Anda di halaman 1dari 120

POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI TAMAN HUTAN RAYA

SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU


(Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar
Kecamatan Minas Kabupaten Siak)

FEBBI NURDIA

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN

FEBBI NURDIA. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan


Syarif Hasyim Provinsi Riau (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan
Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak). Dibimbing oleh
SISWOYO dan AGUS HIKMAT.

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) Provinsi Riau
merupakan salah satu kawasan konservasi yang berbatasan langsung dengan
pemukiman penduduk sehingga dimungkinkan terjadinya interaksi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna dan pemanfaatan
tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH,
terutama masyarakat Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat
sekitar kawasan dan pihak pengelola TAHURA SSH. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi, analisis vegetasi, pembuatan herbarium, wawancara,
dan kajian pustaka.
Hasil analisis vegetasi teridentifikasi sebanyak 135 spesies tumbuhan dari
52 famili. Sebanyak 68 spesies (51%) dari 38 famili merupakan tumbuhan
berguna dan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok kegunaan. Kelompok
kegunaan terbesar adalah tumbuhan obat dan tumbuhan penghasil bahan
bangunan. Hasil wawancara diperoleh sebanyak 99 spesies dari 46 famili
tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan semuanya tidak
berasal dari dalam kawasan TAHURA SSH. Masing-masing spesies tersebut telah
dikelompokkan ke dalam 11 kelompok kegunaan dan kelompok kegunaan
terbesar yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tumbuhan pangan dan
tumbuhan obat. Habitus yang paling mendominasi adalah pohon serta famili yang
mendominasi di kawasan TAHURA SSH adalah Dipterocarpaceae dan Fabaceae
sedangkan famili yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
adalah Euphorbiaceae, Fabaceae, dan Poaceae.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa potensi tumbuhan
berguna di TAHURA SSH tergolong cukup tinggi dibanding penelitian yang
dilakukan sebelumnya serta pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh
masyarakat tidak berasal dari dalam kawasan. Hal ini menunjukkan bahwa
interaksi terhadap pemanfaatan tumbuhan tergolong rendah sehingga diharapkan
kerusakan hutan dapat diminimalisir.

Kata kunci: Taman Hutan Raya, Sultan Syarif Hasyim, Potensi, Tumbuhan,
Pemanfaatan, Interaksi.
SUMMARY

FEBBI NURDIA. Potential Alternative Use of Herbs in Sultan Syarif Hasyim


Grand Forest Park Province Riau (Case Study in area Village Muara Fajar
Sub-district Minas Regency Siak). Under supervision of SISWOYO and
AGUS HIKMAT

Sultan Syarif Hasyim Grand Forest Park (TAHURA SSH) Province Riau
also directly adjacent to residential area, which interaction of it is enable. For that,
there should identification of the potential for useful plant and plant utilization by
surrounding community, especially in area village Muara Fajar sub-district Minas
regency Siak. The advantage can be data for surrounding community and manager
of TAHURA SSH. The method performed include of vegetation analysis,
making herbarium, interviews, and literature study.
Based on the result vegetation analysis showed that identified about 135
spescies from 52 family. 68 species (51%) has been shown tu use and has been
grouped in to 11 grouped used, where the species were found most of the work for
medicine and building material. Meanwhile, the result of interviews with the
surrounding community has identified about 99 species from 46 family and all of
doesn’t from TAHURA SSH area and each has been grouped in to 11 groups
used, where the species were found most of the work for food and medicine.
Based on the compotition of the habitus which dominates most of tree. The most
dominant family of the result vegetation analysis in TAHURA SSH was
Dipterocarpaceae and Fabaceae also Euphorbiaceae, Fabaceae and Poaceae for
interviews with surrounding community.
The conclusion of the research indicated that potential alternative use of
Herbs in TAHURA SSH is higher than previous research also plant utilization by
the surrounding community doesn’t from in region. The existenced of the plant
utilization doesn’t from TAHURA SSH area and show that there has been
interaction relatively low. Therefore, the possibility of forest damaged can be
small.

Key word: Grand Forest Park, Sultan Syarif Hasyim, Potential, Plant, Utilization,
Interaction.
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI TAMAN HUTAN RAYA
SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU
(Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar
Kecamatan Minas Kabupaten Siak)

FEBBI NURDIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Tumbuhan


Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau (Studi Kasus
di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak)
adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Febbi Nurdia
NRP E34080088
Judul Skripsi : Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim Provinsi Riau (Studi Kasus di Wilayah
Bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas
Kabupaten Siak)
Nama : Febbi Nurdia
NIM : E34080088

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Siswoyo, MSi Dr.Ir.Agus Hikmat, M.Sc.F


NIP. 196502081992031003 NIP. 196209181989031002

Mengetahui
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS


NIP. 195809151984031003

Tanggal Lulus:
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim
Provinsi Riau (Studi Kasus di Wilayah Bagian Wilayah Kelurahan Muara Fajar
Kecamatan Minas Kabupaten Siak)”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi tumbuhan
berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim serta mengetahui bentuk
pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar kawasan.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan data tentang potensi tumbuhan berguna di
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim serta bentuk pemanfaatan tumbuhan
berguna oleh masyarakat sekitar kawasan. Penulis juga menyadari bahwa skripsi
ini belum sempurna dan kritik serta saran penulis harapkan untuk penyempurnaan
skripsi ini.

Bogor, Desember 2012


Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Februari 1990 di


Pekanbaru, Riau dari pasangan Bapak Adia Lufti dan Ibu
Nurhayati sebagai anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan di SDN 065 Perawang-Riau
tahun 1996-2002. Selanjutnya di SMP Negeri 1 Perawang-
Riau tahun 2002-2005 dan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 1 Perawang-Riau tahun 2005-2008. Pada
tahun 2008 diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Kabupaten Siak.
Selama penulis kuliah di IPB, penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode
2010/2011 dan menjadi anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Raflesia.
Penulis tergabung dalam ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di
Taman Nasional Kerinci Seblat, Kerinci-Jambi tahun 2011. Selain itu, penulis
pernah menjadi asisten mata kuliah Konservasi Tumbuhan Obat dan Hutan
Tropika tahun 2012.
Penulis melakukan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) tahun
2010 di Taman Wisata Alam Pangandaran, Ciamis-Jawa Barat dan Cagar Alam
Gunung Sawal, Ciamis-Jawa Barat. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi-Jawa
Barat. Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman
Nasional Wasur, Merauke-Papua.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul “Potensi Tumbuhan
Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau (Studi Kasus
di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak) di
bawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilahirobbilla’lamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas izin


dan kemudahan dari-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Dengan segala
kerendahan dan ketulusan, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu dan Ayah tercinta serta adik-adikku tersayang (Rahmi Anandia, Iqbal
Aditia, dan Fikri Hardika Putra) atas segala doa, kasih sayang, kesabaran,
semangat, serta dukungan dan pengorbanannya.
2. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F atas
bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan saran yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis MS. selaku penguji dan Ibu Dr. Ir. Siti Badriyah
Rushayati M.Si selaku ketua sidang atas arahan dan bantuannya kepada
penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan,
pengajaran dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di IPB.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak atas bantuan dukungan, baik moril
maupun materiil.
6. Kepala Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim dan seluruh stafnya,
Bapak Mufti, Bapak Edi, Bapak Apep atas bantuannya.
7. Bapak Dana dan Fani atas dampingannya di lapangan dan masyarakat
Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak
8. Seluruh staf Tata Usaha Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi.
9. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok Pemerhati Flora (KPF) atas
dukungan dan kekeluargaan, canda, tawa, pengalaman, ilmu pengetahuan
dan kebersamaan dalam pendidikan dan penyusunan skripsi.
10. Keluarga besar KSHE 45 (Edelweis 45) atas kebersamaan, tawa, canda,
duka, dan pengalaman bersama-sama.
11. Kawan, sahabat, dan saudara seperjuangan di Lab. Bagian Konservasi
Keanekaragaman Tumbuhan Departemen KSHE atas bantuan, kerjasama,
motivasi, dan kebersamaannya dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Teman-temanku Erlinda, Rafika Akhtariana, Siti Munawaroh, Dwi
Meylinda, Siti Rayhani, Tri Apriliana, Uun Kurniawati, Ajeng Miranti Putri,
Dina Oktavia, Setiawan, Arniana Anwar, Mutmainah Woretma, Lintang
Praba, Rahayu Widiastuti, Indira, dan Davidia atas bantuan dan saran dalam
penyelesaian skripsi.
13. Teman-teman PKLP “Goes to Wasur” Annieke, Rima, Debo, Yenti, Tiara,
dan Budi atas canda tawa serta semangatnya.
14. Teman-teman kosan Radar 36 (Febi “Biyol”, Titi, Yuyun, Rika, Sri, dan
Hana) atas bantuan, dukungan, semangat, canda, tawa, dan kebersamaanya.
15. Teman-teman satu PS aku yang sama-sama berjuang (Uun, Tri, Eko, dan
Sanny) untuk menyelesaikan skripsi.
16. Teman-teman Bimbel Siak IPB 45 (Rio, Taufik, Retno, Santi, Diah, Novita,
Roma, Mahyuni, Titi, Rika, dan Astria) dan Maharani “Rani” dalam
kebersamaannya dan semangatnya.
17. Saudara Rivaldi Fadli atas semangat dan dorongannya untuk penyelesaian
skripsi.
18. Semua pihak yang membantu semasa penulis kuliah, praktek, dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dan bantuannya.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis baik yang tersebutkan
maupun tidak tersebutkan, Amin.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
2.1 Taman Hutan Raya (TAHURA)............................................................... 3
2.2 Potensi Tumbuhan Berguna ..................................................................... 4
2.3 Pengembangan Pemanfaatan Tumbuhan.................................................. 8
2.4 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan .................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 11
3.1 Lokasi dan Waktu..................................................................................... 11
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian ..................................................................................... 12
3.4 Analisis Data ............................................................................................ 15
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 18
4.1 Letak dan Luas ......................................................................................... 18
4.2 Topografi .................................................................................................. 18
4.3 Iklim ......................................................................................................... 18
4.4 Kondisi Hidrologi ..................................................................................... 19
4.5 Flora dan Fauna ........................................................................................ 19
4.6 Kondisi Umum, Sosial, dan Budaya Masyarakat ..................................... 20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 22
5.1 Potensi Tumbuhan Berguna di TAHURA SSH ................................................... 22
5.1.1 Komposisi famili .................................................................................. 22
5.1.2 Komposisi habitus ................................................................................ 23
5.1.3 Kerapatan spesies ................................................................................. 23
iii

5.1.4 Dominansi ............................................................................................ 24


5.1.5 Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan ....................................... 27
5.1.6 Klasifikasi kelompok kegunaan ........................................................... 29
5.2 Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar TAHURA SSH ....... 30
5.2.1 Karakteristik responden........................................................................ 30
5.2.2 Komposisi famili .................................................................................. 32
5.2.3 Komposisi habitus ................................................................................ 32
5.2.4 Persentase bagian yang dimanfaatkan .................................................. 33
5.2.5 Klasifikasi kelompok kegunaan ........................................................... 34
5.3 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TAHURA SSH .................................... 45
5.4 Pengembangan Spesies Unggulan ...................................................................... 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 48
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 48
6.2 Saran.................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49
LAMPIRAN .............................................................................................................. 60
iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Jenis dan metode pengumpulan data ......................................................... 12
2. Komposisi habitus di TAHURA SSH ....................................................... 23
3. Kerapatan spesies untuk semua tingkat pertumbuhan ............................... 23
4. Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat semai .......................... 25
5. Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tumbuhan bawah .................... 25
6. Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pancang ...................... 26
7. Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat tiang ........................... 26
8. Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pohon ......................... 27
9. Indeks keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan ................................. 27
10. Rekapitulasi kelompok kegunaan .............................................................. 29
11. Kisaran umur responden ............................................................................ 30
12. Tingkat pendidikan responden .................................................................. 31
13. Data mata pencaharian responden ............................................................. 31
14. Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus ................................................ 33
15. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan...... 35
16. Spesies tumbuhan hias yang dimanfaatkan masyarakat ............................ 37
17. Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati ............................................ 40
18. Spesies tumbuhan bahan pewarna dan tannin ........................................... 41
19. Spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan......................... 42
20. Spesies tumbuhan keperluan adat.............................................................. 42
21. Spesies tumbuhan yang dapat dijadikan kayu bakar ................................. 44
22. Perbandingan potensi tumbuhan berguna di tiga lokasi TAHURA .......... 46
23. Spesies unggulan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat ................. 47
v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Peta Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim ....................................... 11
2. Petak contoh analisis vegetasi ................................................................. 13
3. Komposisi tumbuhan berdasarkan lima famili terbesar .......................... 22
4. Komposisi tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan famili ................ 32
5. Presentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan.................................... 33
6. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili ............................................. 35
7. Jambu biji ................................................................................................ 36
8. Kaktus ..................................................................................................... 37
9. Tanduk rusa ............................................................................................. 37
10. Pandan ..................................................................................................... 38
11. Gaharu ..................................................................................................... 38
12. Rimbang .................................................................................................. 39
13. Sukun ...................................................................................................... 39
14. Mimba ..................................................................................................... 40
15. Bunga raya .............................................................................................. 43
16. Buah pinang ............................................................................................ 43
17. Ketapang ................................................................................................. 44
18. Tebu hitam .............................................................................................. 44
19. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dan berada di TAHURA SSH .... 45
vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Spesies tumbuhan yang terdapat di TAHURA SSH ................................ 61
2. INP semai di TAHURA SSH .................................................................... 65
3. INP tumbuhan bawah di TAHURA SSH .................................................. 68
4. INP pancang di TAHURA SSH ................................................................ 70
5. INP tiang di TAHURA SSH ..................................................................... 74
6. INP pohon di TAHURA SSH ................................................................... 78
7. Spesies tumbuhan berguna obat ................................................................ 82
8. Spesies tumbuhan berguna sebagai bahan bangunan ................................ 85
9. Spesies tumbuhan berguna sebagai bahan pangan .................................... 86
10. Spesies tumbuhan berguna untuk penggunaan lain ................................... 87
11. Spesies tumbuhan berguna aromatik ......................................................... 88
12. Spesies tumbuhan berguna penghasil pakan ternak .................................. 89
13. Spesies tumbuhan berguna penghasil pestisida nabati .............................. 90
14. Spesies tumbuhan berguna penghasil bahan pewarna dan tannin ............. 91
15. Spesies tumbuhan berguna penghasil tali, anyaman, kerajinan ................ 92
16. Spesies tumbuhan berguna penghasil kayu bakar ..................................... 93
17. Spesies tumbuhan berguna untuk keperluan adat...................................... 94
18. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH............. 95
19. Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat ........................... 98
20. Spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat ....................... 103
21. Spesies tumbuhan hias yang dimanfaatkan masyarakat ............................ 105
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, ekosistem hutan alam menyimpan keanekaragaman hayati
yang tinggi, mulai dari keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan
keanekaragaman genetik yang harus dijaga untuk kelangsungan generasi yang
akan datang. Selain itu, berbagai tipe ekosistem hutan alam menyimpan berbagai
potensi tumbuhan berguna yang bernilai ekonomi tinggi, yang fungsi alaminya
tidak dapat digantikan dengan ekosistem buatan manusia. Potensi tumbuhan
berguna ini merupakan aset bangsa untuk berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain di dunia dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.
Sisi lain, ekosistem hutan alam semakin lama semakin rusak dengan
adanya penebangan liar (illegal logging), pembukaan hutan untuk pemukiman,
perladangan, pembakaran hutan, dan pembukaan hutan untuk kawasan
perkebunan, baik karet maupun kelapa sawit. Seperti diketahui, masyarakat yang
berada di sekitar kawasan hutan sudah sejak dahulu menggantungkan kebutuhan
hidupnya kepada hasil hutan, mulai dari sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan ketergantungan antara hutan dan
masyarakat. Masyarakat juga mengetahui dan menggunakan sumberdaya yang ada
di sekitarnya melalui pengetahuan tradisional yang didapat dari warisan
leluhurnya.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) merupakan
kawasan konservasi yang berada di Provinsi Riau dan memiliki ekosistem hutan
hujan tropika dataran rendah serta menyimpan keanekaragaman spesies tumbuhan
hutan. Kawasan TAHURA SSH ini merupakan kawasan konservasi yang
keberadaan lokasinya belum banyak diketahui oleh masyarakat padahal kawasan
ini merupakan kawasan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Selain
itu, kawasan TAHURA SSH ini memiliki luasan hutan alam yang sudah semakin
rusak karena adanya aktivitas manusia berupa penebangan liar (illegal logging)
dan pembukaan perkebunan kelapa sawit. Padahal dilihat dari segi potensi
sumberdaya alam yang ada di dalamnya data mengenai tumbuhan berguna dan
 
2
 

bentuk pemanfaatanya yang ada di TAHURA SSH belum banyak diungkap.


Sehubungan dengan hal itu, untuk mengetahui potensi tumbuhan yang berguna
serta bentuk pemanfaatannya diperlukan penelitian.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna di TAHURA SSH.
2. Megidentifikasi bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar
kawasan TAHURA SSH.
1.3 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang data tumbuhan berguna di kawasan TAHURA
SSH dan data tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan
TAHURA SSH (Kel. Muara Fajar Kec. Minas Kab. Siak).
2. Menjadi data dasar, informasi, dan masukan bagi pihak pengelola TAHURA
SSH dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan,
pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati terutama tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Hutan Raya (TAHURA)


Dalam UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya, Taman Hutan Raya (TAHURA) dikategorikan sebagai salah
satu kawasan pelestarian alam bersama taman nasional dan taman wisata alam
yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam dan ekosistemnya. Berdasarkan undang-undang ini, TAHURA
didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki peruntukan untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, spesies asli dan
atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, budaya, pendidikan, menunjang budidaya dan pariwisata rekreasi.
Spesies tumbuhan dan satwa buatan adalah adanya kegiatan pengawetan spesies
di luar kawasan (ex-situ), sedangkan yang dimaksud dengan spesies bukan asli
adalah pengadaan spesies tumbuhan dan satwa yang tidak pernah terdapat di
dalam kawasan.
Fungsi TAHURA sebagai kawasan pelestarian alam yang ditujukan untuk
pengembangan koleksi tumbuhan maupun satwa belum sepenuhnya berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Walaupun kegiatan pelestarian berbagai spesies
tumbuhan umumnya sudah dilaksanakan dalam pengelolaannya tetapi kegiatan
pengembangan koleksi sebagai pendukung budidaya dan sebagai tempat
pendidikan dan penelitian belum sepenuhnya berjalan.
Pengembangan kawasan TAHURA pada hakekatnya adalah
pengembangan suatu lingkungan, yang merupakan perpaduan antara lingkungan
alami dan lingkungan binaan atau buatan (Nugraha 2010). Sesuai dengan
fungsinya, TAHURA dapat dimanfaatkan untuk :
1. Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian
dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut)
2. Ilmu pengetahuan;
3. Pendidikan;
4
 

4. Kegiatan penunjang budidaya;


5. Pariwisata alam dan rekreasi;
6. Pelestarian budaya.
2.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Indonesia
Sejak zaman dahulu masyarakat sudah menggantungkan kehidupannya
dari alam. Alam kita, khususnya Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati
yang berlimpah terutama tumbuhan. Potensi tumbuhan yang tersimpan memiliki
manfaat yang sangat baik untuk kehidupan masyarakat. Potensi tumbuhan
berguna ini dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatannya antara lain
tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat
rumah tangga dan pertanian, tali temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat
dan kegiatan sosial, minuman, dan kesenian (Kartikawati 2004).
Namun, laju berkurangnya keanekaragaman hayati pada masa kini,
diperkirakan sama cepatnya dengan pada masa kepunahan dinosaurus, yaitu
sekitar 65 juta tahun yang lalu. Tingkat kepunahan yang paling parah diperkirakan
terdapat di hutan tropis, sekitar 10 juta spesies yang hidup di bumi berdasarkan
perkiraan terbaik antara 50 % hingga 90 % dari jumlah tersebut diperkirakan
berada di hutan tropis. Dengan kecepatan pembukaan hutan yang ada, maka antara
5 % sampai 10 % jenis hutan tropis mungkin akan punah dalam waktu 30 tahun
mendatang. Hal ini juga berarti kita akan mengalami kehilangan spesies tumbuhan
tropis yang beragam jenisnya yang mempunyai aneka keunikan dan kegunaan
bagi manusia (UNEP 1995).
2.2.1 Tumbuhan obat
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan
dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi: (1) tumbuhan
obat tradisional yakni, spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern yaitu, spesies tumbuhan yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3)
tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung
5
 

senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara
ilmiah atau penggunaanya sebagai bahan obat tradisional (Zuhud et al. 1994).
Menurut Angriyantie (2010), sebagian besar spesies tumbuhan obat yang
diperoleh di Kampung Keay Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur untuk
setiap spesies mempunyai kegunaan menyembuhkan lebih dari satu penyakit,
namun ada spesies yang berkhasiat hanya untuk satu penyakit saja.
2.2.2 Tumbuhan hias
Menurut Arafah (2005), tumbuhan hias merupakan salah satu komoditi
holtikultura non pangan yang digolongkan sebagai holtikultur, dalam kehidupan
sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah.
Secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman
hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun, yaitu jenis tanaman hias
yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik, sedangkan daya tarik tanaman
hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari 2007).
2.2.3 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian yang juga disebut
tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar
ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah
lainnya (Kartikawati 2004).
Indonesia merupakan penghasil sejumlah minyak atsiri, seperti minyak
sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu
cendana, minyak nilam, dan sebagainya. Indonesia memiliki lebih kurang 40 jenis
tanaman penghasil minyak atsiri, tetapi yang dikenal di pasaran dunia hanya 12
jenis saja (Rusli et al. 1988).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri dapat
dijumpai dari beberapa famili seperti Lauraceae, misalnya kulit kayu manis
(Cinnamomum burmanii); Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon
zizanoides); Annonaceae, misalnya kenanga (Canagium odoratum) dan
sebagainya.
6
 

2.2.4 Tumbuhan penghasil pangan


Tumbuhan penghasil pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup,
berakar, berdaun, dan dapat dikonsumsi oleh manusia jika pada hewan disebut
pakan. Contohnya buah-buahan, sayur-sayuran, gandum dan padi (Purnawan
2006).
Menurut Saepudin (2005), spesies kawung (Arenga pinnata) merupakan
salah satu sumber pakan yang memiliki banyak manfaat, antara lain dapat dibuat
gula aren, kolang kaling, dan sagu. Buah honje (Etlingera hemisphaerica) dapat
diolah menjadi kue.
2.2.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Menurut Mannetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004),
pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang
merupakan pakan bagi satwa herbivora. Sedangkan tumbuhan penghasil pakan
ternak adalah seluruh spesies tumbuhan yang diberikan kepada hewan
pemeliharaan baik langsung maupun dicampur.
2.2.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun,
menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul,
sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi organisme
pengganggu tanaman (OPT) sedangkan pestisida nabati itu sendiri adalah suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, bersifat mudah terurai di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak (Kardinan 2002).
Menurut Sudarmo (2005), pestisida nabati adalah pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Penggunaan pestisida nabati
memiliki beberapa kelebihan, yakni dapat mengurangi pencemaran lingkungan,
harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida sintetis/kimia.
Beriku adalah beberapa spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pestisida
nabati, yaitu akar tuba (Derris eliptica), biji srikaya (Annona squamosa), daun
pepaya (Carica papaya), dan banyak lagi tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati.
7
 

