Sifat Alkaloid)
POSTED BY ILMU MINATI POSTED ON MAY 15, 2017 WITH NO COMMENTS
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan
untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen,
nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen dalam ilmu kimia analisis dinamakan
senyawa dengan gugus C, H O dan N. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji,
kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil
metabolisme dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein.
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat
tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis.
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat dan berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, dan higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit.
Alkaloid juga mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit,
reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf.
Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa
dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan
mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak
senyawa heterosiklik nitrogen lain yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya
pirimidin dan asam nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan sebagai alkaloid.
Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama dinyatakan dengan
nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein, nikotin. Sistem klasifikasi alkaloid
yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi 3 golongan yaitu alkaloid
sesungguhnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Suatu cara mengklasifikasikan alkaloid adalah
cara yang didasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur
molekul. Jenisnya yaitu pirolidin, piperidin, kuinolin, isokuinolin, indol, piridin dan sebagainya.
Garam alkaloid berbeda sifatnya dengan alkaloid bebas. Alkaloid bebas biasanya tidak
larut dalam air (beberapa dari golongan pseudo dan protoalkaloid larut), tetapi mudah larut
dalam pelarut organik agak polar (seperti benzena, eter, kloroform). Dalam bentuk garamnya,
alkaloid mudah larut dalam pelarut organik polar.
Klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur
alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis) dan hubungannya dengan asam
amino. Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam amino, alkaloid
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
1. True alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis yang besar,
basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino,
distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam
organik. Tetapi ada beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin
heterosiklis dan termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari
alkaloid ini adalah koridin dan serotonin.
2. Proto alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana
atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal
dari asam amino dan basa, istilahbiologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh
dari alkaloid ini adalah meskalina dan efedrina.
3. Pseudo alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya
bersifat basa.
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklikDimana atom nitrogen terletak pada cincin
karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang
belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes
mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia
hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari
Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ;
Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium
vivax
4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada
famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan
Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan
psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari
Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk
penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.
6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili
Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.
7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus
luteus (fam : Leguminocaea).
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan
sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau
tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)
10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi
(Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex
paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida
dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum,
Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.
Sifat-sifat Alkaloid
Biosintesis Alkaloid
Biosintesis alkaloid yang terjadi pada tanaman sering melibatkan banyak
tahapan metabolisme berbeda yang dikatalisis oleh enzim yang juga milik
sejumlah keluarga protein. untuk alasan ini, sehingga rute biosintesis
alkaloid cukup kompleks.
Berikut adalah beberapa cabang utama yang terjadi dalam sintesis alkaloid
yakni sebagai berikut:
Oleh karena itu, suatu hasil diperoleh dari estrektosidin yaitu serangkaian
alkaloid indal terpolenat misalnya sebagai ajmalisin, kemudian sebagai
catarantin yaitu sebagai serpentin dan juga sebagai vinblastin, tetapi yang
terakhir sebelumnya digunakan dalam proses penyembuhan penyakit
Hodgkin.
Klasifikasi Alkaloid
Secara umum, alkaloid dapat diklasifikasikan menurut berbagai kesamaan
dengan semua sumber asal molekul (prekursor) dan juga dapat didasarkan
pada jalur metabolisme yang sering digunakan untuk pembentukan
molekul-molekul ini.
Alkaloid tembakau
Alkaloid Amaryllidiaceae
Erythrin dan alkaloid lainnya.
Penerapan metode ini memiliki satu titik lemah. Dengan sejumlah alkaloid
yang awalnya berasal dari tanaman tertentu, ia dapat memiliki struktur
yang jelas berbeda.
I. PENDAHULUAN
I.1 SEJARAH
KINGDOM : FUNGI
DIVISION : ASCOMYCOTA
CLASS : EUASCOMYCETES
ORDO : HYPROCREALES
FAMILY :CLAVICIPITACEAE
GENUS: CLAVICEPS
II. PEMBAHASAN
II.1 ALKALOID ERGOT
II.2 BIOSINTESA
II.3 KANDUNGAN
Kandungan lain selain alkaloid ergot yaitu:
histamin, tiramin, amina lain, asam amino, asetilkolin, zat warna,
turunan asam lisergat, sterol (ergosterol & fungisterol) & lemak
(30%)
II.4. KEGUNAAN
2. Bersifat oxytoxic
C33H35N5O5
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan
tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa
alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa
organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa
sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa
alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa
ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam
struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada
yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan
biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah
mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari
berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui
secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai
pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa
mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
ISI
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam
bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada tanaman. Diperkirakan sekitar
15 – 20% vascular tanaman mengandung lakaloid. Banyak alkaloid merupakan turunanasam
amino lisin, ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam antranilat. Asam amino disintesis dalam
tanaman dengan proses dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah menjadi
aldehida oleh amina oksida. Alkaloid biasanya pahit dan sangat beracun.
a. Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,
sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah).
Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat
larut dalam air.
b. Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron
pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan
elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa
dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit
asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan
senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar
dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid
selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat,
sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah
sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
2. Cara Memperoleh Alkaloid
Alkaloid biasanya diisolasi dari tumbuhannya dengan menggunakan metode ekstraksi. Pelarut
yang digunakan ketika mengekstraksi campuran senyawanya yaitu molekul air yang diasamkan.
Pelarut ini akan mampu melarutkan alkaloid sebagai garamnya. Selain itu juga dapat
membasakan bahan tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan menambahkan natrium
karbonat. Basa yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi dengan pelarut organic seperti
seperti kloroform atau eter.
Untuk alkaloid yang bersifat tidak tahan panas, isolasi dapat dilakukan menggunakan teknik
pemekatan dengan membasakan larutannya terlebih dahulu. Dengan menggunakan teknik ini
maka alkaloid akan menguap dan selanjutnya dapat dimurnikan dengan metode penyulingan
uap. Metode ini biasanya dilakukan untuk pemurnian senyawa nikotin.
Sedangkan untuk larutan alkaloid dalam air yang bersifat asam maka larutannya harus
dibasakan terlebih dahulu. Selanjutnya alkaloid dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut
organic.
Cara lain untuk mendapatkan alkaloid dari larutan yang bersifat basa adalah dengan metode
penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Alkaloid yang diperoleh kemudian dielusi dan
diendapkan menggunakan Pereaksi Meyer. Setelah itu , endapan yang terbentuk dipisahkan
menggunakan metode kromatografi pertukaran ion.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi ketika mengisolasi alkaloid. Salah satunya adalah
alkaloid yang berada dalam bentuk terikat tidak mudah dilepaskan dengan metode hanya
ekstraksi biasa sehingga harus mengasamkan senyawa yang mengikatnya terlebih dahulu.
3. Alkoloid Purin
Purin adalah inti heterostatik yang mengandunh 6 cincin pirmdin yang bergabung dengan5
cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam, tetapi derivatnya signifikan secara biologis.
Alkaloid purin merupakan turunan dari metabolit sekunder dan turunannya berupa xantin. Tiga
contoh yang palin dikenal antara lain kafein (1,3,7-trimetilxantin), teofillin (1,3-dimetilxantin)
dan teobromin(3,7-dimetilxantin)(Evans,2009).
Minuman seperti teh dan kopi sama-sama memiliki efek stimulan pada bahannya. Kafein
menstimulasi susunan saraf pusat dan memiliki efek diretik lemah, sedangkan teobromin
memiliki efek yang berkebalikan dengan kafein. Teofillin pada umunya memiliki struktur yang
sama dan sangat efektif untuk merelaksasi otot tak sadar(Evans,2009).
a.Kafein
Kafein adalah salah satu dari alkaloid purin yang memiliki rumus kimia (1,3,7-
trimetilxantin). Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi atau Coffea arbica L dan teh . Kristal kafein
berbentuk jarum-jarum, berwarna putih tidak berbau, berasa pahit. mengandung kafein. Akasi
dari kopi pada prinsipnya ddasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada sususnan saraf
pusat, ginjal, otot-otot jantung. Tumbuhan lain yang juga mengandung caffein seperti Camelia
sinensis, Cola nnitida.
Pada bidang farmasi, kafein merangsang sisitem saraf pusat dan kekuatan jantung. Khasiat
lainnya sebagai diuretik lemah. Kafein menstimulan sistim saraf pusat dan menyebabkan
peningkatan kewaspadaan, kecepatan, dan kejelasan alur pikiran, peningkatan fokus, serta
koordinasi tubuh yang lebih baik (Sumardjo,2006). Kafein ditemukan pertama kali oleh seorang
kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge pada tahun 1819. Beliau memberikan nama untuk
senyawa berupa kopi (Kakhia,2012).
