Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya alam yang potensial,

namun belum cukup di manfaatkan. Potensi tanaman obat sudah saatnya untuk di

gali, di kembangkan dan dimanfaatkan, terutama dalam rangka memasyarakatkan

obat yang berasal dari tanaman, memperluas kesempatan berusaha dan

penyerapan tenaga kerja, serta menjamin kebutuhan obat dan jamu tradisional.

Daun sirih (Piper betle L.) termasuk suku tumbuhan piperaceae dan

digolongkan sebagai tanaman jenis merambat yang mempunyai batang sirih

berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat

keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing,

tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila

diremas. Daun sirih umumnya digunakan melalui oral dalam bentuk minuman.

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antibakteri, dimana

akan lebih mudah digunakan bila diformulasikan untuk pengobatan topikal dalam

bentuk sediaan salep.

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut dalam bahan dasar salep yang

cocok.jenis bahan dasar basis salep, diantaranya basis salep hidrokarbon dan basis

serap. (DepKes RI.1979:33 ).

1
2

Basis salep hidrokarbon mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang

lama dan tidak memungkinkan hilangnya lembab ke udara serta sukar dicuci.

Basis salep serap berguna sebagai emolien, walaupun tidak menyediakan derajat

penutup seperti yang dihasilkan basis salep berlemak. Basis salep serap juga

berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan berair ke dalam larutan

berlemak (Ansel 1989: 503-504).

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh penggunaan basis salep hidrokarbon dan basis serap

terhadap sifat fisik salep minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) ?

1.3. Batasan Masalah

1. Bahan yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.)

2. Basis yang digunakan adalah basis serap dan basis hidrokarbon.

3. Metode yang digunakan dalam pengambilan minyak atsiri daun sirih (Piper

betle L.) adalah metode destilasi.

4. Metode dalam pembuatan salep menggunakan metode pencampuran.

5. Pengujian yang dilakukan adalah Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji pH,

Uji Daya Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Daya Proteksi.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh basis salep hidrokarbon dan basis serap

terhadap sifat fisik sediaan salep minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.)
3

1.5. Manfaat Penelitian

1. Dapat meningkatkan manfaat sumber daya alam indonesia khususnya daun

sirih (Piper betle L.) sebagai antibakteri.

2. Sebagai dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut tentang

jenis basis salep untuk pembuatan sediaan salep.

3. Membantu memperkaya data ilmiah tentang obat herbal.

4. Memberikan pengetahuan khususnya kepada para pembaca tentang khasiat

daun sirih (Piper betle L.).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Uraian Tanaman Daun sirih (Piper betle L.)

2.1.1 Taksonomi Tanaman

Klasifikasi tanaman daun sirih termasuk ke dalam tata nama sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae (suku sirih-sirihan)

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

2.1.2 Ciri Morfologi Tanaman

Sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat pada tanaman lain,

tingginya dapat mencapai antara 5 m – 15 m. batangnya mempunyai

permukaan kasar dan ruas yang besar untuk keluarnya akar. Daunnya

berbentuk bundar telur / bundar bentuk lonjong. Bagian pangkal daun

berbentuk jantung / agak bundar, tangkai daun agak panjang. Panjang

daun antara 5 cm sampai 18 cm sedangkan lebarnya antara 2,5 cm

4
5

sampai 10,5 cm. warna daun bagian permukaan yaitu hijau, bunganya

berbentuk bulir, bunganya mengandung bulir jantan, dengan panjang

tangkai tangkai antara 1,5 cm sampai 3 cm dan bulir betina dengan

panjang antara 2,5 cm sampai 6 cm. Buahnya berupa buah buni yang

bulat berdaging dengan ujung gundul, warna buahnya kuning hijau, di

dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat. Baunya cukup aromatik

jika diremas dan rasanya pedas (Bardan,2007:14)

2.1.3 Nama lain Piper betle, yaitu :

Nama lain daun sirih (Piper betle L.) adalah Betel (perancis),

Vitele (portugal).

2.1.4 Khasiat Daun Sirih

Daun sirih yang digunakan adalah daun sirih yang masih segar.

Daun sirih mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai obat batuk,

asma, radang saluran nafas, sakit mag, perut kembung, bengkak –

bengkak, keputihan, bau badan, bau mulut, sakit gigi, mimisan, gusi

berdarah, sakit kulit, jerawat, luka bakar, antibakteri , antiseptik

(Bardan,2007:14).

2.1.5 Kandungan Kimia

Daun sirih mengandung minyak atsiri 0,8 – 1,8 % (terdiri atas

chavicol, chavibetol (betel phenol), allylpyrocatechol

(hydroxychavikol- mono dan –diacetate, karvakrol, eugenol, eugenol

methylether, p-cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, estragol),

terpenena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase, karoten, tiamin,


6

riboflafin, asam nikotinat, vitamin c, gula, pati dan asam amino

(Dalimartha,2005:88).

2.1.6 Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau

minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman.

Minyak ini mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir,

berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut

dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi, yaitu

membantu proses penyerbukan dengan cara menarik beberapa serangga

atau hewan, sebagai cadangan makanan. Dalam industri minyak atsiri

digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan,

flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman (Kataren,1985:21).

2.1.7 Destilasi

Penyulingan (distilation) adalah suatu cara pemisahan bahan

kimia dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih atau

berdasarkan kemampuan zat untuk menguap dimana saat suhu

dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap

terlebih dahulu. Jadi prinsip kerja penyulingan yaitu proses pemisahan

campuran zat berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing

komponen tersebut (Taufiq,2008:26).

Destilasi untuk memisahkan bahan kimia berdasarkan kecepatan

kemudahan menguap (volatilitas bahan). Cara ini biasanya digunakan


7

untuk mencari simplisia yang mengandung minyak menguap atau

mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih rendah pada

tekanan udara normal. Adapun keuntungan menggunakan metode

destilasi air yaitu sangat mudah dilakukan, alatnya sederhana, suhu

konstans dapat dipertahankan, cara ini hanya cocok dilakukan terhadap

bahan yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Namun penyulingan dengan

cara destilasi air mempunyai kerugian yaitu, kualitas minyak atsiri yang

dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, waktu

penyulingannya lama.

Pada penelitian kali ini pengambilan minyak atsiri daun sirih

menggunakan metode destilasi (penyulingan) air (direbus). Penyulingan

dengan cara ini dilakukan dengan merendam bahan – bahan yang akan di

suling dimasukkan didalam air, lalu di rebus. Kemudian uap air yang

keluar dialirkan melalui kondensor (alat pendingin) agar menjadi cair

(terkondensasi), selanjutnya cairan tersebut (minyak dan air) ditampung.

