Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KINETIKA REAKSI ENZIM

OLEH:

A.A. Istri Diah Berlianthy 1613031027


Ayu Putu Arya Mega Utami 1613031043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2018
I. JUDUL
Kinetika Reaksi Enzim

II. TUJUAN
Untuk menentukan nilai Vmaks dan Km dari grafik hubungan antara laju reaksi
enzimatis dengan konsentrasi substrat

III. DASAR TEORI


Enzim merupakan suatu protein yang mempunyai struktur tiga dimensi
tertentu yang mampu mengkatalisis reaksi biologik (aktivitas biokatalitik). Enzim
dapat meningkatkan laju reaksi karena dengan adanya enzim maka reaksi yang
terjadi akan mempunyai energi aktivasi lebih rendah daripada reaksi biasanya. Pada
umumnya, enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalis,
yaitu ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi akan didapat kembali dalam bentuk
semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah
melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam
jumlah yang besar. Jumlah atau kadar enzim yang kecil dapat menimbulkan
kesulitan tersendiri untuk mengukur kadar enzim tersebut sehingga memerlukan
teknik yang rumit. Secara klinis, pengukuran kadar enzim sangat penting dilakukan
(Tika,2010).

Enzim merupakan protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dalam


sistem biologi. Seperti halnya katalis lain, enzim mempengaruhi laju reaksi pada
saat kesetimbangan tercapai, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan total dari
reaksi. Enzim membantu reaksi dengan menyediakan jalur reaksi yang memiliki
energi aktivasi lebih rendah untuk transisi substrat menjadi produk dibandingkan
dengan proses yang tidak dikatalisis (Tika, 2010).
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar enzim berdasarkan
kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. Pada kinetika reaksi enzim akan ditentukan
Vmaks dan Km dengan menggunakan grafik hubungan antara laju reaksi enzimatis
dengan konsentrasi substrat. Dimana konsentrasi substrat ini akan diperoleh dari
pengukuran %T melalui Spektrofotometer 20+ dimana dari %T akan diperoleh
absorbansi dan dari absorbansi tersebut dapat dicari konsentrasinya. Dari hubungan
antara konsentrasi substrat dan laju reaksi akan dapat ditentukan nilai Vmaks dan Km
(Tika, 2010).

Laju reaksi awal (V0) dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim meningkat
dengan bertambahnya konsentrasi substrat hingga tercapai keadaan dimana
penambahan substrat tidak lagi meningkatkan laju reaksi awal. Keadaan dimana
laju reaksi awal maksimum (Vmaks) dicapai pada kondisi substrat jenuh. Hal ini
dapat dijelaskan dengan postulat reaksi sebagai berikut, dimana E, S, dan P masing-
masing adalah enzim, substrat, dan produk reaksi.

k1 k3
E+S ES E+P
k2 k4

Reaksi berlangsung melalui pembentukan kompleks enzim-substrat (ES).


Kompleks ES dapat berdisosiasi lagi untuk membentuk enzim ataupun substrat atau
membentuk enzim dan produk. Konstanta kecepatan K1, K2 dan K3 menunjukkan
kecepatan yang berhubungan dengan masing-masing tahap proses katalitik. Dari
pengamatan terhadap beberapa sifat-sifat enzim, diketahui bahwa kecepatan awal
(Vo) pada konsentrasi substrat yang rendah akan berbanding lurus dengan [S].
Namun pada kondisi dimana kecepatan substrat yang tinggi, maka akan memiliki
nilai maksimum dimana kecepatan tidak lagi bergantung pada substrat. Bila semua
enzim berada dalam keadaan ES (enzim dijenuhkan oleh substrat atau semua sisi
aktif enzim sudah mengikat substrat), maka laju reaksi akan mencapai nilai
maksimum (Vmaks). Kecepatan disosiasi produk dari enzim dan penambahan
substrat lebih lanjut tidak akan mempengaruhi V0 (Tika, 2010).

