Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik
farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyadiaan
sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan
terhadap pasien diantaranya layanan klinik, evaluasi efikasi, dan keamanan
penggunaan obat dan penyediaan informasi obat.Farmasi adalah ilmu yang
mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi,
kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk
pula sifat-sifat obat dan distribusi penggunaanya yang aman (Syamsuni,2006).
Dalam dunia farmasi terdapat cabang ilmu lainnya. Salah satunya ialah
farmakognosi.Menurut Dewoto (2007), farmakognosi adalah salah satu cabang ilmu
yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan
sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji
farmakodinamik, uji toksikologi, dan uji biofarmasetika.
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
makhluk untuk dalam maupun bagian luar, guna mencegah,meringankan, maupun
menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2007). Sedangkan obat tradisional menurut
Dirjen POM (1999), yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewani, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebutyang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Menurut Permenkes (2012), obat tradisional digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya
dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan serta digunakan secara tradisional dan
belum melalui uji apapun.
2. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang berasal dari ekstrak bahan
tumbuhan, hewan atau mineral yang telah melalui uji praklinik pada hewan uji.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar dan khasiatnya telah
dibuktikan melalui uji klinik.
Obat tradisional telah banyak beredar di pasaran. Oleh karena itu, perlu
diadakan praktikum ini untuk melihat dan membandingkan obat tradisional yang
beredar di pasaran dan menguji kelayakan obat tradisional tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi serbuk simplisia baik tunggal maupun campuran dengan
menggunakan mikroskop serta menyebutkan ciri khas simplisia yang
diperiksa.
2. Mengetahui struktur tanaman secara morfologis dan anatomis, identifikasi
tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau serbuk secara
makroskopis maupun mikroskopis.
3. Mengetahui keaslian dari obat-obat tradisional yang berada dipasaran.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi serbuk simplisia baik tunggal
maupun campuran dengan menggunakan mikroskop serta menyebutkan ciri
khas simplisia yang diperiksa.
2. Agar nahasiswa mampu mengetahui struktur tanaman secara morfologis dan
anatomis, identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau
serbuk secara makroskopis maupun mikroskopis.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui keaslian dari obat-obat yang berada
dipasaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Farmakognosi dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Oktober 2019
pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan praktikum yaitu
bertempat di Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat.
Alat Untuk alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu: Buku materi
medika, cover glass, cutter, kaca objek, mikroskop, pipet tetes, silet.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu: Alkohol 70%, aquadest,
jamu jahe, rimpang jahe, serbuk simplisia jahe, tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Uji Makroskopik
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diamati setiap bentuk bahan secara seksama
3. Ditulis keterangan morfologi dan bahan yang diamati
3.3.2 Uji Organoleptik
1. Disiapkan bahan yang akan diamati
2. Diamati warna dari sampel serbuk yang digunakan serta jamu
3. Diambil sedikit sampel kemudian didekatkan dihidumg
4. Ditentukan aroma yang dirasakan.
5. Diambil sedikit sampel serbuk kemudian digunakan lidah untuk merasakan
serbuk tersebut.
6 . Ditentukan rasa yang dirasakan pada serbuk dan jamu serta bandingkan
dengan literature.
3.3.3 Uji Mikroskopik
1. Diambil sampel yang digunakan yaitu rimpang jahe
2. Diiris setipis mungkin menggunakan silet
3. Diletakkan diatas kaca objek dan ditutup dengan cover glass
4. Diamati susunan anatomi
5. Diambil sampel serbuk simplisia jahe sedikit mungkin
6. Diletakkan diatas kaca objek dan ditutup dengan cover glass
7. Diamati susunan anatomi
8. Diambil serbuk jamu yang digunakan sedikit mungkin
9. Diletakkan diatas kaca objek dan ditutup dengan cover glass
10. Diamati susunan anatomi
11. Dibedakan hasil yang didapat dengan literature
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Uji Organoleptik
Pengamatan Jamu pasaran Literature
Warna Kuning kecoklatan Putih kekuningan
Bau Khas Bau khas menyengat
Rasa Pedas agak manis Pedas, pahit
4.1.2 Uji Mikroskopik
Tanaman Asli Jamu Serbuk Jahe Literature

1
4
5
2
a 3

b ket:
c a
Keterangan :
a. Endodermis a. Berkas
pembul a
b. Sel minyak
c. Serabut uh
Keterangan :
skelerenkim
a. Gambar
pertama;
Tanaman asli
1. Endodermis
2. sel parenkim
3. sel minyak
4.berkas
pembuluh
5.serabuk
skelerenkim
b. gambar kedua
serbuk
a. Berkas
pembuluh

4.2 Pembahasan
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral,sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan –
bahan tersebut yang dengan cara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Sampurno,2007).
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sampel jahe (Zingiber officiniale)
dimana berbagai jenis yaitu pada tanaman asli, jamu, dan serbuk simplisia yang akan
diuji dengan pengujian mikroskopik, makroskopik, dan organoleptik.
1. Uji makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan alat buku medika dan
dengan cara pengamatan langsung, dilakukan juga untuk mencari khususnya
morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji dan bias dibandingkan
morfologinya pada buku yang dimana ada sejenis tanaman yang teretera pada buku
itu. Menurut Febriani,dkk (2005) untuk diuji kebenaran perlu dilakukan uji
makroskopik yang dilakukan pertama yaitu menyiapkan bahan yang digunakan yaitu
tanaman asli pada rimpang jahe (Zingiber officiniale rhizoma) kemudian mengamati
setiap bentuk secara seksama, dari hasil yang didapat jahe dengan nama latin
Zingiber officiniale dan memiliki kandungan kimia dan khasiat juga kegunaan
sebagai obat tradisional.
2. Uji mikroskopik
Uji mikroskopik yaitu dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisianya dapat berupa
sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk mengetahui unsur
– unsur anatomi jaringan yang lebar dari simplisia.
Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Selanjutnya membersihkan alat dengan menggunakan alkohol
70%. Karena menurut Pratiwi (2008) alkohol 70% berfungsi sebagai desinfektan dan
antiseptik.
Setelah dilakukan persiapan dan pembersihan pada alat dan bahan kita
melakukan langkah pengamatan penampang setiap sampel simplisia jahe serbuk,
jamu jahe, dan rimpang jahe. Untuk sampel pertama, diambil rimpang jahe dengan
dimana diiris setipis mungkin agar dapat terlihat sel- sel pada saat pengamatan dan
diletakkan diatas kaca objek, menetesi dengan aquadest dan ditutup dengan cover
glass, dilakukan pengamatan dibawah mikroskop.
Sampel kedua pada jamu jahe, diambil sedikit serbuk jahe yang dapat diamati
dimikroskop dengan diletkkan diatas kaca objek dan dibasahi dengan aquadest
ditutup dengan cover glass dan dilakukan pengamatan, begitu pula untuk serbuk
simplisia jahe dilakukan sama halnya dengan cara kerja pada jamu.
Hasil yang didapat pada tanaman asli dimana susunan anatominya dan
gambarnya tidak sama dengan gambar dari penelitian Henny (2000), dimana
penampangnya begitu jelas dan susunan anatominya bisa diketahui, dibandingkan
dengan yang didapat pada perbesaran 40x gambarnya terlalu kecil dan tidak begitu
jelas, begitupun pada sampel jahe lainnya dengan serbuk jahepun susunan
anatominya didapat sedikit sesuai dengan penelitian dari Tati (2009), dimana pada
penelitian ini didapat 4 jenis penampang anatomi pada serbuk jahe yakni jaringan
gabus, butir pati, parenkim dan sel skelerenkimdan berkas pembuluh, dibandingkan
yang didapat yaitu hanya 1 pada bagian berkas pembuluh namun tak sama.
3. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau
dan rasa simplisia yang diuji. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia
memiliki karakteristik sendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia
atau penyusun jamu. Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus dipahami
bahwa masing – masing jaringan tanaman berbeda morfologi dan anatominya (Egon,
1985)
Pada percobaaan ini, dilakukan pemeriksaan bau, warna, dan rasa pada serbuk
simplisia jahe dan jamu yang telah diolah dan didapat dimana pada warna, rasa, dan
bau serbuk asli jahe rasa masih alami baupun masih menyengat, dan warna seperti
warna jahe serbuk putih kekuningan, sedangkan pada jamu telah tercampur dengan
zat tambahan sehingga rasa yang berebeda dan bau yang berbeda serta warna.
Pada tidak samanya hasil yang didapat ketika dibandingkan dengan
literature,maka dapat diberikan pada kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini
yaitu kurang teliti pada saat penambahan aquadest diatas kaca objek dan kurang
tepatnya dalam pengsian sampel untuk diamati dan penambahan serbuk yang
berlebihan pada kaca objek serta pada saat pengamatan perbesaran yang digunakan
hanya didapat pada perbesaran tertentu sehingga didapat hasil yang tidak sesuai
dengan literature walaupun gambar hamper sama.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada serbuk simplisia jahe dalam pengidentifikasian dengan mikroskopik bisa
dilihat pada hasil penampangyang didapat terdiri dari jaringan gabur, bulir
padi, dan berkas pembuluh. Yang ditemukan hanya berkas pembuluh yang
memanjang. Selain itu, ciri khas dari serbuk jahe adalah bau yang khas dan
rasa yang pedas serta warna yang berbeda.
2. Secara morfologi pada uji makroskopis ditemukan ukuran rimpang jahe
bentuknya serta anatomi. Pada uji mikroskopis terdiri dari endodermis sel
minyak dan lain-lain.
3. Pada obat tradisional yang kami gunakan sudah tidak memiliki keaslian lagi
karena pada serbuk jamu tersebut sudah terdapat beberapa senyawa yang
tercampur. Sehingga sifat asli dari bahan dasarnya telah berubah baik dari segi
rasa, warna, maupun bau.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Asisten
Asisten lebih memperhatikan praktikan pada saat melakukan praktikum,
terutama saat melakukan setiap perlakuan pada suatu percobaan saat praktikum
berlangsung.
5.2.2 Saran Laboratorium
Lebih melengkapi sarana dan pra sarana dalam laboratorium untuk
memperlancar jalannya praktikum.
5.2.3 Saran Jurusan
Sarana dan prasarananya sebaiknya ditingkatkan kembali agar kualitas kerja
lebih baik lagi.
5.2.4 Saran Praktikan
Diharapkan agar praktikan lebih meningktkan kinerjanya sehingga dapat
memahami serta melakukan dengan baik praktikum yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, dkk. 2005. Pengertian dan tujuan pengawasan. Jakarta : PT. Gramedia
Syamsuni H.A. 2006. Ilmu resep. Jakarta : EGC
Syamsuni H.A. 2007. Ilmu resep. Jakarta : EGC
Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka.
Majalah kedokteran Indonesia . 57(7): hal.205,208.
Dirjen POM. 1999. Peraturan perundang – undangan dibidang obat tradisional.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Permenkes R.I No.007/ Menkes/VII. 2012. Tentang registrasi obat tradisional.
Jakarta: departemen kesehatan RI
Sampurno. 2007. Jamu dan obat tradisional cina. Yogyakarta : UGM
Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi. Bandung: ITB
Pratiwi .2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga
Henny D.A, L. Hadisoewignyo.2012. Optimasi formula tablet effervescent ekstrak
rimpang jahe merah. Jurnal farmasi sains dan komunitas. Hal. 75-
84.ISSN:1693-5683. Surabaya : Fakultas farmasi, Unika Widya
Mandala.
Tati. S .R. 2009. Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe
Merah Dan Ekstrak Rimpang Kunyit Dalam Sediaan Topical Pada
Mencit Jantan.Skripsi. Medan: Universitas Sumater Utara.

Anda mungkin juga menyukai