Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM BOTANI FARMASI – FARMAKOGNOSI

FAKULTAS FARMASI UNAIR

PETUNJUK PRAKTIKUM
BOTANI FARMASI I
ANATOMI TUMBUHAN

Disusun oleh
Abdul Rahman
Wiwied Ekasari dan TIM

2021
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib menyelesaikan seluruh tugas praktikum. Mahasiswa


yang tidak menyelesaikan seluruh tugas praktikum tidak diperkenankan
mengikuti ujian praktikum.

2. Mahasiswa yang karena berhalangan tidak dapat mengikuti praktikum


pada hari yang terjadwal untuk kelompoknya maka mahasiswa tersebut
harus mengganti pada hari lain / mengikuti kelompok lain dengan seijin
dosen koordinator praktikum. Perpindahan hari praktikum ini hanya
diperkenankan maksimum dua kali, jika lebih dari dua kali maka
mahasiswa yang bersangkutan dianggap mengundurkan diri.

3. Sebelum praktikum akan dilaksanakan pretest untuk menguji kesiapan


mahasiswa mengikuti praktikum. Mahasiswa yang tidak lulus pretest
tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu dan terkena oleh
aturan nomor 2 Tata Tertib Praktikum ini.

4. Mahasiswa yang datang terlambat namun belum lebih dari 15 menit akan
dikenakan sanksi berupa peringatan pertama, peringatan kedua dan bila
masih terlambat maka mahasiswa yang bersangkutan tidak diijinkan
mengikuti praktikum pada hari itu dan terkena oleh aturan nomor 2 Tata
Tertib Praktikum ini
MISKROSKOP
Mikroskop merupakan sebuah sistem optik yang digunakan untuk memperbesar
bayangan benda yang ukuran aslinya sangat kecil. Mikroskop dapat dibedakan menjadi
dua jenis utama, yaitu :
1. Mikroskop cahaya. Mikroskop jenis ini menggunakan cahaya tampak (sinar lampu
atau sinar matahari) dan lensa konvensional untuk memperbesar bayangan benda
yang diamati. Pada mikroskop cahaya, perbesaran maksimum yang dapat dicapai
ialah sekitar 1000 kali. Penggunaan sinar tampak (faktor panjang gelombang) serta
keterbatasan sistem lensa yang ada tidak mampu memperbesar bayangan suatu benda
lebih dari 1000 kali karena akan timbul distorsi/cacat pada bayangan yang
diperoleh. Terdapat berbagai metode/tipe mikroskopi cahaya seperti mikroskopi
flouresensi, mikroskopi fasa kontrast dan lain-lain.
Dewasa ini terdapat mikroskop cahaya yang langsung dihubungkan dengan
kamera video sehingga bayangan benda dapat dilihat pada layar televisi (CCTV),
atau menggunakan kamera digital sehingga bayangan benda yang diamati terlihat di
layar monitor dan dapat diolah lebih leluasa dengan komputer (digital imaging
system). Namun jangan dikacaukan dengan mikroskop elektron karena prinsip dasar
dari mikroskop ini tetap menggunakan sinar tampak dan sistem lensa konvensional.

2. Mikroskop elektron. Mikroskop tipe ini menggunakan berkas elektron sebagai


pengganti cahaya tampak dan sistem elektromagnetik sebagai pengganti lensa
konvensional. Setelah itu berkas elektron tersebut diubah menjadi sinar tampak
sehingga teramati pada layar monitor. Perbesaran yang dapat dicapai oleh
mikroskop elektron dapat mencapai 500.000 kali. Mengoperasikan mikroskop
elektron membutuhkan prosedur yang tidak sederhana sehingga mikroskop elektron
hanya terdapat pada lembaga riset dalam jumlah yang terbatas (Unair memiliki 1
unit).

Bagian-bagian mikroskop cahaya


A. Kerangka / Statip
Statip merupakan unit pendukung dari sistem optik pada sebuah mikroskop.
Statip terdiri dari alas, tiang penyangga, meja benda, revolver tempat lensa-lensa
objektif dan tombol pengatur fokus serta tombol pengatur letak sediaan. Alas
mikroskop selain berfungsi untuk menegakkan mikroskop biasanya juga merupakan
tempat sumber cahaya (lampu atau cermin). Tiang penyangga merupakan bagian
yang mendukung sistem lensa. Tiang penyangga ada yang kedudukannya permanen
terhadap alas namun juga ada yang dihubungkan melalui engsel sehingga dapat
dicondongkan untuk mempermudah pengamatan. Namun perlu diperhatikan bahwa
jika tiang penyangga dicondongkan maka meja benda akan miring kedudukannya
sehingga dapat menumpahkan media/cairan pereaksi pada sediaan.
Pada tiang penyangga terdapat tombol pengatur fokus, yaitu tombol yang
berguna untuk mengatur jarak antara sediaan yang diamati dengan sistem lensa.
Tombol pengatur fokus terdiri dari dua buah yaitu tombol besar untuk pengaturan
secara kasar dan tombol kecil untuk pengaturan halus. Ada dua tipe sistem
pengaturan fokus yaitu :
1. Jika tombol pengatur fokus diputar, posisi/ketinggian meja benda tetap ditempat
sedangkan posisi lensa objektif bergerak naik atau turun
2. Jika tombol pengatur fokus diputar, posisi/ketinggian meja benda naik atau turun
sedangkan posisi lensa objektif tetap.
Meja benda merupakan tempat meletakkan sediaan yang diamati. Pada meja
benda terdapat tombol-tombol untuk menggeser letak sediaan sehingga letak atau
posisi sediaan dapat diatur dengan halus. Disamping itu pada unit penjepit sediaan
terdapat skala koordinat sehingga letak / koordinat pusat pengamatan (misalnya
stomata diantara sel-sel epidermis) dapat dicatat sehingga mempermudah pencarian
ulang. Dengan menggunakan tombol ini maka sediaan dapat digeser beberapa
mikron saja.

B. Sistem Lensa.
Pada sebuah mikroskop terdapat dua sistem lensa yaitu lensa objektif dan lensa
okuler.
1). Lensa okuler merupakan lensa tempat kita langsung melihat bayangan benda
yang diamati. Mikroskop dapat memiliki sebuah lensa okuler (mikroskop
monokuler) sehingga kita mengamati hanya dengan sebelah mata; tipe dua buah
lensa okuler (mikroskop binokuler) sehingga kita dapat mengamati dengan
keduabelah mata yang tentu saja lebih nyaman dan tipe trinokuler dimana okuler
ketiga dapat disambungkan dengan kamera. Lensa okuler biasanya memiliki
perbesaran 10 X namun seringkali juga digunakan lensa okuler dengan perbesaran
4 X, 8 X atau 16 X. Pada mikroskop, lensa okuler dapat dilepas dengan mudah
sehingga jangan membawa mikroskop dengan posisi miring sebab lensa
okulernya akan jatuh.
2). Lensa objektif merupakan lensa yang menghadap ke sediaan yang diamati.
Sebuah mikroskop biasanya dilengkapi dengan 1 sampai 4 unit lensa objektif
dengan perbesaran 4 X, 10 X, 40 X dan 100 X. Keempat buah lensa tersebut
ditempatkan pada sebuah revolver yang dapat berputar sehingga mempermudah
penggantian lensa objektif yang akan digunakan. Titik fokus dari keempat lensa
objektif tersebut sudah diatur sama sehingga apabila sediaan telah fokus dengan
lensa objektif 10 X maka pada waktu kita memperbesar bayangan dengan lensa
objektif 40 X bayangan benda tetap terlihat - hanya diperlukan pengaturan halus
dengan tombol pengatur fokus yang kecil. Lensa objektif langsung berhadapan
dengan sediaan sehingga harus diperhatikan seksama jika sediaan menggunakan
pereaksi yang korosif seperti HCl, H2SO4, kloralhidrat dan lain-lain. Pereaksi-
pereaksi tersebut akan merusak lensa objektif yang merupakan unit terpenting dari
sebuah mikroskop. Sekali sistem lensa terkikis atau tergores maka sudah tidak
bisa diperbaiki lagi sedangkan harga sukucadang ini sangat mahal.

C. Sumber Cahaya
Unit-unit penyusun sumber cahaya pada sebuah mikroskop terdiri dari
a. lampu listrik (25 – 35 watt) atau cermin cekung penangkap/pemantul sinar
matahari
b. lensa kondensor untuk pengatur pemusatan cahaya sebelum melewati sediaan
c. diafragma untuk mengatur besar kecilnya intensitas cahaya
d. filter-filter cahaya seperti filter densitas, filter warna dan lain-lain.

Baik pada mikroskop yang memakai sinar matahari sebagai sumber cahaya
ataupun mikroskop yang menggunakan lampu listrik berlaku hal yang sama. Pada
mikroskop yang memanfaatkan sinar matahari maka sinar matahari ditangkap dan
dipantulkan oleh sebuah cermin cekung atau cermin datar yang dapat diarahkan
dengan bebas agar dapat menangkap sinar yang optimal. Pada mikroskop yang
menggunakan lampu listrik maka sumber cahaya adalah lampu tungsten biasa
(umumnya 25-35 W – 220 V) atau lampu halogen. Cahaya lampu diparalelkan oleh
sebuah susunan lensa dan diberi filter. Sinar yang tersedia kemudian dipusatkan oleh
lensa kondensor yang dapat diatur tingkat pemusatannya dengan cara mengatur
tinggi rendahnya posisi lensa kondensor. Intensitas cahaya yang masuk dapat diatur
dengan mengatur bukaan diafragma. Intensitas cahaya yang terlampau kuat
(diafragma terlampau dibuka) akan menyebabkan silau dan juga menyebabkan
dinding sel yang tipis atau benda kecil lainnya tidak terlihat dengan jelas. Intensitas
yang terlampau lemah (bukaan diafragma terlampau kecil) akan menyebabkan
cahaya tidak dapat menembus bagian-bagian sediaan yang tebal sehingga tampak
gelap. Dengan demikian tingkat bukaan diafragma ditentukan oleh tebal tipisnya
sediaan yang diamati. Pengaturan tinggi rendahnya lensa kondensor dan pengaturan
diafragma mutlak dilakukan untuk memperoleh kejelasan yang optimal dari sediaan
yang diamati.