Pengaruh konsentrasi substrat adalah jika konsentrasi substrat dinaikkan dua


kali, maka kecepatan reaksi awal (Vo) meningkat dua kali lipat. Pada konsentrasi
tinggi, peningkatan konsentrasi substrat akan menyebabkan perubahan Vo sangat
kecil dan pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi, peningkatan konsentrasi
substrat tidak akan mempengaruhi harga Vo (harga Vo konstan). Keadaan ini
disebabkan karena enzim telah dijenuhkan oleh substrat. Kecepatan reaksi
meningkat sesaat konsentrasi substrat ditingkatkan sampai pada suatu titik dimana
enzim dikatakan jenuh dengan substrat. Kecepatan reaksi secara keseluruhan
tergantung pada kecepatan disosiasi produk dari enzim, dan penambahan substrat
tidak akan mempengaruhi Vo. Plot Vo terhadap [S] berbentuk hiperbolik.

Michaelis dan kawannya Menten menyatakan bahwa reaksi enzimatis pada


berbagai konsentrasi substrat mengalami dua fase: 1) ketika [S] rendah, daerah aktif
enzim tidak semuanya terikat dengan enzim, 2) pada [S] tinggi, sisi aktif yang telah
terikat seluruhnya dengan substrat. Pada saat ini enzim telah bekerja dengan
kapasitas penuh.

Gambar 1. Hubungan konsentrasi substrat dan Vo plot langsung

Gambar 2. Hubungan 1/Vo dan 1/[S] plot Lineweaver Burk


Gambar 1 memenuhi persamaan Michaelis-Menten sebagai berikut.

Vmaks [S]
Vo 
K M  [S]

Dimana : Vo = kecepatan reaksi enzim dengan kadar substrat [S]

KM = tetapan Michaelis –Menten (mol perliter)

Vmaks = Kecepatan maksimum enzim

KM merupakan ukuran kestabilan kompleks ES, yaitu kecepatan penguraian


kompleks ES sama dengan kecepatan pembentukan kompeks ES. Kekhasan suatu
substrat yang dikatalisis oleh enzim tampak pada terbentuknya terlebih dahulu
kompleks enzim substrat (ES), yang kemudian terurai menjadi enzim dan produk
(E dan P). Dalam hal ini k1, k2, k3,k4 merupakan tetapan kecepatan reaksi. Awalnya
akan tercapai keadaan kecepatan terurainya enzim sama dengan kecepatan
terbentuknya ES.

k1[S][E] + k4 [E][P] = k2 [ES] + k3 [ES]

[ES] k 1 [S] k [P]


  4
[E] k 2  k 3 k 2  k 3

Dalam kondisi ini konsentrasi P (produk) sangat sedikit sehingga diabaikan.


k2  k3
Tetapan k1, k2, k3 dan k4 ditulis sebagai tetapan KM. KM = . Persamaan
k1
menjadi:

[E] K M

[ES] [S]

Apabila jumlah konsentrasi enzim total atau [E]t dianggap sebagai jumlah enzim
yang bebas, [E] dan bergabung dengan substrat [ES] maka konsentrasi [E] = [E]t -
[ES], sehingga

[E] [E] t  [ES] [E] t K


  1  M
[ES] [ES] [ES] [S]
[E] t K M
 1
[ES] [S]

Kecepatan maksimum (Vmaks) bila enzim semua berada dalam bentuk kompleks
dengan substrat. Sedangkan Vo sebanding dengan [ES]. Hal ini dapat ditulis sebagai
berikut.

Vmaks [E] t Vmaks K M


 sehingga  1
V [ES] V [S]

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa KM dinyatakan sebagai mol perliter. Dan KM
sangat besar maka persamaan ditulis sebagai berikut.

Vmaks [S]
V
KM

Dalam hal ini V bergantung pada konsentrasi substrat (reaksi filtrat order)
dan pada gambar 1 dapat pula dilihat kinetik zero dan first order. Jadi, persamaan
Michaelis-Menten memang memenuhi syarat untuk reaksi sederhana yang
dikatalisis oleh enzim.

