Disusun Oleh :
062119034
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan Percobaan
1.Memahami teknik titrasi amperometri dengan penetapan titik ekivalen melalui kurva “dad stop”
2. Dasar Teori
Dalam titrasi amperometri intensitas arus yang terukur merupakan fungsi dari titran yang
ditambahkan. Teknik dead stop ini dilaksanakan pengukuran arus pada potensi lebih (overvoltage)
yang sangat kecil dibawah kondisi arus difusi maksimum, Potensial selama titrasi dipertahankan
konstan dan pada setiap penambahan titran besarnya arus yang mengalir dicatat. Kekuatan arus
selama titrai tidak selalu dicatat, tetapi hanya perubahan tajam pada daerah sekitar titik ekivalen yang
diatur.
Titrasi yang melibatkan reaksi redoks, pada saat tidak ekivalen ternjadi keseimbangan reaksi
sehingga aliran arus berhenti. Kondisi ini disebut titik mati, dan setelah penambahan titran berlebih
mengalirkan arus. Titik ekivalen titrasi ditandai dengan perubahan tajam kurva titrasi. Untuk
pasangan redoks yang reversible misalnnya titrasi Fe 2+ dengan cerium IV, kekuatan arus akan
menurun tajam sebelum titik ekivalen dan kemudian meningkat tajam setelah titik ekivalen. Pada
sistem ini yang hanya titran yang bersifat reversible seperti iodine-tiosulfat, kenaikan arus nampak
setelah titran iodine berlebih karena sistem reversible dari iodine:
I2 + 2 e + 2I-
2S2O42- S4O82-
Fe2+ Fe3+ + e-
Ce4+ + e Ce3+
BAB II
ALAT DAN BAHAN
Data Pengamatantan
Data titrasi
Data titrasi standarisasi 25 mL larutan oksalat
ml Arus Terukur
vs Ce(SO4)2 Titran (MA) FeSO4.7H2O 278
0 0 (mr)
ml Arus Terukur
1 0,15 Fe = 56
Titran (MA)
2 0,08 S = 32
0 0
3 0,06
2 1.11 O = 16
4 0,02
4 4.51 TE (Titik Ekivalen) =
5 0,01
6 4.75 0.01
6 0,04
8 7.35
7 0,07
10 8.60
8 0,11
12 7.91
9 0,14
14 3.84
10 0,17
16 5.10
18 5.65
gr 1000
N¿ x
Bst v
V1 x N1 = V2 x N2 1,5199 1000
= x
139 100
10 x N1 = V2 x N2
N1 = 0.25 N N = 0,1093 N
Pembahasan
Amperometri merupakan prosedur untuk indikasi elektrometrik pada titrasi. Pada indikasi
amperometri titrasi yang diukur adalah perubahan kekuatan arus antara dua elektroda, dimana
dipasang suatu konstanta tegangan dan dengan searah tertentu. Amperometri merupakan metode
elektrokimia yang didasarkan pada perubahan kekuatan arus antara dua elektroda dan pada umumnya
salah satu elektrodanya merupakan elektroda unsur (misalnya elektroda tetes raksa, elektroda terotasi
atau elektroda tertentu yang sesuai lainnya) dan elektroda satunya lagi merupakan elektroda
pembanding yang dicelupkan ke dalam larutan yang hendak diperiksa dan dipasang dengan tegangan
konstan tertentu.
Pada percobaan kali ini, larutan besi dititrasi dengan asam oksalat. Sebelum dilakukan titrasi
asam oksalat distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan cerium IV. Kemudian
dilakukan penambahan Sn(II) klorida sebelum menitrasi besi. Tujuan ditambahkan Sn(II) klorida
adalah untuk mereduksi ion logam dalam larutan hinngga tingkat oksidasinya rendah. Hg(II) klorida
disini sebagai salah satu elektroda ukur dan pereaksi Zimerman-Reinhardt sebagai elektroda
pembanding.
Didapatkan normalitas dari larutan standar asam oksalat sebesar 0.1093 N, dengan nilai
ekivalen pada standarisasi asam oksalat dengan Ce(SO 4) adalah 10 mL, dan titik ekivalen pada
penetapan kadar besi adalah 5.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan titrasi dengan secara amperometri, yang diukur adalah perubahan kekuatan
arus antara dua elektroda, dimana dipasang suatu konstanta tegangan dan tengan searah tertentu.
Didapatkan normalitas asam oksalat sebesar 0.1093 dengan titik ekivalennya pada 10 mL serta titik
ekivalen pada penetapan kadar besi pada 5 mL.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. & Underwood, A.L.1994. Kimia Analisa Kimia Kuantitatif, 4thed. A.b. Soendoro. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Jones, M., John, T.N., David, O J., James, L.W.1976. Laboratory Manual for Chemistry.
Philadelphia : Man and Sociaty W B Saunders Co
Permanasari, A. 2020. Modul Praktikum Kimia 2. Bandung: UPI
Sutanto dan Mulyati, A.H. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Elektroanalisis. Bogor. Universitas
Pakuan
LAMPIRAN
1. Titrasi dead stop dapat diterapkan untuk analisis unsur atau senyawa apa saja?
Jawab : Untuk menganalisis larutan yang mengandung analit dengan memiliki
penyangga konduktif. Titrasi ini juga dapat digunakan untuk analisis zat
berbentuk logam dengan kolamel jenuh.
2. Mengapa teknik ini disebut dead stop dan karl fischer juga terkenal menggunakan
prinsip ini, apa beda keduanya?
Jawab : Perbedaan titrasi dead stop dengan karl fischer adalah jika titrasi dead stop
dapat mengukur sampel yang mengandung logam sedangkan karl fischer untuk
menganalisis kadar air
3. Untuk analisi apa karl fischer dilakukan dan apa yang dimaksud dengan pereaksi dari
fisher?
Jawab : Titrasi karl fisher adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
mengukur kandungan air didalam produk. Titrasi karl fischer biasanya
digunakan untuk menentukan kadar air dalam bahan baku, penentuan kadar
air ini sebagai uji kualitas bahan baku yang telah ditentukan.