CARA MENYIAPKAN SEDIAAN

Terdapat dua jenis sediaan yaitu sediaan awetan dan sediaan segar. Sediaan awetan
adalah irisan tumbuhan yang telah diproses dengan cara tertentu sehingga awet dan
dapat digunakan bertahun-tahun sedangkan sediaan segar dibuat langsung oleh
mahasiswa pada saat praktikum dengan cara :
1. Buatlah sayatan organ tumbuhan dengan menggunakan mikrotom atau silet yang
tajam (lihat gambar pada halaman berikutnya).
2. Siapkan sebuah gelas benda, bubuhkan 1-2 tetes air atau pereaksi tertentu tepat di
tengah-tengah.
3. Benamkan sayatan organ tumbuhan tersebut ke tetes air pada gelas benda dengan
hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang terperangkap. Jika diperlukan
pemanasan maka sediaan dipanaskan sebentar namun harus dijaga agar air atau
pereaksi yang digunakan tidak sampai kering. Bila perlu air atau pereaksi dapat
ditambahkan lagi.
4. Tutup sediaan tersebut dengan gelas penutup. Penutupan dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Gelas penutup diletakkan dalam posisi miring (sekitar 60o terhadap
gelas benda), dengan demikian hanya sebelah sisi saja yang pertamakali menyentuh
gelas benda, baru kemudian direbahkan perlahan-lahan agar gelembung udara terusir
keluar.
5. Bersihkan air atau pereaksi yang berada di luar gelas penutup dengan kertas hisap.
Perhatian : jangan ada pereaksi yang berada di atas gelas penutup karena akan
langsung mengenai dan merusak lensa objektif. Hal ini biasanya terjadi karena
mahasiswa terlampau banyak membubuhkan pereaksi. Jika sampai terjadi demikian
maka lepas gelas penutup tersebut dan ganti dengan yang baru.

Mikrotom
Mikrotom merupakan alat pembuat sayatan tipis dari benda yang akan diamati. Dengan
menggunakan alat ini maka tebal sayatan dapat diatur mulai dari 0,1 m sampai 100
m. Alat ini tersedia dari yang tipe sederhana (dioperasikan secara manual) sampai ke
yang canggih (dioperasikan dengan kontrol elektronik). Cara penggunaan alat ini
memiliki prosedur yang dapat dibaca pada buku manual alat maupun buku teks.

PROSEDUR PENGAMATAN DENGAN MIKROSKOP

1. Siapkan sediaan yang akan diamati.


2. Naikkan teropong dengan memutar kenop besar
3. Naikkan lensa kondensor sampai maksimum dan buka diafragma sampai maksimum.
4. Hidupkan lampu mikroskop
5. Pilih lensa objektif paling kecil (4 x atau 10 x) dengan memutar revolver agar lensa
yang paling kecil menghadap lurus ke bawah
6. Tempatkan sediaan yang akan diamati dengan cara memasang pada penjepit yang
tersedia. Atur agar spesimen yang akan diamati tepat berada di tengah-tengah lubang
meja benda (tepat di atas lensa kondensor)
7. Sambil memandang ke dalam lensa okuler turunkan teropong perlahan-lahan sampai
bayangan benda yang diamati mulai tampak dan kemudian menjadi makin jelas
(tepat fokus)
8. Sambil tetap memandang ke dalam lensa okuler atur bukaan diafragma sampai
didapat pencahayaan yang optimum
9. Jika perbesaran ingin dinaikkan maka bagian spesimen yang akan dicermati
diletakkan tepat di tengah-tengan medan pandang. Tanpa perlu menaikkan teropong,
putar revolver sampai lensa objektif dengan perbesaran yang lebih tinggi (40 x)
langsung menghadap ke bawah.
Perhatian : walaupun tampaknya seolah-olah lensa objektif 40 x dan 100 x seperti
akan membentur sediaan namun sebenarnya tidak demikian karena telah diatur agar
hal ini tidak terjadi (masih ada jarak beberapa mikron – asalkan gelas benda yang
digunakan memenuhi standar). Setelah penggantian lensa objektif ini maka bayangan
sediaan biasanya langsung terlihat - hanya saja diperlukan sedikit pengaturan fokus
menggunakan kenop kecil untuk lebih memperjelas pandangan. Jangan menukar
lensa objektif dengan terlebih dahulu menaikkan teropong (disebabkan karena anda
takut lensa objektif akan membentur sediaan) sebab hal ini akan mempersulit
pencarian fokus / mendapatkan bayangan. Mencari fokus dengan lensa objektif
perbesaran tinggi lebih sulit dibandingkan dengan menggunakan lensa objektif
perbesaran kecil (faktor depth of field pada objektif perbesaran tinggi sangat kecil).
Oleh pembuat mikroskop, titik fokus kesemua lensa objektif telah diatur sama.
10. Jika pengamatan telah selesai maka putar revolver agar lensa objektif terkecil
menghadap ke bawah, naikkan teropong, kemudian sediaan diambil atau diganti.
Perhatian : Jangan mengambil atau mengganti sediaan pada saat lensa objektif
perbesaran kuat (40 x atau 100 x) sedang terpasang karena dapat menyebabkan lensa
tersebut tergores oleh gesekan antar lensa dengan sediaan.