Sering KM didefinisikan sebagai tetapan disosiasi reaksi yang dikatalisis oleh


enzim. Pada reaksi sederhana dapat dilihat.

k2 [E ][S ] k2
ES k1 E + S maka K s =[E S ] = k1

k2  k3 k  k3
Karena KM adalah maka Ks = 2
k1 k1

Jadi KM akan selalu sama atau lebih besar daripada Ks. Dilihat dari persamaan:

Vmaks [S] 1  K  1 1
V maka   M  
K M  [S] V  Vmaks  [S] Vmaks

Persamaan diatas identik dengan persamaan garis lurus y = ax + b

1 1 K 1
Dimana y = ; x  ; a  M dan b 
V [S] Vmaks Vmaks
Persamaan di atas dinyatakan Lineweaver-Burk dan dialurkan seperti gambar 2.

Berdasarkan gambar 2, dinyatakan persamaan garis lurus dengan titik potong pada
1 1 1 1
sumbu adalah , titik potong pada sumbu adalah  . Kemiringan
Vo Vmaks [S] KM

KM
garis sama dengan . Plot Lineweaver-Burk juga sangat berguna untuk
Vmaks
menentukan jenis inbibisi yang terjadi pada reaksi enzimatis (Tika, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Rincian Alat
Nama Alat Jumlah
Pipet tetes 3 buah
Gelas kimia 100 mL 3 buah
Gelas kimia 500 mL 1 buah

Spatula 1 buah

Batang pengaduk 1 buah

Gelas ukur 25 mL 1 buah

Pipet volumetric 5 mL 1 buah

Corong 1 buah

Erlenmeyer 100 mL 1 buah

Termometer 1 buah

Penjepit kayu 1 buah

Kaca arloji 2 buah


Spektronik 20+ 1 buah
Sentrifuse 1 buah
Tabung reaksi 10 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Tabel 2. Rincian Bahan
No Nama Bahan Jumlah
1. Larutan TCA 20 % 15 mL

2. Larutan kasein 2% 2 gram

3. NaOH 0,5 M 50 mL

4. Buffer fosfat 0,1 M (pH = 8) 50 mL

5. Larutan tripsin 10 mL

6. Reagen Folin Caocalteu 10 mL

7. Aquades 100 mL

8. Kertas saring 5 lembar

V. LANGKAH KERJA DAN HASIL PENGAMATAN


Tabel 3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Tabel 4. Tabung reaksi yang diisi dengan - Tabung telah disiapkan sebanyak 10
susu, buffer dan tripsin buah dan diisi dengan susu, larutan
No. Waktu Susu Buffer Tripsin buffer dan tripsin sesuai data yang telah
Tabung (mL) (mL) (mL) ditentukan.
I t = 0 0,1 5,9 1
menit
t = 20 0,1 5,9 1
menit
II t = 0 0,5 5,5 1
menit
t = 20 0,5 5,5 1
menit
III t = 0 1,0 5,0 1
menit
t = 20 1,0 5,0 1
menit
IV t = 0 3,0 3,0 1
menit
t = 20 3,0 3,0 1
menit
V t = 0 5,0 1,0 1
menit
t = 20 5,0 1,0 1
menit
2. Waktu Inkubasi (t = 20 menit)
a. Kelima tabung yang berisi larutan kasein - Larutan tripsin berwarna coklat
diinkubasi selama 5 menit dalam inhibitor air kemerahan
dengan suhu 350C sambil diaduk secara - Larutan kasein (susu) berwarna putih
perlahan kemudian ditambahkan larutan pekat.
buffer fosfat dan larutan tripsin dengan - Larutan buffer fosfat bening tidak
jumlah sesuai dengan komposisi pada tabel berwarna.
1. - Lima tabung reaksi diinkubasi selama 5
menit pada suhu 350C sambil diaduk
perlahan kemudian dicampur larutan
buffer fosfat dan larutan tripsin.
- Kelima tabung berubah warna, yaitu
tabung I berwarna kuning keruh, tabung
II berwarna putih jingga, tabung III
berwarna krem, tabung IV berwarna
krem, tabung V berwarna putih
kecoklatan.
Gambar 4. Perbedaan warna pada setiap
tabung
b. Campuran larutan didiamkan di inhibitor Tidak terjadi perubahan warna pada kelima
yang berada pada penangas air bersuhu 35 0C tabung.
selama 20 menit. Waktu campuran larutan
yang didiamkan mulai dihitung setelah
penambahan enzim.
c. Larutan TCA 20% ditambahkan sebanyak 3 - Kelima tabung berwarna putih keruh dan
mL sambil diaduk dengan kuat. Setelah itu terdapat endapan sebelum larutan
didiamkan selama 30 menit dalam air es agar didiamkan dalam air es
pengendapan protein dan tripsin berlangsung - Warna kelima tabung tetap putih keruh
sempurna. namun lebih banyak terdapat endapan
setelah larutan didiamkan dalam air es,