Pada dasarnya jalur biosintesis terdiri dari empat proses yang terdiri dari tiga proses
metilasi dan satu proses reaksi nukleosid. Kerangka dari senyawa xantin diturunkan dari
nukleosid purin. Proses awal dari biosintesis kofein adalah proses metilasi dan xanthosine oleh
SAM yang tergantung pada enzim N-metiltransferase. Jalur umum dalam biosintesis kafein
adalah 7-7-methylxanthosine → 7 metilsantin → teobromin→kafein. Jalur biosintesis pada
dasarnya ini sama dengan bentuk alkaloid purin lainnya, seperti pada mate (Ilex
paraguariensis) dan kakao(Theobromacacao)(Ashiharaetal,2008).
Theobromin adalah molekul alkaloid yang dikenal juga sebagai metilxantin. Secara alami,
metilxantin terdapat pada enam puluh spesies tanaman yang berbeda dan termasuk kafein
(terutama kopi) dan teofillin (metilxantin primer dalam teh). Teobromina adalah metilxantin
itama yang ditemukan pada pohon kakao (Theobroma cacao) (Amit et al, 2010).
Senyawa ini diperoleh dari biji0bijian coklat dan isolasi dari biji-biji tersebut dengan cara
ekstaksi. Coklat kristal teobromin berwarna putih, rasanya pahit dan mencair dapa suhu 37 oC.
Teobromin sukar larut dalam air dan pelarut-pelarut organik yang umum. Garam-garam
teobromin umumnya dapat larut dalam air (Sumardjo,2006)
Teobromin mempengaruhi sistem tubuh manusia mirip dengan kafein, tetapi pada efek yang
lebih kecil. Teobromin bersifat diuretik ringan, stimulan ringan, dan melemaskan otot-otot
halus pada bronkus. Dalam tubuh manusia, tingkat teobromin yang dirasakan adalah antara 6-
10 jam setelah dikonsumsi. Karena kemampuannya untuk melebarkan pembuluh darah,
teobromin juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (Amit, et.al, 2010).
Biosintesis dari teobromin dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
1) AMP → IMP → XMP → xanthosine → 7-methylxantin
→ theobromin
c. Teofillin
Teofillin ditemukan dalam jumlah kecil didalam teh dan diperoleh dengan cara ekstraksi.
Teofillin mengkristal dengan satu molekul air kristal. Kristal teofillin berwarna putih dengan titik
lebur 268oC. Teofillin sukar larut dalam air dingin, tetpai mudah larut dalam air panas dan
larutannya bereaksi netral. Kristal teofillin tidak berbau, berasa pahit dan berkhasiat diuretik
(Sumardjo, 2006).
d) Terdapat banyak contoh tumbuhan yang mengandung alkaloid purin. Berikut adalah contoh
tumbuhan yang mengandung alkaloid purin :
Kopi
Nama Umum
Indonesia : Kopi
Filipina : Kape
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Teh
Nama Umum
Indonesia : Teh
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Marvales
Family : Sterculiaceaae
Genus : Cola
Species : Cola nitida
4. Alkaloid tropan
Tropan merupakan bagian metabolit dari alkaloid sekunder, yang mengandung cincin tropan
dalam struktur kimia. Alkaloid memiliki struktur inti, bisiclic mengandung nitrogen yaitu
azabisiclo (3,2,1) oktan atau 8-metil-8-azabiziklo (3,2,1) oktan. Alkaloid tropan ditemukan pada
angiospermae yaitu family solanaceae (Atropa, Grukmansia, Mansia, Datura, Scopolia, Physalis),
Erythroxylaceae (Erythroxylem), Protaeceae (Belladona dan Darlingia) dan Convolvulaceae
(Convuvulus dan Calystegia). Alkaloid tropan banyak ditemukan pada tanaman bruguilera,
phyllanthus dan cochlearia (Leliqia, et.al, 2006). Alkaloid tropan juga ditemukan pada beberapa
tanaman yang berbeda seperti family Brassicaceae (Cruciferae), Olacaceae, dan Rhizophoraceae
(The EFSA Journal, 2008).
Mekanisme aksi dari alkaloid tropan memiliki hubungan dengan antagonism kompetitif mereka
pada reseptor muskarinik asetilkolin, mencegah pengikatan pada asetilkolin. Menurut
spesefisitas dan selektivitas reseptor asetilkolin muskarinergik pada organ yang berbeda, fungsi
otot halus dan sel-sel kelenjar eksokrin, serta denyut jantung, pernapasan dan fungsi dalam
system syaraf pusat yang termodulasi.
Karakteristik alkaloid adalah ester dari hidroksitropanes dan berbagai asam (Tropic, Tiglic).
Biosintesis alkaloid tropan melibatkan fenilalanin sebagai prekusor pembentuk C6-C1 dan C6-C3
asam aromatic. Untuk pembentukan C5 asam alifatik serta asam tiglic atau 2-metil asam
butanoat dibutuhkan isoleusin sebagai prekusor. Untuk pembentukan cincin pirolidin yang
merupakan inti tropan dibutuhkan ornitin sebagai prekusor.
Karakter alkaloid yang mengandung inti tropan adalah jika direaksikan dengan asam nitrat
kemudian residu dilarutkan dalam aseton maka akan muncul warna ungu gelap. Hal ini
disebabkan karena munculnya larutan dalam etanol dalam KOH. Reaksi ini dikenal sebagai
reaksi fitalil morin.
a. ATROPIN
Atropin, Hiosiamin dan Hiosin merupakan alkaloid tropan yang berasal dari family solanaceae.
Dapat juga ditemukan pada tumbuhan contohnya Erythroxylaceae, Convolvulaceae,
Protaeceae, Orchidaceae, Euphorbiaceae, Curciferae, Rhizophoraceae. Atropine mengandung
alkaloid tropan, yang memilki sifat antikolinergik dan spasmolitik, biasanya digunakan sebagai
anasthesi dan spasmolitik dan dalam operasi mata. Atropine merupakan metabolit sekunder
yang umumnya terkandung dalam family solanaceae.
Mekanisme kerja atropine adalah dengan cara inhibisi reseptor muskarinik pada organ perifer.
Atropine menginhibisi asetilkolin berikatan dengan reseptornya secara reversible dan
menimbulkan efek simpatomimetik.
Indikasi terapiotik atropine injeksi adalah untuk mencegah dan mengobati blukade
arterioventrikuler dan sinus bradikardia, spasmus pada kolik ureter dan anuria. Atropine juga
dapat berperan sebagai antidote terdapat keracunan antikolinesterase, obat yang bersifat
parasimpatomimetik atau mediasi kalinergik. Dalam pre-anasthesi, atropine berguna untuk
mencegah gejala yang disebabkan stimulasi vagal. Pada tetes mata, atropine digunakan untuk
mengobati inflamasi dan menginduksi sikloplegia pada pemeriksaan refraksi mata.
BIOSINTESIS
Biosintesis atropine mulai dari L-Fenilalanin transaminasi membentuk asam phenylpyruvic yang
kemudian direduksi menjadi asam fenil-laktat. Koenzim A kemudian berpasangan dengan asam
fenil-laktat dengan tropin membentuk littorine, yang kemudian mengalami penataan ulang
radikal diawali dengan enzim P450 membentuk aldehida hyosciamine dehidrogenase A
kemudian aldehid direduksi menjadi sebuah alcohol primer membentuk (-) hyosciamine, dan
terbentuk atropine.
Akar dan daun tumbuhan atropa belladonna (family solanaceae) merupakan sumber dari
senyawa ini, digunakan sebagai antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan midriatik. Zat ini
merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman.
b. HYOSCYAMINE
Hyoscyamine merupakan alkaloid tropan yang ditemukan dalam jumlah yang berlimpah.
Hyoscyamine merupakan metabolit sekunder yang ditemukan pada tertentu dari family
solanaceae. Hyoscyamine banyak ditemukan pada atropa belladonna dibagian berry, datura
stramonium ditemukan pada bagian daun, akar dan bunga. Datura suaveolens ditemukan pada
bagian daun, bunga dan biji, Hyoscyamus Niger ditemukan pada bagian daun, bunga dan biji,
latua pubiflora ditemukan pada bagian berry dan daun, madragora officinarum ditemukan pada
bagian akar dan berry, scopolia carniolica jacq ditemukan pada bagian daun dan akar.
Hyoscyamine merupakan prekusor dari scopolamine.
