap yang pada percobaan ini ditunjukkan dengan warna hitam pekat.
Sedangkan pada uji benedic tidak terjadi perubahan warna maupun
endapan merah batau yang seharusnya terjadi, melainkan pada keempat
tabung menunjukkan warna yang sama. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
kesalahan saat hendak mengisolasi, sehingga reaksi yang diinginkan tidak
dapat tercapai.
2. Berdasarkan hasil percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa larutan amilum
yang di campur enzim amilase dan di tetesi dengan HCl yang membuat
lingkungan pada tabung menjadi asam. Ketika di tetesi iodium, larutan
menghasilkan warna biru muda. Hal ini mengindikasikan bahwa enzim
amilase tidak dapat memecah amilum. Enzim amilase mengalami
denaturasi karena perlakuan asam. Ketika enzim amilase rusak karena pH,
maka tidak terbentuk titik akromatik. Berdasarkan hasil percobaan pada
tabung kedua, larutan di isi amilum dan enzim amilase dan di tetesi
aquades sehingga larutan pada tabung menjadi netral. Setelah di inkubasi
pada suhu 37C, larutan kemudian di tetesi larutan iodium dan
menghasilkan warna kuning yang mengindikasikan telah terjadi titik
akromatik. Enzim amilase tidak mengalami denaturasi pada pH netral dan
mampu memecah amilum. Berdasarkan hasil percobaan pada tabung
ketiga, larutan di isi amilum dan enzim amilase dan di tetesi Na2CO3 yang
membuat kondisi pada tabung menjadi basa. Ketika di tetesi iodium,
larutan menghasilkan warna kuning pucat dan tidak menunjukkan adanya
titik akromatik. Hal ini di karenakan enzim amilase mengalami denaturasi
pada kondisi basa dan mengakibatkan enzim amylase tidak dapat
memecah amilum. Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan
pereaksi benedict yang bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya gula
pereduksi. Pada tabung 1, suasana asam pada larutan menghasilkan warna
biru muda dan endapan merah bata. Pada tabung 2, suasana netral
menghasilkan warna hijau dan endapan merah bata. Pada tabung 3,
suasana basa menghasilkan warna hijau dan endapan merah bata.
Kecepatan terbentuknya endapan merah bata dari ketiga tabung tersebut
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa enzim bekerja pada pH
tertentu, umumnya pada pH 6,8 – 7, dimana setiap enzim mempunyai pH
optimum yang khas. pH pada suatu enzim tidak boleh terlalu asam ataupun
terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya
denaturasi. Pada kisaran pH tertentu enzim mempunyai kestabilan yang
tinggi.
3. Berdasarkan hasil percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap
aktivitas enzim
Pada percobaan ini, digunakan 3 tabung dengan konsentrasi amilum yang
sama yaitu 2 mL, namun pada konsentrasi amylase yang berbeda. Pad
tabung 1 dengan konsentrasi amiase 4 ml, diuji dengan iodium
menunjukkan warna ungu muda, dan diuji dengan benedict menunjukkan
warna biru muda, endapan biru. Tabung 2 dengan konsentrasi amylase 2
mL, duji dengan iodium menghasilkan warna ungu, dan diuji dengan
benedict menghasilkan warna biru keruh, dengan endapan warna kuning,
sedangkan tabung 3, dengan konsentrasi amylase 1 mL, dengan iodium
menunjukkan warna ungu pekat dan diuji dengan benedict menunjukkan
warna biru muda tanpa endapan. Secara berturut-turut warna yang
diperoleh dari konsentrasi amylase yang tinggi, yang diuji dengan iodium
dan benedict menghasilkan warna yang semakin memudar. Ini
menunjukkan enzim amylase semakin efektif dalam menghidrolisis
amilum menjadi monosakarida. Hal ini menunjukkan, bahwasemakin
tinggi konsentrasi enzim, maka semakin efektf dalam mengkatalisis
substrat.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan :
1. Suhu sangat mempengaruhi aktivitas enzim.
2. Aktivitas enzim akan cepat pada suhu optimum, namun jika melewati suhu
optimum maka aktivitasnya akan menurun. Jika suhu tinggi maka akan
mempercepat pemecahan atau perusakan enzim
3. pH pada suatu enzim tidak boleh terlalu asam ataupun terlalu basa karena
akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi. Pada
kisaran pH tertentu enzim mempunyai kestabilan yang tinggi. Enzim
bekerja pada kisaran pH tertentu dan umumnya tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim menunjukkan kerja maksimum pada pH optimum,
antara 6,8 – 7 dan pada kisaran tersebut enzim mempunyai kestabilan yang
tinggi
4. Konsentrasi amylase yang semakin tinggi, diuji dengan iodium dan
benedict, menghasilkan warna yang semakin memudar. Ini artinya enzim
amylase semakin efektif dalam menghidrolisis amilum menjadi
monosakarida. Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi konsentrasi
enzim maka semakin efektif dalam mengkatalisis substrat.
DAFTAR PUSTAKA
Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta:
EGC
Poedjaji, Anna dan Supriyanti, F.M Titin.2009. Dasar – Dasar Biokimia. Jakrta:
Erlangga