DISUSUN OLEH :
Valerian Sadila Adri (1861050016)
Ando Sando Arioseno Paboto (1861050052)
Rivda Nisa Syabilla Pulungan (1861050083)
Fitriani Patresia Ernes Jemadu (1861050089)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018/2019
1.1 PENDAHULUAN
LAJU REAKSI
0°
C 37°C 100°C
SUHU
80C).
CARA KERJA
1. Siapkan 3 tabung A, B, dan C
2. Masukkan ke dalam:
A : 5 ml susu
B : 4 ml susu + 1 ml air
C : 3 ml susu + 2 ml air
3. Letakkan ketiga tabung di penangas air dengan suhu 37 0C
4. Tambahkan pada setiap tabung A, B, dan C sebanyak 1 ml pepsin
0,2 %
5. Campur dengan baik dan kembalikan dalam penangas air
6. Catat waktu yang diperlukan sampai terjadi penggumpalan susu
HASILPERCOBAAN
Tabung A
C TABUNG KONSENTRASI S WAKTU KECEPATAN
Tabung B
(ml susu/ml larutan) (t) REAKSI
(v=1/t)
A 5 ml susu/5 ml larutan 158 detik
V=1/158
:1
B 4 ml susu/5 ml larutan 182 detik
V= 1/182
: 0,8
C 3 ml susu/5 ml larutan 460 detik
V=1/460
: 0,6
KURVA
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa reaksi enzim berlangsung paling cepat pada
tabung A yang berisi larutan dengan konsentrasi substrat paling
tinggi diantara tabung B dan tabung C. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi substrat sebanding dengan kecepatan reaksi enzim. Pada
konsentrasi rendah, kecepatan reaksi enzim juga rendah karena sisi
aktif enzim hanya sedikit mengikat substrat sehingga produk yang
dihasilkan sedikit. Demikian juga dengan konsentrasi substrat yang
semakin tinggi, sisi aktif enzim akan banyak mengikat substrat dan
produk yang dihasilkan juga semakin banyak. Namun, penambahan
substrat lebih lanjut tidak menyebabkan bertambah besarnya
konsentrasi kompleks enzim-substrat. Hal tersebut dikarenakan
semua sisi aktif enzim telah dipenuhi atau berikatan dengan substrat
atau telah jenuh dengan substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya
pun tidak bertambah banyak atau besar.
CARA KERJA
1. Masukkan kedalam 3 tabung reaksi A, B, dan C masing-masing 5
ml susu.
2. Siapkan 3 tabung A, B, dan C dan masukkan ke dalam
Tabung A : 1 ml pepsin 0,25%
Tabung B : 0,5 ml pepsin 0,25% + 0,5 ml aquades
Tabung C : 0,25 ml pepsin 0,25% + 0,75 ml aquades
3. Hangatkan keenam tabung dalam penangas air 37˚C.
4. Setelah 5 menit tuang pada tabung A, B, dan C masing-masing 5
ml susu yang telah dihangatkan tadi. Campur dan kembalikan ke
dalam penangas.
5. Catat waktu yang diperlukan sampai terjadi penggumpalan susu.
HASIL PERCOBAAN
ml Pepsin
TABUN dalam Kecepatan reaksi
Waktu (t)
G campuran (V=1/t)
reaksi
A 1,5 ml pepsin 123 detik V=1/123
B 0,5 ml pepsin 185 detik V= 1/185
0,25 ml
C 220 detik V=1/220
pepsin
KURVA
PEMBAHASAN
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan reaksi
enzimatik dan dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, semakin besar
konsentrasi enzim maka reaksi semakin cepat. Namun, kurva di atas
menunjukkan ketidakstabilan reaksi enzimatik pada hasil
pengamatan. Ketidakstabilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu larutan yang digunakan tidak sesuai untuk pengenceran,
ukuran larutan tidak sesuai, enzim tidak dalam keadaan murni
sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat, dan
tingkat kemurnian enzim yang tinggi.