2.2.7 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin


Pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan
diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus atau secara kimiawi dari sejumlah kecil
zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Sedangkan tanin
merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat seringkali berupa
ekstrak dari pegagan terutama daun, buah, dan puru yang biasanya digunakan
untuk kegiatan penyamakan (Husodo 1999) diacu dalam (Bintang 2011).
Pemanfaatan tumbuhan tidak hanya sebatas untuk penghasil pangan,
sebagai obat atau sebagai tumbuhan hias melainkan juga memiliki manfaat untuk
menghasilkan warna. Pewarna nabati merupakan bahan pewarna yang berasal dari
tumbuhan. Kadang-kadang warna pewarna ini sudah tampak pada tumbuhan
hidup misalnya sapran (saffron) yang diekstrak dari kepala putik Crocus sativus
yang berwarna jingga. Akan tetapi, pewarna nabati penting berasal dari bagian
tumbuhan yang dalam keadaan alaminya tidak berwarna, atau warna itu
tersembunyi di dalam tumbuhan (Lemmens et al. 1999).
2.2.8 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Menurut Kartikawati (2004), pemilihan jenis-jenis kayu untuk bahan
bangunan didasarkan atas pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan terhadap
rayap. Spesies-spesies yang umum digunakan adalah sengon (Paraserianthes
falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri), dan sebagainya.
2.2.9 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
Pemanfaatan tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat tidak hanya untuk
keperluan makan, bangunan, dan sebagainya tetapi juga dimanfaatkan untuk
keperluan yang bersifat magis, spiritual, ritual, dan upacara-upacara adat lainnya.
Pada berbagai etnis budaya, pemanfaatan tumbuhan yang dipakai dalam upacara
berbeda-beda menurut pengetahuan mereka masing-masing. Tumbuhan Sereh
(Piper betle L.) biasanya digunakan dalam prosesi upacara adat sadranan, Tesek
(Dodonaea viscosa Jacq) digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gagang keris,
dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak serangan dari ilmu hitam,
sedangkan potongan kayu dapat digunakan sebagai jimat untuk bepergian
(Susantyo 2011).
8
 

2.2.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan


Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan merupakan tumbuhan
yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinanan. Bahan
dasar kerajinan yang digunakan masyarakat biasanya terbuat dari bambu dan
rotan. Masyarakat sekitar kawasan TAHURA Pancoran Mas menggunakan empat
spesies yang dapat dijadikan sebagai bahan anyaman, tali, dan kerajinan tangan
yaitu, langkap (Arenga obtusifolia), paku hata (Lygodium circinatum), bambu tali
(Gigantichloa apus), dan Tetracera indica (Purbasari 2011).
Kajian etnobotani pada kehidupan suku Arfak di Irian jaya menggunakan
pandan sebagai bahan untuk pembuatan tikar atau tudung hujan. Spesies yang
biasa digunakan adalah P. concavus dan P. danckelmannianus. Spesies ini
dimanfaatkan sebagai bahan penghasil anyaman dan kerajinan karena daunnya
bila diasapkan menjadi lentur atau lemas, tidak mudah patah, dan mudah untuk
disusun seperti membuat atap (Sadsoeitoeboen 1999).
2.2.11 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Semua spesies tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk kayu bakar,
namun ada beberapa kriteria sebagai bahan kayu bakar ini, seperti, kayunya
menghasilkan energi yang tinggi dan tahan lama, tahan terhadap kekeringan dan
toleran terhadap iklim, pertumbuhan tajuk baik, pertumbuhan cepat, kadar air
rendah, dan sebagainya (Sutarno 1996).
Menurut Saepudin (2005) masyarakat Kasepuhan Banten Kidul pada
umumnya masih menggunakan hawu sebagai alat memasak, karena itu mereka
masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar. Sebelumnya kayu tersebut
dipotong-potong kecil sesuai dengan ukuran hawu, lalu kayu tersebut dijemur
agar kering sehingga mudah untuk dibakar dan tidak mengeluarkan asap yang
terlalu banyak.
2.3 Pengembangan Pemanfaatan Tumbuhan
Masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di daerah pedesaan di sekitar
hutan sudah sejak dahulu kala memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sumberdaya keanekaragaman hayati yang
telah dimanfaatkan oleh manusia berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti
9
 

bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kepentingan hidup


manusia (Haryanto 1995 diacu dalam Inama 2008).
Upaya untuk mengetahui dan mempelajari kelompok masyarakat dalam
memanfaatkan tumbuhan tidak hanya untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk
keperluan spiritual dan nilai budaya lainnya. Pemanfaatan yang dimaksud disini
adalah pemanfaatan baik sebagai bahan obat, sumber pangan, dan sumber
kebutuhan hidup lainnya (Fakhrozi 2009).
Pada masyarakat Dayak Meratus telah menyadari arti pentingnya menjaga
kelestarian sumberdaya hutan dengan melakukan usaha pelestarian yaitu dengan
upaya budidaya beberapa jenis tumbuhan yang biasa dimanfaatkan dan dipungut
di hutan seperti binjai, manggis, langsat, mampalam, cempedak, sukun, asam,
rotan sega, dan rotan manau. Untuk budidaya rotan sega dan rotan manau sudah
dicoba tetapi belum terlihat tingkat keberhasilannya. Budidaya dilakukan dengan
sistem menanam biji buah rotan pada bekas ladang. Dengan adanya upaya
pelestarian terhadap sumberdaya hutan dan lingkungannya merupakan salah satu
upaya pengembangan pemanfaatan tumbuhan yang dapat menopang keberlanjutan
kehidupan masyarakat Dayak Meratus (Kartikawati 2004).
2.4 Interaksi Masyarakat dengan Hutan
Menurut Soekanto (1987) diacu dalam Saragih (2007), masyarakat berasal
dari kata latin socius yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari
akar bahasa Arab yang berarti “ikut serta”. Masyarakat merupakan sekumpulan
manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah “berinteraksi”.
Menurut Wiratno et al. (2004) diacu dalam Purbasari (2011) interaksi antara
masyarakat dan kawasan dibutuhkan agar masyarakat mengetahui dan merasakan
secara langsung manfaat dari kawasan. Salah satu yang menjadi penyebab
kesadaran masyarakat yang rendah terhadap perlindungan kawasan konservasi
adalah keterbatasan pengetahuan mengenai berbagai manfaat jangka panjang
kawasan dan sumberdayanya.
Interaksi manusia dengan lingkungan alamnya termasuk kawasan hutan
dapat dikaji berdasarkan persepsi dari masyarakat tersebut yang ditunjukkan
melalui perilaku dan tindakan dalam pemanfaatan kawasan hutan sesuai dengan
daya dukungnya. Sebagai contoh, mata pencaharian orang Dayak selalu ada
10
 

hubungannya dengan hutan. Hutan digunakan sebagai tempat berburu, berladang,


mengusahakan tanaman perkebunan, seperti karet, rotan, tengkawang, dan
sejenisnya. Kecendrungan seperti itu merupakan suatu refleksi dari hubungan
yang akrab yang telah berlangsung berabad-abad dengan hutan dan segala isinya.
Hutan menjadi basis utama dari kehidupan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik
kelompok etnik dayak (Florus et al. 1994 diacu dalam Afrianti 2007).
 
 

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim
wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada
bulan Mei-Juni 2012. Lokasi penelitian tersaji pada Gambar 1.

Kec. Minas

Kec. Tapung Hilir 

Kec. Rumbai 
Lokasi 
Penelitian 

Sumber: Dishut Riau


Gambar 1 Denah lokasi penelitian.
12 
 

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


Alat yang digunakan adalah buku panduan lapang tentang tumbuhan
(Field guide), kamera, kertas koran, kantong plastik, tally sheet, meteran gulung,
kompas, tambang/tali rafia, meteran jahit, kuisioner, label gantung, gunting,
selotip, alkohol 70%, alat tulis menulis dan komputer beserta perlengkapannya,
dan dokumen terkait lainnya.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1. Jenis data yang dikumpulkan
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan meliputi data potensi
tumbuhan berguna di TAHURA SSH, pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
sekitar, dan kondisi umum lokasi penelitian serta sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No. Jenis data Aspek yang dikaji Sumber data Metode
pengumpulan
data
1. Kondisi umum a. Letak dan Luas Literatur Studi literatur
Lokasi Penelitian b. Topografi
c. Iklim
d. Flora dan Fauna
e. Kondisi ekonomi, sosial,
dan budaya masyarakat
2. Potensi tumbuhan di a. Nama spesies lokal TAHURA Analisis
TAHURA SSH b. Nama ilmiah SSH wilayah vegetasi
c. Famili Kec. Minas
d. Habitus Kab. Siak
3. Pemanfaatan a. Nama spesies lokal Masyarakat Wawancara,
tumbuhan berguna b. Nama ilmiah sekitar dokumentasi
oleh masyarakat c. Famili TAHURA
d. Habitus SSH
e. Manfaat (Kel.Muara
f. Bagian tumbuhan yang Fajar Kec.
digunakan Minas Kab.
Siak)
13 
 

3.3.2 Teknik pengumpulan data


3.3.2.1 Potensi tumbuhan di TAHURA Sultan Syarif Hasyim
3.3.2.1.1 Analisis vegetasi
Metode analisis vegetasi yang digunakan merupakan kombinasi jalur garis
berpetak dengan jumlah jalur sebanyak 9 jalur dan jarak antara jalur sepanjang
100 m. Ukuran jalur yang digunakan berukuran 20mx200m (1 jalur = 10 petak
contoh) dan jumlah total plot sebanyak 90 plot. Untuk setiap petak ukur dilakukan
pengukuran dan pencatatan terhadap semua tingkat tumbuhan, yaitu :
1. Petak 2 m x 2 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat semai
dan tumbuhan bawah (tinggi < 1,5 m, diameter < 3 cm).
2. Petak 5 m x 5 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat
pancang (tinggi > 1,5 m, diameter < 10 cm).
3. Petak 10 m x 10 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat
tiang (diameter 10-19 cm).
4. Petak 20 m x 20 m dilakukan pengukuran dan pencatatan untuk tingkat
pertumbuhan pohon (diameter ≥ 20 cm).

Arah jalur 

 
Gambar 2 Petak contoh analisis vegetasi.
Keterangan
a : 2m x 2m (semai) b : 5m x 5m (pancang)
c : 10m x 10 m (tiang) d : 20m x 20 m (pohon)
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu setiap
spesies untuk tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah, dan pancang,
14 
 

sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu,
dan diameter batang.
3.3.2.1.2 Pembuatan herbarium
Herbarium adalah koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-
bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, kuncup yang utuh, serta lebih
baik kalau ada bunga dan buahnya). Herbarium dibuat dengan cara kering yang
berguna untuk memudahkan proses identifikasi spesies tumbuhan yang belum
diketahui jenisnya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah :
• Pengambilan contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, kalau ada bunga dan buahnya juga diambil.
• Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting dengan panjang
kurang lebih 40 cm.
• Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan
memberikan label gantung yang berukuran (3 x 5) cm 2. Label gantung berisi
keterangan tentang nomor spesies, tanggal pengambilan, nama lokal, lokasi
pengumpulan, dan nama pengumpul/kolektor.
• Contoh herbarium yang telah diberi label kemudian dirapikan dan dimasukkan
ke dalam lipatan kertas koran untuk kemudian lipatan kertas koran tersebut
dimasukkan ke dalam plastik.
• Selanjutnya beberapa herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari bambu
dan disemprot dengan alkohol 70% yang selanjutnya dibawa dan dikeringkan
dengan menggunakan oven.
• Herbarium yang sudah kering, lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.
3.3.2.1.3 Kajian pustaka
Pengumpulan data dasar mengenai kondisi umum kawasan, meliputi letak
dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi, flora dan fauna,
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat TAHURA SSH dilakukan dengan studi
literatur dan studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi
data-data dari literatur yang ada, baik penelitian yang dilakukan oleh pihak
15 
 

pengelola maupun dari hasil penelitian pihak lain (instansi/mahasiswa). Studi


literatur ini dilakukan di berbagai tempat.
3.3.2.2 Pemanfaatan tumbuhan
3.3.2.2.1 Penentuan responden
Penentuan responden dilakukan di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan
Minas Kabupaten Siak dengan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu
menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang yang
memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau
kegunaan tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas tinggi dalam pemanfaatan
tumbuhan. Jumlah responden yang akan diwawancarai adalah tidak ditentukan
jumlahnya melainkan sampai data yang didapat jenuh atau tidak ada lagi
penambahan pengetahuan/informasi tentang pemanfaatan tumbuhan.
3.3.2.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bentuk
pemanfaatan beserta spesies-spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh
masyarakat desa sekitar TAHURA SSH. Wawancara dilakukan secara semi
terstruktur dan dengan pengisian kuisioner dengan pendalaman pertanyaan sesuai
keperluan. Hal-hal yang akan ditanyakan meliputi spesies tumbuhan dan jenis
pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Indeks nilai penting
Indeks Nilai Penting (INP) suatu spesies dalam suatu tingkat pertumbuhan
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan
1998):
• Kerapatan (K) (ind/ha)
K = Jumlah individu suatu spesies
Luas petak contoh
• Frekuensi (F)
F = Jumlah petak ditemukan suatu spesies
Jumlah seluruh petak contoh
• Dominasi (D)
D = Luas bidang dasar suatu spesies
Luas petak contoh
16 
 

• Kerapatan Relatif (KR)


KR = Kerapatan suatu spesies ×100%
Kerapatan seluruh spesies
• Frekuensi Relatif (FR)
FR = Frekuensi suatu spesies ×100%
Frekuensi seluruh spesies
• Dominansi Relatif (DR)
DR = Dominansi suatu spesies ×100%
Dominansi seluruh spesies
• Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat pohon dan tiang adalah KR + FR
+ DR (%)
• Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat pancang, semai, tumbuhan
bawah, liana, dan epifit adalah KR + FR (%)
3.4.2 Indeks keanekaragaman spesies (H’)
Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan Shannon-
wienner Index (Ludwig 1988), yaitu :
H’ = -∑[(pi) ln (pi)] ; dimana pi = ni/N
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman spesies
ni = INP setiap spesies pada tingkat tertentu
N = Total INP seluruh spesies pada tingkat tertentu
3.4.3 Indeks kemerataan spesies (E)
Derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies dapat
ditentukan dengan indeks kemerataan spesies tumbuhan (Magurran 1988). Berikut
adalah rumusnya :
E = H’
Ln S
Keterangan :
E = Nilai Eveness
H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener
S = Logaritma natural dari jumlah spesies
Nilai eveness berkisar antara 0 dan 1, jika nilainya 0 menunjukan tingkat
kemerataan spesies tumbuhan pada tingkat sangat tidak merata sedangkan jika
nilainya mendekati 1 maka hampir seluruh spesies yang ada mempunyai
kelimpahan yang sama (Magurran 1988)
17 
 

3.4.4 Identifikasi tumbuhan


Spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi diidentifikasi kegunaannya
berdasarkan beberapa literatur, seperti Heyne (1987), Ipor (2001), Lemmens
(2003), Jansen (1992), dan Oemiyati et al. (2003).
3.4.5 Persentase habitus
Besarnya suatu jenis habitus yang digunakan terhadap seluruh habitus
yang ada dapat ditelaah dengan menggunakan persentase habitus. Habitus tersebut
meliputi pohon, semak, perdu liana, dan herba. Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung persentase habitus (Atok 2009), yaitu sebagai berikut:
Presentase habitus = ∑ spesies habitus tertentu 100%
∑ seluruh habitus
3.4.6 Persentase potensi tumbuhan berguna
Berdasarkan hasil analisis vegetasi dihitung persen potensi tumbuhan
berguna (Hidayat 2009), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Potensi tumbuhan berguna = ∑ spesies tumbuhan berguna 100%
∑ seluruh spesies
3.4.7 Persentase bagian yang dimanfaatkan
Presentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke
bagian bawah/akar. Rumus untuk menghitung persentase bagian yang
dimanfaatkan (Atok 2009), yaitu :
Bagian yang dimanfaatkan = ∑ bagian yang dimanfaatkan 100%
∑ seluruh bagian yang dimanfaatkan
 
 

BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas


Secara administratif, lokasi TAHURA SSH Provinsi Riau berada di
Kecamatan Minas Kabupaten Siak seluas 767,81 ha (12,44% dari luas
keseluruhan Tahura SSH), Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar seluas
2.323,33 ha, dan Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru seluas 3.080,66 ha.
Secara geografis kawasan ini terletak pada koordinat 0037’ LU- 0044’ LU
dan 101020’ BT- 101028’ BT. Adapun luas kawasan sesuai dengan keputusan
Menteri Kehutanan No. 349/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996 adalah sebesar
5.920 ha dan ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 dengan luas 6.172 ha setelah dilakukan
pengukuran dan penataan batas kawasan.
4.2 Topografi
Secara umum kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim
merupakan grup dataran dengan kondisi fisiografi berombak dan bergelombang
berbukit kecil di sebelah timur sungai Takuana Buluh, datar hingga bergelombang
di sebelah baratnya, di kanan kiri sungai bagian hilir berupa grup alluvial.
Ketinggian tempat kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim dari
permukaan laut berkisar 10 – 25 meter dengan topografi bervariasi dari datar
hingga bergelombang dengan bukit kecil.
4.3 Iklim
Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Pekanbaru, maka kawasan
TAHURA SSH digolongkan kepada daerah iklim tropika basah dengan curah
hujan rata-rata tahunan antara 2.094-2.496 mm per tahun dan jumlah hari hujan
antara 131-171 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) diacu dalam Yoza
(2005), wilayah ini tergolong dalam tipe curah hujan A (sangat basah), yaitu tidak
mempunyai bulan kering (curah hujan < 60 mm) dan curah hujan basah sepanjang
tahun (curah hujan > 100 mm). Suhu bulanan rata-rata sekitar 26,70C dan suhu
maksimum dapat mencapai 34,90C
19 
 

4.4 Kondisi Hidrologi


Aliran sungai yang terdapat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim, terbagi dalam 3 kelompaok Sub DAS yaitu Sub DAS I seluas
3.642,4 ha, Sub DAS II seluas 1.239,7 ha dan Sub DAS III seluas 1.037, 9 ha.
Pada Sub DAS I, sungai terbesar yang mengalir melalui kawasan Taman Hutan
Raya Sultan Syarif Hasyim adalah sungai Takuana Buluh yang bermuara
langsung ke sungai Siak. Sedangkan pada Sub DAS II dan Sub DAS III umumnya
merupakan anak–anak sungai yang keduanya bermuara pada Sungai Tapung yang
merupakan anak dari Sungai Siak.
Salah satu yang menjadi alasan ditunjuknya kelompok hutan Takuana
menjadi kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim adalah banyaknya
anak sungai yang berhulu di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim
sehingga diharapkan kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim dapat
berfungsi sebagai pengaman dan pemelihara Daerah Aliran Sungai (DAS)
Takuana dan DAS Siak dalam rangka penanggulangan banjir di hulu Sungai Siak.
4.5 Flora dan Fauna
Vegetasi di TAHURA SSH merupakan vegetasi hutan hujan tropika
dataran rendah. Flora yang terdapat di Tahura ini adalah meranti (Shorea
leprosula), kapur (Dryobalanops oblongifolia), keruing (Dipterocarpus spp.),
merawan (Hopea mengarawan), dan sebagainya. Jenis-jenis pohon yang dominan
di areal Tahura SSQ ini adalah suku Dipterocarpaceae, dimana vegetasinya
termasuk zone barat yang meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, dan
Semenanjung Malaya (Yoza 2005).
Fauna/satwa yang berhabitat di Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Hasyim beberapa diantaranya merupakan satwa yang termasuk dalam kategori
satwa langka seperti Harimau sumatera (Panthera tigris sumatraensis), Gajah
Sumatera (Elephans Sumatraensis), Tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobathes
syndactylus) dan beberapa jenis satwa yang dilindungi seperti Kancil (Muntiacus
muntjak), Beruang Madu, Ungko tangan hitam (Hylobathes agilis), Burung
Rangkong (Rhyticeros undulate) dan sebagainya.
Selain menjadi habitat satwa langka dan dilindungi, kawasan Taman Hutan
Raya Sultan Syarif Hasyim juga memiliki salah satu jenis burung yang merupakan
20 
 

salah satu satwa ciri khas Provinsi Riau yaitu Burung Serindit (Loriculus
galgulus).
Satwa–satwa yang hidup dan berhabitat di dalam kawasan Taman Hutan
Raya Sultan Syarif Hasyim yang masih berhutan umumnya dengan aktifitas pada
pagi hari dan sore hari sehingga pada waktu tertentu dapat dijumpai beberapa
satwa yang berkeliaran di sekitar area kunjungan diantaranya jenis monyet,
burung, dan tupai.
4.6 Kondisi Umum, Sosial, dan Budaya Masyarakat
Kawasan TAHURA SSH berada di tiga wilayah kabupaten dan kota, yaitu
Kota Pekanbaru Kecamatan Rumbai, Kabupaten Siak Kecamatan Minas, dan
Kabupaten Kampar Kecamatan Tapung Hilir. Berdasarkan hasil Badan Pusat
Statistik, jumlah penduduk di Kecamatan Rumbai berjumlah 65.306 orang (BPS
Kota Pekanbaru 2011). Jumlah penduduk di Kecamatan Minas berjumlah 24.053
orang (BPS Kab. Siak 2010) . Sedangkan menurut BPS Kab. Kampar (2009)
jumlah penduduk di Kecamatan Tapung Hilir 48.824 orang. Penduduk terbanyak
sepanjang tahun berada di Kota Pekanbaru dan diikuti Kabupaten Kampar.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di daerah ini lebih disebabkan oleh migrasi
penduduk yang masuk (imigrasi) ke daerah ini. Secara garis besar masyarakat di
sekitar kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim terdiri dari suku
Melayu, Minang, Batak dan beberapa berasal dari Pulau Jawa yang awalnya
merupakan perpindahan transmigrasi.  Migrasi penduduk ke daerah ini, sebagian
besar dilatarbelakangi oleh faktor sosial ekonomi dan budaya. Secara sosial
ekonomi, sumberdaya kayu hutan untuk bahan bangunan di daerah ini yang sangat
besar dapat menopang kehidupan mereka, terlebih dengan dibukanya jalan
minyak oleh PT. Caltex Pacific Indonesia semakin memperlancar akses untuk
masuk ke daerah ini namun pada kenyataannya etnis ini lebih suka menguasai
tanah/lahan dibanding sumberdaya kayu. 
Mata pencaharian masyarakat sekitar umumnya berdagang dan berkebun
kelapa sawit. Sedangkan dari nilai pendidikan, masyarakat sekitar kawasan
umumnya sudah berpandangan maju. Hal ini dapat dilihat dari adanya 2 sekolah
setingkat SMU di sekitar kawasan serta lokasi kawasan yang dekat dengan Kota
21 
 

Pekanbaru sehingga perkembangan dan penyampaian informasi dari ibukota


provinsi sangat cepat.
Namun demikian, maraknya perambahan dan pencurian kayu yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan juga sebagai akibat dari masih
minimnya tingkat pendapatan masyarakat dan kurangnya sosialisasi tentang
konservasi terhadap masyarakat sekitar oleh instansi terkait serta adanya oknum–
oknum masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat untuk melakukan
perambahan di dalam kawasan.
 