Setelah dibiarkan beberapa saat akan terpisah menjadi bagian air dan

minyak, tergantung pada berat jenisnya. Bahan yang berat jenisnya lebih

besar akan berada di bagian bawah (Taufiq,2008:27-28).

2.2 Salep

2.2.1 Pengertian Salep

Salep adalah sediaan berupa masa lembek, mudah dioleskan,

umumnya berlemak dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar

untuk melindungi atau melemaskan kulit, dan tidak berbau tengik.


8

Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah

dioleskan. Umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah

mempunyai massa lembek atau zat cair. Jika dalam komposisi tidak

disebutkan salep dasar dapat digunkan vaselin putih. Jadi pemilihan

salep dasar yang yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat

obatnya dan tujuan penggunaannya (Fn,1978:334).

2.2.2 Jenis Basis Salep

Basis salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar yaitu basis

salep hidrokarbon, basis salep serap, basis salep yang dapat dicuci

dengan air, dan basis salep yang larut dalam air.

2.2.2.1 Basis salep hidrokarbon

Basis salep hidrokarbon merupakan basis salep yang

bersifat lemak dan komponen berair dapat dicampurkan hanya

dalam jumlah sedikit saja, bila berlebih maka sukar bercampur.

Contoh yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1) Vaselin kuning adalah campuran hidrokarbon setengah padat

diperoleh dari minyak bumi, berwarna kekuning-kuningan

sampai kuning gading yang muda.Vaselin ini dapat digunakan

secara tunggal atau campuran dengan zat lain sebagai dasar

salep.

2) Vaselin putih adalah vaselin yang dihilangkan warnanya

dengan proses pemutihan, hanya berbeda warna dengan vaselin

kuning.
9

3) Salep kuning adalah dasar salep yang mengandung 5 gram lilin

kuning dan 95 gram vaselin kuning.

4) Salep putih adalah dasar salep yang mengandung 5 gram lilin

dan 95 gram vaselin putih.

5) Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan,

diperoleh dari minyak bumi.

6) Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yang

dihasilkan dari minyak bumi, berguna dalam menggerus bahan

yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak

(Ansel 1989: 502-503).

2.2.2.2 Basis salep Serap

Basis salep serap terbagi dalam dua tipe yaitu basis salep

yang memungkinkan bercampur dengan larutan berair, hasil dari

pembentukan emulsi air dan minyak, misalnya petrolatum

hidrofilik dan lanolin anhidrida (adeps lanae). Untuk basis salep

yang sudah menjadi emulsi air dalam minyak, memungkinkan

bercampur dengan sedikit penambahan larutan berair, misalnya

lanolin dan cold cream.

Contoh yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Vaselin hidrofilik dibuat dari kolesterol, alkohol stearat, lilin

putih dan vaselin putih. Memiliki kemampuan mengabsorpsi

air dengan membentuk emulsi air dalam minyak.


10

2. Lanolin adalah bahan setengah padat seperti lemak, diperoleh

dari bulu domba (Ovis aries), merupakan emulsi air dalam

minyak yang mengandung antara 25-30%. Penambahan air

dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan.

3. Lanolin anhidrida (adeps lanae) dapat mengandung tidak lebih

dari 0,25% air.Pencampurannya dengan air menghasilkan

emulsi air dalam minyak.

4. Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam

minyak berupa bahan setengah padat berwarna putih, dibuat

dari cetaceum, malam putih, minyak mineral, natrium borat,

dan air murni. Natrium borat dicampur dengan asam lemak

bebas yang ada dalam malam membentuk sabun natrium yang

bekerja sebagai zat pengemulsi (Ansel 1989:504).

2.2.2.3 Basis Salep yang dapat Dicuci dengan Air

Basis salep yang dapat dicuci dengan air merupakan emulsi

minyak dalam air yang dapat membentuk suatu lapisan tipis semi

permeabel setelah air menguap pada tempat yang digunakan.

Contoh salep yang termasuk dalam kelompok ini adalah

salep hidrofilik yang mengandung natrium lauril sulfat sebagai

bahan pengemulsi, alkohol stearat,dan vaselin putih mewakili fase

berlemak, serta propilenglikol dan air mewakili fase air. Metil

paraben dan paraben digunakan sebagai pengawet salep melawan

pertumbuhan mikroba. Contoh lain adalah Vanishing cream yang


11

mengandung lanolin, cetyl alkohol, parafin cair, asam stearat,

kalium hidroksida, propilenglikol, dan aquadest (Ansel 1989:505).

2.2.2.4 Basis Salep yang Larut dalam air

Basis yang larut dalam air biasanya tidak mengandung

bahan berlemak. Basis salep ini sangat mudah melunak dengan

penambahan air, sehingga larutan air tidak efektif dicampurkan ke

dalam bahan dasar ini sehingga lebih baik dicampurkan dengan

bahan tidak berair atau bahan padat.

Contoh salep yang termasuk dalam kelompok ini adalah

salep polietilenglikol. Formula resmi ini yaitu merupakan

kombinasi 400 gram polietilenglikol 3350 (padat) dan 600 gram

polietilenglikol 400 (cair) untuk membuat 1000 gram dasar salep.

Polietilenglikol adalah polimer dari etilenoksida dan air (Ansel,

1989: 505).

Kombinasi tersebut akan menghasilkan produk-produk

dengan konsistensi seperti salep yang melunak atau meleleh jika

digunakan pada kulit.

2.2.3 Pemilihan Basis Salep

Basis merupakan komponen terbesar dalam sediaan

semipadat. Salah satu hal penting dalam memformulasikan

sediaan semipadat adalah seleksi basis yang cocok yaitu basis

yang digunakan tidak menghambat pelepasan obat dari basis,


12

tidak mengiritasi atau menyebabkan efek samping lain yang tidak

dikehendaki (Sulaiman 2008: 33).

Harus dimengerti bahwa tidak ada basis salep yang ideal

dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan.

Pemilihannya adalah untuk mendapatkan basis salep yang secara

umum menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling

diharapkan (Ansel 1989: 506).

2.2.4 Pembuatan salep

Pembuatan salep lebih baik dalam ukuran besar maupun

kecil, secara umum menggunakan dua metode, yaitu dengan cara

pencampuran dan peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu

terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya.

2.2.4.1 Metode peleburan

Dalam metode peleburan, semua atau beberapa komponen

dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan

dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen –

komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada

campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk

(Ansel 2008 : 508).