1.2.4 PENGARUH ZAT ANTISEPTIK TERHADAP KECEPATAN
REAKSI ENZIM
DASAR PERCOBAAN
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor
berupa zat kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa
selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat
normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan
untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena
inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat
normal. Ada dua macam inhibitor, yang pertama adalah inhibitor
yang bersifat irreversible dan yang kedua adalah inhibitor yang
bersifat reversible. Untuk yang reversible dibagi lagi menjadi dua,
yaitu yang kompetitif dan yang non kompetitif. Mekanisme kerja
inhibitor irreversible adalah berikatan kovalen dengan sisi aktif
enzim sehingga sulit untuk putus/lepas dan substrat tidak dapat
masuk ke sisi aktif enzimnya. Inhibitor reversible kompetitif memiliki
prinsip saling berkompetisi dengan substrat untuk dapat berikatan
dengan sisi aktif enzim sehingga substrat akan kalah jika konsentrasi
substrat sedikit. Solusinya adalah penambahan konsentrasi substrat
sehingga tidak banyak inhibitor yang dapat berikatan dengan sisi
aktif enzim. Inhibitor reversible non kompetitif memiliki prinsip tidak
saling berkompetisi dengan substrat, namun inhibitor ini dapat
mengubah sisi aktif enzim dan berikatan dengan enzim pada sisi
lainnya, bukan pada sisi aktif enzimnya. Perubahan sisi aktif enzim
menyebabkan substrat tidak dapat berikatan dengan enzim dan tidak
dapat membuat produk baru.
CARA KERJA
1. Siapkan 5 tabung reaksi A, B, C, D, dan E masing-masing berisi 2
ml pepsin 0,2 %.
2. Tambahkan ke dalam setiap tabung masing-masing 5 tetes
kloroform, toluene, fenol 5 %, sublimat 1 %, dan air.
3. Tambahkan 5 ml susu ke dalam masing-masing tabung dan
campur dengan baik.
4. Letakkan kelima tabung dalam penangas air 370C
5. Perhatikan apakah penggumpalan terjadi dalam 4 tabung yang
berisi antiseptic.
6. Bandingkan kecepatan terjadinya penggumpalan dengan tabung
yang berisi air.
HASIL PERCOBAAN
Tabung 1: Antiseptik kloroform
Tabung 2 : Antiseptik toluene
Tabung 3 : Antiseptik fenol 5%
Tabung 4 : Antiseptik sublimat 1%
Tabung 5 : Air
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa waktu
pembentukan gumpalan yang tercepat adalah toluen dan yang paling
lambat adalah air. Zat antiseptik dapat mempengaruhi aktivitas kerja
pada enzim karena zat antiseptic merupakan inhibitor pada suatu
enzim. Sehingga adanya kompetitif terhadap substrat dengan enzim
untuk berikatan pada sisi aktif aktif enzim. Antiseptik sebagai
inhibitor atau penghambat sehingga dapat terjadinya penggumpalan
yang merupakan indikator enzim telah rusak atau tidak dapat bekerja
lagi.
KESIMPULAN
Enzim merupakan biokatalisator yang berfungsi
meningkatkan laju reaksi-reaksi biologis. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut, enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu,
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan zat antiseptik. Pengaruh
suhu terhadap kecepatan reaksi enzim adalah rendahnya aktivitas enzim
pada suhu rendah dan berkurangnya jumlah enzim yang aktif jika suhu
terus ditingkatkan. Reaksi enzim berlangsung paling cepat pada suhu
optimum. Faktor yang kedua adalah konsentrasi substrat. Kecepatan
reaksi enzim sebanding dengan konsentrasi substrat. Namun, reaksi enzim
akan berlangsung konstan ketika telah mencapai suatu batas (V maks).
Selanjutnya, kecepatan reaksi enzim berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim, yaitu semakin besar jumlah enzim maka semakin cepat reaksinya.
Zat antiseptik juga dapat mempengaruhi aktivitas kerja pada enzim karena
zat antiseptik merupakan inhibitor pada suatu enzim. Sehingga adanya
kompetitif terhadap substrat dengan enzim untuk berikatan pada sisi aktif
aktif enzim. Antiseptik sebagai inhibitor atau penghambat sehingga dapat
terjadinya penggumpalan yang merupakan indikator enzim telah rusak
atau tidak dapat bekerja lagi.