 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Tumbuhan Berguna di TAHURA Sultan Syarif Hasim


Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di TAHURA SSH diperoleh
jumlah spesies tumbuhan sebanyak 135 spesies dari 52 famili. Sebanyak 68
spesies (51%) dari 38 famili merupakan tumbuhan berguna. Data tumbuhan yang
terdapat di TAHURA SSH dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.1.1 Komposisi tumbuhan berdasarkan famili
Komposisi tumbuhan berdasarkan lima famili dengan jumlah spesies yang
paling banyak di kawasan TAHURA SSH tersaji pada Gambar 3.

Sapotaceae 5

Moraceae 5
Famili

Euphorbiaceae 10

Fabaceae 12

Dipterocarpaceae 12

0 2 4 6 8 10 12
Jumlah spesies

Gambar 3 Komposisi tumbuhan berdasarkan lima famili terbanyak.


Berdasarkan Gambar 3 didapat jumlah spesies tumbuhan yang terbanyak
berasal dari famili Dipterocarpaceae dan Fabaceae. Spesies yang banyak ditemui
dari famili ini adalah dari kelompok meranti. Vegetasi Dipterocarpaceae termasuk
pada zone barat yang meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung
Malaya. Selain itu, famili Dipterocarpaceae merupakan komoditi ekspor yang
penting berupa kayu bangunan atau plywood (Heyne 1987) tergantung dari
masyarakat sendiri untuk membudidayakannya. Menurut Indriyanto (2006) famili
Fabaceae sendiri merupakan famili yang paling banyak dijumpai di lapangan dan
spesies dari famili ini mampu hidup di lahan kritis.
23 
 

5.1.2 Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus


Komposisi habitus di TAHURA SSH yang paling banyak adalah pohon,
yakni 107 spesies (79%). Data tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi habitus di TAHURA SSH
No. Habitus Jumlah spesies Persentase (%)
1. Pohon 107 79
2. Perdu 12 9
3. Liana 6 4
4. Herba 6 4
5. Semak 3 2
6. Epifit 1 1

Hampir keseluruhan habitus di TAHURA SSH yang mendominasi adalah


pohon. Tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang dimiliki TAHURA
SSH adalah yang menyebabkan kawasan ini didominasi oleh pepohonan.
Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis
sangat tinggi. Jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis
lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem lainnya
(Vickery 1984 diacu dalam Indriyanto 2006). Habitus pohon yang diperoleh
sebanyak 107 spesies (79%) ini menunjukkan bahwa kawasan TAHURA SSH
memiliki keanekaragaman tingkat pohon yang tinggi.
5.1.3 Kerapatan spesies
Menurut Indriyanto (2006), kerapatan merupakan jumlah individu per unit
luas atau per unit volume. Berikut beberapa spesies yang memiliki nilai kerapatan
tertinggi untuk semua tingkat pertumbuhan (Tabel 3).
Tabel 3 Kerapatan spesies tumbuhan untuk semua tingkat pertumbuhan
No. Tingkat pertumbuhan Nama lokal Nama ilmiah Kerapatan
(Ind/ha)
1. Semai Kelat Syzygium densiflora 4.417
Keredas Archidendron bubalinum 1.556
Trempinis Sloetia elongata 1.528
2. Tumbuhan bawah Paku resam Dicranopteris linearis 5.000
Rumput Cyperus sp. 3.194
Sianik Imperata cylindrica 2.000
3. Pancang Kelat Syzygium densiflora 160
Kedondong Cannarium littorale 116
Tepis Polyalthia hypoleuca 116
4. Tiang Ludai Sapium discolor 58
Marpoyan Rhodamnia cinerea 28
Balam putih Palaquium hexandrum 24
5. Pohon Kelat Syzygium densiflora 15
Sendok-sendok Endospermum diadenum 14
24 
 

Berdasarkan Tabel 3 di atas, beberapa spesies memiliki nilai kerapatan


yang tinggi dibanding spesies lainnya dan ini berhubungan dengan jumlah spesies
yang memiliki jumlah individu yang lebih banyak. Jumlah individu yang lebih
banyak dapat dipastikan kerapatan spesies-spesies dalam petak tersebut tinggi
pula. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), kerapatan suatu spesies dalam
komunitas sangat dipengaruhi oleh adanya persaingan. Persaingan terjadi akibat
adanya kebutuhan yang sama, baik antara spesies yang sama (intraspecific
competition) ataupun oleh spesies yang berbeda (interspecific competition).
Persaingan antara spesies-spesies yang memiliki jumlah individu yang
lebih besar mempengaruhi spesies yang memiliki jumlah individu yang lebih kecil
sehingga menyebabkan kerapatan spesies tersebut juga menjadi kecil atau sedikit.
Selain kebutuhan yang sama, faktor yang menyebabkan persaingan juga bisa
berasal dari faktor internal, yakni spesies itu sendiri serta faktor eksternal seperti
suhu, cahaya, unsur hara, dan sebagainya.
5.1.4 Dominansi
Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif
yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan)
spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto 1994). Spesies-
spesies yang dominan (berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki
indeks nilai penting yang tinggi sehingga spesies yang paling dominan akan
memiliki indeks nilai penting yang paling besar. Menurut Abdiyani (2009) diacu
dalam Ardiani (2012) indeks nilai penting menunjukkan peranan suatu spesies
dalam kawasan. Spesies yang memiliki nilai INP paling besar, maka spesies
tersebut mempunyai peranan penting di dalam kawasan tersebut. Selain itu,
spesies ini juga mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perubahan kondisi
lingkungan maupun keberadaan spesies lainnya dalam kawasan. Berikut
merupakan beberapa spesies yang memiliki INP tertinggi di masing-masing
tingkat pertumbuhan.
25 
 

5.1.4.1 Tingkat semai


Spesies yang memiliki INP yang tertinggi pada tingkat semai adalah kelat
(Syzygium densiflora) sebesar 30,04% dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat semai
No. Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
1. Kelat Syzygium densiflora 30,04
2. Medang Cinnamomum cinereum 11,75
3. Balam putih Palaquium hexandrum 10,38
4. Tempunik Artocarpus nitidus 10,02
5. Trempinis Sloetia elongata 9,77

Spesies yang memiliki INP terendah di tingkat semai diantaranya adalah


asam-asaman (Desmanthus virgatus), bacang (Mangifera foetida), durian (Durio
zibethinus), gaharu (Aquilaria mallacensis), kelumpang (Sterculia cordata),
keruing bulu (Dipterocarpus crinitus), ludai  (Sapium discolor), merimbungan
(Callerya artopurporea), pudu (Artocarpus kemando), punak (Tetramerista
glabra), dan sindur (Sindora leiocarpa) masing-masing memiliki INP sebesar
0,34%. Keterangan lebih rinci mengenai INP semua spesies di tingkat semai dapat
dilihat di Lampiran 2.
5.1.4.2 Tumbuhan bawah
Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat tumbuhan bawah seperti
tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat tumbuhan bawah
No. Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
1. Keduduk Melastoma malabathricum 26,00
2. - Buettneria reindwardtii 18,42
3. Rumput Cyperus sp. 18,28
4. Jahe-jahean Zingiber sp. 13,99
5. Sianik Imperata cylindrica 13,23

Tabel 5 menunjukkan bahwa spesies keduduk (Melastoma malabthricum)


memiliki INP paling tinggi dibanding spesies lainnya sehingga dapat dikatakan
spesies ini yang paling mendominasi pada tumbuhan bawah. Spesies yang
memiliki INP paling rendah seperti akar tuba (Derris eliptica) 0,79%, kunyit-
kunyitan (Phrynium pubinerve) 0,94% kurang mendominasi pada tumbuhan
bawah. Rincian INP pada tumbuhan bawah dapat dilihat pada Lampiran 3.
26 
 

5.1.4.3 Tingkat pancang


Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pancang tersaji pada
Tabel 6.
Tabel 6 Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pancang
No. Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
1. Kelat Syzygium densiflora 12,01
2. Kedondong Cannarium littorale 9,26
3. Tepis Polyalthia hypoleuca 8,64
4. Mahang Macaranga triloba 7,53

Beberapa spesies yang memiliki INP paling rendah adalah kemenyan


(Styrax benzoin), karau (Polyalthia glauca), kasai (Pometia pinnata) masing-
masing memiliki INP sebesar 0,36%, banitan (Polyalthia rumpii), jelutung pipit
(Elaeocarpus griffithii), jelutung pipit (Kibatalia maingayi) masing-masing juga
memiliki INP sebesar 0,76%. INP tingkat pancang secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Menurut Sidiyasa et al. (2006) tingkat pancang dapat dikatakan sebagai
komponen permudaan yang sangat penting karena kunci sukses tidaknya proses
permudaan tersebut berlangsung dapat dilihat pada fase ini.
5.1.4.4 Tingkat tiang
Lima spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan tiang
tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat tiang
No. Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
1. Ludai Sapium discolor 22,43
2. Marpoyan Rhodamnia cinerea 13,01
3. Balam putih Palaquium hexandrum 11,37
4. Tepis Polyalthia hypoleuca 11,26
5. Medang Cinnamomum cinereum 11,04

Spesies akasia (Acacia mangium) INP 0,53%, bengkinang (Elaeocarpus


griffithii) INP 0,85%, cempedak (Artocarpus integer) INP 0,46%, jangkang
(Xylopia malayana) INP 0,82%, dan jelutung pipit (Kibatalia maingayi) INP
0,48% adalah beberapa spesies yang memiliki INP rendah dibanding spesies
lainnya pada tingkat pertumbuhan tiang. Data lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 5
27 
 

5.1.4.5 Tingkat pohon


Spesies kelat (Syzygium densiflora) pada tingkat pertumbuhan pohon
memiliki INP paling tinggi dibanding spesies lainnya, yakni 24,48% seperti tersaji
pada Tabel 8.
Tabel 8 Spesies yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pohon
No. Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
1. Kelat Syzygium densiflora 24,48
2. Sendok-sendok Endospermum diadenum 19,94
3. Balam putih Palaquium hexandrum 15,07
4. Kedondong Cannarium littorale 12,19
5. Trempinis Sloetia elongata 9,58

Spesies kelat (Syzygium densiflora) diduga menjadi spesies khas dari


kawasan TAHURA SSH karena hampir di setiap petak contoh ditemukan spesies
tersebut. Pada tingkat pertumbuhan semai dan pohon, spesies kelat (Syzygium
densiflora) memiliki tingkat dominansi yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa regenerasi di kawasan TAHURA SSH cukup baik.
5.1.5 Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan
Rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks
kemerataan tumbuhan Evennes di TAHURA SSH tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9 Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan kemerataan tumbuhan
Evennes di TAHURA SSH
No. Tingkat pertumbuhan Keanekaragaman spesies Kemerataan spesies
(H’) (E1)
1. Semai 3,62 0,84
2. Tumbuhan bawah 2,51 0,75
3. Pancang 3,96 0,90
4. Tiang 3,91 0,89
5. Pohon 3,87 0,90

Keanekaragaman tumbuhan di TAHURA SSH dengan tipe ekosistem


hutan hujan tropis dataran rendah tergolong tinggi (semai, pancang, tiang, dan
pohon) karena indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dibeberapa tingkat
pertumbuhan yang didapat memiliki nilai lebih dari 3. Menurut Fachrul (2008),
apabila derajat keanekaragaman (H’) dalam suatu komunitas <1 maka
keanekaragaman rendah, 1≤ H’ ≥3 keanekaragamannya sedang, dan H’ >3 maka
keanekaragamannya tinggi. Keanekaragaman hayati yang tinggi di TAHURA
SSH menjadi penentu kestabilan ekosistem. Keanekaragaman itu merupakan
28 
 

suatu mekanisme yang mencetuskan kemantapan komunitas atau ekosistem


(Setiadi 1983 diacu dalam Indriyanto 2006).
Keanekaragaman untuk tumbuhan bawah berbeda dengan tingkat
pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon. Keanekaragaman pada tumbuhan
bawah di TAHURA SSH tergolong sedang. Hal ini dikarenakan tumbuhan bawah
memiliki kemampuan hidup yang lebih rendah yang dapat disebabkan oleh
gangguan alam maupun aktivitas manusia, seperti penebangan liar, perambahan
hutan, pembukaan kebun kelapa sawit, dan sebagainya. Selain itu, dalam masa
pertumbuhan tumbuhan bawah memerlukan cahaya yang cukup untuk melakukan
fotosintesis terutama pada spesies yang memerlukan cahaya dalam
pertumbuhannya. Adanya persaingan di dalam masyarakat hutan pada spesies
tertentu yang lebih berkuasa juga menimbulkan kerentanan terhadap tumbuhan
bawah maupun anakan pohon (semai) (Soerianegara & Indrawan 1998).
Rendahnya tumbuhan bawah di TAHURA SSH dapat menjadi indikator
bahwa kawasan ini sebelumnya telah mengalami kerusakan ekosistem yang
menyebabkan keanekaragamannya lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan
lainnya. Hasil wawancara dengan TAHURA SSH, kawasan ini dulunya
merupakan area hutan tanaman industri (HTI). Adanya HTI membuat kawasan
ini menjadi rusak terutama pada tumbuhan bawah. Alat transportasi seperti truk
untuk membawa kayu secara tidak langsung membuat tumbuhan bawah menjadi
rusak. Akan tetapi, jika pada saat ini dan masa yang akan datang ekosistem di
kawasan ini dapat dijaga dengan baik tidak menutup kemungkinan akan terjadi
regenerasi dari pohon-pohon sebelumnya atau hutan bisa kembali pada kondisi
yang klimaks. Hal ini didukung dengan masih tingginya keanekeragaman spesies
terutama pada tingkat pertumbuhan semai di TAHURA SSH itu sendiri dan masih
tersedianya persediaan anakan alam dari beberapa pohon induk yang masih ada.
Indeks kemerataan digunakan untuk mengetahui kemerataan penyebaran
individu suatu spesies dalam komunitas. Menurut Krebs (1972) nilai indeks
kemerataan yang mendekati satu menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan
semakin merata, dan apabila mendekati nol maka semakin tidak merata.
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa indeks kemerataan yang tinggi terdapat
pada tingkat pertumbuhan pohon dan pancang sedangkan indeks kemerataan yang
29 
 

paling rendah terdapat pada tumbuhan bawah. Indeks kemerataan yang paling
tinggi menunjukkan bahwa individu-individu spesiesnya lebih merata
dibandingkan dengan tingkat tumbuhan yang lain. Indeks kemerataan yang
terbilang merata pada tingkat pertumbuhan ini terjadi karena pada saat ini
kawasan TAHURA SSH sedang mengalami regenerasi akibat dari kerusakan
hutan pada saat sebelumnya sehingga hampir setiap spesies menyebar di area
TAHURA SSH. Indeks kemerataan yang rendah menunjukkan bahwa penyebaran
individu-individu spesiesnya kurang merata dan terkonsentrasi pada beberapa
tempat bila dibandingkan dengan tingkat tumbuhan lain.
5.1.6 Klasifikasi kelompok kegunaan
Hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di Tahura SSH teridentifikasi
68 spesies (51%) dari 135 spesies tumbuhan yang merupakan tumbuhan berguna
atau yang sudah diketahui kegunaannya. Hasil analisis vegetasi dan
pengelompokkan tumbuhan berguna diperoleh bahwa tumbuhan berguna yang
memiliki kegunaan terbesar adalah pada tumbuhan obat sebanyak 44 spesies dari
28 famili dan penghasil bahan bangunan sebanyak 40 spesies dari 23 famili.
Berikut adalah pengelompokkan tumbuhan berguna ke dalam 11 kelompok
kegunaan (Tabel 10) sedangkan daftar lengkap tumbuhan berguna tersaji pada
Lampiran 7-17.
Tabel 10 Rekapitulasi kelompok kegunaan tumbuhan
No. Klasifikasi kelompok kegunaan Jumlah
Spesies Famili
1. Tumbuhan obat 44 28
2. Tumbuhan aromatik 3 3
3. Penghasil pangan 26 18
4. Penghasil pakan ternak 3 3
5. Penghasil pestisida nabati 2 1
6. Penghasil bahan pewarna & tannin 5 5
7. Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan 5 5
8. Penghasil kayu bakar 4 4
9. Penghasil bahan bangunan 40 23
10. Keperluan upacara adat 1 1
11. Penggunaan lain 20 15

Spesies tumbuhan obat sudah banyak yang dimanfaatkan dan sebagian


spesies masih merupakan tumbuhan liar yang tersebar di hutan tropis Indonesia.
Konsumsi obat di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan sekitar 48% dari
obat tradisional (Deptan 1989). Dalam hubungannya dengan kesejahteraan
30 
 

masyarakat, sebenarnya kegunaan tumbuhan berguna yang terdapat di dalam


kawasan TAHURA SSH menyimpan berbagai macam manfaat dan kegunaan
tergantung dari masyarakat sekitar untuk tetap melakukan pemanfaatan yang tidak
berlebihan dan terus menggali informasi tentang berbagai potensi tumbuhan
berguna lainnya serta dapat melakukan pembudidayaan terutama dari famili
Dipterocarpaceae yang banyak dibutuhkan.
5.2 Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar TAHURA
Sultan Syarif Hasim
5.2.1 Karakteristik Responden
5.2.1.1 Jumlah responden
Jumlah responden yang diwawancarai dalam penelitian ini berjumlah 15
orang, yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Jumlah
perempuan yang lebih banyak dari laki-laki tidak menjadi alasan jika perempuan
lebih banyak memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Rata-rata
pemanfaatan yang dilakukan oleh perempuan tidak jauh berbeda dengan
pemanfaatan yang dilakukan oleh laki-laki.
5.2.1.2 Umur responden
Karakteristik umur responden yang diwawancarai dalam penelitian ini
tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11 Kisaran umur responden
No. Kisaran Umur Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan
(tahun) (orang) (orang)
1. 30-40 3 7
2. 40-50 1 2
3. 50-60 1 1

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa usia produktif masyarakat yang


masih memanfaatkan dan mengetahui informasi tentang tumbuhan adalah rata-
rata usia 30-40 tahun. Hal ini jelas menunjukkan bahwa usia mempengaruhi
seseorang untuk menggunakan dan memiliki pengetahuan tradisional dibanding
usia yang relatif muda. Kebanyakan masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak
dan paham tentang kegunaan serta pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
31 
 

5.2.1.3 Tingkat pendidikan


Sebagian besar masyarakat yang diwawancarai masih berpendidikan
rendah dan bahkan ada yang tidak menamatkan bangku sekolah. Data tersaji pada
Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat pendidikan responden
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. SD 3 20
2. SMP 6 40
3. SMA 2 13
4. D3 1 7
5. Tidak sekolah 3 20

Rata-rata tingkat pendidikan dari responden yang diwawancarai adalah


berpendidikan rendah. Namun, bagi masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH
berpendidikan rendah bukan jaminan untuk memanfaatkan tumbuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dilihat dari daerah sekitar TAHURA SSH wilayah
bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak memiliki akses
dan fasilitas sekolah yang cukup baik dari tingkat SD sampai SMA bahkan cukup
banyak perguruan tinggi yang dapat dicapai dari daerah tersebut dengan
kendaraan. Sebagian besar responden tidak melanjutkan sekolah ke tingkat atas
atau perkuliahan disebabkan oleh keadaan ekonomi dan kenyamanan untuk
bekerja daripada melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
5.2.1.4 Mata pencaharian
Mata pencaharian responden yang paling banyak adalah sebagai pedagang
sebanyak 60%, sebagaimana terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Data mata pencaharian responden
No. Mata Pencaharian Jumlah Laki-laki Jumlah Persentase
(orang) Perempuan (%)
(orang)
1. Petani 1 0 7
2. Buruh 1 0 7
3. Pedagang 3 6 60
4. Ibu rumah tangga 0 4 27

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH, tingkat


pekerjaan juga tidak mempengaruhi seseorang untuk lebih banyak memanfaatkan
tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
masyarakat sekitar TAHURA SSH adalah masyarakat pendatang yang
32 
 

kebanyakan berasal dari suku Minang dan mayoritas berprofesi sebagai pedagang
atau berwirausaha sehingga masyarakat tidak banyak berinteraksi dengan
lingkungan sekelilingnya. Masyarakat pendatang, terutama dari suku Minang
lebih suka menguasai lahan atau tanah dibanding memanfaatkan hasil hutan tetapi
lahan atau tanah yang mereka kuasai tidak dimanfaatkan.
5.2.2 Komposisi tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan
famili
Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan famili oleh masyarakat sekitar
kawasan TAHURA SSH yang terbesar adalah dari famili Euphorbiaceae sebanyak
(7 spesies), Fabaceae dan Poaceae masing- masing (6 spesies), serta
Zingiberaceae dan Myrtaceae masing-masing (4 spesies) (Gambar 4).

Myrtaceae 4

Zingiberaceae 4
Famili

Poaceae 6

Fabaceae 6

Euphorbiaceae 7

0 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah spesies

Gambar 4 Komposisi tumbuhan berdasarkan famili.

Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar


kawasan TAHURA SSH berasal dari pekarangan rumah atau kebun milik mereka
sendiri. Untuk spesies tertentu dari famili Euphorbiaceae seperti pohon sendok-
sendok (Endospermum diadenum), mahang (Macaranga triloba), dan karet
(Hevea brassiliensis) masyarakat tidak menemukannya di sekitar pekarangan
melainkan spesies ini banyak ditemukan di dalam hutan tetapi berdasarkan
wawancara mereka tidak pernah melakukan pemanfaatan dari dalam hutan.
Masyarakat hanya sebatas mengetahui bahwa spesies-spesies tersebut memiliki
manfaat dan kegunaan.
5.2.3 Komposisi tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan
habitus
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat, diperoleh 99
spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat yang dikelompokkan ke dalam
33 
 

6 habitus, yaitu pohon, semak, herba, perdu, liana, dan epifit. Berikut merupakan
komposisi tumbuhan berdasarkan habitusnya (Tabel 14).
Tabel 14 Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus
No. Habitus Jumlah Persentase (%)
1. Pohon 34 34
2. Semak 10 10
3. Herba 24 24
4. Perdu 17 17
5. Liana 5 5
6. Epifit 1 1
7. *Tidak teridentifikasi 8 8

Pengelompokkan komposisi habitus hanya dilakukan terhadap 91 spesies


saja karena ada 8 spesies yang tidak teridentifikasi habitusnya. Tumbuhan yang
paling banyak dimanfaatkan masyarakat kebanyakan memiliki habitus pohon 34
spesies (34%), semak 10 spesies (10%), herba 24 spesies (24%), perdu 17 spesies
(17%), liana 5 spesies (5%), epifit 1 spesies (1%), dan spesies yang tidak
teridentifikasi sebanyak 8 spesies (8%). Masyarakat sekitar TAHURA SSH
kebanyakan memanfaatkan tumbuhan yang berhabitus pohon. Habitus pohon
banyak dijumpai di sekitar pekarangan rumah mereka yang memanfaatkan
tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari.
5.2.4 Presentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat paling banyak
adalah daun (29%), sebagaimana tersaji pada Gambar 5.
Kulit kayu Batang kayu Umbi Getah
Herba 1% 6% 1% 1%
5% Daun
Rimpang 29%
8%

Bunga
21%

Buah
28%

Gambar 5 Presentase bagian yang dimanfaatkan.