2.2.4.2 Metode pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur

bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata

tercapai. Pada skala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan,
13

ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep

dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan

sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau porselin) untuk

menggerus bahan bersama-sama (Ansel 1989: 506).

2.2.5 Evaluasi Salep

Pengujian sediaan salep dapat dilakukan dengan beberapa

cara seperti :

1. Uji Organoleptis meliputi pengamati perubahan – perubahan

bentuk, warna, bau dan rasa di kulit dari sediaan salep yang

mungkin terjadi selama penyimpanan.

2. Uji Homogenitas, jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, harus menunjukan susunan yang

homogen (DepKes RI 1979: 33).

3. Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH salep

apakah bersifat asam, netral atau basa dan mengamati adanya

perubahan pH yang mungkin terjadi selama penyimpanan

(DepKes RI 1995: 1039)

4. Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan

penyebarannya pada kulit. Dengan uji daya sebar, dapat

diketahui lamanya salep menyebar pada kulit (Voight 1994:

382).

5. Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui daya lekat salep

terhadap kulit, uji daya lekat penting untuk mengevaluasi salep


14

dengan kelengketan dapat diketahui sejauh mana salep dapat

menempel pada kulit, sehingga efek terapi diharapkan bisa

tercapai bila salep memiliki daya lekatnya terlalu lemah maka

efek terapi tidak terjadi (Voight,1995 : 913).

6. Uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi

sediaan salep yang dibuat. Uji ini dapat diketahui sejauh mana

salep dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik,

panas dan kimia. Hal ini untuk mencapai kriteria salep yang baik

sehingga dapat memberikan efek terapi yang diharapkan (Ansel,

2005:56).

2.2.6 Uraian Bahan

2.2.6.1 Vaselinum Album (vaselin putih)

Vaselin album adalah campuran hidrokarbon setengah

padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral.

Pemerian : Masa lunak, lengket, bening, putih, berfluoresensi

lemah, tidak berbau dan hampir tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p, larut dalam kloroform p, dalam eter p

dan dalam eter minyak tanah p, larutan kadang-

kadang beropalesensi lemah.

Jarak lebur : Antara 38oC dan 56oC.

Konsentrasi : 10% - 30%.

Fungsi : Sebagai basis (Depkes RI, 1979: 633).


15

2.2.6.2 Triaethanolaminum (Trietanolamina)

Pemerian : Berupa cairan kental, tidak berwarna hingga

kuning pucat, dan berbau lemak mirip amoniak.

Kelarutannya : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,

serta larut dalam kloroform P.

Konsentrasi : 2% - 4%.

Fungsi : Sebagai emulgator (Depkes RI 1979: 612-613).

2.2.6.3 Lanolin

Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperoleh

dari bulu domba (Ovis aries) merupakan air antara 25% sampai

30%. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah menjadi dua bagian,

dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa

air.

Pemerian : Berwarna kuning dengan bau yang khas.

Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform

atau eter dengan pemisahan bagian airnya akibat

hidrasi.

Konsentrasi : 10% - 30%.

Fungsi : Sebagai basis (DepKes RI 1979:61).

2.2.6.4 Acidum Stearicum (Asam Stearat)

asam stearat adalah campuran asam organik padat yang

diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam

oktedekanoat.
16

Pemerian : Berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan

susunann hablur, berwarna putih atau kuning pucat

mirip lemak lilin.

Kelarutan : Asam stearat yaitu praktis tidak larut dalam air, larut

dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian

kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P.

Konsentrasi : 1% - 20%.

Fungsi : Sebagai emulgator (DepKes RI 1979: 55-58).

2.2.6.5 Propilparaben (Nipasol)

Propilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan

tidak lebih dari 100,5% dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan.

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air

mendidih.

Konsentrasi : 0,01% - 0,6%.

Fungsi : Sebagai anti jamur (DepKes RI.1995: 713).

2.2.6.6 Aqua Destillata

Aqua destillata adalah air suling yang dibuat dengan

menyuling air yang dapat diminum.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa.

Fungsi : Sebagai zat tambahan (DepKes RI.1979: 96).


17

2.2.6.7 Hipotesis

Diduga ada perbedaan antara basis hidrokarbon dan serap yang

mempengaruhi sifat fisik salep minyak atsiri daun sirih.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pada penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah mengenai

pengaruh penggunaan basis vaselin dan lanolin, serta kombinasi keduanya

dalam sediaan salep minyak atsiri daun sirih.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah daun sirih. Vaselin dan lanolin

yang didapat dari laboratorium farmasi PoliTeknik Harapan Bersama

Tegal. Teknik sampling dilakukan secara acak.

3.3 Variabel Penelitian

Sampel diambil dari minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) Variabel

penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam 3 variabel meliputi :

3.2.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa basis vaselin dan

lanolin, serta kombinasi keduanya.

3.2.2 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa uji evaluasi fisik salep

minyak atsiri daun sirih yang meliputi uji organoleptis, uji pengukuran pH,

uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi.

18
19

3.2.3 Variabel terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini berupa asal tanaman,

lokasi pengambilan sampel, proses destilasi, metode pelelehan, suhu

pelelehan (titik lebur), dan pengadukan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan sediaan

yang telah di buat salep, pada aktifitas pengujian uji organoleptis, uji

daya sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi, uji pH dan uji homogenitas.

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk

destilasi (penyulingan) yaitu labu alas bulat, kondensor, pipa

alonga, pipa T, statif, corong pisah, neraca analitik, selang,

beaker glass, erlenmeyer, kompor spiritus, klem. Sedangkan alat

untuk uji fisiknya adalah gelas ukur, timbangan analitik, cawan

uap, batang pengaduk, kertas pH meter, mortir, stamper, kertas

perkamen, kertas saring, beban 50 g, beban 100 g, kaca arloji,

dan objek glass.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

minyak atsiri daun sirih, vaselin putih, TEA, lanolin, asam

stearat, nipasol, aquadest, larutan fenoltalein


20

3.4.3 Cara kerja

3.4.3.1 Isolasi minyak atsiri daun sirih

Pada penelitian kali ini menggunakan bahan daun sirih

segar sebanyak 1 kg, kemudian di destilasi menggunakan metode

destilasi air, dengan cara memotong daun sirih segar sebanyak 1kg,

memasukan dalam labu alas bulat 500 ml sebanyak 2 labu dan

menambahkan aquadest 400 ml pada masing - masing labu,

melakukan destilasi kurang lebih 3 jam untuk mendapatkan minyak

atsiri yang sempurna, mencatat suhu destilasi yaitu suhu di mana

pertama kali menetes, kemudian masukan destilat pada corong

pisah dan menambahkan NaCl sebanyak 1g untuk memisahkan

fase air dan fase minyak, menampung fase minyak dalam vial

kosong yang telah ditimbang kemudian menimbang vial yang

berisi minyak , dari penimbangan tersebut maka dapat di ketahui

jumlah rendemen minyak atsiri, kemudian melakukan uji

organoleptik dan uji identifikasi.