Gambar 5. Larutan pada kelima tabung


berwarna putih keruh dan terdapat
endapan.
d. Larutan disentrifugasi selama 10 menit - Larutan disentrifugasi selama 10 menit.
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
dikerjakan menurut cara Anson, yaitu
diambil sebanyak 2 mL. Setelah itu
ditambahkan larutan NaOH 0,5 M sebanyak
4 ml dan reagen Folin Ciocalteu sebanyak 1
mL kemudian diaduk dan didiamkan selama Gambar 6. Larutan disentrifugasi

10 menit. selama 10 menit di dalam sentrifuge.

- Filtrat pada kelima tabung yang


ditambahkan dengan larutan NaOH 0,5 M
dan reagen Folin Ciocalteu berubah
warna, yaitu pada tabung I, II, III dan V
berwarna hijau sedangkan tabung IV
berwarna hijau pekat.

Gambar 7. Perbedaan warna pada setiap


tabung
e. Masing-masing larutan pada kelima tabung Kelima tabung diukur absorbansinya
diukur absorbansinya menggunakan menggunakan spektrofotometer dengan
spektrofotometer (spektronik 20+) dengan panjang gelombang 650 nm.
panjang gelombang 650 nm. Tabel 5. Transmitansi dan Absorbansi
Larutan pada Lima Tabung
Tabung %T Absorbansi
I 39 0,41
II 39 0,41
III 35 0,45
IV 22 0,65
V 21 0,68

(%T 39 ; Abs 0,41) (%T 39 ; Abs 0,41)

(%T 35 ; Abs 0,45) (%T 22 ; Abs 0,65)


(%T 21 ; Abs 0,68)
Gambar 8. Absorbansi
Larutan Tabung I, II, III, IV, V
pada inkubasi 20 menit
3. Waktu Inkubasi (t = 0 menit)

a. Larutan buffer dan larutan enzim - Larutan TCA bening tak berwarna.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Larutan buffer bening tak berwarna.
kemudian sebanyak 3 mL larutan TCA 20% - Larutan tripsin berwarna coklat
ditambahkan ke dalam tabung sambil diaduk kemerahan.
dengan kuat. - Tabung I, II, III, IV, V berwarna putih
keruh dan terdapat endapan.

Gambar 9. Tabung I, II, III, IV dan V


berwarna putih keruh dan terdapat
endapan putih.
b. Campuran larutan kemudian diinkubasi - Tidak terjadi perubahan warna pada saat
selama 20 menit pada penangas air dengan diinkubasi.
suhu 350C. Waktu dimulainya inkubasi
dihitung saat larutan tripsin (enzim)
ditambahkan.
c. Masing-masing tabung ditambahkan larutan - Tabung I, II, III, IV, V yang didiamkan
kasein dengan jumlah sesuai dengan tabel dalam air es kemudian disentrifugasi
kemudian didiamkan pada air es lalu berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan putih.
disentrifugasi. Setelah disentrifugasi
kemudian disaring.

Gambar 10. Tabung I, II, III, IV dan V


berwarna putih keruh dan terdapat
endapan putih.

- Filtrat setelah disentrifugasi kemudian


disaring.

