2.2. Relevansi
2.4. Pengantar
Semua jenis minyak atsiri tidak tersusun atas sebuah senyawa tunggal,
tetapi merupakan campuran dari beberapa senyawa volatil dengan titik uap
rendah. Senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri biasanya memiliki efek
yang mampu mempengaruhi saraf pusat manusia sehingga dapat
menciptakan efek psikologis atau perasaan tertentu.
1. Daun : nilam, cengkeh, sereh wangi, jeruk purut, salam, kayu putih,
mentha, gandapura, kemangi, kemuning, kenikir, seledri dll.
2. Bunga : cengkeh, kenanga, sedap malam, melati, srigading, angsana,
cempaka kuning, srikanta, dll.
3. Buah : jeruk, adas, jintan, ketumbar, kemukus, dll.
4. Biji : pala, lada, kasturi, kapulaga, seledri, kosambi, dll.
5. Batang/kulit batang : kayu manis, cendana, akasia, sintok, lawang.
6. Akar : akar wangi, kemuning
7. Rimpang: jahe, kunyit, kencur, lengkuas, temulawak, temu hitam,
lempuyang, temu putri, jeringau, bangel, baboan, dll.
(http://northwestpharmacy.com/)
Kosmetik sendiri tidak mampu merawat atau memperbaiki kondisi kulit atau
bagian tubuh lainnya. Kosmetik memerlukan bahan aktif lain yang mampu
menjaga dan memperbaiki kulit. Ada dua mekanisme dari bahan alam sebagai
bahan aktif dalam sebuah produk kosmetik, yaitu sebagai zat yang mampu
menjaga kulit atau bagian lainnya dari pengaruh luar, seperti paparan UV, logam,
dan lainnya. Yang kedua adalah dengan mempengaruhi atau merangsang fungsi-
fungsi biologis dari sel dan jaringan serta menyediakan nutrisi yang cukup bagi sel
atau jaringan tersebut. Bentuk-bentuk bahan alam dalam produk kosmetik antara
lain dalam bentuk vitamin, senyawa antioksidan, minyak atsiri atau, hidrokoloid,
terpenoid, dll. Pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 disajikan beberapa contoh bahan
alam dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai produk kosmetik dan perawatan
pribadi.
Tabel 3.2. Contoh bahan alam yang dimanfaatkan sebagai produk perawatan kulit
(Kapoor, 2005).
Tabel 3.3. Contoh bahan alam yang dimanfaatkan sebagai produk perawatan
rambut (Kapoor, 2005).
Sebuah produk yang dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi komponen
dari tumbuhan yang memiliki efek perlindungan kesehatan yang kemudian
dikemas dalam bentuk kapsul, tablet, sirup atau serbuk juga dikategorikan sebagai
produk nutrasetik. Gambar 3.2 berikut ini memberikan gambaran tentang
perbedaan mendasar antara produk nutrasetik dengan produk farmasetik.
3.9.1. Jamu
2.10. Rangkuman
Agusta, A., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropis Indonesia. ITB, Bandung.
Baser, K.H. dan Buchbauer, G., 2010. Handbook of Essential Oils: Science,
Technology, and Applications. CRC Press, Florida.
Dias, D.A., Urban, S., dan Roessner, U., 2012. A Historical Overview of Natural
Products in Drug Discovery. Metabolites, 2: 303-336.
Gunawan, D. dan Mulyani, S., 2004. Ilmu Obat Alam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hariana, A., 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Harris, R., 1987 Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Imanshahidi, M. dan Hosseinzadeh, H., 2008. Pharmacological and Therapeutic
Effects of Berberis vulgaris and Its Active Constituent, Berberine.
Phytotherapy Research, 22: 999-1012.
Kapoor, V.P., 2005. Herbal Cosmetics for Skin and Hair Care. Natural Product
Radiance, 4: 306-314.
Lahlou, M., 2013. The Success of Natural Products in Drug Discovery.
Pharmacology and Pharmacy, 4: 17-31.
Pandey, N., dkk., 2011. Medicinal Plants Derived Nutraceuticals: A Re-emerging
Health Aid. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 4: 419-
441.