Hyoscyamine digunakan sebagai parasimpatolitik yang berkompetisi dengan asetil kolin. Anti
kolinergik umumnya digunakan sebagai midriatik, mengendalikan sekresi air liur dan asam
lambung. Hyoscyamine digunakan untuk mengontrol gejala yang berhubungan dengan saluran
gasterointestinal (GI). Hyoscyamine bekerja degan mengurangi gerakan lambung pada usus dan
sekresi cairan lambung, termasuk asam. Hyoscyamine juga digunakan dalam pengobatan kejang
kandung kemih, penyakit ulkus peptikum, devartikulitis, kolik, iritasi syndrome usus, sistitis, dan
pancreatitis. Hyoscyamine juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi jantung tertentu,
untuk mengendalikan gejala penyakit parkinsom dan rhinitis (pilek), dan untuk mengurangi air
liur berlebih.
BIOSINTESIS
Cincin tropan yang hadir dalam bentuk Hyoscyamine berasal dari putresin melalui garam N-
metylpyrrolinium, yang menunjukkan adanya dua asam amino ornittine dan arginin yang
terlibat dalam biosintesis putreris dalam jalur alternative. Dekarboksilasi ornitine menghasilkan
utresin, sedangkan arginin diubah menjadi agmatine untuk menghasilkan putresin. Selanjutnya
metilasi S-adenosil-metoinin (SAM) tergantung pada putresin dikatalis oleh putresin N-
methyltransferase membentuk N-methylputrescine.
Tahap berikutnya dalam biosintesis hyoscyamine, esterifikasi tropine dan asam tropic. Asam
tropic dari hyoscine dan hyoscyamine berasal dari fenilalanin, seperti asam α-hidroksi-β
fenilpropionat (asam phenillaktik) dan tropane alkaloid littorine. Asam tropic dibentuk oleh
penataan intra-molekul phenillacatate. Hiosiamin disintesis dari littorine dengan proses
melibatkan penataan ulang intramolekul dari gugus phenillactate dari alkaloid.
c. CALYSTEGINES
BIOSINTESIS
Biosintesis Calystegines ditandai dengan hilangnya kelompok metal pada nitrogen dengan
menjadi gugus hidroksil pada heterosiklik. Tiga sampai lima gugus hidroksil dalam berbagai
posisi.
Calystegines terbukti ditemukan pada convolvulaceae, solanaceae dan moraceae. Dalam jumlah
besar Calystegines diproduksi oleh family solanaceae. Calystegines ditemukan pada tumbuhan
atropa belladonna dalam jumlah besar, selain itu juga ditemukan di datura wrightii pada bagian
akar dan datura stramonium pada bagian akar dan daun. Selain itu dalam beberapa penelitian
juga menyebutkan bahwa Calystegines ditemukan pada hyoscyamus niger bagian daun, bunga
dan biji. Calystegines spium merupakan salah satu tanaman yang memproduksi Calystegines
pada bagian daun dan akar, convolvulus arvensis pada bagian daun dan akar, physalis alkekengi
pada bagian daun.
Manfaat dari Calystegines memiliki khasiat yang hamper sama dengan tropan lain seperti
antikolinergik, antiemetic, parasimpatolitik, anasthesi dan banyak tindakan farmakologis lain.
Calystegines B2 dan C1 yang terkandung dalam murbei bermanfaat untuk menurunkan kadar
gula darah dan memiliki aktivitas antioksidan.
d. KOKAIN
Kokain adalah alkaloid tropan yang ditemukan pada family Erityhtroxylaceae spesies
Erythroxylem coca dan E. novogranatense. Tanaman coca merupakan tumbuhan semak,
cabang-cabangnya berwarna kemerahan, daun oval, bunga pentamer berwarna putih
kekuningan.
Kokain secara tradisional dimanfaatkan untuk menahan lapar dan lelah. Tanaman kokain telah
dikultivasi, dioptimasi dan diproduksi sejak 5000 tahun yang lalu dipegunungan andes. E.coca
varietas coca merupakan tanaman liar peru, Bolivia dan andes sedangkan E.novogranatense
ditemukan tumbuhan dikolombia dan Venezuela. Pada tanaman kering peru utara dan ekuador
ditemukan tanaman coca jenis E.novogranatense.
