MODUL 3.2
Penanggung Jawab:
DEPARTEMEN BIOKIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2021/2022
1
2
PERTEMUAN 1
PERCOBAAN ENZIM
PENDAHULUAN
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai
reaksi kimia dalam keadaaan biologik. Hampir tiap reaksi kimia dalam sistem biologis dikatalis
oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari
sel tanpa merusak fungsinya.
Enzim terdistribusi di tempat – tempat tertentu di dalam sel, kurang lebih sesuai dengan
golongan dan fungsinya. Sebagai contoh enzim yang bekerja dalam sintesis DNA terdapat di
dalam inti sel. Enzim yang bekerja menghasilkan energi secara aerob terdapat di dalam
mitokondria. Enzim yang bekerja dalam sintesis protein terdapat dalam ribosom.
Analisis enzim dalam serum pada dasarnya dapat dipakai untuk diagnosis berbagai
penyakit. Dasar penggunaan enzim sebagai penunjang diagnosis adalah :
1. Pada hakikatnya, sebagian besar enzim terdapat dan bekerja dalam sel
2. Bahwa enzim tertentu dibuat dalam jumlah besar oleh jaringan tertentu.
Karena itu, enzim intrasel seharusnya tidak ditemukan dalam serum dan bila ditemukan,
berarti sel yang memproduksinya mengalami disintegrasi.
Bila enzim yang diukur dalam serum terutama yang diproduksi oleh jaringan atau organ
spesifik, maka peningkatan aktivitas dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan
atau organ tersebut.
Penggolongan Enzim
Kerja enzim sangat spesifik. Suatu enzim dapat mengkatalis 1 atau beberapa reaksi saja.
Meskipun ada ribuan enzim yang disintesis makhluk hidup, namun reaksi yang dikatalis enzim
ternyata dapat digolongkan menjadi 6 macam reaksi saja, yaitu :
3
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Seperti molekul protein lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor fisiko – kimia. Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang relatif ketat. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kerka enzim antara lain suhu, pH, oksidasi oleh udara atau senyawa lain,
penyinaran (ultraviolet, sinar X, α, β dan γ. Di samping itu, kecepatan reaksi enzimatik
dipengaruhi pula oleh konsentrasi enzim maupun substratnya.
1. Pengaruh suhu
Suhu rendah, mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim menjadi inaktif.
Dengan kenaikan suhu, enzim mulai bekerja sebagian dan menjadi sangat aktif pada suhu
optimum. Bila suhu ditingkatkan terus di atas suhu optimum, kecepatan kerja enzim akan
berkurang karena sejumlah enzim mulai mengalami denaturasi. Kecepatan enzim
mencapai puncaknya pada suhu optimum.
2. Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan pH maksimum antara 5.0 dampai 9,0. Kecepatan enzimatik mencapai
puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum sangat rendah
seperti pepsin (pH optimum 2,0). Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan
mengalami denaturasi yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.
Kecepatan kerja enzim mencapai puncak pada pH optimum.
4
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat
dikatakan kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim
[E]. Makin besar konsentrasi enzim, makin cepat reaksi yang terjadi.
5
1.1 PERCOBAAN 1 : PENGARUH KADAR ENZIM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
No Alat Bahan
1. Tabung reaksi Liur (sebagai sumber amylase) : tampung
2 ml liur
2. Penangas air Larutan pati 0,4 mg/dL
3. Spektrofotometer Larutan yodium
4. Aquades
CARA KERJA :
1. Encerkan liur 100 x, 200 x, 300 x, 400 x dan 500 x dengan air suling
2. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda B untuk
blanko dan U untuk Uji.
3. Pipetkan dalam tiap – tiap tabung :
LARUTAN TABUNG B TABUNG U
Larutan pati 1 ml 1 ml
Keram pada suhu 37oC paling sedikit 5 menit
Liur (diencerkan 100 kali – - 200 μl
500 kali)
Campurkan baik- baik, keram tepat 1 menit
Larutan iodium 1 ml 1 ml
Air suling 8 ml 8 ml
4. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm> Hitung selisih serapan (delta A)
antara tabung B (A pada t=0 menit) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
5. Buatlah tabel berikut :
PENGENCERAN AB AU Delta A/menit (v)
ENZIM
500 X
400 X
300 X
200 X
100 X
6
6. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enxzimatik (v= delta
A/menit) dengan konsentrasi pengenceran enzim
7
1.2 PERCOBAAN 2 : PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
PRINSIP DASAR : suhu sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversible. Kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan kerja enzim
sampai mencapai suhu optimum. Bila suhu terus dinaikkan melebihi
suhu optimum kerja enzim akan menurun karena terjadi denaturasi
enzim yang bersifat irreversible.
