Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN III : POTENSIOMETRI (PENGUKURAN PH)

DISUSUN OLEH :
KELAS A2A
KELOMPOK 4

Ni Putu Rusi Damayani 171200151

Ni Putu Sintya Dewi 171200152

Nyoman Adhi Krisnada 171200153

Nyoman Andilia Krisdhina 171200154

Pande Galang Ayu Lestari 171200155

Putu Risma Riantini 171200156

Putu Rista Melina Ayu Sangging 171200157

Si Luh Ayu Nyoman Shinta Pradewi 171200158

Sindy Astika Damayanti 171200159

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Membuat kurva hubungan pH-volum pentiter
2. Menentukan titik akhir titrasi
3. Menghitung kadar zat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analit atau Sampel


2.1.1 Asam Klorida
Asam klorida mengandung tidak kurang dari 35 % dan tidak
lebih dari 38 % HCl. Pemerian cairan antara lain tidak berwarna,
berasap, mudah menguap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan
dua bagian air asap akan hilang (Depkes RI, 1979).

2.2 Metode Analisis


2.2.1 Teori Dasar atau Prinsip
2.2.1.1 Teori Dasar
Potensiometri merupakan suatu cabang dari ilmu kimia
elektroanalisis yang mempelajari pengukuran perubahan potensial
dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari suatu larutan.
Reaksi yang terjadi dalam potensiometri adalah penambahan atau
pengurangan ion dengan jenis elektrodanya. Potensial reaksi dihitung
dengan menambahkan sedikit demi sedikit volume titran secara
berturut-turut (Khopkar, 2003). Ion yang dapat dititrasi dan potensial
diukur untuk mengetahui titik ekivalen titrasi. Hal ini dapat
diterapkan terhadap semua jenis reaksi yang sesuai untuk analisa
titrimetrik (Day dan Underwood, 1998). Cara potensiometri ini dapat
bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan
titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah
kesetaraan sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan suatu indikator (Rivai, 1995).
Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan
elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui
dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang
banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena konstannya
potensial yang dihasilkan.
Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan elektroda
pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan
elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus. Elektroda
membrane gelas sensitive terhadap perubahan jumlah ion hidrogen
(H+). Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion tersebut diamati.
Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat
ditentukan titik akhir titrasinya. Pada titik akhir titrasi terjadi lonjakan
perubahan pH secara drastis dengan perubahan volume yang kecil
(Roth dan Blaschke, 1994).
Reaksi yang terjadi dalam potensiometri adalah penambahan
atau pengurangan ion dengan jenis elektrodanya. Potensial reaksi
dihitung dengan menambahkan sedikit demi sedikit volume titran
secara berturut turut (Khopkar, 2003). Ion yang dapat dititrasi dan
potensial diukur untuk mengetahui titik ekivalen titrasi. Hal ini
diterapkan terhadap semua jenis reaksi yang sesuai untuk analisa
titrametrik (Day, 1998). Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,
misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat
pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan
indikator (Rivai, 1995).
Metode potensiometri dapat digunakan untuk menentukan titik
ekivalen suatu titrasi baik pada titrasi asam-basa, redoks,
kompleksometri, maupun titrasi pengendapan. Alat-alat yang
digunakan dalam metode potensiometri adalah elektrode pembanding,
elektrode indikator dan alat potensial.
Titrasi potensiometri melibatkan pengukuran perbedaan
potensial antara elektrode indikator dan elektrode pembanding selama
titrasi. Selisih potensial tersebut diukur dengan potensiometer atau
pH-meter. Hal ini karena nilai pH berbanding langsung dengan
potensial suatu larutan.
pH-meter adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur pH
suatu larutan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengikuti titrasi
asam-basa atau menentukan titik akhir titrasi asam-basa sebagai
penganti indikator. Alat ini dilengkapi dengan elektrode kaca dan
elektrode kalomel atau gabungan dari keduanya (elektrode
kombinasi).
Elektrode membran gelas sensitif terhadap perubahan jumlah
ion hidrogen (H+). Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion
tersebut diamati. Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs
pH, dapat ditentukan titik akhir titrasinya. Pada titik akhir titrasi
terjadi lonjakan perubahan pH secara drastis dengan perubahan
volume pentiter yang kecil. (Susanti, dkk., 2011)
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan
Nernst yang dilakukan dengan cara pengukuran dua elektroda tidak
terpolarisasi pada kondisi arus nol, yang mana persamaan ini
menyatakan adanya hubungan antara potensial relatif suatu elektroda
dengan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan
(Khopkar, 2003).
Potensiometri memiliki beberapa keuntungan yaitu cara
potensiometri ini sangat berguna ketika tidak ada indikator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi, misalkan ketika sampel
yang akan dititrasi keruh atau berwarna dan ketika daerah titik
ekivalen sangat pendek sehingga tidak ada indikator yang cocok.
Biayanya yang relatif murah dan sederhana. Voltmeter dan elektroda
jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang paling modern.
Selain itu, pada saat potensial sel dibaca pada metode potensiometri,
tidak terdapat arus yang mengalir dalam larutan dimana arus residual
tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan. Manfaat
potensiometri secara umum yaitu untuk menetapkan tetapan
kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh
dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi
waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk
pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi. Sedangkan manfaat
metode potensiometri ini dalam analisis di bidang farmasi yaitu
potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada
titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi
pembentukan kompleks (Khopkar, 2003).

