TEKNIK EKSTRAKSI
BAHAN ALAM
Teknik ekstraksi bahan alam dari jenis minyak atsiri sedikit berbeda
dikarenakan sifat fisik dan kimianya yang berbeda dengan metabolit sekunder
pada umumnya. Untuk itu pembahasan mengenai teknik ekstraksi minyak atsiri
disajikan pada bab tersendiri. Bab ini menyajikan beberapa teknik ekstraksi umum
untuk bahan non minyak atsiri, yang meliputi: metode maserasi, perkolasi,
ekstraksi dengan reflux, ekstraksi dengan soxhlet, ekstraksi dengan ultrasonikasi,
dan ekstraksi dengan pelarut bertekanan (pressurized solvent extraction).
4.2. Relevansi
4.3. Kompetensi
Pada bab ini dijelaskan metode ekstraksi untuk metabolit sekunder selain
minyak atsiri. Penjelasan metode ekstraksi kedua jenis bahan tersebut dipisahkan
karena di antara keduanya memiliki sifat-sifat kimia dan fisik yang berbeda
sehingga perlakuannya pun berbeda agar produk hasil ekstraksi yang diperoleh
terjaga mutu serta rendemennya. Pada ekstraksi minyak atsiri, bahan yang akan
dipisahkan adalah senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile atau
senyawa terbang) dan beberapa senyawa di antaranya cukup sensitif atau mudah
rusak dengan perlakuan panas.
Pada proses ekstraksi, bahan yang akan diekstrak kontak secara langsung
dengan pelarut. Selama itu akan terjadi proses yang berlangsung secara dinamik
yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu: pelarut akan
merusak dinding sel dan jaringan, serta masuk ke dalam sel, setelah itu pelarut
akan melarutkan senyawa-senyawa metabolit, dan akhirnya pelarut bersama
senyawa metabolit yang terlarut dikeluarkan atau dipisahkan dari bahan atau
biomassa penghasilnya. Oleh karena itu penggilingan atau pengecilan ukuran dan
juga peningkatan termperatur sangat diperlukan untuk mempercepat fase-fase
tersebut. Selanjutnya pelarut harus dipisahkan dari senyawa metabolit yang
terlarut di dalamnya melalui proses evaporasi untuk menghasilkan ekstrak kasar,
baik dalam bentuk cairan kental atau padatan (solid).
Ada beberapa metode ekstraksi berdasarkan prinsip kerja dan peralatan
yang digunakan. Pemilihan metode didasarkan pada karakteristik bahan dan
senyawa metabolit yang akan diekstrak, rendemen ekstrak yang ingin diperoleh,
kecepatan ekstraksi, dan juga biaya. Beberapa metode ekstraksi antara lain:
maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan reflux, ekstraksi dengan soxhlet, ekstraksi
dengan ultrasonikasi, ekstraksi dengan tekanan, dan ekstraksi dengan microwave.
Prinsip dan mekanisme dari masing-masing metode tersebut dijelaskan di bawah
ini.
5.5.1. Maserasi
Ekstraksi dengan reflux saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling
banyak diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan
simpel dengan rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan
metode maserasi atau perkolasi. Reflux berarti pelarut yang diputar kembali
atau di-recycle secara kontinyu melalui pengkondensasian berulang pada
sebuah alat kondensor. Pada metode ini bahan yang akan diekstrak
direndam pada pelarut dalam sebuah bejana/labu yang biasanya berbentuk
bulat yang kemudian ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat
menggunakan water bath, heating mantle, atau hot plate). Bagian atas labu
ada sebuah lubang yang dihubungkan dengan alat pendingin balik
(kondesor). Lubang pada bejana tersebut juga berguna untuk memasukkan
dan mengeluarkan bahan, pelarut, maupun hasil ekstraknya. Gambar 5.3
memperlihatkan proses ekstraksi dengan reflux di atas hot plate sebagai
sumber panasnya.
