Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KECEPATAN REAKSI ENZIM

DISUSUN OLEH :
Valerian Sadila Adri (1861050016)
Ando Sando Arioseno Paboto (1861050052)
Rivda Nisa Syabilla Pulungan (1861050083)
Fitriani Patresia Ernes Jemadu (1861050089)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018/2019
1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG


Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai
pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator
adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel yang berfungsi
meningkatkan laju reaksi dalam jaringan tersebut. Suatu enzim
dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju
reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja dengan menurunkan energi
aktivasi sehingga laju reaksi meningkat. Suatu enzim bekerja secara
khas terhadap suatu substrat tertentu. Oleh karena itu, enzim
merupakan elemen penting dalam tubuh yang sangat banyak
membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam proses sintesis dan
reparasi DNA, pembentukan energi, dan sintesis protein (Poedjiadi,
2006).
Enzim akan mampu mengkatalis suatu reaksi biologis bila
berada dalam kondisi nyamannya. Banyak faktor yang
mempengaruhi kerja enzim, diantaranya suhu, konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, dan zat antiseptik. Faktor-faktor tersebutlah
yang menyebabkan terkadang enzim mampu mempercepat reaksi
atau bahkan menghambat reaksi yang berlangsung (Iman 2005).
Adanya enzim juga sangat spesifik, baik tempat sintesis maupun
reaksi yang dapat dikatalisisnya. Secara umum enzim digolongkan
menjadi enam kelompok sesuai dengan jenis reaksi yang
dikatalisisnya, yaitu oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase,
isomerase, dan ligase.
Enzim dapat bekerja secara maksimal pada suhu, pH, serta
konsentrasi yang optimum (Iman 2005). Mengetahui suhu, pH, serta
konsentrasi optimum menjadi hal penting dalam mempelajari enzim
karena terkait dengan kemampuannya dalam mempercepat reaksi
dalam tubuh. Cepat lambatnya reaksi dalam tubuh berpengaruh
besar dalam penyerapan zat gizi.

1.1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh suhu terhadap
kecepatan reaksi enzim.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh konsentrasi substrat
terhadap kecepatan reaksi enzim.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh konsentrasi enzim
terhadap kecepatan reaksi enzim.
4. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh zat antiseptik
terhadap kecepatan reaksi enzim.

1.2 UJI PENGARUH BERBAGAI FAKTOR TERHADAP


KECEPATAN REAKSI ENZIM
1.2.1 PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN REAKSI
ENZIM
LANDASAN TEORI
Setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut
dapat  bekerja dengan baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju
reaksi enzim masih baik disebut daerah suhu optimum. Semakin jauh dari suhu
optimum, kerja enzim semakin tidak baik. Suhu optimum untuk enzim-enzim
yang terdapat dalam tubuh adalah 36° C  40°C. Sehubungan dengan pengaruh
suhu terhadap aktivitas enzim, maka semakin meningkat suhu aktivitas enzim
akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi, enzim yang merupakan suatu
protein akan mengalami denaturasi sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol
Dalam percobaan ini digunakan pepsin yang bekerja pada kasein susu
sebagai subtract. Pepsin mencerna kasein menjadi parakasein yang kemudian
bereaksi dengan kalsium dan menghasilkan endapan, di observasi sebagai hasil
reaksi pepsin dan susu.
CARA KERJA
1. Siapkan 4 tabung isi masing – masing dengan 5 ml susu
2. Siapkan 4 tabung reaksi isi masing – masing dengan 1 ml pepsin
3. Atur berpasangan 1 tabung susu dengan 1 tabung enzim menjadi 4 pasang
tabung: A, B, C, D
4. Rendamlah:
 Pasangan A dalam es
 Pasangan B pada suhu kamar
 Pasangan C pada air suhu 37C - 40C
 Pasangan D pada air suhu 75C - 80C
5. Setelah 5 menit tuanglah enzim kedalam pasangan subtratnya dan
campurkanlah.
6. Kembalikan campuran susu dan enzim kedalam air rendaman (kecuali
pasangan B).
7. Catat waktu yang diperlukan sampai mulai terlihat gumpalan susu.
8. Gambarkan kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim (v=1/t).
KURVA

LAJU REAKSI


C 37°C 100°C
SUHU

HASIL DAN PEMBAHASAN


TABUNG SUHU (C) WAKTU (Sekon) KECEPATAN
REAKSI
(m/s)
A 5 120 8,3 x 10-3
B Suhu kamar 100 10 x 10-3
C 37 50 20 x 10-3
D 80 112 8,9 x 10-3
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa waktu pembentukan
gumpalan yang tercepat adalaj tabung C, dimana suhu di tabung C adalah 37C.
Suhu 37C merupakan suhu optimum karena di tubuh manusiapun enzim
bekerja pada suhu optimum yaitu 37C. Suhu rendah pada tabung A yang
mendekati titik beku (suhu tabung A = 5C). tidak merusak enzim, namun enzim
dapat bekerja sebagian dan mencapai suhu maximum pada suhu tertentu. Bila
suhu ditingkatkan terus menerus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang
karena mengalami denaturasi, seperti yang terjadi di tabung D (suhu tabung D =

80C).