2.2.1.2 Prinsip
Adapun Prinsip dari potensiometri didasarkan pada pengukuran
potensial listrik antara elektrode pengukur (elektroda indikator)
dengan elektroda pembanding yang dicelupkan pada suatu larutan.
Untuk mengukur potensial pada elektroda indikator harus digunakan
elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang
mempunyai harga potensial tetap selama pengukuran (Gandjar dan
Rohman, 2007).

2.2.2 Instumentasi
Instrumentasi spektrofotometri yang digunakan pada praktikum ini
adalah :
1. Elektroda Indicator
 Elektroda indicator selektif ion
 Elektroda logam-ion logam
 Elektroda inert
2. Elektroda Pembanding (Referensi)
 Elektroda kalomel
 Elektroda perak/perak klorida
3. Jembatan Garam
4. Alat Pengukur
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
Adapun peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Labu takar 25 mL dan 50 mL
2. Pipet volume 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
3. Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
4. Labu Erlenmeyer 100 mL
5. PH meter digital
6. Buret 10 mL dan 25 mL
7. Botol semprot
8. Tissue
9. Lap pel
10. Elektroda gelas (pH meter)
11. Statif
12. Ballfiller

3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut
1. Larutan NaOH 0,1 N
2. Larutan HCl 0,1 N
3. Aquadest
4. Larutan Asam Oksalat 0,1 N
BAB IV

PROSEDUR KERJA

4.1 Penyiapan Larutan


4.1.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan gelas beaker. Ditambahkan
aquadest secukupnya dan diaduk sampai larut. Larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100
mL kemudiam dogojog hingga homogen.
4.1.2 Pembuatan Larutan HCL 0,1 N
Dipipet sebanyak 0,2 mL HCL 37% b/b. dimasukkan ke dalam labu ukur
25 mL. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 25 mL kemudian
digojog hingga homogeny.
4.1.3 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,6 gram asam oksalat kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beaker. Ditambahkan aquadest secukupnya dan diaduk
sampai larut. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 mL kemudian digojog
hingga homogen.