34 
 

Berdasarkan Gambar 5 bagian yang paling sering dimanfaatkan oleh


masyarakat adalah daun (29%) dan diikuti dengan buah (28%). Masyarakat
sekitar Tahura SSH biasanya memanfaatkan bagian tumbuhan berupa daun dan
buah dalam kehidupan sehari-hari untuk sayur, obat, dan pewangi. Bagian
tumbuhan berupa daun paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena selain
mudah didapat, cara pengolahan juga relatif mudah. Masyarakat memanfaatkan
bunga (21%) kebanyakan untuk tumbuhan hias. Begitu juga dengan herba (5%)
selain dimanfaatkan sebagai obat bagian tumbuhan herba juga dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai tumbuhan hias. Bagian tumbuhan rimpang (8%) terutama dari
Famili Zingiberaceae banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bumbu masak
dan obat. Untuk umbi, getah, dan kulit kayu (1%) masyarakat hanya sedikit
dalam memanfaatkan bagian tumbuhan ini sedangkan untuk batang atau kayu
(6%) masyarakat memanfaatkan bagian ini untuk kayu bakar walaupun intensitas
penggunaanya terbilang sangat jarang karena masyarakat di sekitar TAHURA
SSH sudah memanfaatkan LPG (liquid petroleum gas) terutama untuk memasak.
Pemanfaatan bagian-bagian tertentu dari tumbuhan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH kebanyakan berasal dari pekarangan
rumah atau kebun mereka sendiri. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar,
pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TAHURA SSH tidak pernah dilakukan
oleh masyarakat. Dengan kata lain, pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar tidak ada kaitannya dengan kerusakan hutan yang terjadi
walaupun dilain sisi ada pihak atau oknum-oknum tertentu yang melakukan
illegal logging, perambahan hutan secara liar, ataupun pembukaan perkebunan
kelapa sawit yang menyebabkan kerusakan hutan semakin tinggi.
5.2.5 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan
oleh masyarakat
Hasil wawancara dengan 15 orang responden diperoleh sebanyak 99
spesies dari 46 famili tumbuhan yang digunakan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Data rinci mengenai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
dapat dilihat pada Lampiran 18. Berikut adalah klasifikasi kelompok kegunaan
spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat (Tabel 15).
35 
 

Tabel 15 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan


No. Klasifikasi kelompok kegunaan Jumlah
Spesies Famili
1. Tumbuhan obat 38 23
2. Tumbuhan aromatik 2 2
3. Penghasil pangan 43 28
4. Tumbuhan hias 19 14
5. Penghasil pestisida nabati 3 3
6. Penghasil bahan pewarna & tannin 3 3
7. Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan 2 2
8. Penghasil kayu bakar 5 5
9. Penghasil bahan bangunan 4 3
10. Keperluan upacara adat 5 3
11. Penggunaan lain 3 3

5.2.5.1 Tumbuhan obat


Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang berupa daun, batang, buah,
bunga, dan akar yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan
mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat-obatan tradisional.
Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat, terutama obat tradisional
mencapai lebih dari 1.000 jenis, dimana 74% diantaranya merupakan tumbuhan
liar yang hidup di hutan (Zuhud & Haryanto 1990 diacu dalam Rachmat 2009).
Hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 38 spesies dari 23 famili yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Famili yang terbanyak digunakan
oleh masyarakat adalah Zingiberaceae dan Myrtaceae dengan masing-masing
berjumlah 3 spesies diikuti oleh famili Solanaceae, Poaceae, Arecaceae, serta
Rubiaceae masing-masing 2 spesies dan famili lainnya masing-masing berjumlah
1 spesies. Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili dapat dilihat pada Gambar 6.

Rubiaceae 2
Arecaceae 2
Famili

Poaceae 2
Solanaceae 2
Myrtaceae 3
Zingiberaceae 3

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5


Jumlah spesies

Gambar 6 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan famili.


36 
 

Famili Zingiberaceae dan Myrtaceae merupakan famili yang paling


banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena famili ini paling sering dijumpai di
sekitar pekarangan rumah atau kebun. Selain itu, cara pengolahanya sangat mudah
dilakukan oleh masyarakat contohnya jambu biji (Psidium guajava) digunakan
sebagai obat menurunkan panas atau demam (Gambar 7). Cara pengolahannya
langsung dimakan oleh pengguna. Selain itu, jahe (Zingiber officinale)
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat batuk dengan cara merebusnya
dengan air lalu airnya diminum. Data spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan
masyarakat sekitar TAHURA SSH tersaji pada Lampiran 19.

Gambar 7 Jambu biji.


Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat sekitar kawasan
TAHURA SSH masih sedikit karena masyarakat lebih banyak menggunakan
obat-obatan modern atau langsung ke rumah sakit. Saat ini mereka lebih memilih
untuk membeli obat, terutama untuk penyakit ringan seperti pusing, sakit perut,
dan demam di toko obat yang tersedia di pasar dengan harga yang relatif murah.
Akses jalan yang baik dan fasilitas kesehatan yang sudah memadai menjadikan
masyarakat mudah memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia dibanding
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Berdasarkan hasil wawancara,
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat hanya sebatas pertolongan awal sebelum ke
rumah sakit. Selain itu, kebanyakan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai obat banyak ditemui di sekitar pekarangan atau kebun.
37 
 

5.2.5.2 Tumbuhan hias


Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH diperoleh
tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias sebanyak
19 spesies dari 14 famili. Beberapa tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TAHURA SSH dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Beberapa spesies tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar kawasan TAHURA SSH
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1. Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit
2. Kaktus Ferocactus pilosus Cactaceae Herba
3. Keladi kecil Caladium bicolor Araceae Herba
4. Soka Ixora coccinea Rubiaceae Perdu
5. Tanduk rusa Platycerium bifurcatum Polypodiaceae Herba

Pemanfaatan tumbuhan hias oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA


SSH hanya sebatas untuk keindahan dan penghias di pekarangan rumah mereka.
Selain itu, banyak dari masyarakat yang diwawancarai tidak mengetahui jenis
tumbuhan hias yang ditanami di halaman rumah mereka serta masyarakat masih
belum banyak tahu cara untuk mengembangkan tumbuhan hias sebagai tumbuhan
yang bernilai komersial. Sebagai contoh, kaktus (Ferocactus pilosus) dan tanduk
rusa (Platycerium bifurcatum) jika dibudidayakan akan mendatangkan usaha dan
keuntungan (Gambar 8) dan (Gambar 9).

Gambar 8 Kaktus. Gambar 9 Tanduk rusa.


5.2.5.3 Tumbuhan aromatik
Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut
“minyak terbang” (Inggris: volatile oils). Minyak atsiri dinamakan demikian
karena minyak tersebut mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut
38 
 

essential oil (dari kata essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada
tanaman (Koensoemardiyah 2010).
Tumbuhan aromatik atau penghasil minyak atsiri juga merupakan output
tanaman tradisional yang banyak digunakan dalam industri kimia sebagai salah
satu bahan baku produk wewangian (parfum), farmasi, kosmetika, pengawetan
barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya (Mangun 2006).
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH,
penggunaan tumbuhan sebagai pewangi atau aromatik belum banyak diketahui
manfaatnya. Hanya ditemukan dua spesies yang dimanfaatkan masyarakat, yakni
pandan (Pandanus amarrylifolius) yang digunakan para ibu untuk
mengaharumkan ayunan anak bayi (Gambar 10). Pandan diletakkan di bawah
ayunan atau di dalam kasur ayunan bayi. Spesies berikutnya yang dimanfaatkan
masyarakat untuk aromatik adalah gaharu (Aquileria malacenssis) (Gambar 11).

Gambar 10 Pandan. Gambar 11 Gaharu.

5.2.5.4 Tumbuhan penghasil pangan


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto & Hidayati 2006).
Masyarakat sekitar TAHURA SSH banyak memanfaatkan tumbuhan
sebagai penghasil pangan karena spesies tumbuhan penghasil pangan banyak
ditanami dan mudah dijumpai di sekitar pekarangan rumah. Rata-rata tumbuhan
yang dimanfaatkan masyarakat untuk pangan juga banyak digunakan sebagai
obat. Hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 43 spesies dari 28 famili
39 
 

tumbuhan penghasil pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil


wawancara dengan responden juga diketahui bahwa masyarakat mendapatkan
tumbuhan sebagai bahan pangan bukan berasal dari dalam kawasan melainkan
dari hasil kebun, pekarangan, atau kebanyakan dari mereka membeli tumbuhan
tersebut dari pasar. Data secara rinci mengenai pemanfaatan tumbuhan penghasil
pangan dapat dilihat pada Lampiran 20.

Gambar 12 Rimbang. Gambar 13 Sukun.

Spesies rimbang (Solanum torvum) biasanya dimanfaatkan sebagai sayur


(Gambar 12). Biasanya masyarakat memanfaatkan spesies ini untuk tambahan
sayur atau digunakan untuk membuat gulai. Selain itu, rimbang dimanfaatkan
sebagai bahan minuman dengan cara buah rimbang diblender sampai halus lalu
ditambahkan dengan sedikit air, kemudian ditambah gula agar ketika diminum
tidak menimbulkan rasa mual. Hasil wawancara, masyarakat mempercayai bahwa
apabila memakan rimbang akan mendatangkan kesehatan bagi mata. Sedangkan
sukun (Artocarpus communis) dimanfaatkan masyarakat sebagai pangan dengan
cara dibuat keripik (Gambar 13).
5.2.5.5 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH diperoleh
tiga spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pestisida. Beberapa spesies
yang dimanfaatkan masyarakat sebagai penghasil pestisida nabati tersaji pada
Tabel 17.
40 
 

Tabel 17 Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan


masyarakat sekitar TAHURA SSH
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
1. Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae Pohon Daun
2. Mimba Azadirachta indica Meliaceae Pohon Daun
3. Sereh Cymbopogon nardus Poaceae Herba Batang

Masyarakat sekitar TAHURA SSH masih belum banyak mengetahui dan


memanfaatkan tumbuhan sebagai pestisida nabati. Namun, ada masyarakat
tertentu yang paham akan tumbuhan yang bisa dijadikan pestisida nabati. Hasil
wawancara dengan masyarakat yang berprofesi sebagai petani atau masyarakat
yang memiliki kebun lebih paham tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pestisida.
Sebagai contoh, mimba (Azadirachta indica) digunakan petani untuk mengusir
hama cabe (Gambar 14). Cara pengolahan yang dilakukan cukup sederhana, yakni
daunnya ditumbuk dengan halus kemudian ambil satu buah lengkuas yang telah
ditumbuk juga dan ditambahkan sedikit detergen. Semua bahan tersebut direbus
dan kemudian didiamkan selama tiga hari. Setelah itu baru bisa digunakan sebagai
pestisida nabati.

Gambar 14 Mimba.

Spesies mimba (Azadirachta indica) merupakan tumbuhan yang terdapat


di dataran rendah dan dapat tumbuh baik di lahan kritis. Biasanya tumbuhan ini
digunakan sebagai pohon pelindung, makanan ternak, dan pestisida nabati. Dari
tumbuhan mimba, senyawa kimia Azadirachtin yang bersifat insektisida dapat
diisolasi (Hutami et al. 2003). Senyawa kimia pada daun mimba ini dapat
41 
 

membunuh ulat dan merusak telur pada ulat buah kapas (Helicoverpa armigera)
dan ulat grayak (Spodoptera litura) (Sudarmo 2005).
5.2.5.6 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin
Hasil wawancara yang dilakukan teridentifikasi sebanyak 3 spesies yang
dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi hanya sebatas untuk pewarna dalam bahan
makanan. Berikut adalah spesies yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan
pewarna (Tabel 18).
Tabel 18 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna dan tannin
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Penghasil Bagian
warna yang
digunakan
1. Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Kuning Rimpang
2. Pandan Pandanus amarrylifolius Pandanaceae Hijau Daun
3. Suji Pleomele angustifolia Liliaceae Hijau Daun

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil warna dan tannin


masih sedikit. Masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH yang kebanyakan
masyarakat pendatang kurang mengetahui informasi tentang pemanfaatan
tumbuhan terutama dalam pengahasil warna. Mereka kebanyakan menggunakan
bahan pewarna cat atau pewarna bahan makanan kimia yang sudah tersedia di
pasaran. Masyarakat sudah berpikiran praktis dan berpikiran modern. Sedangkan
data tumbuhan penghasil warna dan tannin yang didapat karena ada penduduk
yang masih menanam jenis tersebut di sekitar pekarangan rumah.
5.2.5.7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Pemukiman masyarakat sekitar TAHURA SSH yang dekat dengan akses
dan berbagai fasilitas umum menjadikan masyarakat tidak memanfaatkan
tumbuhan untuk bahan bangunan mereka. Menurut Saepudin (2005)
ketergantungan masyarakat terhadap bahan papan dan perkakas dari alam
berkaitan dengan lokasi tempat tinggal mereka yang jauh dari kota dimana
tersedianya bahan-bahan bangunan, selain itu tradisi juga mempengaruhi
ketergantungan tersebut. Tingkat pekerjaan yang sebagian besar berprofesi
sebagai pedagang merupakan salah satu alasan untuk tidak memanfaatkan
tumbuhan dari dalam hutan. Hasil wawancara dengan 15 orang responden mereka
tidak memanfaatkan tumbuhan untuk bahan bangunan karena mereka dengan
mudah bisa mendapatkan dan membeli bahan bangunan di toko bangunan. Tetapi,
masyarakat hanya mengetahui ada beberapa tumbuhan yang dapat dijadikan bahan
42 
 

bangunan. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan


tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19 Spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1. Akasia Acacia mangium Fabaceae Pohon
2. Bambu Bambusa vulgaris Liliaceae Herba
3. Mahang Macaranga triloba Euphorbiaceae Pohon
4. Sendok-sendok Endospermum diadenum Euphorbiaceae Pohon

5.2.5.8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan


Masyarakat di sekitar kawasan TAHURA SSH sudah tidak memiliki
tradisi-tradisi tertentu yang dilakukan atau ritual-ritual tertentu karena masyarakat
sudah modern dan pemukiman masyarakat sudah dekat dengan akses perkotaan
ditambah lagi letak pemukiman masyarakat yang strategis dengan jalan lintas.
Dengan kata lain pengaruh dari luar dan pencampuran suku atau budaya sudah
terjadi pada masyarakat ini. Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan
TAHURA SSH teridentifikasi sebanyak 5 spesies tumbuhan yang pernah dipakai
orang dulu untuk upacara adat, seperti pernikahan atau menyambut tamu dari luar
daerah. Secara rinci tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk keperluan adat
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1. Bunga raya/kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Perdu
2. Kapas Gossypium acuminantum Malvaceae Pohon
3. Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon
4. Pinang Areca catechu Arecaceae Pohon
5. Sirih Piper bettle Piperaceae Liana

Informasi yang diperoleh tentang pemanfaatan tumbuhan berguna untuk


keperluan adat pada zaman dahulu banyak diketahui manfaatnya. Contohnya
Bunga raya/kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) digunakan untuk
menyembuhkan penyakit panas akibat kemasukan roh halus (Gambar 15). Orang
minang menyebutnya “tesapo”. Selain itu ada juga tumbuhan yang digunakan
untuk menyambut tamu atau digunakan dalam upacara-upacara adat seperti pesta
pernikahan, yakni pinang (Areca catechu) (Gambar 16) dan sirih (Piper bettle)
harus selalu wajib ada dalam acara tersebut.
43 
 

Gambar 15 Bunga raya. Gambar 16 Buah pinang.

5.2.5.9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan


Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH tentang
pemanfaatan tumbuhan sebagai penghasil tali, anyaman, dan kerajinan hanya
ditemukan dua spesies yang dapat digunakan sebagai anyaman. Namun, setiap
responden yang diwawancarai tidak pernah memanfaatkan tumbuhan sebagai
penghasil tali, anyaman, atau kerajinan. Masyarakat hanya sebatas mengetahui
bahwa spesies pandan (Pandanus amarrylifolius) dan bambu (Bambusa vulgaris)
dapat dimanfaatkan sebagai anyaman. Menurut Widjaja et al. (1989) spesies
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku anyaman di suatu daerah
tergantung pada spesies yang tumbuh di sana.
5.2.5.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Kayu bakar sebagai sumber energi kayu, pada zaman dahulu merupakan
bahan yang sangat penting terutama untuk masak dan memasak. Namun, saat
sekarang pemanfaatan tumbuhan sebagai kayu bakar sudah berkurang karena
bahan baku kayu sudah sulit ditemui terlebih lagi masyarakat sudah menggunakan
kompor minyak atau LPG untuk memasak.
Hasil wawancara yang dilakukan, masyarakat tidak memanfaatkan
tumbuhan tertentu sebagai kayu bakar tetapi hanya mengetahui bahwa spesies dari
kayu atau tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Menurut masyarakat
semua tumbuhan atau kayu bisa dijadikan kayu bakar asal sudah dikeringkan atau
dijemur sebelum digunakan sebagai kayu bakar. Beberapa spesies yang dapat
dijadikan kayu bakar oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH tersaji pada Tabel
21.
44 
 

Tabel 21 Spesies yang dapat dijadikan kayu bakar


No Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian yang
dimanfaatkan
1. Akasia Acacia mangium Fabaceae Pohon Batang kayu
2. Karet Hevea brassiliensis Euphorbiaceae Pohon Batang kayu
3. Kelapa sawit Elais guinensiis Arecaceae Pohon Pucuk sawit
4. Keruing Dipterocarpus crinitus Dipterocarpaceae Pohon Batang kayu
5. Tebu Saccharum officinarum Poaceae Herba Daun kering

5.2.5.11 Tumbuhan untuk penggunaan lain


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar TAHURA SSH
teridentifikasi sebanyak 3 spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai
penggunaan lain, yakni akar tuba (Derris eliptica), ketapang (Terminalia cattapa)
dan tebu hitam (Saccharum sp.) (Gambar 17) dan (Gambar 18).

Gambar 17 Ketapang. Gambar 18 Tebu hitam.

Selain sebagai peneduh dan dijadikan pakan, masyarakat mempercayai


bahwa apabila menanam ketapang (Terminalia cattapa) dan tebu hitam
(Saccharum sp.) di depan rumah akan menolak makhlus halus atau roh jahat
untuk masuk ke dalam rumah. Akar tuba sendiri dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai racun yang berfungsi untuk menangkap ikan tetapi menurut Sudarmo
(2005), akar tuba juga berfungsi sebagai pestisida nabati. Akar tuba mengandung
bahan aktif rotenon, deguelin, elipton, dan toksikarol. Pestisida nabati akar tuba
efektif untuk mengendalikan hama moluska (keong).
45 
 

5.3 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TAHURA SSH


Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar kawasan
TAHURA SSH tidak sepenuhnya berasal dari dalam kawasan. Berdasarkan
wawancara dengan masyarakat setempat dan TAHURA SSH, masyarakat sekitar
tidak pernah melakukan pemanfaatan tumbuhan dari dalam kawasan tetapi
berdasarkan hasil analisis vegetasi ada 14 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
masyarakat tumbuh di dalam kawasan TAHURA SSH (Gambar 19). Hasil
wawancara tentang pemanfaatan tumbuhan, masyarakat mengaku tidak
melakukan pemanfaatan dari dalam kawasan TAHURA SSH. Selain itu, pihak
TAHURA SSH melarang masyarakat sekitar untuk melakukan pemanfaatan
tumbuhan di dalam kawasan.

121 14 85
spesies spesies spesies

A B
Analisis Vegetasi Pemanfaatan
oleh masyarakat

Gambar 19 Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan dan berada di TAHURA SSH.


Gambar 19 memperlihatkan bahwa tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar TAHURA SSH berjumlah 99 spesies dan terdapat 14 spesies
yang dimanfaatkan oleh masyarakat tumbuh di kawasan TAHURA SSH. Potensi
tumbuhan berguna yang tumbuh di TAHURA SSH cukup tinggi, yakni sekitar
135 spesies dari 52 famili. Potensi ini dibandingkan dengan potensi
keanekaragaman jenis tumbuhan yang diperoleh melalui penelitian sebelumnya
oleh (Yoza 2005) di TAHURA SSH dan diperoleh sebanyak 104 spesies
tumbuhan. Potensi ini juga dibandingkan dengan potensi tumbuhan berguna yang
terdapat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kota Batu, Jawa Timur. Hasil analisis
46 
 

vegetasi yang telah dilakukan di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kota Batu, Jawa
Timur diperoleh 50 spesies dari 39 famili (Ardiani 2012). Potensi tumbuhan
berguna yang diperoleh di Taman Hutan Raya Pancoran Mas juga memiliki
jumlah spesies yang lebih sedikit dibanding spesies di TAHURA SSH, yakni
sebanyak 83 spesies dari 43 famili (Purbasari 2011). Perbandingan potensi
tumbuhan berguna di tiga lokasi Tahura dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Perbandingan potensi tumbuhan berguna di tiga lokasi TAHURA
No. Pengelompokkan tumbuhan berguna Lokasi
TAHURA 1) TAHURA 2) TAHURA 3)
R. Soerjo Pancoran SSH
(Spesies) Mas (Penelitian)
(Spesies) (Spesies)
1. Tumbuhan obat 16 43 44
2. Tumbuhan aromatik - - 3
3. Penghasil pangan 14 23 26
4. Penghasil pakan ternak 6 3 3
5. Penghasil bahan bangunan 15 14 40
6. Penghasil tali, anyaman, dan kerajinan 3 4 5
7. Penghasil kayu bakar 2 7 4
8. Penghasil bahan pewarna dan tannin 4 7 5
9. Penghasil pestisida nabati 3 1 2
10. Penggunaan lain - 5 20
11. Tumbuhan hias 4 9 -
12. Keperluan upacara adat - - 1
Keterangan: 1) Ardiani (2012), 2) Purbasari (2011), 3) Penelitian ini

Interaksi masyarakat sekitar dengan tumbuhan yang terdapat di dalam


kawasan TAHURA SSH tergolong cukup rendah. Hal ini terlihat dari jumlah
spesies yang dimanfaatkan atau diketahui oleh masyarakat lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah spesies potensi tumbuhan berguna yang diperoleh
melalui analisis vegetasi. Masyarakat tidak lagi bergantung pada sumberdaya
alam yang ada di hutan dan sekitarnya karena hampir seluruh kebutuhan hidupnya
sudah tersedia di berbagai pertokoan dan berbagai fasilitas kota yang dapat
diakses dengan mudah. Namun, interaksi masyarakat terhadap wisata yang
dilakukan di kawasan TAHURA SSH tergolong tinggi. Masyarakat dapat
menikmati fasilitas rekreasi yang dibuat oleh TAHURA SSH seperti, tempat
bermain anak, alun-alun, dan terkadang masyarakat dapat menikmati atraksi
gajah-gajah Sumatera melakukan aksinya. Selain itu, kawasan ini dijadikan lokasi
perkemahan bagi para siswa maupun mahasiswa dan kegiatan hiking.
Kerusakan hutan yang terjadi sebenarnya bukan berasal dari pemanfaatan
tumbuhan yang dilakukan masyarakat tetapi kerusakan hutan terjadi karena
47 
 

adanya hal-hal negatif seperti illegal logging dan pembukaan hutan untuk
perkebunan kelapa sawit sehingga pemanfaatan hutan yang tidak terkendali dan
tidak bertanggung jawab menyebabkan hutan kehilangan potensi tumbuhan
berguna. Berdasarkan data-data yang didapat dan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, TAHURA SSH memiliki potensi tumbuhan berguna
terutama dari famili Dipterocarpaceae yang kayunya dapat dijadikan komoditi
ekspor dan bernilai tinggi.
5.4 Pengembangan Spesies Unggulan
Hasil analisis vegetasi dan wawancara terhadap pemanfaatan tumbuhan
diperoleh beberapa spesies-spesies unggulan yang dapat dikembangkan oleh
masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH. Menurut Yoza (2005), adapun
kriteria pemilihan spesies tumbuhan unggulan adalah 1) banyak digunakan
masyarakat sebagai bahan baku pengobatan, dan 2) mudah dibudidayakan.
Spesies yang dapat dikembangkan oleh masyarakat sekitar kawasan TAHURA
SSH tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Spesies unggulan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat
No. Nama lokal Nama ilmiah Potensi yang dapat dikembangkan
1. Gaharu Aquilaria malaccensis Dapat digunakan sebagai bahan baku
industri parfum, kosmetik, hio, dupa
dan dapat dijadikan sebagai bahan
obat-obatan.
2. Pasak bumi Eurycoma longifolia Akarnya berguna sebagai bahan obat.
3. Sendok-sendok Endospermum diadenum Dapat digunakan untuk bahan
kerajinan dan bunganya dapat
dijadikan obat untuk menyembuhkan
tumor.
4. Marpayang Scapium macropodum Kayunya digunakan untuk kayu lapis
dan perabot rumah. Bijinya berguna
untuk mengobati penyakit paru-paru.
5. Kulim Scorodocarpus borneensis Kayunya digunakan untuk perabot
rumah.
Sumber: Yoza (2005)
Dengan adanya potensi tumbuhan berguna yang dapat dikembangkan dan
dibudidayakan oleh masyarakat diharapkan dapat mendatangkan nilai ekonomi
bagi masyarakat sekitar kawasan TAHURA SSH, terutama di desa-desa lain
sekitar kawasan TAHURA SSH. Berbagai tekanan dan gangguan akibat
pembukaan hutan secara liar, pembukaan perkebunan kelapa sawit, illegal
logging, dan perladangan dapat diminimalisir jika masyarakat sekitar kawasan
memiliki mata pencaharian yang menjanjikan.
 

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Potensi tumbuhan berguna di TAHURA SSH tergolong cukup tinggi, yakni
sebanyak 135 spesies (52 famili). Sebanyak 68 spesies (51%) dengan 38 famili
merupakan tumbuhan berguna. Kelompok tumbuhan berguna terbanyak adalah
dari tumbuhan obat (44 spesies), diikuti dengan tumbuhan penghasil bahan
bangunan (40 spesies), serta tumbuhan penghasil bahan pangan (26 spesies),
kemudian tumbuhan aromatik (3 spesies), penghasil pakan ternak (3 spesies),
penghasil pestisida nabati (2 spesies), penghasil bahan pewarna dan tannin (5
spesies), penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan (5 spesies), penghasil
kayu bakar (4 spesies), penggunaan lain (20 spesies), dan untuk keperluan
upacara adat (1 spesies).
2. Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar TAHURA
SSH tergolong rendah. Sebanyak 99 spesies dari 46 famili tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat tidak berasal dari dalam kawasan TAHURA
SSH walaupun ada beberapa spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
tumbuh di dalam kawasan TAHURA SSH.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi tumbuhan berguna di
desa-desa lain sekitar TAHURA SSH, terutama di desa-desa yang memiliki
penduduk lokal.
2. Spesies tumbuhan berguna dapat dijadikan sebagai alternatif dalam kegiatan
restorasi pada area-area yang rusak.
3. Perlu adanya pembudidayaan dan pembibitan terhadap potensi tumbuhan
berguna yang diperoleh terutama 5 spesies unggulan, yaitu gaharu (Aquilaria
malaccensis), pasak bumi (Eurycoma longifolia), sendok-sendok
(Endospermum diadenum), marpayang (Scapium macropodum), dan kulim
(Scorodocarpus borneensis) untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Perlu adanya penyampaian informasi dan pendokumentasian potensi tumbuhan
berguna agar potensi tersebut tidak hilang dan punah.
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M., Dewi Mustikaningtyas, Talitha Widiantningrum. 2010. Inventarisasi


Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Hujan Dataran Rendah Desa
Nyamplung Pulau Karimun Jawa. Biosaintifika 2(2) 75-81.

Adfa M. 2005. Survey etnobotani, studi senyawa flavanoid dan uji brine shrimp
beberapa tumbuhan obat tradisional suku Serawai di Provinsi Bengkulu. Jurnal
Gradien 1(1):43-50.

Afriyanti UR. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sengkubak (Pycnarrhena
cauliflora (Miers.) Diels) di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat [tesis]. Bogor:
Program Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Aggarwal S. 2001. Palaquium Blanco. Di dalam: Boer E., AB. Ella, editor. Plant
Resources of South-East Asia No. 18: Plant Producing exudates. Bogor:
PROSEA.hlm. 89

Angriyantie L. 2010. Etnobotani dan Potensi Tumbuhan Berguna di Kampung Keay,


Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.

Aragones EG. Jr, AB. Ella. 2001. Dipterocarpus Gaertn.f. Di dalam. Boer E., AB. Ella,
editor. Plant Resources of South-East Asia No. 18: Plant Producing exudates.
Bogor: PROSEA.hlm. 61

Arafah. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat
[skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Ardiani RAD. 2012. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kota
Batu, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Atmoko T, Amir Ma’ruf. 2009. Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Ekstrak
Tumbuhan Sumber Pakan Orangutan Terhadap Larva Artemia salina L. (Toxicity
Testing and Phytocemical Screening of Orangutan Food Extract to Larvae of
Artemia salina L.). Jurnal Pendidikan Hutan dan Konservasi Alam. 6(1): 37-45.

Atok AR. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun,
Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur) [skripsi].
Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Bintang D. 2011. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Berguna di Kawasan Lindung


PT. Bukit Batu Hutan Alam (BBHA) Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau
50
 

[skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.


Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. BPS Kota Pekanbaru. Riau

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. BPS Kabupaten Siak. Riau

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. BPS Kabupaten Kampar. Riau

Darmakusuma D. 2003. Staurogyne Wallich. Di dalam: Lemmens RHMJ., N.


Bunyapraphatsara, editor. Plant Resources of South-East Asia No.
12(3):Medicinal and Poisonous Plants. Bogor: PROSEA. hlm. 380

[Deptan] Departemen Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.


1989. Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri dalam Pelita V.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Dwi T, Adriyanti, Indriyatno, Sukirno, Dwi Asmoro. 2003. Scapium macropodum


Blume. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
hlm. 1299(V).

Ersam T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia dalam Merekayasa


Model Molekul Alami [seminar]. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA ITS.

Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman


Nasional Bukit Tigapuluh [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Flach M., M. Tjeenk Willink. 1999. Myristica fragrans Houtt. Di dalam: Guzman CC.,
JS. Siemonsma, editor. Plant Resources of South East-Asia No.13:Spices. Bogor:
PROSEA. hlm. 144

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Terjemahan dari de Nutrige
planten van Indenesie

Hidayat S. 2009. Kajian Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh Kabupaten


Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Hutami R, Indrasti PL, Erni S, Syarifah A. 2003. Pengendalian Hama dengan Pestisida
Nabati pada Sawi. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.

Ibrahim, SI. Wiselius, SC. Lim. MSM. Sosef. 1995. Cinnamomum sintoc Blume. Di
dalam: Lemmens RHMJ., Soerianegara, WC. Wong, editor. Plant Resources of
51
 

South-East Asia No. 5(2):Timber Trees:Minor Commercial Timbers. Bogor:


PROSEA. hlm. 139

Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan
Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor:
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ipor I. 2001. Madhuca Buch-Ham. Ex J.F. Gmel. Di dalam: Boer E., AB. Ella, editor.
Plan Resources of South-East Asia No.18:Plant Producing exudates. Bogor:
PROSEA. hlm.85

Jansen PCM. 1992. Artocarpus integer (Thumb.) Merr. Di dalam: Coronel, editor. Plant
Resources of South East-Asia No. 2: Edible Fruits and Nuts. Bogor:
PROSEA.hlm. 92

Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak


Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
[tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Kochummen KM., B. Sunarno, A. Nartawijaya, S. Noshiro. 1995. Santiria Blume. Di


dalam:Lemmens RHMJ., Soerianegara, WC. Wong, editor. Plant Resources of
South-East Asia No. 5(2):Timber Trees:Minor commercial timbers. Bogor:
PROSEA. hlm. 417

Kochummen KM., RB. Miller, MSM. Sosef. 1995. Canarium L. Di dalam: Lemmens
RHMJ., Soerianegara, WC. Wong, editor. Plant Resources of South-East Asia No.
5(2):Timber Trees:Minor Commercial Timbers. Bogor: PROSEA. hlm. 94

Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
New York: Harper & Row Publishing

Kusuma R. 2012. Analisis Ekstrak Kulit Kayu Merah (Shorea leprosula Miq.) Sebagai
Bahan Antibakteri Terhadap Bakteri Eschericia Coli. Mulawarman Scientifie
11(1):1-14

Latiff A. 1997. Kleinhovia hospita L. Di dalam: Hanum IF., LJG. van der Maesen,
editor. Plant Resources of South-East Asia No. 11: Auxiliary plants. Bogor:
PROSEA. hlm. 166

Lemmens RHMJ, N Wulijarni-Soetjipto. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 3.


Tumbuhan penghasil pewarna dan tannin. Jakarta: PROSEA-Balai pustaka.
52
 

Lemmens RHMJ. 2003. Calophyllum L. Di dalam: Lemmens RHMJ, N.


Bunyapraphatsara, editor. Plant Resources of South-East Asia No 12 (3):
Medicinal and Poisonous . Bogor: PROSEA.hlm. 103

Magurran A E.2004. Measuring Biological Diversity. UK: Black Well Publishing


Company.

Mangun HMS. 2006. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mian VJY. 2007. Chemical Constituent from Callophyllum inophyllum and Cratoxylum
arborescens and Their Biological Activities [tesis]. Malaysia:Universitas Putra
Malaysia.

Nugraha RB. 2010. Inventarisasi Potensi Tumbuhan di Taman Hutan Raya Inten
Dewata, Sumedang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Ong HC. 2001. Sindora Miq. Di dalam: Boer E., AB. Ella, editor. Plant Resources of
South-East Asia No. 18: Plant Producing Exudates. Bogor: PROSEA. hlm. 109

Praptosuwiryo TN. 2003. Dicranopteris linearis Underw (Burm.f). Di dalam: Winter


WP., WB. Amoroso, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15(2):
Cryptogams:Ferns and fern allies. Bogor: PROSEA.hlm. 93

Purnawan BI. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional


Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Purbasari DDT. 2011. Keanekaragaman Tumbuhan di Taman Hutan Raya Pancoran


Mas, Depok [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Rachmat J. 2009. Pengembangan Sains dan Teknologi Fitokimia Biofarmaka


Kehutanan. Di dalam: Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. hlm. 89-103.

Rachmawati B, Edwi M. 2010. Variasi Morfologi, Isozim dan Kandungan Vitamin C


pada Varietas Buah Naga. Bioteknologi 7(1): 35-44

Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Mangifera foetida Lour. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid III.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 725

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Averhoa carambola L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
53
 

Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 6

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Capsicum frutescens L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 41

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Imperata cylindrica (L.) Beauv. Di dalam: Oemiyati, Ira DS.,
Soediro, editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya
Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 4

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Zingiber officinale Roxb. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid II.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 447

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Psidium guajava L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor.
Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid II. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 456

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Kaempferia galanga L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid II.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 515

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Curcuma domestica Val. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 165

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Morinda citrifolia L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 191

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Di dalam: Oemiyati, Ira
DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama
54
 

Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya
Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 230

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Di dalam: Oemiyati, Ira DS.,
Soediro, editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya
Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 239

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Piper betle L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku
Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 242

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Annona muricata L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 248

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Saccharum officinarum L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid II.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 604

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Sterculia cordata Blume. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid II.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 636

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Durio zibethinus Merr. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 67

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Wiyono, Lutfie Fauzie, Ida Nuranida, Rahayu
Saraswati. 2003. Imperata cylindrica L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro,
editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 4

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Sukirno Dwiasmoro. 2003. Pometia pinnata..


Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat
Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan
55
 

Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid IV. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm.
1120

Rudjiman, Dwi T. Adriyanti, Indriyatno, Sukirno Dwiasmoro. 2003. Solanum torvum


Swartz.. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid IV. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 1229

Rusli S, Nurdjanah N, Laksmanahardja MP. 1988. Keragaan dan program penelitian


pasca panen tanaman industri. Di dalam: Seminar Keragaan Penerapan
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Ruqayah, A. Martawijaya, J. Ilic, RHMJ. Lemmens. 1995. Dillenia L. Di dalam:


Lemmens RHMJ, Soerianegara, WC. Wong, editor. Plant Resources of South-
East Asia No. 5(2):Timber Trees:Minor Commercial Timbers. Bogor: PROSEA.
hlm 173

Sadsoeitoeboen MJ. 1999. Pandanaceae: Aspek Botani dan Etnobotani dalam


Kehidupan Suku Arfak di Irian Jaya [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

Saepudin RJ. 2005. Etnobotani pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen
Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.

Saparinto C, Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Saragih GS. 2007. Sikap Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas Terhadap Taman Hutan
Raya, Depok [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Seibert B., AT. Salang. 2002. Shorea Roxb. ex Gaertnerf. Di dalam: Vossen HAM, BE.
Umali, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 14: Vegetable oils and fats.
Bogor: PROSEA.hlm. 129

Seibert B., AT. Salang. 2002. Isoptera sumatrana. Di dalam: Vossen HAM., BE.
Umali, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 14:Vegetable Oils and
Fats. Bogor: PROSEA. hlm. 132

Sidiyasa K, Zakaria, Iwan R. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau,
Kalimantan Timur. Bogor: Center For International Forestry Research (CIFOR).

Simanjuntak P., TM. Ermayanti, Yuli Sulistyowati, Zuraida Sagala, Titi Parwati, Ruth
Ulina L. Tobing. 1996. Penelitian Produk/ Proses Kimia (Laporan). Rintisan
Teknologi Pestisida Alami.

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas.


Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.
56
 

Soeksmanto A, Yati H, Partomuan S. 2007. Kandungan Antioksidan pada Beberapa


Bagian Tanaman Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
(Thymelaceae). Biodiversitas 8(2): 92-95

Soerianegara I, A Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium


Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Sosef MSM., SFAJ. Horsten. 1999. Eurycoma Jack. Di dalam: Padua LS., N.
Bunyapraphatsara, RHMJ. Lemmens, editor. Plant Resources of South-East Asia
No. 12(1): Medicinal and Poisonous Plants. Bogor: PROSEA.hlm. 272

Sudarmo S. 2005. PESTISIDA NABATI. Yogyakarta: Kanisius.

Sudrajat. 2012. Toksitas Ekstrak Batang Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis


Becc.) Fraksi Etanol-Air Terhadap Rayap Coptotermes sp (Isoptera :
Rhinotermitidae). Mulawarman Scientifie. 11(1):1-12.

Susantyo JM. 2011. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman


Nasional Gunung Merapi [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

Syarif F, Titi Juhaeti. 2003. Potensi Rumput-Rumputan Untuk Fitoremediasi Lahan


Terdegradasi Penambangan Emas. Berita Biologi 6(6): 781-787

Tawan CS. 2003. Aqularia malaccensis Lamk. Di dalam: Lemmens RHMJ, N.


Bunyapraphatsara, editor. Plant Resources of South East-Asia No. 12(3):
Medicinal and Poisonous Plant. Bogor: PROSEA.

Teo SP. 2002. Alstonia R.Br. Di dalam: Valkenburg JLCH., N. Bunyapraphatsara,


editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(2): Medicinal and Poisonous
Plants. Bogor: PROSEA. hlm. 61

Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif: Pemberdayaan Jenis Pohon Dalam Sistem
Wanatani. Bogor: Prosea Indonesia-Yayasan Prosea.

Uji. 1992. Baccaurea sp. Di dalam: Coronel, editor. Plant Resources of South East-Asia
No. 2: Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA.hlm. 99

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

[UNEP] United Nations Environment Programme. 1995. Strategi Keanekaragaman


Hayati Global. WRI. Washington.

Welzen PC., EWM. Verheij. 1992. Nephelium lappaceum L. Di dalam: Verheij EWM.,
RE. Coronel, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2:Edible Fruits and
Nuts. Bogor: PROSEA. hlm. 236
57
 

Widjaja EA, Uway WM, Sutikno SU. 1989. Tumbuhan Anyaman Indonesia. Jakarta: PT
MELTON PUTRA.

Wiriadinata H., N. Bamroongrugsa. 1994. Parkia speciosa Hassk. Di dalam:


Siemonsma JS., Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8:
Vegetable. Bogor: PROSEA. hlm. 222

Wolff XY, IP. Astuti, M. Brink. 1999. Zingiber G.R. Boehmen. Di dalam: Guzman, JS.
Siemonsma, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13: Spices. Bogor:
PROSEA.hlm. 235

Yoza D. 2005. Inventarisasi, Identifikasi, dan Pemetaan Potensi Wanafarma di Taman


Hutan Raya Sultan Syarif Hasim [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.

Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber
Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat dalam Pelestarian
Pemanfaatan Keanekaragaman Tanaman Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor:
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam
Tropika Indonesia (LATIN).

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Cassia
siamea Lam. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid IX. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2732

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Melastoma
malabathricum L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 2464

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Macaranga
triloba Muell.Arg. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid IX. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 2797

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Baccaurea
kunstleri King. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2478

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Artocarpus
elasticus Reinw. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
58
 

Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2298

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Persea
gratissima Gaertn. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VI. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 1515

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003.Crinum
asiaticum L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2273

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Hibiscus
rosa-sinensis L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2382

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Coleus
scutellarioides (L.) Benth. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku
Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VI. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 1593

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Jatropha
curcas L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2345

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Melastoma
candidum D.Don. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 2464

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Cocos
nucifera L.var.viridus. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 2377

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Orthosiphon
aristatus (Bl.). Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
59
 

Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2083

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Aloe vera
(L.) Webb. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2399

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Azadirachta
indica A. Juss. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2101

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Carica
papaya L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VI. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 1688

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Areca
catechu L. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan Umum
Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Sarana
Wana Jaya. hlm. 2433

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Cordiaeum
variegatum (L.) Bl. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VI. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 1698

Zuhud EAM., Siswoyo, Edhi Sandra, Agus Hikmat, Eko Adhiyanto. 2003. Kalanchoe
pinnata (Lamk) Pers. Di dalam: Oemiyati, Ira DS., Soediro, editor. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid VIII. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. hlm. 2473
 
 

LAMPIRAN
61
 

Lampiran 1 Spesies tumbuhan yang terdapat di TAHURA SSH


No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Akar tuba Derris eliptica Benth. Fabaceae Liana
2 Akasia Acacia mangium Wild. Fabaceae Pohon
3 Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit
4 Arang-arang Diospyros pilosanthera var elmeri Ng Ma. Ebenaceae Pohon
5 Asam-asaman Desmanthus virgatus (L.) Wild. Fabaceae Pohon
6 Bacang Mangifera foetida Lour. Anacardiaceae Pohon
7 Balam Madhuca sericea Miq. Sapotaceae Pohon
8 Balam durian Maducha sumatrana Sapotaceae Pohon
9 Balam ketawa Palaquium burkii H.J.L. Sapotaceae Pohon
10 Balam putih Palaquium hexandrum Engl. Sapotaceae Pohon
11 Balam suntai Palaquium sp. Sapotaceae Pohon
12 Banitan Polyaltthia rumpii Merr. Annonaceae Pohon
13 Belayang Aglaia malaccensis Ridl. Meliaceae Pohon
14 Belimbing hutan Sarcoteca griffthii Hallier. F. Oxalidaceae Pohon
15 Bengkinang Elaeocarpus griffithii Merr. Elaeocarpaceae Pohon
16 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii Hochr. Elaeocarpaceae Pohon
17 Berangan Castanopsis argentea Blume. Fagaceae Pohon
18 Bintangur Calophylum pulcherrimum Wall. Clusiceae Pohon
19 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea L. Fabaceae Pohon
20 Cempedak Artocarpus integer Merr. Moraceae Pohon
21 Durian Durio zibethinus Merr. Bombacaceae Pohon
22 Gaharu Aquilaria mallacensis Lam. Thymelacaceae Pohon
23 Gerunggang Cratoxylum arborescens Blume. Hypericaceae Pohon
24 Jahe-jahean Zingiber sp. Zingiberaceae Semak
25 Jangkang Xylopia malayana Hook.f. & Thomson. Annonaceae Pohon
26 Jelutung Dyera costulata Hook. Apocynaceae Pohon
27 Jelutung pipit Kibatalia maingayi Hook.f. Apocynaceae Pohon
28 Johar Cassia siamea Lam. Fabaceae Pohon
29 Kandis Garcinia parvifolia Miq. Clusiceae Pohon
30 Karau Polyalthia glauca Boerl. Annonaceae Pohon
31 Kasai Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst. Sapindaceae Pohon
32 Kayu batu Irvingia malayana Oliv. Simaroubaceae Pohon
33 Kedondong Cannarium littorale Blume. Burseraceae Pohon
34 Keduduk Melastoma malabathricum L. Melastomataceae Perdu
35 Keladi tikus Thyponium flagelliforme (Lodd). Araceae Herba
36 Kelat Syzigium densiflora Merr. Myrtaceae Pohon
37 Kelumpang Sterculia cordata Blume. Sterculiaceae Pohon
38 Kemenyan Styrax benzoin L. Styracaceae Pohon
39 Kempas Koompasia malaccensis Maingay. Fabaceae Pohon
40 Kenari Canarium commune L. Burseraceae Pohon
41 Keredas Archidendron bubalinum Nielsen. Fabaceae Pohon
42 Keruing Dipterocarpus gracilis Blume. Dipterocarpaceae Pohon
62
 

Lampiran 1 Spesies tumbuhan yang terdapat di TAHURA SSH (Lanjutan)


No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
43 Keruing bulu Dipterocarpus crinitus Dyer. Dipterocarpaceae Pohon
44 Kopsia Kopsia pauciflora Hk.f. Apocynaceae Pohon
45 Kulim Scorodocarpus borneensis Becc. Olacaceae Pohon
46 Kunyit-kunyitan Phrynium pubinerve Blume. Maranthaceae Semak
47 Kuranji Dialium platysepalum Baker. Fabaceae Pohon
48 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
49 Lalan Santiria laevigata Blume. Burseraceae Pohon
50 Ludai Sapium discolor Mull Arg. Euphorbiaceae Pohon
51 Mahang Macaranga triloba Muell.Arg. Euphorbiaceae Pohon
52 Mahoni Swietenia mahagoni L. Meliaceae Pohon
53 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiceae Pohon
54 Marpayang Scapium macropodum Blume. Sterculiaceae Pohon
55 Marpoyan Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
56 Medang Cinnamomum cinereum L. Lauraceae Pohon
57 Medang kepinding Ryparosa javanica Blume. Flacourtiaceae Pohon
58 Medang tajak Cinnamomum iners Reinw. Lauraceae Pohon
59 Medang telur Alseodaphne glabra BL. Lauraceae Pohon
60 Mempening Quercus lucida Roxb. Fagaceae Pohon
61 Mendarahan Knema malayana Oliv. Myristicaceae Pohon
62 Menjalinan Xantophyllum sp. Polygalaceae Pohon
63 Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae Pohon
64 Meranti batu Parashorea aptera Sloot. Dipterocarpaceae Pohon
65 Meranti kawang Shorea singkawang Burck. Dipterocarpaceae Pohon
66 Meranti kunyit Shorea conica V.Sl. Dipterocarpaceae Pohon
67 Meranti lempung Shorea leprosula Miq. Dipterocarpaceae Pohon
68 Meranti pirang Shorea parvifolia Dyer. Dipterocarpaceae Pohon
69 Meranti rambai Shorea acuminata Dyer. Dipterocarpaceae Pohon
70 Merawan Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae Pohon
71 Merbau Intsia palembanica Miq. Fabaceae Pohon
72 Merimbungan Callerya artopurporea Schot. Fabaceae Pohon
73 Pagar-pagar Ixonanthes reticulata Jack. Linaceae Pohon
74 Panai-panai Pimeleodendron griffitianum Benth. Euphorbiaceae Pohon
75 Pandan-pandanan Pandanus sp. Pandanaceae Herba
76 Paku resam Dicranopteris linearis Burm.f. Gleicheniaceae Semak
77 Palem-paleman Curculigo capitulata (L.) O.K. Hypoxidaceae Pohon
78 Palam kipas Licuala spinosa Wurm Arecaceae Pohon
79 Parak-parak Amoora rubiginosa Hiern. Meliaceae Pohon
80 Pasak bumi Eurycoma longifolia Jack. Simaroubaceae Pohon
81 Pelawan Tristaniopsis obovata R.Br. Myrtaceae Pohon
82 Perupuk Lophopetalum beccarii Pierre. Celastraceae Pohon
63
 

Lampiran 1 Spesies tumbuhan yang terdapat di TAHURA SSH (Lanjutan)


No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
83 Pesang Quercus argentata Korth. Fagaceae Pohon
84 Petatal Ochanostacchys amentaceae Mast. Olacaceae Pohon
85 Petai Parkia speciosa Hassk. Fabaceae Pohon
86 Pisang-pisang Polyaltia lateriflora Blume. Annonaceae Pohon
87 Pudu Artocarpus kemando Miq. Moraceae Pohon
88 Pulai Alstonia scholaris R. Br. Apocynaceae Pohon
89 Punak Tetramerista glabra Miq. Tetrameristaceae Pohon
90 Putat Baringtonia racemosa L. Lecythidaceae Pohon
91 Raman Bouea oppositifolia Roxb. Anacardiaceae Pohon
92 Rambai burung Baccaurea stipulate J.J. Smith. Euphorbiaceae Pohon
93 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum Blume. Sapindaceae Pohon
94 Randa Randia anysophylla W.W. Sm. Rubiaceae Pohon
95 Rengas Drimycarpus luridus Hook. F. Anacardiaceae Pohon
96 Resak Vatica stapfiana Slooten. Dipterocarpaceae Pohon
97 Ringgit-ringgit Carallia brachiata Merr. Rhizophoraceae Pohon
98 Rotan Calamus caesius BL. Arecaceae Liana
99 Rumput Cyperus sp. Cyperaceae Herba
100 Saga Adenanthera malayana Kosterm. Fabaceae Pohon
101 Sendok-sendok Endospermum diadenum Miq. Euphorbiaceae Pohon
102 Sengkurat Elaeocarpus beccari A.CD. Elaeocarpaceae Pohon
103 Sengon Paraserianthes falcataria L. Meliaceae Pohon
104 Sentul Sandoricu koetjapi Merr. Meliaceae Pohon
105 Sianik Imperata cylindrica L. Poaceae Herba
106 Siluk Gironniera parvifolia Planch. Ulmaceae Pohon
107 Simpur Dillenia reticulata King. Dilleniaceae Pohon
108 Sindur Sindora leiocarpa Jack. Fabaceae Pohon
109 Singkawang Isoptera sumatrana V.SL. Dipterocarpaceae Pohon
110 Sirih hutan Piper caninum BL. Piperaceae Liana
111 Talas-talasan Staurogyne elongata (Blume) O. Kuntze Acanthaceae Herba
112 Tampui Baccaurea kunstleri King. Euphorbiaceae Pohon
113 Taota Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E Brown. Liliaceae Pohon
114 Tempunik Artocarpus nitidus Miq. Moraceae Pohon
115 Tempurung Baccaurea sumatrana J.J.J. Euphorbiaceae Pohon
116 Tenggek burung Eudia glabra Blume. Rutaceae Pohon
117 Tepis Polyalthia hypoleuca Hk. F. Annonaceae Pohon
118 Tepus Amomum coccineum (Blume) K. Schum. Zingiberaceae Herba
119 Terap Artocarpus elaticus Reinw. Moraceae Pohon
120 Trempinis Sloetia elongata Kds. Moraceae Pohon
121 Antidesma montanum BL. Euphorbiaceae Pohon
122 Tetracera fagifolia BI. Dilleniaceae Liana
123 Casearia grewiasefolia Ventenat Flacourtiaceae Perdu
64
 

Lampiran 1 Spesies tumbuhan yang terdapat di TAHURA SSH (Lanjutan)


No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
125 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. Dilleniaceae Liana
126 Macaranga sp. Euphorbiaceae Perdu
127 Kleinhovia hospita L. Sterculiaceae Perdu
128 Buettneria reinwardtii Korth. Sterculiaceae Perdu
129 Antidesma neurocarpum Miq. Euphorbiaceae Perdu
130 Brucea javanica (L.) Merril Simaroubaceae Perdu
131 Uncaria glabrata (BI.) DC. Rubiaceae Perdu
132 Dacryodes microcarpa Cuatrec. Burseraceae Perdu
133 Uncaria sp. Burseraceae Perdu
134 Akar seperti kelat Perdu
135 Jenis O Perdu
Lampiran 2 INP tingkat semai di TAHURA SSH
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (ind/ha) (%) (%)
1 Akasia Acacia mangium 3 83 0,342 0,02 0,464 0,806
2 Arang-arang Diospyros pilosanthera 3 83 0,342 0,03 0,696 1,038
3 Asam-asaman Desmanthus virgatus 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
4 Bacang Mangifera foetida 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
5 Balam Maddhuca sericea 4 111 0,457 0,04 0,928 1,385
6 Balam ketawa Palaquium burkii 6 167 0,688 0,04 0,928 1,616
7 Balam putih Palaquium hexandrum 40 1111 4,579 0,25 5,800 10,380
8 Banitan Polyaltthia rumpii 9 250 1,030 0,06 1,392 2,422
9 Belayang Aglaia malaccensis 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
10 Bengkinang Elaeocarpus griffithii 8 222 0,915 0,05 1,160 2,075
11 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii 21 583 2,403 0,1 2,320 4,723
12 Bintangur Calophylum pulcherrimum 12 333 1,372 0,06 1,392 2,764
13 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
14 Cempedak Artocarpus integer 4 111 0,457 0,02 0,464 0,921
15 Durian Durio zibethinus 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
16 Gaharu Aquilaria mallacensis 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
17 Gerunggang Cratoxylum arborescens 14 389 1,603 0,08 1,856 3,459
18 Jangkang Xylopia malayana 4 111 0,457 0,04 0,928 1,385
19 Jelutung pipit Kibatalia maingayi 9 250 1,030 0,05 1,160 2,190
20 Kandis Garcinia parvifolia 38 1056 4,353 0,11 2,552 6,905
21 Kasai Pometia pinnata 2 56 0,230 0,01 0,232 0,462
22 Kelat Syzigium densiflora 159 4417 18,208 0,51 11,832 30,041
23 Kelumpang Sterculia cordata 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
24 Keredas Archidendron bubalinum 56 1556 6,414 0,04 0,928 7,342
25 Keruing bulu Dipterocarpus crinitus 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347

65
 
Lampiran 2 INP tingkat semai di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (ind/ha) (%) (%)
26 Kopsia Kopsia pauciflora 9 250 1,030 0,07 1,624 2,654
27 Kulim Scorodocarpus borneensis 4 111 0,457 0,03 0,696 1,153
28 Lalan Santiria laevigata 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
29 Ludai Sapium discolor 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
30 Mahang Macaranga triloba 11 306 1,261 0,04 0,928 2,189
31 Manggis hutan Garcinia bancana 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
32 Marpoyan Rhodamnia cinerea 30 833 3,433 0,2 4,640 8,074
33 Medang Cinnamomum cinereum 52 1444 5,952 0,25 5,800 11,753
34 Medang kepinding Ryparosa javanica 2 56 0,230 0,01 0,232 0,462
35 Medang tajak Cinnamomum iners 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
36 Medang telur Alseodaphne glabra 26 722 2,976 0,1 2,320 5,296
37 Mempening Quercus lucida 2 28 0,115 0,01 0,232 0,347
38 Menjalinan Xantophyllum sp. 14 389 1,603 0,12 2,784 4,387
39 Meranti batu Parashorea aptera 2 56 0,230 0,03 0,696 0,926
40 Merawan Hopea mengarawan 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
41 Merbau Intsia palembanica 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
42 Merimbungan Callerya artopurporea 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
43 Pagar-pagar Ixonanthes reticulata 20 556 2,292 0,14 3,248 5,540
44 Palam kipas Licuala spinosa 3 83 0,342 0,03 0,696 1,038
45 Palam-palaman Curculigo capitulata 20 556 2,292 0,05 1,160 3,452
46 Panai-panai Pimeleodendron griffitianum 15 417 1,719 0,08 1,856 3,575
47 Parak-parak Amoora rubiginosa 22 611 2,518 0,14 3,248 5,767
48 Pasak bumi Eurycoma longifolia 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
49 Pelawan Tristaniopsis obovata 5 139 0,573 0,05 1,160 1,733
50 Perupuk Lophopetalum beccarii 9 250 1,030 0,06 1,392 2,422

66
 
Lampiran 2 INP tingkat semai di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (ind/ha) (%) (%)
51 Pesang Quercus argentata 4 111 0,457 0,03 0,696 1,153
52 Petatal Ochanostacchys amentaceae 14 389 1,603 0,03 0,696 2,299
53 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora 8 222 0,915 0,06 1,392 2,307
54 Pudu Artocarpus kemando 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
55 Pulai Alstonia scholaris 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
56 Punak Tetramerista glabra 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
57 Raman Bouea oppositifolia 19 528 2,176 0,1 2,320 4,496
58 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum 4 111 0,457 0,04 0,928 1,385
59 Randa Randia anysophylla 5 139 0,573 0,04 0,928 1,501
60 Resak Vatica stapfiana 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
61 Ringgit-ringgit Carallia brachiata 4 111 0,457 0,04 0,928 1,385
62 Saga Adenanthera malayana 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
63 Sendok-sendok Endospermum diadenum 4 111 0,457 0,03 0,696 1,153
64 Sengkurat Elaeocarpus beccari 10 278 1,146 0,11 2,552 3,698
65 Sengon Paraserianthes falcataria 3 83 0,342 0,03 0,696 1,038
66 Sindur Sindora leiocarpa 1 28 0,115 0,01 0,232 0,347
67 Taota Pleomele angustifolia 2 56 0,230 0,02 0,464 0,694
68 Tempunik Artocarpus nitidus 43 1194 4,922 0,22 5,104 10,026
69 Tenggek burung Eudia glabra 17 472 1,945 0,08 1,856 3,801
70 Tempurung Baccaurea sumatrana 4 111 0,457 0,04 0,928 1,385
71 Trempinis Sloetia elongata 55 1528 6,298 0,15 3,480 9,779
72 Antidesma montanum 9 250 1,030 0,06 1,392 2,422

67
 
Lampiran 3 INP tumbuhan bawah di TAHURA SSH
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (ind/ha) (%) (%)
1 Akar tuba Derris eliptica 1 28 0,148 0,01 0,649 0,798
2 Anggrek Dendrobium sp. 11 306 1,626 0,02 1,298 2,925
3 Jahe-jahean Zingeber sp. 42 1167 6,204 0,12 7,792 13,997
4 Keduduk Melastoma malabathricum 53 1472 7,826 0,28 18,181 26,008
5 Keladi tikus Thyponium flagelliforme 10 278 1,478 0,01 0,649 2,127
6 Kunyit-kunyitan Phrynium pubinerve 2 56 0,297 0,01 0,649 0,947
7 Paku resam Dicranopteris linearis 180 5000 26,584 0,31 20,129 46,714
8 Pandan-pandanan Pandanus sp. 7 194 1,031 0,06 3,896 4,927
9 Rumput Cyperus sp. 115 3194 16,982 0,02 1,298 18,280
10 Rotan Calamus caesius 56 1556 6,414 0,17 3,944 10,358
11 Sianik Imperata cylindrica 72 2000 10,633 0,04 2,597 13,231
12 Sirih hutan Piper caninum 3 83 0,441 0,03 1,948 2,389
13 Talas-talasan Staurogyne elongata 18 500 2,658 0,05 3,246 5,905
14 Tepus Amomum coccineum 16 444 2,360 0,05 3,246 5,607
15 Macaranga sp. 9 250 1,329 0,02 1,298 2,627
16 Dillenia excelsa 3 83 0,441 0,02 1,298 1,740
17 Litsea firma 1 28 0,148 0,01 0,649 0,798
18 Kleinhovia hospita 2 56 0,297 0,02 1,298 1,596
19 Casearia grewiaefolia 6 167 0,887 0,04 2,597 3,485
20 Buettneria reinwardtii 50 1389 7,385 0,17 11,038 18,424
21 Brucea javanica 1 28 0,148 0,01 0,649 0,798
22 Dacryodes microcarpa 2 56 0,297 0,01 0,649 0,947
23 Uncaria sp. 1 28 0,148 0,01 0,649 0,798
24 Antidesma neurocarpum 3 83 0,441 0,01 0,649 1,090
25 - 5 139 0,739 0,01 0,649 1,388

68
 
Lampiran 3 INP tumbuhan bawah di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (ind/ha) (%) (%)
26 Uncaria glabrata 2 56 0,297 0,01 0,649 0,947
27 Tetracera fagifolia 1 28 0,148 0,01 0,649 0,798
28 Akar seperti kelat - 5 139 0,739 0,01 0,649 1,388

69
 
Lampiran 4 INP pancang di TAHURA SSH
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (%) (%)
1 Arang-arang Diospyros pilosanthera 8 36 1,409 0,06 1,232 2,641
2 Bacang Mangifera foetida 6 27 1,057 0,06 1,232 2,289
3 Balam Maddhuca sericea 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
4 Balam durian Maducha sumatrana 3 13 0,509 0,02 0,410 0,919
5 Balam ketawa Palaquium burkii 8 36 1,409 0,07 1,437 2,846
6 Balam putih Palaquium hexandrum 14 62 2,427 0,12 2,464 4,891
7 Balam suntai Palaquium burckii 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
8 Banitan Polyaltthia rumpii 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
9 Belayang Aglaia malaccensis 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
10 Bengkinang Elaeocarpus griffithii 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
11 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii 5 22 0,861 0,04 0,821 1,682
12 Berangan Castanopsis argentea 9 40 1,566 0,06 1,232 2,798
13 Bintangur Calophylum pulcherrimum 15 67 2,623 0,14 2,874 5,498
14 Gaharu Aquilaria mallacensis 13 58 2,270 0,08 1,642 3,913
15 Gerunggang Cratoxylum arborescens 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
16 Jangkang Xylopia malayana 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
17 Jelutung pipit Kibatalia maingayi 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
18 Kandis Garcinia parvifolia 5 22 0,861 0,05 1,026 1,888
19 Karau Polyalthia glauca 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
20 Kasai Pometia pinnata 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
21 Kedondong Cannarium littorale 26 116 4,541 0,23 4,722 9,264
22 Kelat Syzigium densiflora 36 160 6,264 0,28 5,749 12,014

70
 
Lampiran 4 INP pancang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K (ind/ha) KR F FR (%) INP (%)
individu (%)
23 Kelumpang Sterculia cordata 6 27 1,057 0,03 0,616 1,673
24 Kemenyan Styrax benzoin 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
25 Keredas Archidendron bubalinum 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
26 Keruing Dipterocarpus gracilis 5 22 0,861 0,05 1,026 1,888
27 Kopsia Kopsia pauciflora 6 27 1,057 0,05 1,026 2,083
28 Kuranji Dialium platysepalum 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
29 Lalan Santiria laevigata 6 27 1,057 0,06 1,232 2,289
30 Ludai Sapium discolor 8 36 1,409 0,05 1,026 2,436
31 Mahang Macaranga triloba 22 98 3,837 0,18 3,696 7,533
32 Mahoni Swietenia mahagoni 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
33 Manggis hutan Garcinia bancana 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
34 Marpoyan Rhodamnia cinerea 10 44 1,722 0,11 2,258 3,981
35 Medang Cinnamomum cinereum 17 76 2,975 0,15 3,080 6,055
36 Medang kepinding Ryparosa javanica 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
37 Medang tajak Cinnamomum iners 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
38 Mempening Quercus lucida 4 18 0,704 0,03 0,616 1,320
39 Mendarahan Knema malayana 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
40 Menjalinan Xantophyllum sp. 5 22 0,861 0,04 0,821 1,682
41 Meranti Shorea leprosula 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
42 Meranti batu Parashorea aptera 18 80 3,132 0,13 2,669 5,801
43 Meranti kawang Shorea singkawang 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763

71 
 
Lampiran 4 INP pancang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (%) (%)
44 Meranti rambai Shorea acuminata 7 31 1,213 0,07 1,437 2,651
45 Merawan Hopea mengarawan 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
46 Merimbungan Callerya artopurporea 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
47 Pagar-pagar Ixonanthes reticulata 19 84 3,288 0,1 2,053 5,342
48 Panai-panai Pimeleodendron griffitianum 10 44 1,722 0,08 1,642 3,365
49 Parak-parak Amoora rubiginosa 19 84 3,288 0,18 3,696 6,985
50 Pasak bumi Eurycoma longifolia 4 18 0,704 0,04 0,821 1,526
51 Pelawan Tristaniopsis obovata 16 71 2,779 0,13 2,669 5,449
52 Perupuk Lophopetalum beccarii 4 18 0,704 0,04 0,821 1,526
53 Pesang Quercus argentata 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
54 Petatal Ochanostacchys amentaceae 19 84 3,288 0,15 3,080 6,369
55 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora 16 71 2,779 0,15 3,080 5,860
56 Pudu Artocarpus kemando 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
57 Pulai Alstonia scholaris 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
58 Punak Tetramerista glabra 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
59 Putat Baringtonia racemosa 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
60 Raman Bouea oppositifolia 7 31 1,213 0,06 1,232 2,445
61 Rambai burung Baccaurea stipulate 4 18 0,704 0,03 0,616 1,320
62 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum 12 53 2,075 0,11 2,258 4,333
63 Randa Randia anysophylla 4 18 0,704 0,04 0,821 1,526

72 
 
Lampiran 4 INP pancang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR INP
individu (ind/ha) (%) (%) (%)
64 Rengas Drimycarpus luridus 2 9 0,352 0,02 0,410 0,763
65 Resak Vatica stapfiana 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
66 Ringgit-ringgit Carallia brachiata 6 27 1,057 0,06 1,232 2,289
67 Sendok-sendok Endospermum diadenum 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
68 Sengon Paraserianthes falcataria 3 13 0,509 0,03 0,616 1,125
69 Sengkurat Elaeocarpus beccari 16 71 2,779 0,15 3,080 5,860
70 Sentul Sandoricu koetjapi 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
71 Siluk Gironniera parvifolia 10 44 1,722 0,08 1,642 3,365
72 Simpur Dillenia reticulata 13 58 2,270 0,14 2,874 5,145
73 Sindur Sindora leiocarpa 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
74 Singkawang Isoptera sumatrana 1 4 0,156 0,01 0,205 0,361
75 Tampui Baccaurea kunstleri 15 67 2,623 0,06 1,232 3,855
76 Tempunik Artocarpus nitidus 3 13 0,50 0,02 0,410 0,919
77 Tenggek burung Eudia glabra 18 80 3,132 0,17 3,490 6,623
78 Tepis Polyalthia hypoleuca 26 116 4,541 0,2 4,106 8,648
79 Trempinis Sloetia elongata 6 27 1,057 0,06 1,232 2,289
80 Antidesma montanum 8 36 1,409 0,07 1,437 2,846

73 
 
Lampiran 5 INP tiang di TAHURA SSH
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
1 Akasia Acacia mangium 1 1 0,160 0,01 0,202 0,170 0,532
2 Arang-arang Diospyros pilosanthera 6 7 1,125 0,07 1,414 0,682 3,221
3 Bacang Mangifera foetida 3 3 0,482 0,03 0,606 0,363 1,452
4 Balam ketawa Palaquium burkii 2 2 0,321 0,02 0,404 0,433 1,159
5 Balam putih Palaquium hexandrum 22 24 3,858 0,17 3,434 4,086 11,379
6 Banitan Polyaltthia rumpii 17 19 3,054 0,17 3,434 3,546 10,035
7 Belayang Aglaia malaccensis 4 4 0,643 0,03 0,606 0,680 1,929
8 Bengkinang Elaeocarpus griffithii 2 2 0,321 0,01 0,202 0,326 0,850
9 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii 12 13 2,090 0,09 1,818 2,528 6,436
10 Berangan Castanopsis argentea 20 22 3,536 0,14 2,828 3,596 9,961
11 Bintangur Calophylum pulcherrimum 12 13 2,090 0,12 2,424 2,265 6,779
12 Cempedak Artocarpus integer 1 1 0,160 0,01 0,202 0,106 0,469
13 Gerunggang Cratoxylum arborescens 7 8 1,286 0,08 1,616 1,537 4,440
14 Jangkang Xylopia malayana 2 2 0,321 0,01 0,202 0,303 0,827
15 Jelutung Dyera costulata 2 2 0,321 0,02 0,404 0,326 1,052
16 Jelutung pipit Kibatalia maingayi 1 1 0,160 0,01 0,202 0,123 0,486
17 Kandis Garcinia parvifolia 2 2 0,321 0,02 0,404 0,417 1,142
18 Karau Polyalthia glauca 9 10 1,607 0,09 1,818 1,778 5,203
19 Kasai Pometia pinnata 1 1 0,160 0,01 0,202 0,193 0,556
20 Kedondong Cannarium littorale 18 20 3,215 0,19 3,838 3,446 10,499
21 Kelat Syzigium densiflora 15 17 2,733 0,14 2,828 2,205 7,766
22 Kelumpang Sterculia cordata 6 7 1,125 0,05 1,010 0,767 2,902

74
 
Lampiran 5 INP tiang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
23 Kenari Canarium communne 1 1 0,160 0,01 0,202 0,163 0,526
24 Keredas Archidendron bubalinum 2 2 0,321 0,02 0,404 0,266 0,992
25 Keruing Dipterocarpus gracilis 2 2 0,321 0,02 0,404 0,443 1,169
26 Kopsia Kopsia pauciflora 2 2 0,321 0,02 0,404 0,276 1,002
27 Kulim Scorodocarpus borneensis 4 4 0,643 0,04 0,808 1,050 2,502
28 Kuranji Dialium platysepalum 11 12 1,929 0,11 2,222 1,654 5,806
29 Laban Vitex pubescens 2 2 0,321 0,02 0,404 0,356 1,082
30 Lalan Santiria laevigata 3 3 0,482 0,03 0,606 0,640 1,728
31 Ludai Sapium discolor 52 58 9,324 0,23 4,646 8,460 22,431
32 Mahang Macaranga triloba 8 9 1,446 0,06 1,212 1,367 4,026
33 Manggis hutan Garcinia bancana 1 1 0,160 0,01 0,202 0,146 0,509
34 Marpoyan Rhodamnia cinerea 25 28 4,501 0,2 4,040 4,473 13,015
35 Medang Cinnamomum cinereum 19 21 3,376 0,19 3,838 3,833 11,047
36 Medang kepinding Ryparosa javanica 3 3 0,482 0,03 0,606 0,743 1,832
37 Medang tajak Cinnamomum iners 1 1 0,160 0,01 0,202 0,120 0,482
38 Medang telur Alseodaphne glabra 1 1 0,160 0,01 0,202 0,120 0,482
39 Mempening Quercus lucida 2 2 0,321 0,01 0,202 0,443 0,967
40 Mendarahan Knema malayana 9 10 1,607 0,1 2,020 2,168 5,796
41 Menjalinan Xantophyllum sp. 1 1 0,160 0,01 0,202 0,306 0,669
42 Meranti Shorea leprosula 18 20 3,215 0,1 2,020 3,239 8,474
43 Meranti batu Parashorea aptera 9 10 1,607 0,1 2,020 1,654 5,282
44 Meranti kawang Shorea singkawang 5 6 0,964 0,04 0,808 0,900 2,673

75
 
Lampiran 5 INP tiang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
45 Meranti kunyit Shorea conica 1 1 0,160 0,01 0,202 0,103 0,466
46 Meranti pirang Shorea parvifolia 5 6 0,964 0,04 0,808 0,713 2,486
47 Meranti rambai Shorea acuminata 10 11 1,768 0,1 2,020 2,031 5,820
48 Merawan Hopea mengarawan 1 1 0,160 0,01 0,202 0,133 0,496
49 Merimbungan Callerya artopurporea 3 3 0,482 0,03 0,606 0,523 1,612
50 Pagar-pagar Ixonanthes reticulata 8 9 1,446 0,07 1,414 1,337 4,198
51 Panai-panai Pimeleodendron griffitianum 4 4 0,643 0,03 0,606 0,770 2,019
52 Parak-parak Amoora rubiginosa 11 12 1,929 0,11 2,222 2,081 6,233
53 Pasak bumi Eurycoma longifolia 1 1 0,160 0,01 0,202 0,103 0,466
54 Pelawan Tristaniopsis obovata 2 2 0,321 0,01 0,202 0,236 0,760
55 Perupuk Lophopetalum beccarii 3 3 0,482 0,02 0,404 0,533 1,420
56 Pesang Quercus argentata 10 11 1,768 0,13 2,626 1,714 6,109
57 Petai Parkia speciosa 1 1 0,160 0,01 0,202 0,106 0,469
58 Petatal Ochanostacchys amentaceae 12 13 2,090 0,09 1,818 1,811 5,719
59 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora 10 11 1,768 0,1 2,020 1,664 5,453
60 Putat Baringtonia racemosa 1 1 0,160 0,01 0,202 0,120 0,482
61 Raman Bouea oppositifolia 9 10 1,607 0,09 1,818 1,014 4,440
62 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum 4 4 0,643 0,02 0,404 0,884 1,931
63 Randa Randia anysophylla 5 6 0,964 0,04 0,808 0,720 2,493
64 Rengas Drimycarpus luridus 2 2 0,321 0,02 0,404 0,290 1,015
65 Resak Vatica stapfiana 4 4 0,643 0,02 0,404 0,406 1,454
66 Ringgit-ringgit Carallia brachiata 7 8 1,286 0,07 1,414 1,391 4,091
67 Saga Adenanthera malayana 1 1 0,160 0,01 0,202 0,170 0,532

76
 
Lampiran 5 INP tiang di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
68 Sendok-sendok Endospermum diadenum 9 10 1,607 0,07 1,414 1,661 4,683
69 Sengkurat Elaeocarpus beccari 10 11 1,768 0,1 2,020 1,948 5,736
70 Sentul Sandoricu koetjapi 1 1 0,160 0,01 0,202 0,103 0,466
71 Siluk Gironniera parvifolia 17 19 3,054 0,14 2,828 2,959 8,841
72 Simpur Dillenia reticulata 7 8 1,286 0,07 1,414 0,980 3,681
73 Tampui Baccaurea kunstleri 19 21 3,376 0,2 4,040 3,479 10,896
74 Taota Pleomele angustifolia 1 1 0,160 0,01 0,202 0,280 0,643
75 Tempunik Artocarpus nitidus 1 1 0,160 0,01 0,202 0,170 0,532
76 Tenggek burung Eudia glabra 9 10 1,607 0,1 2,020 1,551 5,179
77 Tepis Polyalthia hypoleuca 21 23 3,697 0,21 4,242 3,325 11,266
78 Terap Artocarpus elaticus 4 4 0,643 0,04 0,808 0,523 1,974
79 Trempinis Sloetia elongata 7 8 1,286 0,08 1,616 1,441 4,343

77
 
Lampiran 6 INP pohon di TAHURA SSH
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
1 Akasia Acacia mangium 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,360 0,653
2 Arang-arang Diospyros pilosanthera 6 2 0,857 0,07 1,078 1,039 2,975
3 Bacang Mangifera foetida 10 3 1,426 0,1 1,540 1,510 4,478
4 Balam durian Maducha sumatrana 3 1 0,425 0,03 0,462 0,345 1,233
5 Balam ketawa Palaquium burkii 13 4 1,852 0,12 1,848 1,744 5,446
6 Balam putih Palaquium hexandrum 35 10 4,988 0,31 4,776 5,307 15,072
7 Balam suntai Palaquium burckii 2 1 0,282 0,02 0,308 0,247 0,838
8 Banitan Polyaltthia rumpii 8 2 1,139 0,09 1,386 0,729 3,255
9 Belimbing hutan Sarcoteca griffthii 2 1 0,282 0,02 0,308 1,032 1,623
10 Bengkinang Elaeocarpus griffithii 2 1 0,282 0,02 0,308 0,287 0,877
11 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii 12 3 1,708 0,09 1,386 1,486 4,581
12 Berangan Castanopsis argentea 18 5 2,565 0,17 2,619 2,521 7,706
13 Bintangur Calophylum pulcherrimum 13 4 1,852 0,13 2,003 1,875 5,731
14 Gerunggang Cratoxylum arborescens 7 2 0,995 0,08 1,232 0,807 3,035
15 Jangkang Xylopia malayana 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,247 0,540
16 Jelutung Dyera costulata 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,081 0,374
17 Kandis Garcinia parvifolia 17 5 2,422 0,11 1,694 1,924 6,041
18 Karau Polyalthia glauca 10 3 1,426 0,1 1,540 0,820 3,788
19 Kedondong Cannarium littorale 31 9 4,418 0,3 4,622 3,153 12,194
20 Kelat Syzigium densiflora 54 15 7,697 0,4 6,163 10,620 24,481
21 Kelumpang Sterculia cordata 6 2 0,857 0,06 0,924 1,101 2,882
22 Kempas Koompasia malaccensis 2 1 0,282 0,02 0,308 0,199 0,789
23 Keruing Dipterocarpus gracilis 3 1 0,425 0,03 0,462 0,342 1,230

78
 
Lampiran 6 INP pohon di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
24 Keruing bulu Dipterocarpus crinitus 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,137 0,429
25 Kulim Scorodocarpus borneensis 5 1 0,713 0,04 0,616 0,575 1,904
26 Kuranji Dialium platysepalum 9 3 1,282 0,1 1,540 1,335 4,159
27 Lalan Santiria laevigata 9 3 1,282 0,1 1,540 2,419 5,243
28 Ludai Sapium discolor 6 2 0,857 0,06 0,924 0,400 2,181
29 Mahang Macaranga triloba 2 1 0,282 0,02 0,308 0,139 0,729
30 Marpayang Scapium macropodum 7 2 0,995 0,08 1,232 1,291 3,519
31 Marpoyan Rhodamnia cinerea 3 1 0,425 0,03 0,462 0,207 1,096
32 Medang Cinnamomum cinereum 18 5 2,565 0,19 2,927 1,634 7,127
33 Medang kepinding Ryparosa javanica 8 2 1,139 0,08 1,232 1,059 3,431
34 Mempening Quercus lucida 4 1 0,569 0,03 0,462 0,597 1,629
35 Mendarahan Knema malayana 13 4 1,852 0,14 2,157 2,658 6,668
36 Meranti Shorea leprosula 12 3 1,708 0,12 1,848 1,698 5,256
37 Meranti batu Parashorea aptera 6 2 0,857 0,06 0,924 1,015 2,796
38 Meranti kawang Shorea singkawang 9 3 1,282 0,07 1,078 0,891 3,252
39 Meranti kunyit Shorea conica 5 1 0,713 0,06 0,924 0,453 2,091
40 Meranti lempung Shorea leprosula 8 2 1,139 0,09 1,386 1,282 3,808
41 Meranti pirang Shorea parvifolia 16 4 2,278 0,18 2,773 2,401 7,453
42 Meranti rambai Shorea acuminata 14 4 1,996 0,13 2,003 1,415 5,414
43 Merimbungan Callerya artopurporea 3 1 0,425 0,02 0,308 0,247 0,981
44 Pagar-pagar Ixonanthes reticulata 9 3 1,282 0,09 1,386 1,298 3,967
45 Panai-panai Pimeleodendron griffitianum 5 1 0,713 0,06 0,924 0,398 2,035

79 
 
Lampiran 6 INP pohon di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
46 Parak-parak Amoora rubiginosa 22 6 3,135 0,21 3,235 2,284 8,655
47 Pelawan Tristaniopsis obovata 6 2 0,857 0,07 1,078 1,857 3,793
48 Perupuk Lophopetalum beccarii 12 3 1,708 0,11 1,694 2,645 6,048
49 Pesang Quercus argentata 16 4 2,278 0,16 2,465 1,977 6,721
50 Petatal Ochanostacchys amentaceae 18 5 2,565 0,17 2,619 1,791 6,976
51 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora 2 1 0,282 0,02 0,308 0,145 0,736
52 Punak Tetramerista glabra 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,145 0,438
53 Putat Baringtonia racemosa 5 1 0,713 0,06 0,924 0,785 2,422
54 Raman Bouea oppositifolia 16 4 2,278 0,17 2,619 2,061 6,959
55 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum 2 1 0,282 0,02 0,308 0,187 0,778
56 Rengas Drimycarpus luridus 2 1 0,282 0,02 0,308 0,393 0,984
57 Resak Vatica stapfiana 2 1 0,282 0,02 0,308 0,236 0,827
58 Ringgit-ringgit Carallia brachiata 6 2 0,857 0,07 1,078 0,855 2,791
59 Saga Adenanthera malayana 6 2 0,857 0,07 1,078 0,594 2,530
60 Sendok-sendok Endospermum diadenum 50 14 7,128 0,23 3,543 9,277 19,949
61 Sengkurat Elaeocarpus beccari 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,061 0,354
62 Siluk Gironniera parvifolia 10 3 1,426 0,1 1,540 0,851 3,818
63 Simpur Dillenia reticulata 8 2 1,139 0,09 1,386 0,754 3,280
64 Sindur Sindora leiocarpa 5 1 0,713 0,06 0,924 0,889 2,526
65 Singkawang Isoptera sumatrana 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,075 0,367
66 Tampui Baccaurea kunstleri 14 4 1,996 0,14 2,157 1,543 5,697
67 Tempunik Artocarpus nitidus 11 3 1,570 0,11 1,694 1,652 4,917
68 Tempurung Baccaurea sumatrana 1 0,3 0,138 0,01 0,154 0,068 0,361

80 
 
Lampiran 6 INP pohon di TAHURA SSH (Lanjutan)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah K KR F FR DR INP
Individu (Ind/ha) (%) (%) (%) (%)
69 Tenggek burung Eudia glabra 3 1 0,425 0,02 0,308 0,320 1,054
70 Tepis Polyalthia hypoleuca 8 2 1,139 0,09 1,386 0,643 3,169
71 Terap Artocarpus elaticus 23 6 3,279 0,17 2,619 3,348 9,247
72 Trempinis Sloetia elongata 22 6 3,135 0,21 3,235 3,209 9,580

81 
 
Lampiran 7 Spesies tumbuhan berguna obat di TAHURA SSH
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
1 Bacang Mangifera foetida Anacardiaceae Daun Obat sakit Mangiferin, protein, kalsium, fosfor, lemak, vit.C,
darah tinggi akserofol, saponin, flafonoid,polifenol, hepatoflavin,
niasin, dan folasin (Rudjiman et al. 2003)
2 Balam Madhuca sericea Sapotaceae Getah Disengat Resin, 50 % minyak, dan mengandung 0,02-0,14 %
lebah (Ipor 2001)
3 Balam putih Palaquium hexandrum Sapotaceae Getah Disengat Trans-polyisopropen dan resin (Aggarwal 2001)
lebah
4 Bintangur Calophylum pulcherrimum Clusiceae Akar Obat kuat Inophyllum A-E, Callophyloide, dan asam
calophynic (Lemmens 2003)
5 Cempedak Artocarpus integer Moraceae Akar Obat demam Protein 3,5-7 g, lemak 0,5-2 g, karbohidrat 84-87 gr,
serat 5-6 gr, dan abu 2-4 gr (Jansen 1992)
6 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Obat demam Protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, sulfur,
natrium, kobal, hepatoflavin, besi, vit. (A dan C)
(Rudjiman et al. 2003)
7 Gaharu Aquilaria mallacensis Thymeleaceae Daun Obat dalam Minyak esensial (Tawan 2003)
8 Gerunggang Cratoxylum arborescens Hypericaceae Getah Obat panu dan Triterpenoid, quinone, dan xanthone (Mian 2007)
koreng
9 Jahe-jahean Zingiber sp. Zingiberaceae Akar Obat sakit Minyak atsiri dan oleoresin (Wolff et al. 1999)
pinggang
10 Johar Cassia siamea Fabaceae Obat malaria Barakol, alkaloid, flavonoid, steroid, antrakinon,
dan tannin (Zuhud et al. 2003)
11 Kasai Pometia pinnata Sapindaceae Daun Obat demam Saponin, flavonoid, dan polifenol (Rudjiman et al.
2003)
12 Kedondong Cannarium littorale Burseraceae Kulit Sembelit Saponin, flavonoid, dan tannin (Kochummen et al.
batang 1995)
13 Keduduk Melastoma malabathricum Melastomataceae Daun Obat luka Aseton, 14 tannin, tetradecanoylyphorbol (Zuhud et
al. 2003)
14 Kelumpang Sterculia cordata Sterculiaceae Obat demam Alkaloid 8-12 % dan zat penyamak (Rudjiman et al.
2003)
15 Keruing Dipterocarpus gracilis Dipterocarpaceae Getah Luka bakar 35 % minyak esensial, 25 % air, dan 40 % solid
residue (Aragones et al. 2001)
16 Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae Buah Obat cacing Saponin, steroid, dan flavanoid (Sudrajat 2012)

82
 
Lampiran 7 Spesies tumbuhan berguna obat di TAHURA SSH (Lanjutan)
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
17 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Kulit Sakit pinggang Steroid, flavanoid, dan karbohidrat (Abdullah
batang et al. 2010)
18 Lalan Santiria laevigata Burseraceae Herba Perawatan setelah Selulosa, lignin, pentosan, abu, dan silica
(Kochummen et al. 1995)
Melahirkan
19 Mahang Macaranga triloba Euphorbiaceae Getah Penawar racun Gom, tanin, asam penyamak (Zuhud et al.
ular 2003)
20 Marpayang Scapium macropodum Sterculiaceae Buah Asma, mencret Alkaloid, saponin, flavanoid, fenolik, steroid
(Atmoko 2009)
21 Medang Cinnamomum cinereum Lauraceae Daun Obat awet muda Sinamilaldehid, sinamilsetat, terpin, dan sineol
(Ibrahim et al. 1995)
22 Mendarahan Knema malayana Myristicaceae Buah Sakit kepala Terpenoid dan flavanoid (Vossen 2002)
23 Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae Daun Obat pilek Terpenoid dan flavanoid (Seibert et al. 2002)
24 Meranti lempung Shorea leprosula Dipterocarpaceae Daun Obat pilek Terpenoid, steroid, kumarin, flavanoid, dan
alkaloid (Kusuma 2012)
25 Paku resam Dicranopteris linearis Gleicheniaceae Daun Sakit gigi 3,8 % tannin, 0,03 % minyak esensial dan
saponin (Praptosuwiryo 2003)
26 Pasak bumi Eurycoma longifolia Simaroubaceae Akar Aprosidiak Quassinoids, tirucallane-type triterpenes (Sosef
et al. 1999)
27 Petai Parkia speciosa Fabaceae Biji Obat kencing Asam amino, thio-proline, β sitosterol,
manis stigmasterol (Wiriadinata et al. 1994)
28 Pisang-pisang Polyaltia lateriflora Annonaceae Akar Sakit gigi Kloroform, isopropil miristat, butil miristat
(Simanjuntak 1997)
29 Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae Kulit Obat demam, Carbon tetrachloride, β-D-galactosamine,
batang sakit perut, acetaminophen, Etanol (Teo 2002)
batuk, pelancar
haid
30 Rambutan hutan Nephelium cuspidatum Sapindaceae Daun Sakit tulang Biphenyl ethers, serotonin, triterpenoid
arundoin, cylindrin,
vernenol, isoarborinol, dan aimiarenol (Welzen
et al. 1992)

83
 
Lampiran 7 Spesies tumbuhan berguna obat di TAHURA SSH (Lanjutan)
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
31 Rumput Cyperus sp. Cyperaceae Herba Obat-obatan Saponin, flavanoid, minyak atsiri (Syarif
2003)
32 Sendok-sendok Endospermum diadenum Euphorbiaceae Bunga Anti tumor Lignin, saponin
33 Sianik Imperata cylindrica Poaceae Akar Peluruh air seni Manitol, glukosa, sakarosa, asam malik,
asam citrik, koiksol,
arondoin, silindrin, fernenol, simiarenol, dan
anemonin (Rudjiman et al. 2003)
34 Simpur Dillenia reticulata Dilleniaceae Buah Pilek, sakit perut Flavanoid (Adfa 2005)
35 Sindur Sindora leiocarpa Fabaceae Minyak Obat oles Minyak esensial, oksida sesquiterpen, dan
alkohol sesquiterpen (Ong 2001)
36 Singkawang Isoptera sumatrana Dipterocarpaceae Obat sariawan Terpenoid dan flavanoid (Seibert et al. 2002)
37 Talas-talasan Staurogyne elongata Acanthaceae Obat-obatan Olenane-type triterpen glikosid
(Darmakusuma 2003)
38 Tampui Baccaurea kunstleri Euphorbiaceae Kulit Obat kurap Air 82,3 gr, protein 0,4 gr, sakarosa 7,5 gr,
batang serat 0,2 gr, dan abu 0,5 gr (Uji 1992)
39 Taota Pleomele angustifolia Liliaceae Akar Obat kencing nanah, Saponin dan polifenol (Zuhud et al. 2003)
nyeri lambung,
penangkal bisa/racun
40 Tempunik Artocarpus nitidus Moraceae Kulit Pengganti pinang Flavanoid, aril-benzofuran (Ersam 2004)
41 Terap Artocarpus elaticus Moraceae Daun Obat TBC Saponin, polifenol, dan flavonoid (Zuhud et
al. 2003)
42 Trempinis Sloetia elongata Moraceae Daun KB alami Selulosa, lignin, pentosan, dan abu
(Kemenhut 2010)
43 Dillenia excelsa Dilleniaceae Daun Obat demam dan Selulosa, lignin, pentosan, dan abu (Ruqayah
sakit kepala et al. 1995)
44 Kleinhovia hospita Sterculiaceae Daun Obat gatal, pencuci Cyanogenic dan asam lemak (Latiff 1997)
rambut

84
 
85 
 

Lampiran 8 Spesies tumbuhan berguna sebagai bahan bangunan di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Balam Madhuca sericea Sapotaceae Pohon
2 Balam suntai Palaquium burckii Sapotaceae Pohon
3 Bengkinang gunung Elaeocarpus valetonii Elaeocarpaceae Pohon
4 Bintangur Calophylum pulcherrimum Clusiceae Pohon
5 Cempedak Artocarpus integer Moraceae Pohon
6 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Pohon
7 Jelutung Dyera costulata Apocynaceae Pohon
8 Johar Cassia siamea Fabaceae Pohon
9 Kandis Garcinia parvifolia Clusiceae Pohon
10 Karau Polyalthia glauca Annonaceae Pohon
11 Kasai Pometia pinnata Sapindaceae Pohon
12 Kedondong Cannarium littorale Burseraceae Pohon
13 Kelumpang Sterculia cordata Sterculiaceae Pohon
14 Kemenyan Styrax benzoin Styracaceae Pohon
15 Kempas Koompasia malaccensis Fabaceae Pohon
16 Keruing Dipterocarpus gracilis Dipterocarpaceae Pohon
17 Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae Pohon
18 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Pohon
19 Manggis hutan Garcinia bancana Clusiceae Pohon
20 Marpayang Scapium macropodum Sterculiaceae Pohon
21 Marpoyan Rhodamnia cinerea Myrtaceae Pohon
22 Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae Pohon
23 Meranti lempung Shorea leprosula Dipterocarpaceae Pohon
24 Meranti rambai Shorea acuminata Dipterocarpaceae Pohon
25 Merawan Hopea mengarawan Dipterocarpaceae Pohon
26 Perupuk Lophopetalum beccarii Celastraceae Pohon
27 Petatal Ochanostacchys amentaceae Olacaceae Pohon
28 Pudu Artocarpus kemando Moraceae Pohon
29 Raman Bouea oppositifolia Anacardiaceae Pohon
30 Randa Randia anysophylla Rubiaceae Pohon
31 Ringgit-ringgit Carallia brachiata Rhizophoraceae Pohon
32 Siluk Gironniera parvifolia Ulmaceae Pohon
33 Sindur Sindora leiocarpa Fabaceae Pohon
34 Singkawang Isoptera sumatrana Dipterocarpaceae Pohon
35 Tempurung Baccaurea sumatrana Euphorbiaceae Pohon
36 Terap Artocarpus elaticus Moraceae Pohon
37 Trempinis Sloetia elongata Moraceae Pohon
38 Litsea firma Lauraceae Liana
39 Dillenia excelsa Dilleniaceae Liana
40 Macaranga sp. Euphorbiaceae Perdu
 