BEBERAPA MACAM PEREAKSI YANG DIGUNAKAN

1. Larutan kloralhidrat
Pereaksi ini dibuat dengan melarutkan 9 gram kloralhidrat per 5 ml aquadest.
Pereaksi ini gunanya untuk melarutkan sitoplasma sehingga dinding sel, zat inklusi
dam susunan sel/jaringan menjadi terlihat lebih jelas. Untuk mempercepat pelarutan
sitoplasma dapat dilakukan pemanasan / pendidihan sebentar. Pereaksi ini bersifat
korosif sehingga dapat merusak mikroskop.
2. Etanol 95%
Pereaksi ini digunakan untuk melarutkan minyak-minyak yang terkandung dalam
sel sehingga mempermudah pengamatan zat-zat inklusi lainnya seperti amilum, butir
aleuron dan lainnya.
3. Gliserol
Digunakan sebagai media pengamatan pengganti air. Keuntungannya tidak mudah
menguap sehingga sediaan tidak cepat kering. Untuk pengamatan yang lama
dianjurkan untuk menambahkan satu tetes gliserol ke sediaan sebelum ditutup.
Demikian juga jika sediaan akan disimpan 1-2 hari maka gunakan gliserol sebagai
pengganti air.
4. Floroglusin dan HCl pekat
Digunakan untuk mewarnai dinding sel yang berlignin (contoh : sel-sel sklereida
dan sel buluh kayu). Dengan pereaksi ini dinding sel yang mengandung lignin akan
berwarna merah. Cara penggunaannya sebagai berikut. Pertama tambahkan 1-2 tetes
larutan floroglusin kemudian tambahkan 1-2 tets HCl pekat.
Perhatian ! : HCl pekat sangat korosif, jangan terkena tangan atau pakaian. Setelah
sediaan ditutup maka bersihkan sisa pereaksi yang berada di luar gelas penutup.
Jangan membiarkan sediaan yang menggunakan pereaksi ini berlama-lama di
mikroskop. Segera turunkan dari mikroskop begitu anda selesai mengamati. HCl
pekat mengeluarkan asap/gas yang berbahaya, jangan sampai terhirup !.
5. Sol Iod (Larutan iodium)
Larutan iodium digunakan untuk mewarnai butir amilum. Butir amilum akan
berwarna biru dengan pereaksi ini. Preaksi ini dibuat dengan cara melarutkan 1 gram
kristal I2 ke dalam larutan 4 gram KI dalam 400 ml air.

6. Asam sulfat encer dan sol iod


Kombinasi pereaksi ini digunakan untuk menunjukkan dinding sel yang tersusun dari
selulosa. Cara pelaksanaannya sebagai berikut. Pertama sediaan dibubuhi dengan 1-2
tetes asam sulfat 1 M, biarkan 3-10 menit, bila perlu panaskan sebentar (1 menit)
agar hidrolisis selulosa menjadi amilum lebih sempurna. Setelah itu bubuhkan 1 tetes
sol iod dan tutup. Di sekitar dinding sel akan tampak warna biru sampai biru ungu.
7. Pereaksi-pereaksi khusus. Terdapat beberapa jenis pereaksi warna lain untuk tujuan
yang lebih spesifik seperti pereaksi millon untuk menunjukkan butir aleuron, sudan
III untuk pewarnaan sel-sel gabus, safranin untuk pewarnaan jaringan silem dan biru
metilen atau biru anilin untuk pewarnaan jaringan dasar.

Peralatan yang harus dibawa oleh mahasiswa


1. Buku laporan praktikum, buku petunjuk praktikum, pinsil 2 B dan karet penghapus.
2. Gelas benda dan gelas penutup minimum 5 pasang
3. Pisau silet 5 buah
4. Kertas tisu
5. Korek api
6. Pipet pasteur pendek dan panjang masing-masing 2 buah
(Buku laporan praktikum yang formatnya telah dibakukan dapat diperoleh di bursa
mahasiswa)
LATIHAN I
Bentuk Sel dan Dinding Sel Tumbuhan

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk umum sel-sel tumbuhan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan zat penyusun dinding sel tumbuhan

Bahan :
1. Sayatan melintang dan sayatan bujur tangensial dari gabus kulit batang Quercus
suber (Fagaceae)
2. Sayatan melintang endokarpium Cocos nucifera (Arecaceae)

Referensi : Buku Ajar halaman 18 dan 25

Pelaksanaan:
1. Buatlah irisan melintang dan irisan membujur tangensial setebal 20  (0,02 mm) dari
jaringan gabus pohon Quercus suber dengan menggunakan mikrotom. Amati
masing-masing sediaan dalam media air secara terpisah dengan perbesaran 100 kali
(gunakan lensa objektif 10 x, okuler 10 x). Amati bentuk sel-sel gabus pada masing-
masing irisan tersebut. Gambar masing-masing 10-15 sel.
Post test : samakah bentuk sel-sel tersebut pada irisan melintang dengan irisan bujur
tangensial ? Bagaimanakah bentuk tiga dimensi dari sel gabus ?.
2. Buatlah irisan melintang endokarpium (tempurung) Cocos nucifera menggunakan
mikrotom. Amati sediaan dalam media air. Amati bentuk sel-sel sklereida beserta
dinding selnya yang sangat tebal dan bernoktah. Bubuhkan pereaksi floroglusin dan
HCl pekat, bersihkan sisa pereaksi yang berada di luar gelas penutup.
Post test : Bagimana perubahan warna dinding sel setelah penambahan pereaksi ?.
Zat apakah yang menjadi komponen (penyusun) utama dari dinding sel sklereida
tersebut. Apakah jenis noktah yang terlihat ?.

Untuk Pretest : Dua materi praktikum di atas hanya sebagai contoh. Mahasiswa
diharuskan mempelajari : semua bentuk-bentuk sel tumbuhan, zat-zat penyusun dinding
sel dengan pereaksi untuk mengetahuinya; macam-macam noktah, bagian-bagiannya
serta fungsinya.

LATIHAN II
Inti sel dan plastida

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk inti sel tumbuhan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam dan bentuk-bentuk plastida sel

Bahan :
1. Umbi lapis brambang / bawang merah (Allium cepa –Liliaceae)
2. Daun Elodea canadensis - Hydrocharitaceae
3. Thallus Spirogyra sp. - Zignemataceae
4. Akar (radix) wortel (Daucus carota – Apiaceae)

Pelaksanaan
1. Ambil satu lapis saja dari umbi lapis bawang merah. Bagian dalamnya ‘dicubit’
dengan kuku dan angkat sehingga lapisan epidermis yang berupa selaput tipis
terkelupas. Letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu – dua tetes air
tambahkan pereaksi sol yod dan amati pada perbesaran 100 – 400 kali. Amati bentuk
dan jumlah inti (nukleus) sel serta amati pula jumlah butir inti (nukleolus). Gambar
3-5 buah sel.
2. Ambil satu helai daun Elodea canadensis yang masih segar. Letakkan pada gelas
benda yang telah diberi 1-2 tetes air dan kemudian tutup. Amati butir-butir plastida
(kloroplast) yang terdapat di dalam sel, amati pula adanya gerakan plasma sel.
Gambar 3-5 buah sel.
3. Ambil satu – dua helai thallus Spirogyra sp. Letakkan pada gelas benda yang telah
diberi satu–dua tetes air, tutup dan amati dengan menggunakan perbesaran 100 – 400
kali. Amati plastida (kloroplast) yang berbentuk pita yang tersusun melingkar di
dalam sel-sel thallus. Gambar 3-5 buah sel.
4. Buat sayatan melintang setipis mungkin bagian yang paling oranye dari akar wortel.
Gunakan silet yang baru agar mudah memperoleh sayatan tipis. Letakkan pada gelas
benda yang telah diberi satu – dua tetes air, tutup dan amati dengan menggunakan
perbesaran 100 – 400 kali. Amati berbagai bentuk plastida (kromoplast) yang
terdapat di dalam sel. Gambar 3-5 buah sel.

LATIHAN III
Zat Inklusi Sel
(dua kali praktikum)
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa jenis-jenis zat inklusi seperti amilum,
kristal kalsium oksalat dan minyak atsiri.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk amilum, kristal kalsium oksalat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan identifikasi zat inklusi dengan pereaksi

Bahan :
1. Umbi (tuber) kentang (Solanum tuberosum - Solanaceae)
2. Rimpang (rhizoma) jahe (Zingiber officinale – Zingiberaceae)
3. Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris – Papilionaceae)
4. Pelepah daun (petiolus) pepaya (Carica papaya – Caricaceae)
5. Ranting kembang pukul empat (Mirabilis jalapa – Nyctaginaceae)
6. Ranting bayam (Amaranthus spinosus – Amaranthaceae)
7. Daun (folium) jeruk purut (Citrus histryx– Rutaceae)

Referensi : Buku Ajar halaman 7 - 10

Pelaksanaan :
1. Buatlah sayatan tipis umbi kentang, letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu
– dua tetes air, amati pada perbesaran 100 – 400 kali.
a. Amati jumlah rata-rata butir amilum tiap sel, amati letak hilus, susunan lamela
pada butir amilum.
b. Gambar 2-3 sel dengan butir-butir amilum di dalamnya (perbesaran 100 kali)
c. Gambar sebuah butir amilum dengan perbesaran 400 kali.
d. Tambahkan pereaksi sol yod, amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
2. Buatlah sayatan tipis rimpang jahe, letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu –
dua tetes air, amati pada perbesaran 100 – 400 kali.
a. Amati jumlah rata-rata butir amilum tiap sel, amati letak hilus, susunan lamela
pada butir amilum.
b. Amati jumlah rata-rata tetes minyak atsiri tiap sel dan gambar !
c. Gambar 3-5 sel dengan butir-butir amilum dan tetes minyak atsiri di dalamnya
(perbesaran 100 kali)
d. Gambar sebuah butir amilum dengan perbesaran 400 kali.
3. Buatlah sayatan tipis biji kacang merah, letakkan pada gelas benda yang telah diberi
satu – dua tetes air, amati pada perbesaran 100 – 400 kali.
Gambar dan amati bentuk amilum yang terlihat
4. Buatlah sayatan tipis pelepah pepaya, letakkan pada gelas benda yang telah diberi
satu – dua tetes air, tambahkan 2-3 tetes pereaksi kloralhidrat, panaskan sebentar
(jangan sampai kering !).
a. Amati dan gambar kristal kalsium oksalat yang terdapat di dalam sel (3-5 sel).
b. Tambahkan asam klorida encer, amati dan catat apa yang terjadi dengan butir
kristal tersebut.
5. Buatlah sayatan tipis ranting kembang pukul empat, letakkan pada gelas benda yang
telah diberi satu – dua tetes air, tambahkan 2-3 tetes pereaksi kloralhidrat, panaskan
sebentar (jangan sampai kering !).
a. Amati dan gambar kristal kalsium oksalat yang terdapat di dalam sel (3-5 sel).
b.Tambahkan asam klorida encer, amati dan catat apa yang terjadi dengan butir
kristal tersebut.
6. Buatlah sayatan tipis ranting bayam, letakkan pada gelas benda yang telah diberi satu
– dua tetes air, tambahkan 2-3 tetes pereaksi kloralhidrat, panaskan sebentar (jangan
sampai kering !). Amati dan gambar kristal kalsium oksalat yang terdapat di dalam
sel (3-5 sel).
7. Buatlah sayatan epidermis atas daun jeruk, letakkan pada gelas benda yang telah
diberi satu – dua tetes air, tambahkan 2-3 tetes pereaksi kloralhidrat, panaskan
sebentar (jangan sampai kering !). Amati dan gambar kristal kalsium oksalat yang
terdapat di dalam sel (3-5 sel).