4.2 Pengukuran Larutan


4.2.1 Penyiapan Buret
Buret yang sudah dibersihkan dipasang pada statif dengan baik. Buret
diisi dengan NaOH
4.2.2 Standarisasi NaOH 0,1 N
Dipipet sebanyak 5 mL asam oksalat dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein
dilakukan titrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna merah muda
stabil. Dicatat volume NaOH yang digunakan. Titrasi diulang sebanyak
3 kali.
4.2.3 Titrasi Asma-Basa
Elektroda membrane gelas dicuci dengan aquadest dan dikalibrasi.
Dimasukkan HCl sebanyak 10 mL pada gelas beaker. Dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 25 mL. Elektroda membrane gelas dicelupkan
pada larutan HCl tersebut, dijaga agar elektroda tidak bersinggungan
dengan dindimg dasar gelas kimia. Dilakukan titrasi menggunakan
NaOH yang telah dibakukan dengan penambahan volume sesuai buku
petunjuk praktikum pada table penambahan pentiter. Diukur potensial
larutan setiap penambahan pentiter dengan melihat angka yang tertera
pada pH meter. Dilakukan titrasi hingga terjadi penurunan drastic nilai
potensial.
BAB V
SKEMA KERJA

5.1 Penyiapan Larutan


5.1.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Timbang NaOH sebanyak 0,4 gram dengan gelas beaker

Ditambahkan aquadest secukupnya dan diaduk sampai larut

Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 mL kemudiam


dogojog hingga homogen.

5.1.2 Pembuatan Larutan HCL 0,1 N

Dipipet sebanyak 0,2 mL HCL 37% b/b

Masukkan ke dalam labu ukur 25 mL

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 25 mL kemudian


digojog hingga homogen.
5.1.3 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N

Timbang sebanyak 0,6 gram asam oksalat kemudian


dimasukkan ke dalam gelas beaker

Tambahkan aquadest secukupnya dan diaduk sampai larut

Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

Tambahkan aquadest sampai tanda batas 100 mL kemudian


digojog hingga homogen

5.2 Pengukuran Larutan


5.2.1 Penyiapan Buret
Bersihkan buret, lalu buret dipasang pada statif dengan baik

Lalu, Buret diisi dengan NaOH

5.2.2 Standarisasi NaOH 0,1 N

Dipipet sebanyak 5 mL asam oksalat dan dimasukkan ke dalam


labu Erlenmeyer

Tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein

Lakukan titrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna merah


muda stabil
Dicatat volume NaOH yang digunakan. Titrasi diulang
sebanyak 3 kali.

5.2.3 Titrasi Asma-Basa

Elektroda membrane gelas dicuci dengan aquadest dan


dikalibrasi.

Dimasukkan HCl sebanyak 10 mL pada gelas beaker

Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 mL.

Elektroda membrane gelas dicelupkan pada larutan HCl


tersebut, dijaga agar elektroda tidak bersinggungan dengan
dindimg dasar gelas kimia

Dilakukan titrasi menggunakan NaOH yang telah dibakukan


dengan penambahan volume sesuai buku petunjuk praktikum
pada table penambahan pentiter.

Diukur potensial larutan setiap penambahan pentiter dengan


melihat angka yang tertera pada pH meter. Dilakukan titrasi
hingga terjadi penurunan drastic nilai potensial.
BAB VI
DATA PENGAMATAN

6.1 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N (Indikator: fenolflatein)

Titrasi Volume NaOH Warna Kesimpulan


ke - (mL)

6.2 Titrasi HCl

Volume Pentiter (mL) pH

2 Ml

2 mL

2 mL

1 mL

1 mL

1 mL

1 mL

0,5 mL

0,2 mL

0,2 mL

0,1 mL
0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,1 mL

0,2 mL

0,2 mL

0,5 mL

1,0 Ml

1,0 mL

1,0 mL
DAFTAR PUSTAKA

Day R. A dan A. L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit UI Press.

Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.

Roth, H. J. Dan G. Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada.

Skoog, Douglas A., F. James Holler, dan Stanley R. Crouch. 2007. Principles of

Instrumetal Analysis, Sixth Edition. California: Thomson Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai