Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGARUH SUHU PADA REAKSI ENZIMATIK

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Kelas C

1. Yeni Maria Astutik 201910410311115


2. Anatasya Ainisyah 201910410311118
3. Dominyda Vebrianto Saputro 201910410311119
4. Faiznanda Awwaluddin 201910410311120
5. Ulfa Intan Pujiana 201910410311121
6. Metry Imanda Putri 201910410311123

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap kinerja enzim yang terkandung
dalam saliva.

B. DASAR TEORI
Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim menyusun
sebagian besar total protein dalam sel. Suatu sel dapat memuat 2000 jenis molekul enzim.
Enzim merupakan katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-reaksi kimia di dalam sistem
biologi (Susanti and Fibriana, 2013). Protein akan mengalami perubahan bentuk/denaturasi
pada suhu yang tinggi, sehingga pada suhu yang tinggi reaksi enzimatik tidak dapat
berjalan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim selain suhu adalah pH
substrat, konsentrasi enzim, inhibitor, dan aktivator. Hal ini dikarenakan setiap enzim
memiliki pH dan suhu optimum (Nurkhotimah, Yuliati and Rahmawati, 2017).

Suhu mempengaruhi reaksi katalis enzim melalui dua acara. Pertama, peningkatan
suhu meningkatkan energi termal dari molekul substrat yang bereaksi. Akan tetapi, pada
akhirnya energi kinetik enzim akan melampaui rintangan energi sehingga akan
meningkatkan kecepatan reaksi. Energi kinetik enzim ini mampu memutuskan ikatan
hydrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya.
Pada suhu ini, terutama terjadi denaturasi disertai hilangnya aktivitas katalitik secara cepat.
Kisaran suhu suatu enzim akan mempertahankan konfirmasi yang stabil serta kemampuan
katalisis umumnya akan bergantung pada suhu sel tempat enzim itu didapat dan sedikit
melebihi suhu sel tersebut (Sri, 2017).

Enzim dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh pada 37℃, umumnya
memperlihatkan stabilitas hingga suhu setinggi 45-55℃. Enzim dari mikroorganisme yang
hidup di dalam mata air panas alam atau pada suhu tempat-tempat ventilasi hipertemal di
dasar samudera dapat stabil pada suhu 100℃ atau lebih (Sri, 2017).

Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan substrat sangat efektif, sehingga
pembentukan kompleks enzim-substrat makin mudah dan produk yang terbentuk
meningkat. Dalam batas-batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim akan
naik bila suhunya naik. Reaksi yang paling cepat terjadi pada suhu optimum. Suhu
optimum merupakan suhu yang paling tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim.
Penentuan suhu optimum untuk aktivitas enzim sangat diperlukan karena apabila suhu
terlalu rendah maka kestabilan enzim tinggi tetapi aktivitasnya rendah, sedangkan pada
suhu tinggi aktivitas enzim tinggi tetapi kestabilannya rendah. Namun, kecepatannya akan
menurun drastis pada suhu yang lebih tinggi. Hilangnya aktivitas pada suhu tinggi karena
terjadinya denaturasi enzim. Enzim merupakan suhu protein, maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan proses denaturasi yang menyebabkan sisi aktif enzim terganggu dan
mengurangi kecepatan reaksi. Enzim memerlukan kondisi-kondisi tertentu seperti suhu,
pH dan konsentrasi substrat yang sesuai untuk memperoleh kerja optimum dari suatu enzim
(Rosyida, 2016).

a. Prinsip Reaksi Biokimia

Pati secara alami terdapat pada tumbuhan dan berfungsi untuk penyimpanan energi
dalam bentuk polimer glukosa. Pada perlakuan dengan kondisi asam ataupun dengan
bantuan enzim, pati dapat terhidrolisis menjadi dextrin (campuran dari polisakarida dengan
titik lebur rendah, tersusun atas 3-8 unit glukosa), maltose, dan akhirnya D-glukosa.
Keberadaan pati dalam makanan dapat dideteksi dengan larutan I2. Larutan akan berubah
warna menjadi biru-hitam bila mengandung pati.
Pati + I2 warna biru-hitam
b. Kerangka Konsep

Enzim

Tersusun atas
protein

Suhu optimal pada


Faktor yang
Suhu tinggi enzim dalam
mempengaruhi tubuh manusia
sekitar 37℃

Perubahan
Melakukan
bentuk/denaturasi Kerja enzim
percobaan untuk
menyebabkan sisi aktif optimal
mengetahui pada
enzim terganggu dan
suhu berapa kerja
mengurangi kecepatan
enzim paling
reaksi.
optimal

Penarikan
Kesimpulan
C. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Bejana Erlenmeyer
2. Pipet volumetric
3. Tabung reaksi (5 buah)
4. Stopwatch

Reagensia :

1. Larutan enzim “E” dibuat dengan mengencerkan saliva 1mL dalam 10 mL air suling
2. Larutan NaC1 0,9%
3. Larutan dapar (buffer) dengan pH + 6,5
4. Larutan substrat “S”  Larutan Amilum Solani 4%
5. Larutan KI-I2
6. Larutan HCl 0,05 N

D. PROSEDUR KERJA
1. Masing-masing kelompok anggota kelompok belakang melakukan percobaan pada satu
suhu tertentu (0°C, suhu ruang, dan 70°C) sesuai dengan yang ditentukan oleh
pemimpin praktikum.
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’
3. Siapkan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetric.
4. Ambil berturut-turut 15 ml dapar dengan pH 7,0 dan 3,0 ml larutan “S”, dan 6 ml
larutan NaCl 0,9% dan masukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer
beberapa dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata.
5. Rendam Erlenmeyer di dalam air waterbath yang sesuai dengan suhu yang dipilihkan
oleh pemimpin praktikum untuk kelompok Anda. (Untuk suhu ruang letakkan saja
Erlenmeyer pada meja praktikum Anda.) Jangan mengeluarkan Erlenmeyer dan
waterbath (kecuali percobaan pada suhu 27°C) selama percobaan, untuk menghindari
perubahan suhu. Suhu dingin dikerjakan pada kulkas (saat percobaan ukur suhu
kulkasnya)
6. Isilah masing-masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan HC1 0,05 N.
7. Ambil dengan pipet 1,0 ml campuran larutan dan labu Erlenmeyer dan masukkan ke
dalam tabung reaksi yang bertanda 0’, campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
8. Siapkan stopwatch
9. Ambil dengan pipet 1,0 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang
berada di dalam Erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar
agar enzim tercampur rata di dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan
digoyangkan lagi (Diamkan di atas meja).
10. Kira-kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1 ml larutan dan
labu Erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan dalam pipet tersebut
ke dalam tabung reaksi bertanda 5’, campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
11. Lakukan kembali prosedur seperti tahap 10 sekitar menit ke-l0, 15, 20 memasukkan
cairan dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi bertanda 10’, 15’, dengan atau 20’ dan
mencampurkannya dengan membalik-balikkan tabung.
12. Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml larutan KI-I2 ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi yang
disumbat ibujari tangan.
13. Kira-kira lima menit setelah penambahan KI-I2, bacalah absorbance larutan yang ada
dalam masing-masing tabung reaksi.
14. Dari nilai absorbance yang terbaca, hitunglah persen substrat yang tercerna pada menit
ke-0, 5, 10, 15 dan 20 dengan rumus:
Persentase substrat yang dicerna pada menit t = (persentase substrat semula)-
(persentase substrat yang tersisa pada menit t)

𝐴 𝑇𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑒𝑟𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑡 = 100% − × 100%
𝐴 𝑇0

Keterangan: ATt = absorbansi larutan pada menit ke t

AT0 = absorbansi larutan pada menit ke 0


15. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik yang
menghubungkannya dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada absisnya. Kurva
yang terbentuk disebut progress curve.
16. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai suhu di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian.
Bagan Alir
Disiapkan tabung reaksi 6 buah dan diberi tanda 0’, 5’, 10’, 15’, 20’

Disiapkan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetric

Buat campuran substrat dengan 15 ml larutan dapar + 6 ml larutan NaCl 0.9% , lalu
dimasukkan Erlenmeyer, campur ad homogen.

Rendam Erlenmeyer di dalam air waterbath yang suhunya telah ditentukan (kecuali
suhu 270 C) . Jangan mengeluarkan Erlenmeyer dari waterbath untuk
menghindari perubahan suhu

Isi masing-masing tabung reaksi dengan 10 ml larutan HCl 0,5 N

Ambil dengan pipet 1,0 ml campuran larutan dari Erlenmeyer dan masukkan
dalam tabung reaksi yang bertanda 0’, campur ad homogen.

Ambil dengan pipet 1,0 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran Larutan
yang berada di Erlenmeyer. Jalankan stopwatch.
Setengah menit menjelang menit ke-5, ambil dengan pipet 1 ml larutan dari
Erlenmeyer. Pada menit ke-5 masukan cairan dari dalam pipet ke Tabung reaksi
bertanda 5’. Campur ad homogen.

Ulangi proses tersebut sampai menit ke 20

Setelah semua selesai tambahkan 1 ml larutan KI-I2 ke masing-masing tabung


reaksi. Campur ad homogen.

Baca absorbansi dan panjang gelombang di Spektrofotometer.


DAFTAR PUSTAKA
Nurkhotimah, N., Yuliati, E. and Rahmawati, A. (2017) ‘PENGARUH SUHU DAN pH
TERHADAP AKTIVITAS ENZIM FOSFATASE BAKTERI TERMOFILIK
SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI’, Jurnal Prodi Biologi, 6(8), pp.
465–471. Available at: https://www.academia.edu/download/61103820/7891-17489-
1-SM_220191102-672-1tlyr7x.pdf (Accessed: 27 March 2021).

Rosyida, I. (2016) Karakterisasi pH, suhu dan konsentrasi substrat pada enzim selulase
kasar yang diproduksi oleh Bacillus circulans. Available at: http://etheses.uin-
malang.ac.id/2864/ (Accessed: 27 March 2021).

Sri, W. (2017) BIOKIMIA ENZIM DAN KARBOHIDRAT. Available at:


https://repository.unimal.ac.id/3575/1/%5BSri Wahyuni%5D BIOKIMIA ENZIM
DAN KARBOHIDRAT 2017.pdf (Accessed: 27 March 2021).

Susanti, R. and Fibriana, F. (2013) Teknologi Enzim, Journal of Chemical Information and
Modeling.

Anda mungkin juga menyukai