Pertanyaan tambahan :
Apakah yang disebut sistolit ?
Apakah yang dimaksud dengan butir aleuron ?
LATIHAN IV
ANATOMI BATANG
(dua kali praktikum)

Tujuan:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis sel penyusun dan susunan jaringan batang
Dikotil dan Monokotil
2. Mahasiswa mampu menjelaskan asal dan jenis fragmen-fragmen yang terdapat pada
serbuk simplisia yang berasal dari batang (Simplisia Korteks dan Simplisia Lignum).

Bahan:
1. Batang kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis – suku Malvaceae)
2. Batang jagung (Zea mays – suku Poaceae)
3. Rimpang jahe (Zingiber officinale- suku Zingiberaceae)
4. Serbuk kulit batang kina (Cinchonae Cortex); berasal dari pohon Cinchona
succirubra – suku Rubiaceae
5. Serbuk kayu secang (Sappan Lignum); berasal dari pohon Caesalpinnia sappan –
suku Caesalpinniaceae
6. Serbuk rimpang jahe (Zingiberis Rhizoma) berasal dari pohon Zingiber officinale –
suku Zingiberaceae

Referensi : Buku Ajar halaman 41, 44, 46, 47 & 49

Pelaksanaan :
1. a. Buatlah sayatan melintang dan sayatan bujur radial ranting kembang sepatu dengan
mikrotom, panaskan dalam kloralhidrat kemudian tambahkan pereaksi floroglusin-
HCl pekat. Tutup sediaan dan bersihkan sisa pereaksi yang berada di luar gelas
penutup.
b. Amati dengan perbesaran 100 kali, dan gambar susunan sel /jaringan mulai dari
luar sampai ke empulur.
c. Bandingkan perbedaan bentuk sel-sel pada penampakan sayatan melintang dan
sayatan bujur radial.
(Lihat gambar sayatan melintang batang Dikotil pada Buku Ajar halaman 46)

2. a. Ambil sediaan sayatan melintang batang jagung (sediaan awetan).


b. Amati pada perbesaran 100 kali, gambar susunan jaringan dan berkas
pengangkutan yang terlihat.
(Lihat gambar sayatan melintang batang Monokotil pada Buku Ajar halaman 47)
3. Ambil rimpang jahe pada bagian ujung (yang cukup kecil). Buat sayatan melintang
dengan pisau silet. Sayatan harus lengkap mulai dari lapisan paling luar
(epidermis/gabus) sampai ke bagian pusat. Panaskan dalam kloral hidrat dan amati
pada perbesaran 100 x dan 400 x pada bagian-bagian endodermis dan berkas
pengangkutan. Gambar sel-sel serta susunan jaringan yang terlihat.
(Lihat gambar sayatan melintang rhizoma pada Buku Ajar halaman 47)

4. Ambil sedikit serbuk Cinchonae Cortex, panaskan dalam kloralhidrat. Amati dengan
perbesaran 100 x. Gambarlah fragmen parenkim korteks yang mengandung kristal
Ca-oksalat bentuk pasir, fragmen jaringan gabus dan fragmen sklerenkim yang besar-
besar. Bubuhkan pereaksi floroglusin HCl, amati fragmen-fragmen yang berubah
warna. Rujuklah asal dari fragmen yang terlihat dengan gambar sayatan melintang
dan membujur batang Dikotil (gunakan gambar sayatan batang/ranting kembang
sepatu pada tugas no. 1 sebagai referensi).

5. Ambil sedikit serbuk Sappan Lignum, panaskan dalam kloralhidrat. Amati dengan
perbesaran 100 x. Gambarlah fragmen parenkim xylem yang mengandung kristal Ca-
oksalat bentuk prisma dan fragmen xylem (trakea + trakeide). Bubuhkan pereaksi
floroglusin HCl, amati fragmen-fragmen yang berubah warna. Rujuklah asal dari
fragmen yang terlihat dengan gambar sayatan melintang dan membujur batang
Dikotil (gunakan gambar sayatan batang/ranting kembang sepatu pada tugas no. 1
sebagai referensi).