Ekstraksi dengan soxhlet juga termasuk salah satu metode yang paling
banyak digunakan karena tingkat kepraktisan dan kenyamanannya. Prinsip
ekstraksi dengan metode soxhlet adalah dengan mengekstrak bahan yang
sudah dihaluskan dan dibungkus pada selembar kertas saring kemudian
dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang sebelumnya telah ditempatkan
pelarut pada labu soxhlet yang berada di bagian bawah (Gambar 5.4). Persis
di bawah labu soxhlet tersebut ditempatkan sebuah heating mantle atau
hot plate untuk memanaskan labu soxhlet.
Alat ekstraksi soxhlet sendiri didesain dan dibuat pertama kali oleh
Franz von Soxhlet pada tahun 1879 di Jerman. Orang yang sama yang
menjelaskan pertama kali mengenai keberadaan gula (laktosa) pada susu.
Beliau jugalah yang pertama kali mampu memisahkan protein pada susu
(casein, albumin, dan globulin). Pada mulanya soxhlet didesain untuk
mengekstrak lemak dari bahan padat. Pada dasarnya soxhlet merupakan
perkolator yang didesain dapat bekerja secara kontinyu tanpa harus
menuang pelarut secara manual dan berulang-ulang.
Ini merupakan metode yang paling efisien, presisi, terukur, tetapi juga
paling rumit di antara metode-metode ekstraksi konvensional yang lain.
Ekstraksi dengan pelarut bertekanan membutuhkan peralatan yang cukup
kompleks. Komponen utama adalah sebuah sel ekstraksi (extraction cell)
yang ditempatkan pada sebuah oven. Sel ini sebagai tempat meletakkan
sampel sehingga ketika diberikan tekanan yang kuat, posisinya akan tetap
stabil. Oven berfungsi untuk memanaskan sel dan sampel yang akan
diekstrak. Komponen lainnya adalah pompa pelarut dan juga tabung
nitrogen bertekanan, serta tabung penampung larutan ekstrak. Gambar 5.7
di bawah ini memperlihatkan bagian-bagian dari alat yang digunakan untuk
proses ekstraksi dengan pelarut bertekanan.
(sumber: pubs.rsc.org)
Prinsip kerja dari metode ini adalah ketika sampel telah ditempatkan
pada sel ekstraksi maka pelarut dengan volume tertentu akan dipompa
menuju sel dan mengisi seluruh sel sehingga merendam sampel bahan.
Setelah itu sel akan dipanaskan dan diberikan tekanan menggunakan gas
nitrogen pada skala tertentu serta pada periode tertentu. Parameter-
parameter kontrol tersebut (suhu, tekanan, dan waktu) dapat diprogram
secara akurat. Setelah dinyatakan cukup maka katup output akan dibuka
dan seketika larutan ekstrak akan didesak oleh gas nitrogen bertekanan,
maka serta merta larutan ekstrak akan terpisah dari matriks sampel bahan
dan akan ditampung pada labu penampung. Setelah itu sampel kembali
disiram dengan pelarut baru untuk keperluan pembilasan, sehingga
senyawa metabolit yang tertinggal dapat diambil secara maksimal. Proses
terakhir adalah pengaliran gas nitrogen kembali terhadap sampel guna
mengeringkan sampel tersebut.
Kelarutan
Indeks Titik Didih Viskositas
Pelarut Polaritas (OC) (cPoise) dalam Air
(%)
n-heksan 0,0 69 0,33 0,001
diklorometan 3,1 41 0,44 1,6
n-butanol 3,9 118 2,98 7,81
isopropanol 3,9 82 2,30 100
n-propanol 4,0 92 2,27 100
kloroform 4,1 61 0,57 0,815
etil asetat 4,4 77 0,45 8,7
aseton 5,1 56 0,32 100
metanol 5,1 65 0,60 100
etanol 5,2 78 1,20 100
akuades 9,0 100 1,00 100
4.7. Rangkuman
4.8. Latihan