No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Liur (sebagai sumber amylase) 2 ml
2 Penangas air Larutan pati 0,4 mg/dL
3 Spektrofotometer Larutan yodium
4 Aquades
5 Es
CARA KERJA :
8
6. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm> Hitung selisih serapan (delta A)
antara tabung B (A pada t=0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu.
7. Buatlah tabel berikut :
SUHU AB AU Delta A/menit (v)
o
0 C
25 oC
37 oC
60 oC
100 oC
8. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v= delta
A/menit) dengan suhu.
9
1.3 PERCOBAAN 3 : PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
PRINSIP DASAR : Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja
maksimum pada PH optimum. Di luar pH optimum aktivitas enzim dapat
terganggu.
No Alat Bahan
1. Tabung reaksi Liur (sebagai sumber amylase) : tampung
2 ml liur
2. Penangas air Larutan pati 0,4 mg/dL dilarutkan dalam
berbagai pH. (1,3,5,7,9 dan 11)
3. Spektrofotometer Larutan yodium
CARA KERJA :
4. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (delta A)
antara tabung B (A pada t=0 menit) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
10
6. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enxzimatik (v= delta
A/menit) dengan pH.
11
1.4 PERCOBAAN 4 : UJI BIURET
PRINSIP DASAR : Protein terdiri asam amino – asam amino yang terhubung melalui ikatan
peptida. Ikatan peptida pada protein dan polipeptida, bila direaksikan
dengan Cu2+ dalam suasana alkali akan berwarna lembayung. Reaksi ini
positif
CARA KERJA :
12
PERTEMUAN 2
PERCOBAAN KARBOHIDRAT
PENDAHULUAN
1. Mono- sakarida Disebut juga “gula sederhana” karena tidak Contoh : glukosa,
bisa dihidrolisis lebih lanjut tanpa kehilangan fruktosa, galaktosa,
sifat gulanya. asam askorbat, dll
2. Di – sakarida Karbohidrat yang apabila dihidrolisis Contoh : maltosa,
menghasilkan dua monosakarida. Kedua laktosa, sukrosa
monosakarida dihubungkan dengan ikatan
glikosida.
3. Oligo- sakarida Karbohidrat yang apabila dihidrolisis
menghasilkan 3 – 10 monosakarida
4. Poli- sakarida Karbohidrat yang apabila dihidrolisis Contoh : amilum
menghasilkan > 10 monosakarida (pati), glikogen,
inulin, selulosa.
1. Monosakarida
Semua “gula sederhana” memiliki gugus gula bebas yang mempunyai arti penting dalam
identifikasi jenis – jenis karbohidrat. Gugus tersebut adalah aldehid bebas atau keton bebas.
Contoh aldosa
13
Contoh ketosa
2. Disakarida
Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida
yang sama atau berlainan, misalnya sukrosa, maltosa, laktosa, dan trehalosa. Kedua
monosakarida bergabung dengan ikatan glikosida.
Glukosa fruktosa
Glukosa glukosa
Glukosa galaktosa
3. Polisakarida
Dalam golongan ini termasuk gula-gula yang menghasilkan lebih dari 10 molekul
monosakarida pada hidrolisis, misalnya pati dan glikogen.
Polisakarida dapat dibedakan atas :
1. Homopolisakarida, yang pada hidrolisisnya meghasilkan satu macam karbohidrat.
Polisakarida yang pada hidrolisisnya menghasilkan heksosa disebut heksosan, misalnya
glikogen, pati, dan selulosa. Polisakarida yang menghasilkan pentosa disebut pentosan,
misalnya gummi arabikum.
2. Heteropolisakarida, yag menghasilkan beberapa macam karbohidrat, misalnya asam
hialuronat yag mengandung N-asetiglukosamin dan asam glukuronat.
14
Contoh polisakarida :
1. Pati (Amilum)
• Polisakarida ini merupakan cadangan makanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya pada
gandum, kacang, umbi, dsb.
• Pati terdiri atas 2 bagian : amilosa (15-20%) dan amilopektin (80-85%)
• Berat molekul pati berkisar antara 50.000 sampai beberapa juta.
• Hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut
akan terbentuk amilodekstrin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin
yang memberi warna merah dengan iodium, serta berturut-turut akrodekstrin, maltosa dan
glukosa yang tidak memberi warna dengan iodium.