6. Ambil sedikit serbuk Zingiberis Rhizoma,


a. Buatlah sediaan dalam air (tanpa pemanasan), gambar butir-butir amilum yang
terlihat.
b. Panaskan dalam kloralhidrat. Amati dengan perbesaran 100 x. Gambarlah
fragmen parenkim yang mengandung tetes minyak, fragmen serabut sklerenkim
yang khas dan fragmen sel-sel gabus. Rujuklah asal dari fragmen yang terlihat
dengan gambar sayatan melintang rimpang jahe (gunakan gambar sayatan
melintang rimpang jahe pada tugas no. 3 sebagai referensi).
LATIHAN V
ANATOMI AKAR

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi akar tumbuhan Dikotil dan
Monokotil.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk, jenis dan asal fragmen-fragmen serbuk
simplisia akar
Bahan :
1. Akar pohon jarak (Ricinus communis - Euphorbiaceae)
2. Akar pohon jagung (Zea mays - Poaceae)
3. Serbuk akar manis (Glycyrrhiza glabra - Papilionaceae)

Referensi : Buku Ajar halaman 56 & 57

Pelaksanaan
1. Ambil sediaan jadi/awetan akar Ricinus communis, amati susunan jaringan akar
tumbuhan Dikotil mulai dari epidermis, parenkim korteks, dan berkas pengangkutan
tipe radial yang terdapat di bagian pusat. Gunakan perbesaran 100 x.

2. Ambil sediaan jadi akar Zea mays, amati susunan jaringan akar tumbuhan Monokotil
mulai dari epidermis, parenkim korteks, endodermis yang berupa selapis sel
berlignin, dan berkas pengangkutan tipe radial dan empulur yang terdapat di bagian
pusat.

3. Buatlah sediaan serbuk akar Glycyrrhiza glabra di dalam air tanpa dipanaskan, dan
dalam kloralhidrat dengan pemanasan. Pada sediaan dalam air amati dan gambar
butir-butir amilum dan kristal yang terdapat bebas / lepas dari sel. Pada sediaan
dalam kloralhidrat amati fragmen-fragmen jaringan gabus, fragmen parenkim korteks
dengan kristal, fragmen serabut kristal, fragmen berkas pengangkutan yang terdiri
dari trakeide dan trakeida dengan bentuk penebalan jala. Bubuhkan pereaksi
floroglusi HCl, amati fragmen-fragmen yang berubah warna.
LATIHAN VI
ANATOMI DAUN
(2 x praktikum)

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi daun tumbuhan Dikotil.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan tipe stomata
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan tipe trikomata
4. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk, jenis dan asal fragmen-fragmen serbuk
simplisia daun

Bahan
1. Sayatan melintang tegak lurus costa daun Melaleuca leucadendra - Myrtaceae
2. Sayatan epidermis bawah daun Melaleuca leucadendra
3. Sayatan epidemis bawah daun jati belanda (Guazuma ulmifolia – Sterculiaceae)
4. Sayatan epidermis bawah daun kluwih (Artocarpus communis – Moraceae)
5. Sayatan epidermis bawah daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus – Lamiaceae)
6. Sayatan epidermis bawah daun tapak liman (Elephantopus scaber – Asteraceae)
7. Serbuk daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus)

Referensi : Buku Ajar halaman 30, 31, 62, 63

Pelaksanaan :
1. Ambil sediaan sayatan melintang tegak lurus costa daun Melaleuca leucadendra
(sediaan awetan). Amati dan gambar susunan jaringan pada costa daun, perhatikan
letak jaringan kolenkim dan berkas pengangkutan tipe bikolateral yang diperkuat
oleh jaringan sklerenkim pada bagian adaksial dan abaksial. Kemudian amati
susunan jaringan pada bagian helai (lamina) daun mulai dari epidermis adaksial
sampai epidermis abaksial. Perhatikan susunan jaringan palisade yang terdapat baik
pada bagian adaksial maupun bagian abaksial. Perhatikan saluran minyak atsiri yang
banyak terdapat di sekitar jaringan palisade.

2. Buatlah sayatan epidermis abaksial daun Melaleuca leucadendra dengan


menggunakan pisau silet. Panaskan dalam kloralhidrat sampai sediaan terlihat pucat.
Amati dan gambarlah sel-sel epidermis dengan stomata tipe anomositik.

3. Buatlah sayatan epidermis abaksial daun Guazuma ulmifolia, panaskan dalam


kloralhidrat sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis
dengan trikoma berbentuk bintang.
4. Buatlah sayatan epidermis abaksial daun Artocarpus communis, panaskan dalam
kloralhidrat sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis
dengan trikoma uniseluler.

5. Buatlah sayatan epidermis abaksial daun Orthosiphon stamineus, panaskan dalam


kloralhidrat sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis
dengan trikoma non-glanduler multiseluler, trikoma glanduler yang berupa sisik
(sisik kelenjar) dan stomata tipe diasitik.

6. Buatlah sayatan epidermis abaksial daun Elephantopus scaber, panaskan dalam


kloralhidrat sampai sediaan terlihat pucat. Amati dan gambarlah sel-sel epidermis
dengan trikoma non-glanduler multiseluler, trikoma glanduler yang berupa sisik
(sisik kelenjar) dan stomata tipe anisositik.