Adanya pembentukan gumpalan, sehingga terlihat adanya


endapan yang menempel pada tabung reaksi
1.2.2 PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP
KECEPATAN REAKSI ENZIM
DASAR PERCOBAAN
Apabila konsentrasi h substrat (S) bertambah sementara
keadaan lain tetap sama, kecepatan reaksi juga meningkat sampai
suatu batas (V maks). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh
dengan substrat.

CARA KERJA
1. Siapkan 3 tabung A, B, dan C
2. Masukkan ke dalam:
A : 5 ml susu
B : 4 ml susu + 1 ml air
C : 3 ml susu + 2 ml air
3. Letakkan ketiga tabung di penangas air dengan suhu 37 0C
4. Tambahkan pada setiap tabung A, B, dan C sebanyak 1 ml pepsin
0,2 %
5. Campur dengan baik dan kembalikan dalam penangas air
6. Catat waktu yang diperlukan sampai terjadi penggumpalan susu
HASILPERCOBAAN

Tabung A
C TABUNG KONSENTRASI S WAKTU KECEPATAN
Tabung B
(ml susu/ml larutan) (t) REAKSI
(v=1/t)
A 5 ml susu/5 ml larutan 158 detik
V=1/158
:1
B 4 ml susu/5 ml larutan 182 detik
V= 1/182
: 0,8
C 3 ml susu/5 ml larutan 460 detik
V=1/460
: 0,6

KURVA
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa reaksi enzim berlangsung paling cepat pada
tabung A yang berisi larutan dengan konsentrasi substrat paling
tinggi diantara tabung B dan tabung C. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi substrat sebanding dengan kecepatan reaksi enzim. Pada
konsentrasi rendah, kecepatan reaksi enzim juga rendah karena sisi
aktif enzim hanya sedikit mengikat substrat sehingga produk yang
dihasilkan sedikit. Demikian juga dengan konsentrasi substrat yang
semakin tinggi, sisi aktif enzim akan banyak mengikat substrat dan
produk yang dihasilkan juga semakin banyak. Namun, penambahan
substrat lebih lanjut tidak menyebabkan bertambah besarnya
konsentrasi kompleks enzim-substrat. Hal tersebut dikarenakan
semua sisi aktif enzim telah dipenuhi atau berikatan dengan substrat
atau telah jenuh dengan substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya
pun tidak bertambah banyak atau besar.

1.2.3 PENGARUH KONSENTRASI ENZIM TERHADAP


KECEPATAN REAKSI
DASAR PERCOBAAN
Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat apabila
konsentrasi enzim juga meningkat. Jadi, kecepatan reaksi enzimatik
(v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Jika dalam reaksi
enzimatik konsentrasi substrat diperbesar sedangkan kondisi lainnya
tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas
kecepatan maksimum (V), sehingga enzim telah jenuh dengan
substrat.

CARA KERJA
1. Masukkan kedalam 3 tabung reaksi A, B, dan C masing-masing 5
ml susu.
2. Siapkan 3 tabung A, B, dan C dan masukkan ke dalam
Tabung A : 1 ml pepsin 0,25%
Tabung B : 0,5 ml pepsin 0,25% + 0,5 ml aquades
Tabung C : 0,25 ml pepsin 0,25% + 0,75 ml aquades
3. Hangatkan keenam tabung dalam penangas air 37˚C.
4. Setelah 5 menit tuang pada tabung A, B, dan C masing-masing 5
ml susu yang telah dihangatkan tadi. Campur dan kembalikan ke
dalam penangas.
5. Catat waktu yang diperlukan sampai terjadi penggumpalan susu.

HASIL PERCOBAAN
ml Pepsin
TABUN dalam Kecepatan reaksi
Waktu (t)
G campuran (V=1/t)
reaksi
A 1,5 ml pepsin 123 detik V=1/123
B 0,5 ml pepsin 185 detik V= 1/185
0,25 ml
C 220 detik V=1/220
pepsin