21

Memotong daun sirih segar sebanyak 1kg

Memasukan ke dalam labu alas bulat dengan


menambahkan 500ml aquadest

Melakukan destilat kurang lebih 3 jam

Mencatat suhu pada pertama kali destilat


menetes

Memasukan destilat pada corong


pisah

Menambahkan NaCl sebanyak 1g,untuk


memisahkan fase air dan fase minyak

Menimbang minyak atsiri yang diperoleh dan menghitung rendemen

Skema 3.1 Isolasi Minyak Atsiri Daun sirih Dengan Metode

Destilasi Air

3.4.3.2 Uji identifikasi minyak atsiri

1. Uji organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau

2. Reaksi identifikasi secara umum minyak atsiri yaitu dengan

menggunakan pereaksi sudan III.


22

3.4.3.3 Rancangan formula

Tabel 3.2 Rancangan Formula Salep Minyak Atsiri Daun Sirih

Formula
No Bahan
I II III

1 MA daun sirih 30 % 30 % 30 %

2 Vaselin putih 30 % - 15 %

3 TEA 3% 3% 3%

4 Lanolin - 30 % 15 %

5 Asam stearat 2% 2% 2%

6 Nipasol 0,01 % 0,01 % 0,01 %

7 Aquadest Ad 10 gr Ad 10 gr Ad 10 gr

Keterangan : setiap formula mengandung 10 g

3.4.3.4 Pembuatan Salep Minyak Atsiri Daun Sirih

Dalam pembuatan salep minyak atsiri daun sirih meliputi

beberapa tahap yaitu menimbang masing-masing bahan, kemudian

meleburkan vaselin album, lanolin di atas waterbath,

memasukkanya dalam mortir, aduk sampai kental, memasukkan

nipasol yang dilarutkan dalam aquadest, selanjutnya memasukkan

asam stearat, TEA aduk sampai homogen, dan menambahkan

aquadest dalam mortir sambil diaduk sampai homogen, kemudian

menambahkan minyak atsiri daun sirih dan mengaduk sampai

homogen. Memasukkan ke dalam pot salep dan beri etiket,

melakukan evaluasi salep.


23

Melebur vaselinum album di atas waterbath

Memasukkannya dalam mortir, aduk sampai kental

Memasukkan nipasol yang dilarutkan dalam aquadest

Memasukkan as.stearat, TEA sedikit demi sedikit, aduk sampai homogen

Menambahkan aquadest dalam mortir aduk sampai homogen

Menambahkan minyak atsiri daun sirih

Masukkan dalam pot dan beri etiket

Evaluasi salep

Skema 3.3 Pembuatan salep minyak atsiri daun sirih

3.5 Uji Evaluasi salep

1. Uji Organoleptis

Untuk mengamati perubahan – perubahan bentuk, warna, bau dan

rasa di kulit dari sediaan salep yang mungkin terjadi selama penyimpanan.

2. Uji Homogenitas
24

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada objek

glass dan menutupnya dengan objek glass yang lain. Tujuannya untuk

mengamati apakah salep menunjukan susunan yang homogen atau tidak.

Mengoleskan salep pada objek salep

Menutupnya dengan objek glass yang lain

Mengamati apakah salep menunjukan susunan yang


homogen atau tidak
Skema 3.4 Uji Homogenitas

3. Uji pH

Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH salep apakah

bersifat asam, netral atau basa dan mengamati adanya perubahan pH yang

mungkin terjadi selama penyimpanan. Uji pengukuran pH dilakukan

dengan cara dari formula dengan menggunakan kertas pH universal, kertas

pH tersebut dicelupkan ke dalam sedíaan salep, setelah tercelup dengan

sempurna, diamkan sesaat dengan mengamati warna yang timbul sesuai

dengan warna pada alat, kemudian melihat apakah pH salep sesuai dengan

pH kulit. Melakukan percobaan tersebut pada masing-masing formula lain.


25

Meletakkan kertas pH pada sediaan salep

Mengamati perubahan warna yang terjadi

Melihat pada skala pH meter, angka menunjukkan asam, basa atau netral

Melakukan percobaan tersebut pada masing – masing formula lain

Skema 3.5 Uji Pengukuran pH


26

4. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui daya lekat salep

terhadap kulit, uji daya lekat penting untuk mengevaluasi salep dengan

kelengketan dapat diketahui sejauh mana salep dapat menempel pada

kulit, sehingga efek terapi diharapkan bisa tercapai bila salep memiliki

daya lekatnya terlalu lemah maka efek terapi tidak terjadi. Uji daya lekat

dilakukan dengan cara Menimbang salep sebanyak 0,5 g kemudian

mengoleskan salep pada lempeng kaca dan meletakkan lempeng kaca

tersebut di atas lempeng kaca yang lain dengan menekan beban 500 g

selama 5 menit dan menumpuk lempeng kaca pada alat uji dengan

melepaskan beban 500 g. Selanjutnya, mencatat waktunya hingga kedua

lempeng kaca tersebut terlepas. Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali.


27

Menimbang salep 0,5 g, mengoleskan pada lempeng kaca

Meletakkan lempeng kaca yang lain di atas lempeng kaca tersebut

Menekan dengan beban 500 g selama 5 menit

Menumpuk lempeng kaca pada alat uji dan melepaskan beban seberat 500 g

Mencatat waktu hingga kedua lempeng kaca tersebut terlepas

Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali

Skema 3.6 Uji Daya Lekat


28

5. Uji daya proteksi

Uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi

sediaan salep yang dibuat. Uji ini dapat diketahui sejauh mana salep

dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas dan

kimia. Uji daya proteksi dilakukan dengan cara Menyiapkan kertas saring

yang telah diberi garis 10 x 10 cm. Teteskan indikator PP pada kertas

saring biarkan kering, setelah kering mengoleskan salep pada kertas

saring tersebut sampai merata. Pada kertas saring lain dengan ukuran 3 x

3 cm basahi dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, kemudian

tumpuk kertas saring biarkan kering. Selanjutnya menetesi dengan KOH

0,1 N, mengamati apakah ada noda warna merah muda pada kertas

tersebut. Kalau tidak ada noda berarti salep tersebut dapat memberikan

proteksi terhadap cairan (KOH 0,1 N)