Komposisi kimia dalam tanaman coca adalah minyak esensial, metik salisilat, tannin dan
alkaloid. Alkaloid dalam tanaman coca dapat mencapai 0,5-1,5 % tergantung spesies dan
geografis. 30-50% alkaloid yang diperlukan berupa ester polatile sebagai basa bebas yaitu
kokain dan sisanya berupa derivate kokain seperti ecgonin (sinamil kokain) dan pirolidin.
Kokain merupakan anasthesi local sebagai anasthesi kontak, kokain memblok kanal ion dalam
membrane neuromal dan menginterupsi propagenis dari potensial aksi yang berhubungan
dengan pesan sensori. Kokain juga merupakan parasimpatomimetik, bekerja dengan cara
memblok pengambilan kembali dopamine dan noradrenalin pada presinap neuron dengan cara
berikatan dengan transporter. Stimulasi adregenik ini menyebabkan hipertermia, midriasis dan
vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi meningkat dan meningkatkan
tekanan darah serta denyut jantung. Kokain merupakan system syaraf pusat sehingga
pemakaian merasakan halusinasi. Kokain juga digunakan dalam minuman ringan tertentu.
Kokain ketika tercium, terhisap, tertelan, atau digunakan pada selaput lender akan diserap dari
semua situs paparan menuju intravena. Kokain dimetabolisme oleh plasma dan hati,
kolinesterase diubah metabolit larut air dan dieskresikan apda urin. Metabolit tersebut
didalam urin berfungsi sebagai penanda penggunaan kokain yang dapat di deteksi hingga 24-36
jam setelah penggunan pertama dari kokain, tergantung pada rute pemberian dan aktivitas
kolinesterase
BIOSINTESIS
Atom karbon tambahan yang diperlukan untuk sintesis kokain yang berasal dari asetil-KoA,
dengan penambahan dua unit asetil-KoA untuk kation N-metil-1-phyrolinum. Penambahan
pertama adalah reaksi mannich dengan anio enolat dari asetil-KoA yang bertindak sebangai
nokliofil terhadap kation pirolinum. Penambahan kedua terjadi melalui kondensasi claisen. Hal
ini menghasilkan campuran rasemat dari subtitusi kedua pirolidin, dengan retensi tioester dari
kondensasi claisen. Dalam pembentukan tropinon dari rasemat etil [2,-13C2] 4(N-metil-2-
prilolidinil)-3-oksobutanoat tidak terdapat preverensi untuk kedua stereoinsomer. Dalam
biosintesis kokain, hanya enansionen- (S) dapat mensiklik untuk mempbentuk system cincin
kokain tropan. Stereoselektivitas reaksi ini diteliti lebih lanjut melalui studi prokiral distriminasi
dari hydrogen metilen. Hal ini disebabkan karena pusat kiral exstra di C=. proses ini terjadi
melalui oksidasi, yang menimbulkan kembali kation pirolinium dan pembentukan anion enolat,
dan reaksi intramokuler Mannich. System cincin tropan mengalami hidrolisis, metilasi
dependen SAM, dan reduksi melalui NADPH untuk pembentukan methylecegonine . bagian
benzoin yang diperlukan untuk pembentukan kokain diester disintesis dari fenilalanin melalui
asam sinamat. Benzoil –CoA kemudian menggabungkan dua unit molekul kokain.
Eryhtroxylon coca merupakan tanaman penghasil kokain. Daun koka telah digunakan Amerika
Selatan sebagai pengunyahan dari zaman yang sangat awal. Mereka sebelumnya disediaakan
untuk penggunaan tunggal dari pemimpin pribumi dan Inca. Coca diperkenalkan ke Eropa
sekitar 1688 dan kokain diisolasi pada tahun 1860. Dengan menerapkan alka-loid dalam operasi
mata pada tahun 1884 Carl Koller adalah orang perama yang memperkenalkan kedalam praktek
klinis sehingga gemborkan era anestesi modern.
e. Scopolamine
Scopolamine adalah bagian dari alkaloid tropan yang paling penting karena memiliki aktivitas
fisoliologi yang lebih tinggi dan efek samping yang lebih sedikit. Permintaan untuk Scopolamine
ini perkiarakan sekitar 10 kali lebih besar dari pada hioscyamine dan bentuk atropine lainnya.
Dengan demikian, telah muncul ketertarikan dalam meningkatkan jumlah, Scopolamine
didalam produksi tanaman dalam fitrokluktur, dalam hal produksi bioteknologi Scopolamine,
dengan meningkatkan jumlah sel tumbuhan dapat menhasilkan senyawa ini.