7. Buatlah sediaan serbuk Orthosiphonis Folium, panaskan dalam kloralhidrat sampai


sediaan terlihat pucat, amati fragmen-fragmen mesofil daun, fragmen trikoma,
fragmen epidermis dengan stomata dan sisik kelenjar dan fragmen-fragmen yang
berasal dari berkas pengangkutan.

LATIHAN VII
ANATOMI BUNGA, BUAH DAN BIJI
(3 x praktikum)

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi bunga, buah dan biji tumbuhan
Dikotil.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk, jenis dan asal fragmen-fragmen serbuk
simplisia bunga, buah dan biji.

Bahan :
1. Serbuksari bunga ‘kembang sepatu’ ( Hibiscus rosa-sinensis – Malvaceae)
2. Serbuksari bunga cengkeh (Syzigium aromaticum Syn. Eugenia caryophyllata –
Myrtaceae)
3. Sayatan melintang dasar bunga cengkeh
4. Serbuk bunga cengkeh (Caryophyli Flos)
5. Buah lada/merica (Piper nigrum – Piperacea)
6. Serbuk buah lada (Piperis nigri Fructus)
7. Buah adas (Foeniculum vulgare – Apiaceae)
8. Serbuk buah adas (Foeniculi Fructus)
9. Biji kedawung (Parkia roxburghii- Mimocaceae)
10. Serbuk biji Kedawung (Parkiae Semen)

Referensi : Buku Materia Medika Indonesia, Atlas der Drogen

Pelaksanaan :
1. Siapkan gelas benda yang diberi satu-dua tetes air. Ambil satu atau dua butir anthera
(kepala sari / kantung serbuk sari) dari bunga Hibiscus rosa-sinensis, benamkan,
tutup, kemudian gelas penutup digeser-geser dengan sedikit ditekan agar kantung
serbuk sari pecah dan serbuk sarinya terlepas. Gambar 3 butir polen yang terlihat.

2. Siapkan gelas benda yang diberi satu-dua tetes air. Ambil anthera (kepala sari /
kantung serbuk sari) dari bunga Syzigium aromaticum, benamkan, tutup, kemudian
gelas penutup digeser-geser dengan sedikit ditekan agar kantung serbuk sari pecah
dan serbuk sarinya terlepas. Gambar 3-5 butir polen yang terlihat (gunakan
perbesaran 400 x).
3. Ambil sediaan sayatan melintang reseptakulum bunga Melaleuca leucadendra
(sediaan awetan). Amati dan gambar susunan jaringan yang terlihat, perhatikan
saluran minyak atsiri yang banyak terdapat.

4. Buatlah sediaan serbuk Caryophylli Flos, panaskan dalam kloralhidrat, amati


fragmen-fragmen butir polen (perbesaran 400 x), fragmen anthera (perbesaran 100
x), fragmen parenkim dengan saluran minyak atsiri, fragmen sklerenkim dan
fragmen parenkim dengan kristal Ca-oksalat (perbesaran 100 x).

5. Buatlah sayatan melintang buah Piper nigrum dengan pisau silet. Panaskan dalam
kloralhidrat. Amati susunan jaringan mulai dari luar sampai ke perisperm. Perhatikan
jaringan parenkim yang berisi minyak atsiri, jaringan perisperm yang mengandung
minyak lemak, aleuron dan amilum. Perhatikan juga sel-sel sklereida yang terdapat
pada eksokarpium dan endokarpium.

6. Buatlah sediaan serbuk Piperis nigri Fructus, panaskan dalam kloralhidrat.


Gambarlah fragmen-fragmen perisperm yang terlihat sangat transparan, fragmen-
fragmen sel batu (sklereida), fragmen parenkim dengan minyak atsiri. Untuk
memperjelas dapat digunakan pereaksi floroglusin-HCl.

7. Buatlah sayatan melintang buah Foeniculum vulgare dengan pisau silet. Panaskan
dalam kloralhidrat. Amati susunan jaringan mulai dari luar sampai ke perisperm.
Perhatikan saluran minyak atsiri (vittae) yang terdapat pada bagian yang cekung,
jaringan berkas pengangkutan pada bagian yang cembung. Perhatikan endosperm
yang mengandung minyak lemak, aleuron dan amilum. Perhatikan juga adanya
raphae (perluasan kulit biji).

8. Buatlah sediaan serbuk Foeniculi Fructus, panaskan dalam kloralhidrat, amati


fragmen-fragmen endosperm, fragmen sel parket (parquette cell – yang tersusun
dari sel-sel endokarpium dan sel-sel mesokarpium), fragmen berkas pengangkutan
dan fragmen saluran minyak atsiri.

9. Buatlah sayatan melintang biji Parkia roxburghii dengan pisau silet. Panaskan dalam
kloralhidrat. Amati lapisan sel serupa palisade, sel berbentuk halter, parenkim kulit
biji dan parenkim keping biji berisi minyak dan aleuron.

10. Buatlah sediaan serbuk Parkiae Semen, panaskan dalam kloralhidrat, amati
fragmen-fragmen sel serupa palisade, sel berbentuk halter, parenkim kulit biji dan
parenkim keping biji berisi minyak dan aleuron.

Semoga Petunjuk Praktikum ini bermanfaat, selamat praktikum.

Anda mungkin juga menyukai