29

Membasahi dengan larutan PP sebagai indikator, keringkan

Mengoleskan kertas tersebut dengan salep yang akan diuji

Mengambil kertas saring yang lain ukuran 3 x 3 cm

Membasahi dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, keringkan

Menempelkan kertas saring tersebut di atas kertas saring sebelumnya

Meneteskan dengan larutan KOH 0,1 N

Mengamati adanya noda warna merah muda setelah dibasahi dengan larutan PP

Kalau tidak ada noda berarti salep tersebut memberikan proteksi terhadap cairan (KOH 0,1 N)

Skema 3.7 Uji Daya Proteksi

6. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan

penyebarannya pada kulit. Dengan uji daya sebar, dapat diketahui

lamanya salep menyebar pada kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan

cara Menimbang 0,5 g salep di tengah kaca arloji. Menimbang dahulu


30

kaca arloji yang penutup kemudian meletakkan kaca tersebut di atas

masa salep, diamkan selama 1 menit, menambahkan 50 g beban

tambahan dan diamkan selama 1 menit. Mengulangi percobaan 3 kali.

Selanjutnya, mengulangi percobaan di atas sebanyak 3 kali dengan

beban 100 g. Mengukur beban dan luas permukaan salep yang

menyebar.
31

Menimbang 0,5 g salep

Mengoleskan salep di tengah kaca arloji

Meletakan kaca arloji tersebut di atas massa salep

Membiarkan selama 1 menit

Menambahkan 50g beban tambahan

Mendiamkan selama 1 menit

Mencatat dan mengukur diameter salep yang menyebar

Melakukan percobaan sebanyak 3 kali

Mengulangi percobaan di atas sebanyak 3 kali dengan beban 100g

Menghitung beban dan luas

Menghitung luas permukaan dengan rumus L

Skema 3.8 Uji Daya Sebar


32

3.6 Analisa data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 15 dengan

One – Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan propability 5%.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Bahan

Daun sirih diperoleh dari Desa Muarareja RT.01 RW.01 Kota Tegal.

Daun sirih yang diambil masih segar. Sebelum proses isolasi minyak atsiri

akan berlangsung setelah proses pencucian selesai hasil cucian harus

dimasukkan ke dalam labu destilasi untuk menjaga kandungan minyak

atsiri dalam daun sirih agar bahan aktif dapat terjaga dari kerusakan dan

mencegah hilangnya minyak atsiri yang bersifat mudah menguap bila

berkontak langsung dengan udara sehingga memperoleh rendemen dan

mutu minyak atsiri yang baik.

4.2 Isolasi Minyak Atsiri

Pengambilan minyak atsiri dari daun sirih dilakukan dengan metode

destilasi air. Metode ini dipilih karena alat yang digunakan sederhana,

suhunya dapat dikontrol, waktunya cepat, dan dapat digunakan untuk bahan-

bahan yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Isolasi minyak atsiri

dilakukan sebanyak 2 kali destilasi. Setiap proses destilasi, daun sirih yang

digunakan sebanyak 250 g dengan cairan penyari berupa sebanyak 400 ml.

Destilasi dilakukan kurang lebih 3 jam dengan suhu pertama menetes yaitu

1010C. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer yang kemudian

dipindahkan ke dalam corong pisah dengan penambahan NaCl sebanyak 1 g

untuk memisahkan fase air dan fase minyak.

33
34

4.3 Identifikasi Minyak Atsiri Daun Sirih

Identifikasi daun sirih bertujuan untuk memastikan kebenaran dari

sampel daun sirih yang digunakan melalui uji organoleptis dan uji reaksi

identifikasi.

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Minyak Atsiri Daun Sirih

Pengamatan Pustaka Hasil Percobaan

Organoleptis

- Bentuk Cairan Cairran

- Warna Kuning kuning

- Bau Khas Khas sirih

Reaksi umum minyak

atsiri + 2 tetes pereaksi Merah Merah

sudan III

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa secara organoleptis dan

reaksi identifikasi menggunakan pereaksi sudan menunjukan bahwa hasil

destilasi yang didapatkan adalah minyak atsiri.

4.4 Pembuatan Salep

Pada pembuatan salep minyak atsiri daun sirih, dasar salep yang

digunakan adalah dasar salep hidrokarbon dan dasar salep serap. Ada

beberapa pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan dasar salep, dasar

salep hidrokarbon memiliki keuntungan antara lain mampu bertahan pada


35

kulit untuk waktu yang lama dan tidak ada perubahan dengan berjalannya

waktu. Sedangkan dasar salep serap memiliki daya emolien/pelembut yang

baik dan tidak mudah hilang dari kulit (Ansel, 1989).

Pembuatan salep dilakukan dengan membuat salep minyak atsiri

daun sirih sebanyak 3 formula dengan basis yang berbeda yaitu salep

hidrokarbon, salep serap, dan kombinasi basis salep hidrokarbon dan serap.

Pembuatan dilakukan dengan metode pencampuran.

4.5 Evaluasi Salep

4.5.1 Uji organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama penyimpanan. Dari

hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptis

Formula Bentuk Warna Bau

I Sangat kental kuning Khas daun sirih

II Kental Kuning Khas daun sirih

kecoklatan

III Kental Kuning Khas daun sirih

Keterangan :

FI : Dasar salep hidrokarbon

FII : Dasar salep serap

FIII : Dasar kombinasi salep hidrokarbon dan serap


36

Formula I mempunyai bentuk lebih kental dibandingkan formula II

dan III. Hal ini disebabkan karena formula I memiliki komposisi vaselin

album yang memiliki kemampuan kecil dalam menyerap air (5%).

(Sulaiman, 2007: 36).

4.5.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas perlu dilakukan karena salep yang baik harus

memiliki sifat-sifat yang ideal salep, yaitu memiliki rasa lunak dan tidak

mengandung partikel yang membuat kasar. Sehingga bila dioleskan pada

kulit terasa lembut dan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya merata.

Dari hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut:
37

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas

No Formula Syarat FI edisi III Hasil Pemeriksaan

1 Dasar Salep Susunan homogen Susunan homogen

Hidrokarbon

2 Dasar Salep Susunan homogen Susunan homogen

Serap

3 Kombinasi Susunan homogen Susunan homogen

Salep

Hidrokarbon

dan Serap

Keterangan :

FI : Dasar salep hidrokarbon

FII : Dasar salep serap

FIII : Dasar kombinasi salep hidrokarbon dan serap

Dari hasil tabel di atas terlihat bahwa ketiga formula di atas

menghasilkan salep yang homogen. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang

tertera pada DepKes RI, 1979:33, Farmakope Indonesia edisi III. Dimana

salep harus menunjukkan susunan homogen. Karena pada saat pembuatan

salep secara terus menerus diaduk secara konstan, sehingga masa salep yang

terbentuk tidak mengandung partikel-partikel yang membuat salep menjadi

kasar.
38

4.5.3 Uji Pengukuran pH

Pengukuran pH dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah salep bersifat asam, netral, atau basa. Pengukuran pH dengan

menggunakan pH meter atau kertas indikator pH. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH

Formula Persyaratan Standar pH Hasil

Bersifat netral

I 4,5-7 7

II 4,5-7 7

III 4,5-7 7

Keterangan :

FI : Dasar salep hidrokarbon

FII : Dasar salep serap

FIII : Dasar kombinasi salep hidrokarbon dan serap

Berdasarkan tabel hasil pengukuran pH, menunjukkan bahwa I,II

dan III pH tersebut sesuai dengan persyaratan pH untuk kulit yang berkisar

antara 4,5-7 yaitu netral (Anief moh, 2007: 119).


39

4.5.4 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar salep bertujuan untuk mengetahui kualitas salep yang

dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat pula memberikan efek terapi.

Artinya semakin luas daya sebar salep suatu formula maka semakin cepat

melepaskan efek terapi yang diinginkan kulit. Daya sebar yang baik dapat

menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan. (Voight,1989)

Uji daya sebar salep minyak atsiri daun sirih (piper betle L.) dilakukan

dengan meletakkan masa salep sebanyak 0,5 gram di atas kaca arloji

kemudian ditutup dengan kaca arloji lain. Setelah itu, ditambahkan beban

anak timbangan 50 gram dan 100 gram, masing-masing penambahan

dilakukan selama 1 menit kemudian catat diameter salep. Data yang

diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


40

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Daya Sebar Salep (cm2)

Satuan Beban FI F II F III


2,5 2,3 2,7
50 gram 2,6 2,4 2,6
2,5 2,5 2,7
Rata-rata 2,53 2,37 2.67
Diameter (cm)
3,1 2,9 3,3
100 gram 3,2 2,8 3,5
3,3 2,7 3,4
Rata-rata 3,2 2,8 3,4
1,25 1,15 1,35
50 gram 1,30 1,2 1,3
1,25 1,25 1,35
Rata-rata 1,26 1,2 1,33
Jari-jari (cm)
1,55 1,45 1,65
100 gram 1,6 1,4 1,75
1,65 1,35 1,70
Rata-rata 1,6 1,4 1,7

4,90 4,15 5,72

Luas Permukaan 50 gram 5,30 3,94 5,30

(cm2) 4,90 4,90 5,72


Rata-rata 5,03 4,33 5,58

100 gram 7,54 6,60 8,55


8,03 6,14 9,61
8,54 5,72 9,07
Rata-rata 8,04 6,15 9,08
41

Keterangan :

FI : Dasar salep hidrokarbon

F II : Dasar salep serap

F III : Dasar kombinasi salep hidrokarbon dan serap

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada formula II

mempunyai daya sebar rendah karena pada formula II mempunyai basis

serap lanolin, dimana lanolin merupakan bentuk emulsi air dalam minyak,

yang bila dikombinasi dengan minyak maka komposisi minyak akan saling

mengikat air, sehingga mempunyai daya sebarnya. Dapat dilihat bahwa daya

sebar salep dipengaruhi oleh karakteristik dari masing – masing sediaan

yang dibuat, yaitu jika dibebani dengan beban yang lebih besar maka daya

sebar salep akan lebih besar pula. Kriteria salep yang baik yaitu dengan

diameter luas dan memiliki konstituen lunak sehingga mudah dioleskan dan

tidak terlalu encer.

Hasil uji daya sebar 50 g dan 100 g yang diperoleh kemudian

dianalisis menggunakan analisis statistik One Way Anova.

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Daya Sebar 50 g

Descriptives

dayasebar50g
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
hidrokarbon 3 5.0333 .23094 .13333 4.4596 5.6070 4.90 5.30
serap 3 4.3300 .50468 .29138 3.0763 5.5837 3.94 4.90
hidrokarbon dan serap 3 5.5800 .24249 .14000 4.9776 6.1824 5.30 5.72
Total 9 4.9811 .62146 .20715 4.5034 5.4588 3.94 5.72
42

Pada tabel descriptives statistic di atas, terlihat nilai rata-rata uji daya

sebar 50 gram untuk formula I sebesar 5,03333 formula II sebesar 4,3300

dan formula III sebesar 5,5800. Jadi nilai rata-rata uji daya sebar 50 gram

berdasarkan luas permukaan yang paling tinggi adalah formula III (dasar

salep kombinasi hidrokarbon dan serap) sebesar 5,5800 dan yang paling

rendah pada formula II (dasar salep serap) sebesar 4,3300.

ANOVA

dayasebar50g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.356 2 1.178 9.634 .013
Within Groups .734 6 .122
Total 3.090 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

hitung sebesar 9,634 dan F tabel sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel = Finv(prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel = Finv(0,05;2;6)

dimasukkan dalam M.Excel sehingga menghasilkan F Tabel = 5,143.

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang

dapat mempengaruhi uji daya sebar 50 gram pada formula salep I,II,III dan

Ha yaitu ada pengaruh basis yang dapat mempengaruhi uji daya sebar 50

gram pada formula salep I,II,III.

Dari data menunjukkan nilai F Hitung > F Tabel (F Hitung > F Tabel)

sebesar 9,634 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep daun sirih (Piple betle)

terhadap uji daya sebar 50 gram dengan tingkat kesalahan 5%.


43

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Daya Sebar 100 g (cm2)

Descriptives

dayasebar100g
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
hidrokarbon 3 8.0367 .50003 .28869 6.7945 9.2788 7.54 8.54
serap 3 6.1533 .44015 .25412 5.0599 7.2467 5.72 6.60
hidrokarbon dan serap 3 9.0767 .53003 .30601 7.7600 10.3933 8.55 9.61
Total 9 7.7556 1.35203 .45068 6.7163 8.7948 5.72 9.61

Pada tabel descriptives statistic di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata

uji daya sebar 100 gram untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 8,0367

formula II (salep serap) sebesar 6,1533 dan formula III (kombinasi salep

hidrokarbon dan serap) sebesar 9,0767. Jadi nilai rata-rata uji daya sebar

100 gram berdasarkan luas permukaannya yang paling tinggi pada formula

III (kombinasi salep hidrokarbon dan serap) sebesar 9,0767 dan yang

terendah pada formula I I (dasar salep serap) sebesar 6,1533

ANOVA

dayasebar100gram
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.174 2 6.587 27.269 .001
Within Groups 1.449 6 .242
Total 14.624 8

Pada table perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 27,269 dan F Tabel sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel= Finv(prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel = Finv(0,05;2;6)

dimasukkan dalam M.Excel sehingga menghasilkan F Tabel=5,143.