Gambar 11. Filtrat setelah


disentrifugasi kemudian disaring.
d. Filtrat dikerjakan menurut cara Anson, yaitu - Filtrat pada kelima tabung yang
diambil sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH 0,5
ditambahkan larutan NaOH 0,5 M sebanyak M dan reagen Folin Ciocalteu berubah
4 mL dan larutan Folin-Ciocalteu sebanyak 1 warna, yaitu pada tabung I dan V
mL lalu diaduk dan didiamkan selama 10 berwarna hijau sedangkan tabung II, III
menit. dan IV berwarna hijau pekat.

Gambar 12. Perbedaan warna pada setiap


tabung
e. Masing-masing larutan pada kelima tabung - Kelima tabung diukur absorbansinya
diukur absorbansinya menggunakan menggunakan spektrofotometer dengan
spektrofotometer (spektronik 20+) dengan panjang gelombang 650 nm.
panjang gelombang 650 nm. Tabel 6. Transmitansi dan Absorbansi
Larutan pada Lima Tabung

Tabung %T Absorbansi
I 39 0,41
II 34 0,47
III 29 0,54
IV 29 0,54
V 29,5 0,53

(%T 39 ; Abs 0,41) (%T 34 ; Abs 0,475)

(%T 29 ; Abs 0,54) (%T 29 ; Abs 0,54)

(%T 29,5 ; Abs 0,53)


Gambar 13. Absorbansi Larutan
Tabung I, II, III, IV, V.

VI. PEMBAHASAN
Tujuan dari penambahan volume yang beragam adalah untuk membuat
konsentrasi pada masing-masing substrat menjadi berbeda-beda, sehingga
dapat dibuat plot laju reaksi terhadap konsentrasi substrat. Selain itu, untuk
membuat pH dari larutan kasein menjadi pH optimum dari enzim trinpsin
sehingga kerja dari enzim menjadi maksimal. Penambahan larutan tripsin
bertujuan untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan peptida yang ada pada
protein dalam kasein. Ikatan peptida yang dipecah oleh enzim tripsin terletak
pada sisi karboksil residu lisin dan arginin. Selama proses inkubasi iakan
memungkinkan terikatnya enzim tripsin dengan substrat. Penambahan larutan
TCA berfungsi untuk menghentikan aktivitas enzim mengingat larutan TCA
yang bersifat asam, sehingga pada penambahan TCA mampu menyebabkan
denaturasi protein baik pada tripsin maupun denaturasi protein dalam kasein.
Terjadinya denaturasi inilah yang menyebabkan terbentuknya endapan,
sehingga dapat dianalisis pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi
enzimatis. Selain menyebabkan terjadinya denaturasi protein, penambahan
TCA juga menyebabkan pH larutan menjadi menurun (asam), sehingga
kompleks enzim substrat yang terbentuk menjadi tidak stabil dan aktivitas
enzim dalam mengkatalisis reaksi hidrolisis protein dalam kasein menjadi
terhenti akibat terjadinya penurunan pH, hal ini mengingat enzim tripsin
bekerja secara optimal pada pH 8,0.
Reagen Folin-Ciocalteu (bening dan berwarna kuning) merupakan
campuran fosfotungstat dan fosfomolibdenum. Reagen ini dapat direduksi oleh
gugus fenolik pada asam amino tirosin yang ada pada filtrat menghasilan
tungstat dan molibdat yang berwarna biru. Berdasarkan hasil percobaan, ketika
filtrat ditambahkan dengan reagen Folin-Ciocalteu dihasilkan larutan bening
kebiruan yang kepekatannya meningkat dari tabung I sampai tabung V.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa produk yang
dihasilkan dari tabung I sampai tabung V meningkat seiring dengan
menigkatnya kepekatan warna larutan. Pengukuran absorbansi larutan diukur
pada 650 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan hasil
sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Absorbansi Filtrat untuk Waktu 20 Menit dan
waktu 0 Menit dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
No Tabung A ΔA
t = 0 menit 0,41 0
I
t = 20 menit 0,41
t = 0 menit 0,47 0,06
II
t = 20 menit 0,41
t = 0 menit 0,54 0,09
III
t = 20 menit 0,45
t = 0 menit 0,54 0,11
IV
t = 20 menit 0,65
t = 0 menit 0,53 0,15
V
t = 20 menit 0,68

Perhitungan konsentrasi substrat untuk setiap tabung reaksi adalah


sebagai berikut. Massa susu yang ditimbang = 2,00 gram dalam 100 mL
aquades dengan perhitungan sebagai berikut.