KURVA

PEMBAHASAN
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan reaksi
enzimatik dan dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, semakin besar
konsentrasi enzim maka reaksi semakin cepat. Namun, kurva di atas
menunjukkan ketidakstabilan reaksi enzimatik pada hasil
pengamatan. Ketidakstabilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu larutan yang digunakan tidak sesuai untuk pengenceran,
ukuran larutan tidak sesuai, enzim tidak dalam keadaan murni
sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat, dan
tingkat kemurnian enzim yang tinggi.
1.2.4 PENGARUH ZAT ANTISEPTIK TERHADAP KECEPATAN
REAKSI ENZIM
DASAR PERCOBAAN
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor
berupa zat kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa
selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat
normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan
untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena
inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat
normal. Ada dua macam inhibitor, yang pertama adalah inhibitor
yang bersifat irreversible dan yang kedua adalah inhibitor yang
bersifat reversible. Untuk yang reversible dibagi lagi menjadi dua,
yaitu yang kompetitif dan yang non kompetitif. Mekanisme kerja
inhibitor irreversible adalah berikatan kovalen dengan sisi aktif
enzim sehingga sulit untuk putus/lepas dan substrat tidak dapat
masuk ke sisi aktif enzimnya. Inhibitor reversible kompetitif memiliki
prinsip saling berkompetisi dengan substrat untuk dapat berikatan
dengan sisi aktif enzim sehingga substrat akan kalah jika konsentrasi
substrat sedikit. Solusinya adalah penambahan konsentrasi substrat
sehingga tidak banyak inhibitor yang dapat berikatan dengan sisi
aktif enzim. Inhibitor reversible non kompetitif memiliki prinsip tidak
saling berkompetisi dengan substrat, namun inhibitor ini dapat
mengubah sisi aktif enzim dan berikatan dengan enzim pada sisi
lainnya, bukan pada sisi aktif enzimnya. Perubahan sisi aktif enzim
menyebabkan substrat tidak dapat berikatan dengan enzim dan tidak
dapat membuat produk baru.

CARA KERJA
1. Siapkan 5 tabung reaksi A, B, C, D, dan E masing-masing berisi 2
ml pepsin 0,2 %.
2. Tambahkan ke dalam setiap tabung masing-masing 5 tetes
kloroform, toluene, fenol 5 %, sublimat 1 %, dan air.
3. Tambahkan 5 ml susu ke dalam masing-masing tabung dan
campur dengan baik.
4. Letakkan kelima tabung dalam penangas air 370C
5. Perhatikan apakah penggumpalan terjadi dalam 4 tabung yang
berisi antiseptic.
6. Bandingkan kecepatan terjadinya penggumpalan dengan tabung
yang berisi air.

HASIL PERCOBAAN
Tabung 1: Antiseptik kloroform
Tabung 2 : Antiseptik toluene
Tabung 3 : Antiseptik fenol 5%
Tabung 4 : Antiseptik sublimat 1%
Tabung 5 : Air

N Zat Antiseptik dan Ada/Tidak ada Waktu Pembentukan


o Air Penggumpalan Gumpalan
1. Kloroform Ada 2 menit 20 detik

2. Toluen Ada 1 menit 35 detik

3. Fenol 5 % Ada 2 menit 55 detik

4. Sublimat 1% Ada 3 menit 25 detik

5. Air Ada 4 menit

PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa waktu
pembentukan gumpalan yang tercepat adalah toluen dan yang paling
lambat adalah air. Zat antiseptik dapat mempengaruhi aktivitas kerja
pada enzim karena zat antiseptic merupakan inhibitor pada suatu
enzim. Sehingga adanya kompetitif terhadap substrat dengan enzim
untuk berikatan pada sisi aktif aktif enzim. Antiseptik sebagai
inhibitor atau penghambat sehingga dapat terjadinya penggumpalan
yang merupakan indikator enzim telah rusak atau tidak dapat bekerja
lagi.

KESIMPULAN
Enzim merupakan biokatalisator yang berfungsi
meningkatkan laju reaksi-reaksi biologis. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut, enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu,
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan zat antiseptik. Pengaruh
suhu terhadap kecepatan reaksi enzim adalah rendahnya aktivitas enzim
pada suhu rendah dan berkurangnya jumlah enzim yang aktif jika suhu
terus ditingkatkan. Reaksi enzim berlangsung paling cepat pada suhu
optimum. Faktor yang kedua adalah konsentrasi substrat. Kecepatan
reaksi enzim sebanding dengan konsentrasi substrat. Namun, reaksi enzim
akan berlangsung konstan ketika telah mencapai suatu batas (V maks).
Selanjutnya, kecepatan reaksi enzim berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim, yaitu semakin besar jumlah enzim maka semakin cepat reaksinya.
Zat antiseptik juga dapat mempengaruhi aktivitas kerja pada enzim karena
zat antiseptik merupakan inhibitor pada suatu enzim. Sehingga adanya
kompetitif terhadap substrat dengan enzim untuk berikatan pada sisi aktif
aktif enzim. Antiseptik sebagai inhibitor atau penghambat sehingga dapat
terjadinya penggumpalan yang merupakan indikator enzim telah rusak
atau tidak dapat bekerja lagi.

1.4 DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, A dan Supriyanti, T.F.M. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-


Press.

Susanti, E. 2011. Optimasi Produksi dan Karakterisasi Sistem Selulase dari


Bacillus circulans strain Lokal dengan Induser Avicel. Jurnal Ilmu Dasar.
Volume 12, Nomor 1: 40 – 49.

Staf Pengajar Biokimia. 2018. Penuntun Praktikum Biokimia Blok 3. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai