Anda di halaman 1dari 18

I.

PRINSIP DAN TUJUAN


Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku
dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi.

Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair kinerja
tinggi.
2. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair kinerja
tinggi.
3. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil penetapan kadar.

II. DASAR TEORI


Kromatografi merupakan metode pemisahan komponen-komponen campuran yang
didasarkan atas distribusi differensial komponen sampel diantara 2 fasa, yaitu fasa gerak
dan fasa diam. HPLC (kromatografi cair kinerja tinggi) merupakan salah satu teknik
kromatografi yan didasarkan pada perbedaan distibusi molekul-molekul komponen di
antara dua fasa (fasa gerak dan fasa diam) yang berbeda kepolarannya. Teknik HPLC
merupakan satu teknik kromatografi cair-cair yan dapat digunakan baik untuk keperluan
pemisahan, pengidentifikasian, maupun analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran luas puncak analit dalam kromatogram yang dibandingkan dengan luas area
standar. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka perbandingan dilakukan dengan
menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Pada percobaan kali ini, yang akan dilakukan adalah penentuan kadar parasetamol
dalam sampel dengan metode HPLC. Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat
polar dan gugus kromofor yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.
Karakteristik senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan
kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti air atau metanol. (Wiji
dkk,2009:11)

Laporan Praktikum ANFISKO Page 1


Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam.
Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Paracetamol aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol
tidak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin.
Paracetamol atau Asetaminofen atau N-Acetyl-para-aminophenol memiliki berat
molekul 151,17 g/mol, rumus empiris C8H9NO2, titik leleh 169C-170,5C, larut dalam
etanol, metanol dan etil asetat, larut dalam air dingin, bersifat polar karena adanya cincin
benzen, nitrogen, amida, dan gugus OH.
HPLC adalah bentuk kromatografi kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan
kimia analitik yang memanfaatkan perbedaan jenis fasa diam (khususnya rantai karbon
jenuh hidrofobik). Instrumentasi HPLC terdiri dari fasa gerak, pompa, sistem penginjeksian
sampel, kolom, detektor dan rekorder.
1. Pompa
Pompa dalam HPLC dapat dianalogikan dengan jantung pada manusia yang berfungsi
untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi serbuk halus. Sifat-sifat yang
diperlukan oleh fasa gerak adalah:
a. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis.
b. Zat cair harus murni untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat mengganggu
interpretasi kromatogram.
c. Zat cair harus jernih untuk menghindari penyumbatan pada kolom.
d. Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
e. Zat cair tidak kental.
f. Sesuai dengan detektor.
Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan: (a)
menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/ins2); (b) keluaran bebas pulsa; (c) kecepatan
alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit; (d) bahan tahan korosi; (e) dapat mengalirkan fase

Laporan Praktikum ANFISKO Page 2


gerak dengan reprodusibilitas yang tinggi. Dikenal tiga jenis pompa yang masing-masing
memiliki keuntungan dan kekurangan yaitu pompa reciprocating, displacement dan
pneumatic.
Fasa gerak dapat dipompakan ke dalam kolom dengan tiga cara, yaitu:
a. Isokratik: aliran tetap (konstan) dan ketetapan komposisi dari fasa gerak tetap berlaku.
b. Gradient elution: aliran konstan dan perubahan komposisi dari fasa gerak terjadi. Mode
gradien memberikan pemisahan yang lebih sempurna daripada mode isokratik.
c. Flow program: aliran bervariasi dan ketetapan komposisi dari fasa gerak terjadi.

2. Pemasukan cuplikan
Sampel yang dapat diamati dengan HPLC memiliki beberapa persyaratan, yaitu: a).
Senyawa-senyawa ionik; b). Senyawa-senyawa yang tak stabil (yang jika diuapkan akan
mengalami peruraian); c). Senyawa-senyawa dengan massa molekul yang besar.
Cuplikan yang dimasukkan harus sekecil mungkin, beberapa puluh L. Selain itu, perlu
diusahakan tekanan tidak menurun ketika memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa
gerak. Beberapa teknik pemasukkan cuplikan ke dalam sistem HPLC yaitu injeksi syringe,
injeksi stop flow, dan kran cupikan.
Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak melalui dua langkah: 1)
sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih
berada dalam loop. 2) kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi injeksi
dan fasa gerak melalui kolom.

3. Kolom
Kolom merupakan tempat berlangsungnya pemisahan komponen campuran. Kolom
HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang terbuat dari geals
berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tempat terjaidnya pemisahan campuran
menjadi komponen-komponennya. Bergantung keperluannya, kolom utama dapat
digunakan untuk analisis atau preparasi. Untuk keperluan preparatif, setiap komponen yang
keluar dari kolom ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan
dengan fraction colectur. Kolom utama berisi fasa diam berupa cairan sukar menguap dan
stabil, misalnya C-18.

Laporan Praktikum ANFISKO Page 3


Selain kolom utama, dikenal pula kolom pengaman (guard kolom). Kolom pengaman
mempunyai dua fungsi yaitu untuk menyaring kotoran yang terbawa dalam fasa diam dan
untuk menjenuhkan fasa diam dalam rangka menghindarkan terjadinya erosi fasa diam oleh
aliran pelarut. Dengan demikian, kerusakan kolom utama yang mahal dapat dihindarkan.

4. Detektor
Alat ini mendeteksi komponen-komponen yang meninggalkan kolom. Detektor HPLC
dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu detektor umum memberi respon terhadap fasa
gerak yang dimodulasi dengan adanya solut, detektor spesifik memberi rewspon terhadap
beberapa sifa solut yang tidak dimiliki oleh fasa gerak. Terakhir, detektor yang bersifat
umum terhadap solut, setelah fasa gerak dihilangkan dengan penguapan. Ada beberapa
contoh detektor HPLC, diantaranya detektor UV, detektor elektrokimia, dan detektor
fluorometrik.
Persyaratan detektor HPLC :
a. Sensitif
b. Stabilitas dan keterulangan tinggi
c. Respon linear terhadap solut
d. Waktu respon pendek sehingga tidak tergantung kecepatan alir

5. Recorder (komputer dan Printer)


Hasil percobaan akan dicetak dalam bentuk kromatogram yang terlihat oleh komputer.
Kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas
peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran dan jumlah peak menyatakan
jumlah komponen. Analisis kualitatif dapat dilakuakan dengan cara membandingkan waktu
retensi (Tr) analit/sampel dengan waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif
dapat dilakukan dengan didasarkan pada luas area peak atau tinggi peak dengan metode
standar kalibrasi.

Adapun kelebihan penggunaan HPLC adalah:


a. Dapat menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi karena
dilakukan pada suhu kamar.

Laporan Praktikum ANFISKO Page 4


b. Dapat menganalisis cuplikan-cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik.
c. Dapat menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau titik didih
sangat tinggi seperti polimer.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a. Kurang cocok untuk sampel yang berupa gas
b. Mahal

Jenis-jenis HPLC:
1. Kromatografi adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang agak
polar. Pertikel-partikel silika atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Gugus-
gugus polar silanol pada permukaan silika dan gugus polar aluminol pada permukaan
alumina bertindak sebagai tempat adsorbsi molekul-molekul polar. Jenis kromatografi ini
menggunaka fasa gerak nonpolar seperti heksana dan jenis kromatografi ini disebut juga
kromatografi fasa normal.
2. Kromatografi partisi
Pada kromatografi partisi, retensi solut dan pemisahan analog dengan ekstraksi cair-
cair. Konsentrasi solut dalam masing-masing fasa cair sinyatakan dengan koefisien partisi.
Biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam sehingga disebut kromatografi fasa
terbalik.
3. Kromatografi fasa terikat
Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan paling
banyak digunakan pada saat sekarang. Kromatografi fasa terikat dioperasikan dengan mode
fasa terbalik. Akan tetapi, sorben fasa terikat terdidi dari partikel silika akan dimodifikasi
secara kimia dengan rantai alkil.
4. Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau
molekul-molekul yang dapat di-ionkan. Ion-ion bersaing dengan ion fasa gerak untuk
memperebutkan tempat berikatan pada fasa diam.
5. Kromatografi ekslusi ukuran

Laporan Praktikum ANFISKO Page 5


Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan kromatografi
ekslusi ukuran. Teknik ini berbeda dengan teknik-teknik kromatografi lainnya karena disini
hampir tidak ada fasa diam. Interaksi polar dan non-polar diantara solut dan fasa diam pada
dasarnya tidak diharapkan karena hal itu mempersulit retensi. Pemisahan terjadi karena
solut-solut berdifusi masuk dan keluar pori-pori material paking kolom. Molekul-molekul
yang lebih besar dari diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat dan dikenal
dengan istilah volume tereklusi. Sebaliknya, molekul-molekul kecil menempati volume
pori dan bertahan lebih lama.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
HPLC Agillent
Alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis

Bahan:
Baku pembanding parasetamol
Bahan baku parasetamol
Methanol pro HPLC
Aqua Bidest
Kolom HPLC C18

IV. PROSEDUR
a. Sistem Kromatografi
Fase diam : ODS, packing L1
Fase gerak : air : methanol = 3:1 (v/v)
Laju alir : 1.5 mL/menit
Lempeng teoritis : 1000
Tailing factor : maksimal 2
Detector : UV 243 nm

Laporan Praktikum ANFISKO Page 6


b. Uji Kesesuaian Sistem
Untuk menilaiapakah sistem kromatografi yang diset sudah memenuhi syarat atau
tidak, maka dilakukan uji kesesuaian sistem. Uji dilakukan dengan menginjeksikan
berturut-turut sebanyak 7 kali larutan standar kedalam instrument KCKT. Selanjutnya
luas area standar, waktu retensi, faktor ikutan dihitung nilai simpangan baku relatif
(SBR)nya. Uji kesesuaian sistem dinyatakan memenuhi syarat apabila nilai SBR <
2.0%.

c. Analisis Sampel
Larutan Standar
Timbang dengan seksama 25 mg baku pembanding parasetamol ke dalam labu takar 50
mL. Encerkan dengan fase gerak hongga tanda batas. Kocok larutan hingga homogen
(larutan stok baku pembanding parasetamol).
Buat serangkaianpengenceran larutan standar untuk pembuatan kurva kalibrasi. Pipet
masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 larutan stok baku pembanding ke dalam labu
takar 10 mL. Encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Saring larutan dengan
membran filter PTFE ukuran 0.45m. Larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat
KCKT. Hitung konsentrasi masing-masing larutan kurva kalibrasi.

Larutan Uji
Timbang dengan seksama 25 mg bahan baku parasetamol ke dalam labu takar 50 mL.
Encerkan dengan fase gerak hongga tanda batas. Kocok larutan hingga homogeny.
Pipet 1,0 mL larutan ke dalam labu takar 10 mL. Encerkan dengan fase gerak hingga
tanda batas. Saring larutan dengan membran filter nilon ukuran 0.45m. Larutan siap
untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT.

Cara Kurva Kalibrasi


Injeksikan masing-masing serangkaian konsentrasi larutan standar dan larutan uji. Catat
luas area kromatogram masing-masing larutan standar dan larutan uji. Dengan

Laporan Praktikum ANFISKO Page 7


menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan garis, hitunglah kadar larutan sampel
(jangan lupa factor pengencerannya).

Cara One Point


Ambillah luas area kromatogram salah satu larutan pembanding kemudian gunakan
untuk menghitung kadar larutan sampel dengan menggunakan metode One Point.

=

Cu = konsentrasi larutan uji


Lu = luas area kromatogram larutan uji
Ls = luas area kromatogram larutan standar
Cs = konsentrasi larutan standar
Bandingkanlah kedua hasil penetapan kadar tersebut. berilah komentar, diskusikan hasil
yang anda peroleh.

V. HASIL PENGAMATAN
Larutan Standar
No. Konsentrasi Waktu Retensi Luas Area
1 10 ppm 8,801 1106
2 20 ppm 8,753 91632
3 30 ppm 8,743 138176
4 40 ppm 8,736 12476
5 50 ppm 8,721 60489

Laporan Praktikum ANFISKO Page 8


Kurva Kalibrasi Standar Parasetamol
Y = 396.1x + 48893
R = 0.0122
160000
140000
120000
100000
Luas Area

80000
60000
40000
20000
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

Sampel Larutan Parasetamol


No. Waktu Retensi Area
1 8,704 96101

Kurva Sampel Larutan


Parasetamol

96101

8,704
WAKTU RETENSI AREA

Series1

Laporan Praktikum ANFISKO Page 9


Sampel Serbuk Parasetamol
No. Waktu Retensi Area
1 8,714 217593

Kurva Sampel Serbuk


Parasetamol

217593

8.714
WAKTU RETENSI LUAS AREA

Series1

Sampel Tablet Parasetamol


No. Waktu Retensi Area
1 8.701 143517

Kurva Sampel Tablet


Parasetamol

143517

8,701
WAKTU RETENSI LUAS AREA

Series1

Laporan Praktikum ANFISKO Page 10


PERHITUNGAN MENGGUNAKAN KURVA KALIBRASI

KADAR LARUTAN UJI (LARUTAN PARACETAMOL)


Y = 3961X + 48893
96101 = 3961X + 48893
3961X = 96101 48893
47208
X = 3961

X = 11. 92 ppm

KADAR LARUTAN UJI ( TABLET PARACETAMOL)


Y = 3961X + 48893
143517 = 3961X + 48893
3961X = 143517 48893
94624
X = 3961

X = 23,89 ppm

KADAR LARUTAN UJI ( SERBUK PARACETAMOL)


Y = 3961X + 48893
217593 = 3961X + 48893
3961X = 217593 48893
168700
X =
3961

X = 42,59 ppm

PERHITUNGAN MENGGUNAKAN CARA ONE POINT



=

KET :
Cu : konsentrasi larutan uji
Laporan Praktikum ANFISKO Page 11
Lu : luas area kromatogram larutan standar
Ls : luas area Kromatogram larutan uji
Cs : konsentrasi larutan standar

KADAR LARUTAN UJI (LARUTAN PARACETAMOL)


Lu
Cu = x Cs

91632
Cu = 96101 x 20 ppm

= 19,07 ppm

KADAR LARUTAN UJI ( TABLET PARACETAMOL)


Lu
Cu = x Cs

138176
Cu = 143517 x 30 ppm

= 28,88 ppm
KADAR LARUTAN UJI ( SERBUK PARACETAMOL)
Lu
Cu = x Cs

138176
Cu = 217593 x 30 ppm

= 19. 05 ppm

VI. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan larutan induk parasetamol, pembuatannya harus dilakukan dalam
satu kali pengerjaan, artinya untuk membuat larutan standar parasetamol dan untuk
keperluan pengenceran sampel harus menggunakan larutan induk parasetamol yang sama.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar peak yang ditunjukkan kromatogram sampel
memungkinkan masih berada dalam rentang konsentrasi larutan standar yang dibuat.
Selain itu, baik dalam pembuatan larutan induk parasetamol, larutan standar
parasetamol maupun sampel harus dihomogenkan, supaya larutan benar-benar bercampur
sempurna (merata). Larutan standar dan sampel juga harus didegassing untuk
menghilangkan gas-gas yang kemungkinan ada dalam larutan tersebut. Hal itu dilakukan

Laporan Praktikum ANFISKO Page 12


karena gas dapat mengganggu baseline pada kromatogram, sehingga peak yang dihasilkan
tidak sesuai.
Akibat perbedaan interaksi antara solut dengan fasa gerak dan fasa diam yang terjadi
mulai dari kolom sampai terdeteksi oleh detektor, maka hasil yang diperoleh adalah dalam
bentuk kromatogram yang diperlihatkan oleh rekorder. Deret larutan standar yang dibuat
mulai dari konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm
Pada perhitungan dengan persamaan kurva kalibrasi dengan larutan uji larutan
paracetamol, didapat kadar paracetamol ialah 11,92 ppm sedangkan menggunakan metode
one point 19,07 ppm.
Pada perhitungan dengan persamaan kurva kalibrasi dengan larutan uji tablet
paracetamol, didapat kadar paracetamol 23,89 ppm sedangkan menggunakan metode one
point 28,88 ppm.
Pada perhitungan dengan persamaan kurva kalibrasi dengan larutan uji serbuk
paracetamol, didapat kadar paracetamol 42,59 ppm sedangkan menggunakan metode one
point 19. 05 ppm.
Perbedaan hasil kadar sampel uji dengan standar melalui perhitungan dengan
menggunakan persamaan kalibrasi maupun metode one point bisa dikarenakan beberapa
kesalahan, diantaranya pengerjaan yang salah selama proses percobaan, pengkotor yang
ikut terbawa kedalam alat HPLC, maupun karena sampel paracetamol yang digunakan
tidak memenuhi standar.

Laporan Praktikum ANFISKO Page 13


VII. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini, yang dilakukan adalah penentuan kadar parasetamol dalam
sampel dengan metode HPLC. Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan
gugus kromofor yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik
senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar
seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti air atau metanol. Prinsip kerja analisis dengan
HPLC adalah analisis suatu senyawa berdasarkan kepolaran suatu sampel dan interaksinya
terhadap fasa gerak dan fasa diam.

HASIL PERHITUNGAN KADAR SAMPEL UJI PARACETAMOL


Jenis Larutan Tablet Serbuk
Perhitungan Parasetamol Parasetamol Parasetamol
Kurva Kalibrasi 11. 92 ppm 23,89 ppm 42,59 ppm
One Point 19,07 ppm 28,88 ppm 19. 05 ppm

Pertanyaan :

1. Jelaskan prinsip kerja kromatografi cair kinerja tinggi !


2. Jelaskan sistem kromatografi yang digunakan dalam percobaan kali ini, dari jenis
kromatografi (adsorpsi/ partisi), fase yang digunakan (fase normal/ fase terbalik )

Jawaban :
1. Prinsip dasar dari HPLC adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya.
Adapun prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji
diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah
menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil
pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV,
fluorometer atau indeks bias) pada panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari
detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan

Laporan Praktikum ANFISKO Page 14


menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung
online dengan alat HPLC tersebut.

2. Sistem yang digunakan yaitu kromatografi partisi, Prinsip kromatografi partisi dapat
dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang
dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang
dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer
dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan
fasa mobil adalah molekul pelarut yang ;mengisi ruang antar-partikel yang ter adsorbsi.
Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena
merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati
yang dicampur dengan adsorberf, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel
kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben.
Kemudian', pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan
pelarut yang teradsorbsi' oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat
terlarut akan rnengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan
berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-
masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa
lapisan.Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang,pocok untuk
memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat'etra'.lrut dengan
persamaan berikut.
Teknik yang dilakukan pada percobaan ini merupakan reverse phase atau
fasa terbalik karena teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak sedangkan
fasa diamnya menggunakan pelarut non polar

Laporan Praktikum ANFISKO Page 15


VIII. DAFTAR PUSTAKA
http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-
kromatografi.html.
https://anddyullahstika.wordpress.com/2015/02/21/praktikum-kiimia-analis-paracetamol-
uji-kualitatif/
Modul Praktikum Analisis Fisiko Kimia

Laporan Praktikum ANFISKO Page 16


IX. LAMPIRAN
Larutan Standar
1. 10 ppm

2. 20 ppm

3. 30 ppm

4. 40 ppm

5. 50 ppm

Laporan Praktikum ANFISKO Page 17


Laporan Praktikum ANFISKO Page 18

Anda mungkin juga menyukai