2,0 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑔


[𝑘𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛] = = 0,02 = 20,0
100 𝑚𝐿 𝑚𝐿 𝑚𝐿

 Tabung I
V1 = 0,1 mL ; V2 = 7,0 mL

M1 = 20,0 mg/mL

V1 x M1 = M2 x V2

0,1 mL x 20,0 mg/mL = M2 x 7,0 mL

0,1 𝑚𝐿 𝑥 20,0 𝑚𝑔/𝑚𝐿


𝑀2 =
7 𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝑀2 = 0,286
𝑚𝐿

[S] = 0,286 mg/mL

1 𝑚𝐿
= 3,50
[𝑆] 𝑚𝑔
 Tabung II
V1 = 0,5 mL ; V2 = 7,0 mL

M1 = 20,0 mg/mL

V1 x M1 = M2 x V2

0,5 mL x 20,0 mg/mL = M2 x 7,0 mL

0,5 𝑚𝐿 𝑥 20,0 𝑚𝑔/𝑚𝐿


𝑀2 =
7 𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝑀2 = 1,43
𝑚𝐿

[S] = 1,43 mg/mL

1 𝑚𝐿
= 0,70
[𝑆] 𝑚𝑔

 Tabung III
V1 = 1,0 mL ; V2 = 7,0 mL

M1 = 20,0 mg/mL

V1 x M1 = M2 x V2

1,0 mL x 20,0 mg/mL = M2 x 7,0 mL

1,0 𝑚𝐿 𝑥 20,0 𝑚𝑔/𝑚𝐿


𝑀2 =
7 𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝑀2 = 2,86
𝑚𝐿

[S] = 2,86 mg/mL

1 𝑚𝐿
= 0,35
[𝑆] 𝑚𝑔

 Tabung IV
V1 = 3,0 mL ; V2 = 7,0 mL

M1 = 20,0 mg/mL

V1 x M1 = M2 x V2

3,0 mL x 20,0 mg/mL = M2 x 7,0 mL

3,0 𝑚𝐿 𝑥 20,0 𝑚𝑔/𝑚𝐿


𝑀2 =
7 𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝑀2 = 8,57
𝑚𝐿

[S] = 8,57 mg/mL

1 𝑚𝐿
= 0,117
[𝑆] 𝑚𝑔

 Tabung V
V1 = 5,0 mL ; V2 = 7,0 mL

M1 = 20,0 mg/mL

V1 x M1 = M2 x V2

5,0 mL x 20,0 mg/mL = M2 x 7,0 mL

5,0 𝑚𝐿 𝑥 20,0 𝑚𝑔/𝑚𝐿


𝑀2 =
7 𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝑀2 = 14,3
𝑚𝐿

[S] = 14,3 mg/mL

1 𝑚𝐿
= 0,07
[𝑆] 𝑚𝑔

Harga Vo pada masing-masing tabung dapat diturunkan dari persamaan A = ε b C,


dengan ε.b merupakan harga tetapan, sehingga dapat diasumsikan ε.b adalah
konstanta, sehingga A = k . C, dimana A adalah absorbansi, C adalah konsentrasi,
dan k adalah konstanta. Berdasarkan hal tersebut, maka A∼C. Rumusan kecepatan
adalah

[𝐶]
𝑉0 =
𝑡0

Karena A~C, maka

𝐴
𝑉=
𝑡0

Karena t0 tetap yaitu t = 0 menit dan 20 menit, maka V0 = A, sehingga

1 1
=
𝐴 𝑉0

1 1
Untuk mengetahui harga 𝑉 dapat diapresiasikan dari harga 𝐴 untuk masing-masing
0

tabung. Perhitungan serapan masing-masing tabung adalah sebagai berikut.