BIOSINTESIS
Scopolamine adalah alkaloid tropan yang paling relevan seacara luas digunakan . jalur
metabolisme mereka dimulai di putresin, poliamina yang dibagi oleh beberapa jalur metabolic
(misalnya; alkaloid piridin). Peran eskresin metil transverase dalam menyerap nutresi dari gugus
poliamina, yang merupakan lintas-titik antara metabolisme primer dan sekunder terhada jalur
alkaloid tropan. Enzim PMT mengkatalisis reaksi dari putresin N-metil putersin dengan N-
adenosin metionin sebagai donor metil. Bagian terakhir dari jalur biosintesis alkaloid tropan
adalah reaksi enzimetik yang dikatalis oleh enzim hyoscyamine-6β-hidroksilase (H6H), dua
oksoklutarase bergantung pada dioksigenase yang mengkatalis hidroksilasi dari hyoscyamine ke
scopolamine dalam dua langkah. Langkah pertama adalah hidroksilasi hyoscyamine sampai 6β-
hydroxsihyoscyamine, reaksi yang memerlukan 2-oksoklutarate, Fe2+, molekul oksigen dan
askorbat. Langkah kedua adalah epoksidasi intermediate hydroxsihyoscyamine memproduksi
6,7-β-hyoscyaminepoksida (scopolamine).
Alkaloid ini biasanya ditemukan pada tanaman family solanaceae sumber utama bahan baku
untuk produksi alkaloid tropan diseluruh dunia dalah daun duboisia spp. Budi daya konfisional
beberapa varietas yang dapat menumpuk hingga 6% scopolamine telah didirikan di Australia
dan brazil.
Scopolamine adalah alkaloid yang sebagian besar digunakan dalam pengobatan aktivitas anti
kolinergik. Anti kolinergik umumnya digunakan sebagai midriatik dan untuk mengendalikan
sekresi air liur dan asam lambung. Dapat juga diguankan untuk pengobatan kejang otot asma,
kram usus dan diare.
Gejala awal penyalahgunaan scopolamine termasuk mulut kering, melebar pupil, kemerahan
pada wajah dan leher, tekana darah dan suhu tubuh tinggi, jantung berdebar. Gejala ini dapat
diikut oleh halusinasi ekstrim angitasi agresi, bahkan kematian.
5. Alkaloid Amina
a. Ephedrine
BIOSINTESIS
Seluruh bagian tanaman dariEphedra sinica digunakan dalampengobatan.Ephedrine
merupakan stimulan system
saraf pusat atau simpatomimetikumdan juga potensial menstimulasi reseptor α,β1dan β2
adrenergic. Efeknya meliputi fasekontriksi, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,
bronkodilatasi, dan diuresis.Dalam penggunaan berlebihan akan menyebabkan insomnia,
takikardi, danpusing. Dalam pengobatan herbal
ephreda digunakan dalam pengobatan asma danalergi, ephedra
juga dapat menyembuhkan bronkkhitis, efisema, rhinitis serta masuk angina dan flu (pengelly,
2004).
b. Colcichine
Biji cholchine adalah biji matang dan kering dari tanaman Colchicum
autumnalebijinya mengandung 0,8% colchine. Colchine berbentuk serbuk amorf berwarna
kuning pucat yang berubah warna menjadi gelap jika terpapar sinar matahari (Leliqia, dkk,
2006).
BIOSINTESIS
c. Mescaline
Gambar
BIOSINTESIS
Disintesis dari tirosin atau fenilalanin terhidroksilasi. DalamLophophorawilliamsi , dopamine
mengkonversi menjadi mescaline dalam jalur biosintesis yang melibatkan Mo-mettilasi dan
hidroksilasi aromatic(Dewick,2009).
Fenil alanin berfungsi sebagai precursor dengan terlebih dahulu diubah menjadiL-
tirosinhidroksilase oleh asam L-amino. Setelah dikonversi, itu mengikuti jalur yang sama seperti
yang dijelaskan diatas (Dewick,2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alkaloid adalah sekelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi
amin. Pada umunya, alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen. Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik dan klasifikasi alkaloid
dapat berdasarkan toksonomi, berdasarkan biosintesis, dan berdasarkan klasifikasi kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universitas Terbuka
Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavoida, Fenil Propanoida, Alkaloid. Sumatera : Universitas
Sumatera Utara