2. Glikogen
• Polisakarida ini, yang terdapat pada hewan disebut juga sebagai “animal starch”.
• Molekulnya lebih kecil daripada pati.
• Glikogen tidak mereduksi larutan Benedict, dan
• Dengan iodium memberi warna merah.
3. Inulin
4. Selulosa
15
1.1 PERCOBAAN 1 : TEST YODIUM
No Alat Bahan
1 Tabung reaksi Larutan Yodium (Pereaksi Lugol)
2 7 Bahan makanan : pisang, nasi, kentang,
jagung, ubi kayu, tahu, putih telur, kuning
telur.
3 7 Larutan sampel : larutan pati, laktosa,
maltosa, sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa. (masing – masing larutan
sampel disembunyikan identitasnya)
CARA KERJA :
1. Masing – masing zat makanan padat digerus terlebih dahulu sampai halus.
2. Sedangkan untuk zat makanan cair / larutan sampel, ambil 1 ml larutan
3. Kemudian berikan 3-5 tetes larutan yodium.
4. Perhatikan zat makanan dan larutan sampel mana yang berubah menjadi biru kehitaman
(mengandung yodium)
PRINSIP DASAR : gugus aldehid pada gula akan mereduksi CuSO4 dalam suasana alkali
sehingga menghasilkan senyawa Cu2O yang berwarna merah bata.
No Alat Bahan
1. Tabung reaksi Pereaksi Benedict
2. Lampu spritus 7 Larutan sampel : larutan pati, laktosa, maltosa, sukrosa,
glukosa, fruktosa, galaktosa. (masing – masing larutan
sampel disembunyikan identitasnya)
3. Penjepit tabung Vitamin C (asam askorbat)
reaksi
16
CARA KERJA :
1. Siapkan 7 tabung, beri label. Isi masing – masingnya dengan 2 ml pereaksi Benedict
2. Tambahkan 2 ml larutan sampel 1 pada tabung 1, 2 ml larutan sampel 2 pada tabung 2 dan
demikian seterusnya.
3. Panaskan di atas api selama 1 menit
4. Perhatikan apakah terbentuk warna merah bata (hasil positif).
5. Larutan sampel yang memberikan hasil positif berarti memiliki gugus aldehid bebas.
6. Lakukan juga tes Benedict pada vitamin C. bagaimanakah hasilnya? Mengapa demikian?
PRINSIP DASAR : Fruktosa mengandung gugus keton. Ketosa lebih cepat mengalami
dehidrasi dibandingkan aldosa. Fruktosa akan menjadi derivat furfural
yang bila direaksikan dengan recolsinol (Seliwanoff) akan membentuk
kompleks berwarna merah coklat.
No Alat Bahan
4. Tabung reaksi Pereaksi Seliwanoff
5. Lampu spritus 7 Larutan sampel : larutan pati, laktosa,
maltosa, sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa. (masing – masing larutan
sampel disembunyikan identitasnya)
6. Penjepit tabung
reaksi
CARA KERJA :
1. Siapkan 7 tabung, beri label. Isi masing – masingnya dengan 2 ml pereaksi Seliwanoff
2. Tambahkan 2 ml larutan sampel 1 pada tabung 1, 2 ml larutan sampel 2 pada tabung 2 dan
demikian seterusnya.
3. Panaskan di atas api selama 1 menit
4. Perhatikan apakah terbentuk warna merah coklat (hasil positif). Larutan sampel yang
memberikan hasil positif berarti memiliki gugus aldehid bebas
5. Identifikasi manakah sampel yang mengandung aldehid bebas
17
1.4 PERCOBAAN 4 : TEST MOLISH
TUJUAN :
CARA KERJA :
18
1.5 PERCOBAAN 5 : TEST BARFOED
CARA KERJA :
19
PERTEMUAN 3
PEMERIKSAAN LIPID SECARA KUANTITATIF
A. DEFINISI LIPID
Untuk memberikan definisi yang jelas mengenai lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Walaupun demikian
para ahli biokimia bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika
seperti lemak, dimasukkan dalam satu golongan yang disebut lipid.
1. Lipid sederhana
Yaitu ester asam lemak dengan alkohol, misalnya :
• lemak (gliserida),
• Minyak → lemak yang berbentuk cair pada suhu kamar
• Lilin (waxes) →ester asam lemak dengan alkohol alifatik yang memiliki
rantai panjang.
1. Fosfolipid → pada hidrolisis menghasilkan asam lemak, gliserol, asam fosfat dan
senyawa-senyawa lain.