 Tabung I
ΔA = 0
1 1
=0=~
𝐴
1
= ~ mol/menit
𝑉0

 Tabung II
ΔA = 0,06
1 1
= = 16,67
𝐴 0,06
1
= 16,67 mol/menit
𝑉0

 Tabung III
ΔA = 0,09
1 1
= = 11,12
𝐴 0,09
1
= 11,12 mol/menit
𝑉0
 Tabung IV
ΔA = 0,11
1 1
=
𝐴 0,11
1
= 9,09 mol/menit
𝑉0

 Tabung V
ΔA = 0,15
1 1
= = 6,67
𝐴 0,15
1
=6,67 mol/menit
𝑉0

Tabel 6. Nilai Laju Reaksi Enzimatis (1/V0) dan Konsentrasi Substrat (1/[S])
Tabung Absorbansi 1/A =1/V0 1/[S]
(A)
I 0 ~ 3,50
II 0,06 16,67 0,70
III 0,09 11,12 0,35
IV 0,11 9,09 0,117
V 0,15 6,67 0,069
Laju Reaksi Enzimatis (1/V0) terhadap Konsentrasi Substrat
(1/[S])
18
16
14 y = -2.8794x + 11.438
12 R² = 0.466

10
1/V0

Hubungan
8 antara
1/[S] dan
Y-Values
6
1/V0
4
2 Linear
(Hubungan
Linear (Y-Values)
0 antara
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1/[S] dan
1/V0
1/[S]

Kurva Hubungan Laju Reaksi Enzimatis (1/V0) terhadap Konsentrasi Substrat


(1/[S])
1 1
Kurva yang dihasilkan antara dengan menghasilkan persamaan regresi
𝑉0 [𝑆]

linear, yaitu: y = -2,8794x + 11,438. Persamaan ini dikaitkan dengan persamaan


yang dinyatakan oleh Lineweaver-Burk, yaitu:
1 𝐾𝑀 1 1
=( ) +
𝑉0 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 [𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat ditentukan bahwa y adalah
menyatakan 1/V0, gradient (m) menyatakan Km/Vmaks, serta intersep (b)
menyatakan 1/Vmaks. Diketahui bahwa harga Vmaks merupakan harga saat x = 0,
sehingga
1 𝐾𝑀 1 1
=( ) +
𝑉0 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 [𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
1 1
=
𝑉0 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
y = -2,8794x + 11,438
1
= −2,8794x + 11,438
𝑉0
1 1
= = 11,438
𝑉0 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,0874 μmol/menit

Sedangkan titik potong pada sumbu 1/[S] adalah 1/KM, yaitu harga saat y = 0,
sehingga:
y = -2,8794x + 11,438
0 = -2,8794x + 11,438
2,8794 x = 11,438
x = 3,972
Dengan demikian, -1/KM nilainya adalah 3,972. Maka harga KM adalah
1
− 𝐾 = = 3,972
𝑀

KM = = -0,252 mg/mL
Sehingga diperoleh harga Vmaks sebesar 0,142 μmol/menit dan harga KM sebesar
-0,252 mg/mL.

VII. SIMPULAN
Dari persamaan Lineweaver-Burk diperoleh harga Vmaks sebesar 0,142
μmol/menit dan harga KM sebesar -0,252 mg/mL.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga

Nurlita, Frieda., Muderawan, I Wayan., Suja, I Wayan. (2002). Buku Ajar


Kimia Organik II. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Redhana, I Wayan., & Maryam, Siti.(2003). Penuntun Praktikum Biokimia.


Singaraja:IKIP Negeri Singaraja.

Redhana, I Wayan., & Maryam, Siti. (2004). Buku Ajar Biokimia (Jilid 1).
Singaraja : IKIP Negeri Singaraja

Anda mungkin juga menyukai