44

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis

yang dapat mempengaruhi uji daya sebar 100 gram pada formula I, II, III

dan Ha yaitu ada pengaruh basis yang dapat mempengaruhi uji daya sebar

100 gram pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung > F Tabel (27,269 > 5,143 )

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menyatakan bahwa ada

pengaruh basis pada salep minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) terhadap

uji daya sebar 100 gram dengan tingkat kesalahan 5%.

4.5.5 Daya Lekat

Uji daya lekat salep sangat penting untuk mengevaluasi sejauh mana

salep dapat menempel pada kulit sehingga efek terapi yang diharapkan bisa

tercapai. Bila salep memiliki daya lengket yang terlalu kuat maka akan

menghambat pernapasan kulit. Namun apabila daya lengket terlalu lemah,

maka efek terapi tidak tercapai.

Uji daya lekat salep minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) dilakukan

dengan mengoleskan masa salep diatas alas persegi panjang, kemudian

diberi beban 500 gram. Waktu yang diperoleh menunjukkan bahwa salep

formula II memiliki daya lekat yang paling kuat di antara formula lain. Data

yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
45

Tabel 4.8 Hasil Uji Daya Lekat Salep

Menit
Replikasi
FI F II F III

1 1,45 2,51 4,29

2 1,89 2,56 5,05

3 1,70 2,14 6,20

Rata-rata 1,68 2,40 5,18

Keterangan:

FI : Dasar salep hidrokarbon

FII : Dasar salep serap

FIII : Kombinasi salep hidrokarbon dan salep serap

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa formula I mempunyai

nilai daya lekat yang paling rendah. Hal itu dikarenakan pada formula I

dengan kadar basis serap, dimana sediaan basis hidrokarbon merupakan

sediaan yang berlemak yang bila dikombnasi dengan minyak maka justru

akan memperkecil efek daya lekatnya.

Hasil uji daya lekat yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

metode One Way Anova.


46

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik Daya Lekat Salep

Descriptives

dayalekat
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
hidrokarbon 3 1.6800 .22068 .12741 1.1318 2.2282 1.45 1.89
serap 3 2.4033 .22942 .13246 1.8334 2.9732 2.14 2.56
hidrokarbon dan serap 3 5.1800 .96161 .55519 2.7912 7.5688 4.29 6.20
Total 9 3.0878 1.67836 .55945 1.7977 4.3779 1.45 6.20

Pada tabel descriptives statistic di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata

uji daya lekat untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 1,6800. formula

II (salep serap) sebesar 2,4033 dan pada formula III (kombinasi salep

hidrokarbon dan serap) sebesar 5,1800. Jadi nilai rata-rata uji daya lekat

berdasarkan lama waktu melekat salep yang paling tinggi pada formula III

(salep hidrokarbon dan serap) sebesar 5,1800 dibandingkan formula I dan II.

ANOVA

dayalekat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20.483 2 10.242 29.945 .001
Within Groups 2.052 6 .342
Total 22.535 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 29,945 dan F Tabel sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel = Finv(Prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel = Finv(0,05;2;6)

dimasukkan dalam M.Excel sehingga menghasilkan F Tabel = 5,143.

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang

dapat mempengaruhi uji daya lekat salep pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada nilai F

Tabel (F Hitung > F Tabel) sebesar 29,945 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan
47

Ha diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep

minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) terhadap uji daya lekat salep dengan

tingkat kesalahan 5%.

4.5.6 Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi salep dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana

salep dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas dan

kimia. Hal ini untuk mencapai kriteria salep yang baik sehingga dapat

memberikan efek terapi yang diharapkan (Ansel, 1989:56).

Uji daya proteksi salep dilakukan dengan mengoleskan masa salep

pada kertas saring (3cm x 3cm). Sebelum massa salep dioleskan , kertas

saring dibasahi larutan penolptalein (PP) terlebih dahulu kemudian

dikeringkan, baru mengoleskan salep. Penolptalein (PP) berperan sebagai

indikator yang dapat menunjukkan perubahan warna dari tak berwarna

menjadi merah muda. Pada kertas saring yang lain (3cm x 3cm) dibasahi

dengan parafin padat yang telah dilelehkan, kemudian dikeringkan.

Kertas saring yang dibasahi dengan parafin cair, ditempelkan pada

kertas saring sebelumnya yang telah diolesi massa salep. Teteskan/basahi

pada area ini dengan KOH 0,1 N. KOH sebagai pemberi pengaruh massa,

sehingga uji proteksi dengan KOH bertujuan untuk mengetahui kemampuan

proteksi salep terhadap adanya basa. Kemudian amati waktu noda merah

muda muncul di atas kertas yang dibasahi dengan larutan penolptalein (PP).

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
48

Tabel 4.10 Hasil Uji Daya Proteksi Salep

Menit
Replikasi
FI F II F III

1 1,50 3,01 4,02

2 1,75 3,02 5,03

3 1,95 3,05 6,15

Rata-rata 1,73 3,02 5,06

Keterangann :

FI : Dasar salep hidrokarbon

FII : Dasar salep serap

FIII : Kombinasi salep hidrokarbon dan salep serap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada formula III memiliki daya

proteksi yang paling tinggi dibandingkan dengan formula I dan II.

Hasil uji daya proteksi yang diperoleh kemudian dianalisis

menggunakan metode One Way Anova.

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Daya Proteksi Salep

Descriptives

dayaproteksi
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
hidrokarbon 3 1.7333 .22546 .13017 1.1733 2.2934 1.50 1.95
serap 3 3.0267 .02082 .01202 2.9750 3.0784 3.01 3.05
hidrokarbon dan serap 3 5.0667 1.06547 .61515 2.4199 7.7134 4.02 6.15
Total 9 3.2756 1.55396 .51799 2.0811 4.4700 1.50 6.15

Pada tabel descriptives statistic di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata

uji daya proteksi untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 1,7333

formula II (salep serap) sebesar 3,0267 dan pada formula III (kombinasi
49

salep hidrokarbon dan salep serap) sebesar 5,0667. Jadi nilai rata-rata uji

daya proteksi berdasarkan waktu yang paling tinggi pada formula III

sebesar 5,0667 dibandingkan formula I dan II.