 
86 
 

Lampiran 9 Spesies tumbuhan berguna sebagai bahan pangan di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang
digunakan
1 Bacang Mangifera foetida Anacardiaceae Daun
2 Balam putih Palaquium hexandrum Sapotaceae Buah
3 Balam suntai Palaquium burckii Sapotaceae Buah
4 Belimbing hutan Sarcoteca griffthii Oxalidaceae Buah
5 Bintangur Calophylum pulcherrimum Clusiceae Buah
6 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Buah
7 Jahe-jahean Zingeber sp. Zingiberaceae Rimpang
8 Kandis Garcinia parvifolia Clusiceae Buah
9 Kasai Pometia pinnata Sapindaceae Biji, buah
10 Kedondong Cannarium littorale Burseraceae Buah
11 Keduduk Melastoma malabathricum Melastomataceae Daun
12 Kelumpang Sterculia cordata Sterculiaceae Buah
13 Kenari Canarium commune Burseraceae Biji
14 Kulim Scorodocarpus borneensis Olacaceae Buah
15 Kuranji Dialium platysepalum Fabaceae Buah
16 Manggis hutan Garcinia bancana Clusiceae Buah
17 Marpoyan Rhodamnia cinerea Myrtaceae Buah
18 Petai Parkia speciosa Fabaceae Daun, biji
19 Pudu Artocarpus kemando Moraceae Buah
20 Putat Baringtonia racemosa Lecythidaceae Daun
21 Raman Bouea oppositifolia Anacardiaceae Daun
22 Randa Randia anysophylla Rubiaceae Buah
23 Singkawang Isoptera sumatrana Dipterocarpaceae Buah
24 Talas-talasan Staurogyne elongata Acanthaceae Umbi
25 Taota Pleomele angustifolia Liliaceae Daun
26 Terap Artocarpus elaticus Moraceae Biji
 

 
87 
 

Lampiran 10 Spesies tumbuhan berguna untuk penggunaan lain di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Kegunaan
1 Akar tuba Derris eliptica Fabaceae Racun ikan
2 Balam putih Palaquium hexandrum Sapotaceae Pemalsu getah karet
3 Cempedak Artocarpus integer Moraceae Getah perangkap
burung
4 Gaharu Aquilaria mallacensis Thymelaeaceae Kain kepala
5 Jelutung Dyera costulata Apocynaceae Untuk peti
6 Kasai Pometia pinnata Sapindaceae Lesung
7 Kelumpang Sterculia cordata Sterculiaceae Batang korek api
8 Marpoyan Rhodamnia cinerea Myrtaceae Dibuat arang
9 Pelawan Tristaniopsis obovata Myrtaceae Dibuat arang
10 Perupuk Lophopetalum beccarii Celastraceae Kompor dan baki
11 Pesang Quercus argentata Fagaceae Bejana
12 Petai Parkia speciosa Fabaceae Untuk peti
13 Pudu Artocarpus kemando Moraceae Bahan pembuatan lilim
14 Putat Baringtonia racemosa Lecythidaceae Racun ikan
15 Sianik Imperata cylindrica Poaceae Bahan baku industri
kertas
16 Sindur Sindora leiocarpa Fabaceae Getah perangkap
burung
17 Tempunik Artocarpus nitidus Moraceae Pengganti pinang
18 Tepis Polyalthia hypoleuca Annonaceae Tambang nelayan
19 Terap Artocarpus elaticus Moraceae Getah perangkap
burung
20 Macaranga sp. Euphorbiaceae Lem, pembungkus
 
88 
 

Lampiran 11 Spesies tumbuhan berguna aromatik di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Gaharu Aquilaria mallacensis Thymeleaceae Pohon
2 Kemenyan Styrax benzoin Styracaceae Pohon
3 Rumput Cyperus sp. Cyperaceae Herba
 

 
89 
 

Lampiran 12 Spesies tumbuhan berguna penghasil pakan ternak di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Cempedak Artocarpus integer Moraceae Pohon
2 Paku resam Dicranopteris linearis Gleicheniaceae Semak
3 Sianik Imperata cylindrica Graminae Herba
 

 
90 
 

Lampiran 13 Spesies tumbuhan berguna penghasil pestisida nabati di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Akar tuba Derris eliptica Fabaceae Liana
2 Johar Cassia siamea Fabaceae Pohon
 

 
91 
 

Lampiran 14 Spesies tumbuhan berguna sebagai bahan pewarna dan tannin di TAHURA SSH
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Pohon
2 Kelumpang Sterculia cordata Sterculiaceae Pohon
3 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Pohon
4 Marpoyan Rhodamnia cinerea Myrtaceae Pohon
5 Taota Pleomele angustifolia Liliaceae Pohon
 

 
92 
 

Lampiran 15 Spesies tumbuhan berguna penghasil tali, anyaman, dan kerajinan di TAHURA SSH
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Gaharu Aquilaria mallacensis Thymeleaceae Pohon
2 Paku resam Dicranopteris linearis Gleicheniaceae Semak
3 Putat Baringtonia racemosa Lecythidaceae Pohon
4 Rotan Calamus caesius Arecaceae Liana
5 Terap Artocarpus elaticus Moraceae Pohon
 

 
93 
 

Lampiran 16 Spesies tumbuhan berguna penghasil kayu bakar di TAHURA SSH


No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Johar Cassia siamea Fabaceae Pohon
2 Kenari Canarium commune Burseraceae Pohon
3 Pelawan Tristaniopsis obovata Myrtaceae Pohon
4 Pesang Quercus argentata Fagaceae Pohon
 

 
94 
 

Lampiran 17 Spesies tumbuhan berguna untuk keperluan upacara adat di TAHURA SSH
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Kemenyan Styrax benzoin Styracaceae Pohon
 
95 
 

Lampiran 18 Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH


Data spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Akar tuba Derris eliptica Benth. Fabaceae Liana
2 Akasia Acacia mangium Wild. Fabaceae Pohon
3 Alpukat Persia americana MILL. Lauraceae Pohon
4 Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit
5 Bakung Crinum asiaticum L. Liliaceae Perdu
6 Bambu Bambusa vulgaris SCHRAD. Poaceae Herba
7 Belimbing Averhoa carambola L. Oxalidaceae Pohon
8 Buah naga Hylocereus undatus (Haworth) Britton & Rose Cactaceae Herba
9 Bunga raya Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Perdu
10 Cabe merah Capsicum annum L. Solanaceae Perdu
11 Cabe rawit Capsicum frutescens L. Solanaceae Perdu
12 Daun ungu Coleus scutellarioides L. Lamiaceae Herba
13 Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
14 Gadung Dioscorea hispida Dennust. Dioscoreaceae Liana
15 Gaharu Aquileria malacenssis LAM. Thymelaeaceae Pohon
16 Ilalang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae Herba
17 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Semak
18 Jarak Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Perdu
19 Jambu air Syzigium aqueum (Burm.f.) Alst Myrtaceae Pohon
20 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Pohon
21 Jambu merah Psidium sp. Myrtaceae Pohon
22 Jengkol Pithecollobium lobatum Benth. Fabaceae Pohon
23 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm & Panz.) Swingle. Rutaceae Pohon
24 Kacang panjang Vigna cylindrica (L.) Skeels. Fabaceae Semak
25 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Fabaceae Perdu
26 Kaktus Ferocactus pilosus var. Pilosus (Galeotti) Werderm Cactaceae Herba
27 Kamboja Plumeria acuminata Tourn. Apocynaceae Pohon
28 Kangkung Ipomoe aquatica Forssk. Convolvulaceae Herba
29 Kapas Gossypium acuminantum Roxb. Malvaceae Pohon
30 Karet Hevea brassiliensis Muell.Arg Euphorbiaceae Pohon
31 Keduduk Melastoma malabathricum L. Melastomataceae Perdu
32 Keladi besar Ipomoea batatas LAM. Convolvulaceae Herba
33 Keladi kecil Caladium bicolor VENT. Araceae Herba
34 Keladi tikus Thyponium flagelliforme (Lodd.) Blume Araceae Herba
35 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon
36 Kelapa sawit Elais guinensiis Jack. Arecaceae Pohon
37 Kembang setaun Gomphrenaglobosa L. Amaranthaceae Herba
38 Kencur Kaempfria galanga L. Zingiberaceae Semak
39 Keruing Dipterocarpus crinitus Dyer. Dipterocarpaceae Pohon
40 Ketapang Terminalia cattapa L. Combretaceae Pohon
96 
 

Lampiran 18 Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH (Lanjutan)


Data spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
41 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae Pohon
42 Kulim Scorodocarpus borneensis Becc. Olacaceae Pohon
43 Kumis kucing Ortosiphon aristatus (Blume) Miq. Lamiaceae Herba
44 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak
45 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
46 Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. Zingiberaceae Semak
47 Lidah buaya Aloe vera (L.) Burm. f. Aspholdelaceae Herba
48 Lidah mertua Sanmsevieria laurentii N.E.Br. Liliaceae Herba
49 Mahang Macaranga triloba Muell.Arg Euphorbiaceae Pohon
50 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Thymeleaceae Perdu
51 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
52 Markisa hutan Passiflora edulis Sims. Passifloraceae Liana
53 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon
54 Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon
55 Mimba Azadirachta indica Juss. Meliaceae Pohon
56 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon
57 Nenas Ananas comosus L.Merr. Bromeliaceae Herba
58 Nenas malaysia Ananas sp. Bromeliaceae Herba
59 Nepensi Lawsonia inermis L. Lythraceae Perdu
60 Paku-pakuan Semak
61 Pandan Pandanus odorus RIDL. Pandanaceae Perdu
62 Pandan warna Pandanus amarrylifolius Roxb. Pandanaceae Perdu
63 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon
64 Petai Parkia speciosa Hassk. Fabaceae Pohon
65 Phorbia Euphorbia mili Desmoul. Euphorbiaceae Herba
66 Pinang Areca catechu L. Arecaceae Herba
67 Pinang merah Areca vestiaria Giseke. Arecaceae Herba
68 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba
69 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora Hook.f.& Thomson Annonaceae Pohon
70 Puring Codiaeum variegatum (L.) Bl. Euphorbiaceae Perdu
71 Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
72 Rebung Dendrocalamus asper Backer. Poaceae Herba
73 Rimbang Solanum torvum Solanaceae Perdu
74 Ruku-ruku Hyptis suaveolens F. Lamiaceae Perdu
75 Salam Syzigium polyanthum Wight. Myrtaceae Pohon
76 Sawo Manikara zapota L. Sapotaceae Pohon
77 Sendok-sendok Endospermum diadenum Miq. Euphorbiaceae Pohon
78 Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba
79 Singkong Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae Perdu
80 Sirih Piper bettle L. Piperaceae Liana
81 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon
97 
 

Lampiran 18 Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar TAHURA SSH (Lanjutan)


Data spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
82 Sitawar Costus speciosus (J. Konig) Sm. Rubiaceae Herba
83 Sidingin Kalanchoe pinnata Pers. Crassulaceae Semak
84 Soka Ixora coccinea L. Rubiaceae Perdu
85 Suji Pleomele angustifolia N.E. Br. Brown Liliaceae Perdu
86 Sukun Artocarpus communis Forst Moraceae Pohon
87 Tanduk rusa Platycerium bifurcatum C. Chr Polypodiaceae Herba
88 Tapak leman Nothopanax scutellarium Merr Araliaceae Semak
89 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Herba
90 Tebu hitam Saccharum sp. Poaceae Herba
91 Ubi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae Semak
92 Bunga botol/sake
93 Bunga katarak
94 Bunga perak
95 Bunga tanggul
96 Kunyit bolay
97 Kunyit putih
98 Mata paku
99 Petadine
Lampiran 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar TAHURA SSH
Data spesies yang dimanfaatkan untuk obat
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Bagian Manfaat Kandungan kimia
yang
digunakan
1 Alpukat Persia americana Lauraceae Pohon Buah Penurun tensi Minyak lemak, lesitin, fitosteron,
vit. (A, B, D, dan E) (Zuhud et al.
2003)
2 Bakung Crinum asiaticum Liliaceae Perdu Ranting Mengobati sakit Alkaloid, saponin, flavanoid, dan
pinggang polifenol (Zuhud et al. 2003)
3 Belimbing Averhoa carambola Oxalidaceae Pohon Buah Mengobati Glukosid, vit. (B dan C) (Rudjiman
hipertensi et al. 2003)
4 Buah naga Hylocereus undatus Cactaceae Herba Buah Vitamin C Potassium, ferum, sodium, dan
kalsium (Rahmawati 2010)
5 Bunga raya Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Perdu Daun Meredakan Tarakseril asetat (Zuhud et al.
panas 2003)
6 Cabe rawit Capsicum frutescens Solanaceae Perdu Daun Obat jerawat Minyak atsiri, vit. (A dan C)
(Rudjiman et al. 2003)
7 Daun ungu/iler Coleus scutellarioides Acanthaceae Herba Daun Obat Minyak atsiri, lendir, alkaloid,
panas/demam flavanoid, saponin, tanin, gula,
lemak, fitosterol, kalsium oksalat,
dan pectic substances (Zuhud et al.
2003)
8 Ilalang Imperata cylindrica Poaceae Herba Herba Mengobati sakit Manitol, glukosa, sakarosa, asam
pinggang malik, asam citrik, koiksol,
arondoin, silindrin, fernenol,
simiarenol, dan anemonin
(Rudjiman et al. 2003)
9 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Semak Rimpang Obat batuk Minyak atsiri 2-3 %, zingiberen,
zingiberol, felandren, kamfen,
limonen, borneol (Rudjiman et al.
2003)

 
 

98 
 
Lampiran 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat (Lanjutan)
Data spesies yang dimanfaatkan untuk obat
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
10 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Pohon Buah Mengobati Tanin, saponin, havonoid, eugenol,
demam minyak lemak 6 %, damar 3%, zat
samak, triterpinoid, asam apel,
asam amino, kalsium, fosfor, besi,
belerang, garam-garam mineral, vit.
(A, B1, dan C) (Rudjiman et al.
2003)
11 Jambu merah Psidium sp. Myrtaceae Pohon Buah Obat demam Tannin, saponin, asam amino, besi,
berdarah belerang, garam-garam mineral, vit.
(A, B1, dan C) (Rudjiman et al.
2003)
12 Jarak Jatropha curcas Euphorbiaceae Perdu Daun Mengobati n-l- triakontanol, α-amirin,
panas kamfesterol, stigmast-5-ene-3 beta,
7-α-diol, stigmasterol, β-sitosterol,
iso-viteksin, viteksin, 7-keto-β
sitosterol, tarakserol, dan HCN
(Zuhud et al. 2003)
13 Keduduk Melastoma malabathricum Melastomataceae Perdu Daun Obat sakit gigi Tannin dan aseton (Zuhud et al.
2003)
14 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon Buah Mengobati Minyak lemak, protein, sakarosa,
panas enzim (katalase, oksidae, diastase),
minyak atsiri, lesitin, stigmasterin,
fitosterin, kolin, vit. (A, B, dan C)
dan asam undekanoat (Zuhud et al.
2003)
15 Kencur Kaempfria galanga Zingiberaceae Semak Rimpang Memperlancar 2,4-3,9 % minyak esensial, 25 %
haid etil cinnamat, dan 30 % metil-p-
metoxycinnamat (Rudjiman et al.
2003)

99 
 
Lampiran 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat (Lanjutan)
Data spesies yang dimanfaatkan untuk obat
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
16 Kumis kucing Ortosiphon aristatus Lamiaceae Herba Herba Mengobati sakit 12 % mineral, sinensetin, flavonol
pinggang glycoside, caffeic acid, inositol,
phytosterol, saponin, dan 0,7 %
minyak esensial (Zuhud et al. 2003)
17 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Semak Rimpang Mengharumkan Minyak esensial, turmeron, dan
badan sesquiterpen zingiberene (Rudjiman
et al. 2003)
18 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Pohon Daun Obat luka Steroid, flavanoid, dan karbohidrat
(Abdullah et al. 2010)
19 Lidah buaya Aloe vera Aspholdelaceae Herba Herba Penyubur Saponin, flavonoid, polifenol, tanin,
rambut barbaloin, iso barbaloin, β-
barbaloin, aleonin, dan damar
(Zuhud et al. 2003)
20 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa Thymeleaceae Perdu Buah Obat liver dan Alkaloid, saponin, dan polifenol
kanker (Soeksmanto et al. 2007)
21 Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Pohon Buah Obat kanker Minyak karvon, asam kaprilat,
morindadiol, soranydiol, karoten,
asam suksinat, adenin, kolin,
amilase, ergosterol, asamsis dan
trans-5-hidroksi-1-pipekalat
(Rudjiman et al. 2003)
22 Mimba Azadirachta indica Meliaceae Pohon Daun Obat liver dan Margosin, flavanoid, tanin, zat
kanker pahit, senyawa fosfat, kalium,
flavonol, minyak atsiri, gom,
minyak lemak, dan saponin (Zuhud
et al. 2003)
23 Pepaya Carica papaya Caricaceae Pohon Daun Obat malaria Enzim papain, pseudo-karpain,
glikosid, karposida (Zuhud et al.
2003)

100 
 
Lampiran 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat (Lanjutan)
Data spesies yang dimanfaatkan untuk obat
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
24 Pinang Areca catechu Arecaceae Pohon Buah Aprodisiak 0,3-0,6 % alkaloid, red tanin 15 %,
lemak 14 %, kanji, dan resin
(Zuhud et al. 2003)
25 Puring Codiaeum variegatum Euphorbiaceae Perdu Rimpang Mengobati asam Tanin dan zat samak (Zuhud et al.
urat 2003)
26 Rimbang Solanum torvum Solanaceae Perdu Buah Obat sakit mata Solosonin, klorogenin, sisalagenon,
(Vit.A) tervogenin, protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, vit. (A, B1, dan C)
(Rudjiman et al. 2003)
27 Salam Syzigium polyanthum Myrtaceae Pohon Daun Penurun Tanin, flavanoid, minyak atsiri
kolesterol (Rudjiman et al. 2003)
28 Sereh Cymbopogon nardus Poaceae Rumput Herba Mengharumkan Minyak atsiri (Rudjiman et al.
badan 2003)
29 Sirih Piper bettle Piperaceae Liana Daun Antiseptik bagi Minyak atsiri (Rudjiman et al.
wanita 2003)
30 Sirsak Annona muricata Annonaceae Pohon Daun Kanker Protein, kalsium, kalium, fosfor,
vit. A&C, niasin, vitosterol, tanin,
Ca-oksalat dan alkaloid murisin
(Rudjiman et al. 2003)
31 Sidingin Kalanchoe pinnata Crassulaceae Semak Daun Meredakan Saponin, flavanoida, dan tannin
panas (Zuhud et al. 2003)
32 Sitawar Costus speciosus Rubiaceae Herba Daun Meredakan Saponin, flavanoida, dan tannin
panas (Utami et al. 2010)
33 Tebu hitam Saccharum sp. Poaceae Herba Herba Obat Gula, air, sukrosa, glukosa, dan abu
panas/demam (Rudjiman et al. 2003)
34 Bunga katarak - - - Daun Obat sakit mata -
35 Bunga perak - - - Daun Obat sakit mata -
36 Kunyit putih - - - Rimpang Tumor -
37 Petadine - - - Batang Obat luka -

101 
 
Lampiran 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat (Lanjutan)
Data spesies yang dimanfaatkan untuk obat
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus Bagian Kegunaan Kandungan kimia
yang
digunakan
38 Mata paku - - - Daun Mengobati bisul -

102 
 
103 
 

Lampiran 20 Spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat


Data spesies yang dimanfaatkan untuk pangan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Alpukat Persia americana Lauraceae Pohon
2 Buah naga Hylocereus undatus Hylocereus Herba
3 Cabe merah Capsicum annum Solanaceae Perdu
4 Cabe rawit Capsicum frutescens Solanaceae Perdu
5 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Pohon
6 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Semak
7 Jambu air Syzigium aqueum Myrtaceae Pohon
8 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Pohon
9 Jambu merah Psidium sp. Myrtaceae Pohon
10 Jengkol Pithecollobium lobatum Fabaceae Pohon
11 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Pohon
12 Kacang panjang Vigna cylindrica Fabaceae Semak
13 Kacang tanah Arachis hypogaea Fabaceae Perdu
14 Kangkung Ipomoe aquatica Convolvulaceae Herba
15 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon
16 Kencur Kaempfria galanga Zingiberaceae Semak
17 Kopi Coffea arabica Rubiaceae Pohon
18 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Semak
19 Lengkuas Languas galanga Zingiberaceae Semak
20 Lidah buaya Aloe vera Aspholdelaceae Herba
21 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Pohon
22 Markisa hutan Passiflora edulis Passifloraceae Liana
23 Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Pohon
24 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae Pohon
25 Nenas Ananas comosus Bromeliaceae Herba
26 Nenas malaysia Ananas sp. Bromeliaceae Herba
27 Paku-pakuan Semak
28 Pepaya Carica papaya Caricaceae Pohon
29 Petai Parkia speciosa Fabaceae Pohon
30 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Herba
31 Rambutan Nephelium lapaceum Sapindaceae Pohon
32 Rebung Dendrocalamus asper Liliaceae Herba
33 Rimbang Solanum torvum Solanaceae Perdu
34 Ruku-ruku Occimum sanctum Lamiaceae Perdu
35 Salam Syzigium polyanthum Myrtaceae Pohon
36 Sawo Manikara zapota Sapotaceae Pohon
37 Sereh Cymbopogon nardus Poaceae Herba
38 Singkong Manihot utilissima Euphorbiaceae Perdu
39 Sirsak Annona muricata Annonaceae Pohon
40 Sukun Artocarpus communis Moraceae Pohon
104 
 

Lampiran 20 Spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat (Lanjutan)


Data spesies yang dimanfaatkan untuk pangan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
41 Tapak leman Nothopanax scutellarium Araliaceae Semak
42 Tebu hitam Saccharum sp. Poaceae Semak
43 Ubi Dioscorea alata Dioscoreaceae Semak
105 
 

Lampiran 21 Spesies tumbuhan hias yang dimanfaatkan masyarakat


Data spesies yang dimanfaatkan untuk tumbuhan hias
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Anggrek Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit
2 Kaktus Ferocactus pilosus Cactaceae Herba
3 Kamboja Plumeria acuminata Apocynaceae Apocynaceae
4 Keladi besar Ipomoea batatas Convolvulacea Herba
5 Keladi kecil Caladium bicolor Araceae Herba
6 Keladi tikus Thyponium flagelliforme Araceae Herba
7 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae Perdu
8 Kembang setaun Gomphrenaglobosa Amaranthaceae Herba
9 Lidah mertua Sanmsevieria laurentii Liliaceae Herba
10 Pandan warna Pandanus amarrylifolius Pandanaceae Perdu
11 Phorbia Euphorbia mili Euphorbiaceae Herba
12 Pinang merah Areca vestiaria Arecaceae Pohon
13 Pisang-pisang Poyaltia lateriflora Annonaceae Pohon
14 Puring Codiaeum variegatum Euphorbiaceae Perdu
15 Soka Ixora coccinea Rubiaceae Perdu
16 Tanduk rusa Platycerium bifurcatum Polypodiaceae Herba
17 Bunga botol
18 Bunga katarak
19 Mata paku

Anda mungkin juga menyukai