Contoh : Fosfatidil kolin (lesitin) yang mengandung asam fosfatidat dan kolin.
2. Glikolipid (serebrosida) → mengandung asam lemak, sfingosin dan karbohidrat.
Contoh : kerasin, serebron, nervon, oksinervon.
3. Derivat lipid → semua senyawa hasil hidrolisis yang masih mempunyai sifat-sifat
seperti lemak. Misalnya :
1. Asam lemak
• Asam lemak jenuh → rantai karbon jenuh (tanpa ikatan rangkap)
Umumnya asam-asam lemak yang terdapat di dalam alam mengandung jumlah
atom C genap (asetat, butirat, asam kaproat, asam laurat, asam stearat, asam
arakidat, asam lignoserat).
20
• Asam lemak tidak jenuh → mengandung ikatan rangkap.
Contoh : asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam arakidonat.
• Asam lemak dengan rantai berbentuk siklis, contohnya prostaglandin.
2. Sterol → kolesterol
3. Vitamin A, D, E dan K
• Tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam pelarut-pelarut non polar seperti eter,
kloroform, alkohol panas dan benzena.
• Pada umumnya lemak tidak mempunyai rasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Warna
lemak / minyak yang terdapat di alam disebabkan oleh bermacam-macam pigmen.
• Titik lebur tiap lemak ditentukan oleh asam lemaknya. Sifat ini dapat dipakai untuk
memisahkan campuran bermacam-macam asam lemak.
• Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam lemak mudah mengalami oksidasi dan
menyebabkan lemak berbau tengik (rancid).
• Asam-asam lemak tak jenuh dapat menghilangkan warna iodium. Ini disebabkan karena
addisi iodium pada ikatan rangkap.
KOLESTEROL
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam, kolesterol terdapat
hampir pada semua sel hewan dan manusia. Kolesterol terdapat dalam tubuh berasal dari 2
sumber :
21
1.1 PENENTUAN KADAR KOLESTEROL TOTAL MONOREAGEN
TUJUAN :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kolesterol secara kuantitatif dengan
menggunakan spektrofotometer.
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil yang diperoleh.
PRINSIP :
Seluruh ester kolesterol yang terdapat di plasma dihidrolisis secara kuantitatif menjadi
kolesterol bebas dan asam lemak oleh enzim kolesterol esterase. Dengan adanya oksigen,
kolesterol bebas kemudian dioksidasi oleh kolesterol oksidase menjadi kolesten dan
H2O2. Reaksi H2O2 dengan p-chlorophenol dan 4-aminoantipirine oleh enzim
peroksidase akan membentuk zat warna quinonemine. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi kolesterol dan dapat diukur secara fotometer dengan
gelombang antara 480-520 nm.
REAKSI
CHE
CHO
POD
SPESIMEN
REAGEN
22
STABILITAS REAGEN
- Reagen stabil s/d masa kedaluarsa bila disimpan pada temperatur +4 OC– 8OC.
- Stabilitas setelah dibuka pertama 60 hari pada temperature +4 OC– 8OC.
NILAI REFERENSI
PROSEDUR KERJA
Air 10 μl – –
Standar - 10 μl -
Sampel – - 10 μl
Campur dan inkubasi pada suhu 37 oC selama 5 menit. Lakukan pembacaan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm, absorban standar (As) dan absorban
sampel (Ax).
KALKULASI HASIL
As
23
1.2 PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA (Metode GPO – PAP)
TUJUAN
METODE
TG ditentukan setelah hidrolisa enzimatis dengan lipase. Indikator quinoneimine terbentuk dari
hidrogen peroksida, 4 – aminoantipyrine dan 4 – chlorophenol di bawah pengaruh katalisa
peroksidase.
REAKSI
lipase
GK
GPO
POD
SPESIMEN
Sampel lipemik biasanya membentuk kekeruhan yang dapat menyebabkan hasil meningkat.
Dengan tes ini hal tsb tidak akan terjadi karena adanya LCF (Lipis Clearing Factor) dalam
reagen.
24
REAGEN
STABILITAS REAGEN
Reagen stabil s/d masa kedaluarsa bila disimpan pada temperatur +4 OC– 8OC.
NILAI REFERENSI
Pria : 60-195 mg/dl
PROSEDUR
RB STANDARD SAMPEL
Standard – 10 μ –
Sampel - - 10 l
Campur, inkubasi selama 5 menit pada temperature 37OC. Ukur Abs. Standard (Ax ) dan sample
(As) terhadap blanko reagen (RB) sebelum 30 menit. Hindari terkena cahaya.
KALKULASI
As
25