ANOVA

dayaproteksi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 16.945 2 8.473 21.423 .002
Within Groups 2.373 6 .396
Total 19.318 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 21,423 dan F Tabel 5,143 yang didapat dengan F Tabel=

Finv(Prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel = Finv(0,05;2;6) dimasukkan

dalam M. Excel sehingga menghasilkan F Tabel = 5,143. Hipotesis yang

diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang dapat

mempengaruhi uji daya lekat salep pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada nilai F

Tabel (F Hitung > F Tabel) sebesar 21,423> 5,413 sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep

minyak atsiri daun sirih (Piper betle L.) terhadap uji daya proteksi salep

dengan tingkat kesalahan 5%.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh penggunaan basis salep hidrokarbon dan basis serap terhadap sifat

fisik salep minyak atsiri daun sirih (Piperbetle L.).Sifat fisik tersebut antara

lain organoleptis, daya sebar, daya lekat, daya proteksi sedangkan untuk pH

dan homogenitas diperoleh hasil yang sama.

5.2 SARAN

1. Dilakukan dengan uji farmakologi minyak atsiri daun sirih.

2. Dilakukan penelitian dengan basis yang berbeda menggunakan sampel

yang sama.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ansel , Howard C, ph ., D. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke


IV. Diterjemahkan oleh Ibrahim dan Farida. Universitas Indonesia.:jakarta.
Hal 56

Bardan , sri nooryani. 2007. Tanaman berkasiat obat. Jakarta: PT sunda kelapa
pustaka. Hal 14

Dalimartha , setiawan. 2005. Atlas tumbuhan obat indonesia. Jilid IV. Jakarta:
Pustaka Bunda. Hal 88-89

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :


Depkes RI. Hal 33, 96, 271, 378, 533, 613

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 1V. Jakarta :


Depkes RI. Hal 1039, 1169

Ir.S, Kataren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.
Hal 19, 21

Syamsuni,H. 2006 . Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.


Hal 103.

Taufiq ,Ir. Turhana. 2008. Menyuling Minyak Atsiri. Yogjakarta: PT Citra aji
pertama. Hal 27,28

Voight ,R., 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Diterjemahkan


Oleh Soendani Noerono. Yogjakarta: UGM Press. Hal 34, 340
Lampiran 1

Analisa Minyak Atsiri

Sampel daun sirih 1000 gram

Aquadest 800 ml

NaCl 9 gram

Suhu pertama kali destilasi menetes 1010C

Berat vial kosong + tutup 9,24 gram

Berat vial + tutup + minyak atsiri 12,04 gram

Berat minyak atsiri 2,8 gram

Rendemen 0,28 %

Keterangan :

Berat M.A =(Berat vial + tutup + M.A) – (berat vial kosong + tutup)

= 12,04 g – 9,24 g

= 2,8 g

Rendemen = Berat M.A X 100%

Berat sampel

= 2,8 x 100 %

= 0,28 %

52
53

Lampiran 2

Perhitungan dan penimbangan bahan

Formula Salep Minyak Atsiri Daun Sirih

Formula
No Bahan
I II III

1 MA daun sirih 30 % 30 % 30 %

2 Vaselin putih 30 % - 15 %

3 TEA 3% 3% 3%

4 Lanolin - 30 % 15 %

5 Asam stearat 2% 2% 2%

6 Nipasol 0,01 % 0,01 % 0,01 %

7 Aquadest Ad 10 gr Ad 10 gr Ad 10 gr

Keterangan : setiap formula mengandung 10 g

Formula I :

M.A daun sirih = 0,5/100x10 g = 0,05 g

Vaselin =30/100x10 g =3g

TEA = 3/100x10 g = 0,3 g

As. Stearat = 2/100x10 g = 0,2 g

Nipasol = 0,01/100x10 g = 0,001 g

Aqua = 10 – ( 0,05+3+0,3+0,2+0,001)

= 10 – 3,551

= 6,449 ml
54

Formula II :

M.A daun sirih = 0,5/100x10 g = 0,05 g

Lanolin = 30/100x10 g =3g

TEA = 3/100x10 g = 0,3 g

As. Stearat = 2/100x10 g = 0,2 g

Nipasol = 0,01/100x10 g = 0,001 g

Aqua = 10 – ( 0,05+3+0,3+0,2+0,001)

= 10 – 3,551

= 6,449 ml

Formula III :

M.A daun sirih = 0,5/100x10 g = 0,05 g

Vaselin Putih = 15/100x10 g = 1,5 g

Lanolin = 15/100x10 g = 1,5 g

TEA = 3/100x10 g = 0,3 g

As. Stearat = 2/100x10 g = 0,2 g

Nipasol = 0,01/100x10 g = 0,001 g

Aqua = 10 – ( 0,05+1,5+1,5+0,3+0,2+0,001)

= 10 – 3,551

= 6,449 ml
55

Lampiran 3
Gambar Penelitian

Gambar 1. Daun sirih

Gambar 2. Proses destilasi


56

Gambar 3. Proses pemisahan fase air dan fase minyak

Gambar 4. Hasil minyak atsiri daun sirih


57

Gambar 5. Reaksi Identifikasi Minyak Atsiri

Gambar 6. Pembuatan salep formula I


58

Gambar 7. Pembuatan salep formula II

Gambar 8. Pembuatan salep formula III


59

Gambar 9. Salep minyak atsiri daun sirih FI, FII, dan FII

Gambar 10. Uji homogen


60

Gambar 11. Uji pH formula I

Gambar 12. Uji pH formula II


61

Gambar 13. Uji pH formula III

Gambar 14. Uji daya sebar 50g


62

Gambar 15. Uji daya sebar 100 g

Gambar 16. Uji daya lekat


63

Gambar 17. Uji daya proteksi


64

CURRICULUM VITAE

Nama : Diah Ayu Pratiwi


TTL : Tegal, 31 Agustus 1990
Email : D.maniez87@yahoo.com
Alamat : Ds Muarareja RT 01 / 01
HP : 085786666181
Pendidikan
SD : SD N Tegal sari 02
SMP : SMP N 5 Tegal
SMA : SMA N 5 Tegal
D3 : D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Judul KTI : PENGARUH BASIS HIDROKARBON DAN BASIS SERAP


TERHADAP SIFAT FISIK SALEP MINYAK ATSIRI DAUN
SIRIH (piper betle. L)
Nama Orang Tua :
Ayah : Tarmudi
Ibu : Rakinah
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua
Ayah : Ds Muarareja RT 01/01
Ibu : Ds Muarareja RT 01/01
Telepon Orang Tua
Ayah : -
Ibu : -
65

Anda mungkin juga menyukai