Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

FORMULASI SEDIAAN INFUSA EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

Disusun Oleh :
Kelompok B1-2

Nurika Alvi Fadhilah (172210101080)

Nuril Izzati Farihatur R. (172210101082)

Wulan Rosa Panggalih (172210101086)

Mutiara Permata Putri (172210101087)

Yearrika Rahayu Putri (172210101089)

Wilda Nur Rohmatillah (172210101095)

Talidah Alqibtiyah Roja (172210101141)

Ayu Mega Lestari (172210101142)

Tsamratul Fadhilah (172210101143)

Hana Mufidah (172210101144)

Merinda Aldiana (172210101145)

Ayssa Wicaksono (172210101146)

Dosen Jaga :
Nuri, S.Si., M.Farm., Apt.

BAGIAN BIOLOGI FARMASI


UNIVERSITAS JEMBER

2020
BAB I. PENDAHULUAN

Daun sirih (Piper betle L.) secara umum telah dikenal masyarakat sebagai bahan obat
tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya
antibakteri. Selain itu bioaktivitas yang pernah diteliti pada daun sirih (Piper betle L.)
adalah sebagai antioksidan, anti inflamasi, antiseptik, pereda sakit gigi, anti jamur,
anti-kandida, imunomodulator, sebagai penekan syaraf pusat (CNS-depressant),
kontrasepsi, deobstruen, digestif, inhalan, pencegah malaria, sterilan, penurun panas.
Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung didalamnya. Daun
sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari Chavicol
paraallyphenol turunan dari Chavica betel. Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol
methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol, estragol, terpinen (Sastroamidjojo,
1997). Senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri daun sirih terdiri dari 2 komponen
fenol yaitu isomer betel fenol dari kavikol dan eugenol dengan berbagai kombinasi
fenol seperti allil pirokatekol, kavibetol, karvakol, metil eugenol, sineol dan estragol.

Senyawa yang berperan terhadap bioaktivitas tersebut antara lain adalah:

 Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan


sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi
sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997).
 Selain itu di dalam daun sirih juga terdapat flavanoid, saponin, dan tannin.
Saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja
sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan
melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga
berfungsi sebagai anti inflamasi (Mursito,2002).
 Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung
kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya
antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus.
 Senyawa fenol dapat berfungsi sebagai antioksidan apabila tidak berdiri sendiri.

Pada Praktikum kali ini kami akan memformulasi daun sirih menjadi bentuk
sediaan Infusa. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada 90-98⁰C selama 15 menit. Umumnya infusa selalu dibuat dari
simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat
yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI, 1979). Kelebihan metode Infudasi adalah
peralatan sederhana, mudah dipakai, biaya murah, dapat menyari simplisia dengan pelarut air
dalam waktu singkat. Apabila dibandingkan dengan metode ekstraksi lain seperti maserasi
yang prosesnya lama dan butuh waktu beberapa hari. Sedangkan apabila dibandingkan
dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling
tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut
yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur
dengan pelarut yang digunakan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tanaman Sirih

Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Sirih juga merupakan
tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok di sekelilingnya dengan daunnya yang
memiliki bentuk pipih seperti gambar hati, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung
daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis.
Permukaan daunnya berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau
tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.

Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur dengan keadaan tanah yang
tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Tanaman
sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat dengan tinggi tanaman 5 sampai 15 cm.
Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berbulu sangat
pendek, tebal berwarna putih panjang 5 sampai 18 cm, dan lebar 2,5 sampai 10,5 cm. Daun
pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur sungsang, atau lonjong dengan panjang kira-kira
1 mm. Perbungaan berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun.
Bulir bunga jantan memiliki panjang gagang 1,5-3 cm dengan benang sari yang sangat
pendek. Bulir bunga betina mempunyai panjang gagang 2,5-6 cm dan panjang kepala putik 3-
5 cm. Buah buni bulat dengan ujung gundul. Bulir yang masak berbulu kelabu, rapat, dengan
tebal 1-1,5 cm. Biji berbentuk bulat (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman sirih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.


2.2. Bentuk sediaan

Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah infusa. Menurut Farmakope Indonesia edisi
ketiga, infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90°C selama 15 menit. Pembuatan campur simplisia dengan derajat halus yang
cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas panci lapis dua selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 90°C dan sesekali diaduk. Panci paling bawah diisi dengan air
dan panci paling atas untuk tempat simplisia, diukur suhunya pada panci yang berisi simplisia.
Kemudian serkai selagi panas melalui kain flanner. Ini dilakukan agar bahan aktif yang ada
pada simplisia mudah terlarut dengan adanya serkai selagi panas. Lalu tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Untuk infusa
dari simplisia yang mengandung minyak atsiri seperti seperti yang digunakan dalam
praktikum kali ini yaitu daun sirih (Folia Piper Betle) maka diserkai setelah dingin.

Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infusa yang
mengandung bukan bahan khasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk
pembuatan 100 bagian infusa tanaman berikut digunakan sejumlah yang tertera.

Kulit kina 6 bagiaN

Daun digitalis 0,5 bagian

Daun Kumis Kucing 0,5 bagian

Sekale Kornutum 3 bagian

Daun Sena 4 bagian

Temulawak 4 bagian

Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut :

Serbuk 5/8 = akar manis, daun kumis kucing, daun sirih, daun sena

Serbuk 8/10 = Dringo, Kelembak

Serbuk 10/22 = laos, akar valerian, temulawak, jahe

Serbuk 22/60 = kulit kina, akar ipeka, sekale kornutum


Serbuk 85/120 = daun digitalis

Sediaan infusa daun sirih berupa cairan berwarna hitam, rasa sedikit pedas dan pahit
dengan bau spesifik, bila didiamkan akan berbentuk sedikit endapan coklat (Soemiati, 2002).

Pada penentuan kadar hambat minimal (KTM) infus daun sirih terhadap Candida
albicans adalah 62,5 mg/ml. diameter zona hambatan 250 mg/ml adalah 10,43 mm, 500
mg/ml adalah 12,33 mm, dan 100 mg/ml adalah 16,33 mm.

2.3. Formulasi Sediaan Infusa Piper betle folium

R/ Infus daun sirih 100 ml


Aquadest ad 100 ml
Piper betle folium 10%

 Penimbangan bahan
Piper betle = 10%
10 gram
= x 100ml
100 ml
= 10gr

Sifat Fisika Kimia Bahan


 Piper betle
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas
Makroskopik : Daun tunggal, warna coklat kehijauan. Helaian daun
berbentuk bundar telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal
berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir
daun rata agak menggulung ke bawah, panjang ± 5 cm – 18,5
cm, lebar ± 5 cm – 12 cm, permukaan atas rata, licin, agak
mengkilat, tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah
agak kasar, kusam, tulang daun menonjol, permukaan atas
berwarna lebih tua dari permukaan bawah. Tangkai daun bulat,
warna coklat kehijauan, panjang 1,5 cm – 8 cm. (Sitrait et
al,1980).
Kandungan kimia : Minyak atsiri 1-4,2% hidroksikavikol, kavikol 7,2-16,7%,
kavibetol 2,7-6,2%, allypyrokatekol 0-9,6%, karvakrol 2,2-
5,6%, eugenol 26,8 42,5%, eugenol methyl ether 4,2-4,8%,
caryophyllene 3,0-9,8%, candinene 2,4-15,8%, estragiol,
seskuiterpene, fenil propane, tannin, diastase, katekol,,
pyrocatechin, terpinyl acetat, alkaloids, 1-alanine.
Khasiat : Antisariawan, antibatuk, antiseptik (Sitrait et al,1980 ),
antiradang, menghilangkan gatal, mematikan Candida albicans
yang merupakan penyebab keputihan, tanin(daun) untuk
mengurangi sekresi cairan pada vagina, pelindung hati,
antidiare, dan antimutagenik (Standar of ASEAN, 1993;
Hariana, 2006).
Bagian yang dipakai : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

 Aquadestilata (pelarut)
pemerian : Jernih tidak berbau tidak berwarna
BJ :1
Alasan pemilihan : Air adalah pelarut universal yang hampir melarutkan segala
macam bahan, tidak toksik, aman dan cenderung compatible
dengan pelarut –pelarut lain.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Pembuatan Infusa

 Alat : - Pisau/Gunting - Botol infusa


- Neraca analitis - Corong kaca
- Panci infusa - Erlenmeyer
- Termometer celcius - Beaker glass 100 ml
- Kompor - Gelas ukur 500 ml
- Batang pengaduk - Kain kassa/flannel untuk menyaring

 Bahan : - Daun sirih


- Aquadest

3.1.2 Analisis Senyawa Marker dengan KLT-Densitometri


 Alat : - Chamber - Vial
- Densitometer camag - Beaker glass
- Lampu UV - Pipet volume
- Pinset - Gelas ukur 10 ml
- Erlenmeyer - Ball filler
- Mikropipet - Kertas saring
Larutan pembanding
 Bahan : - piperin
- Larutan uji
- Toluen : etil asetat (9:1)
Lempeng silica gel 60
-
F254
Penampak noda
-
anisaldehid
3.2 Pembuatan Infusa

Lembaran daun sirih Ditambah air 100 ml


Diangkat panci infus
dipotong kecil-kecil dan panaskan selama
dan diamkan hingga
dengan gunting dan 15 menit di atas
suhu cairan
ditimbang 10 g penangas air (water
mendekati suhu
dimasukkan panci bath) hingga suhu
kamar
infus cairan mencapai 90o C

Infus diserkai ke
dalam botol yang
telah dikalibrasi
Sediaan infusa daun dengan kain flanel
sirih siap di KLT dan corong gelas dan
tambah air masak
hingga volume infusa
100 ml

3.3 Analisis Senyawa Marker dengan KLT-Densitometri


Pembuatan profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT):

 Penotolan : Totolkan 10µl dekok


 Fase gerak : Toluen : etil asetat (9:1)
 Fase diam : Lempeng silica gel 60 F254
 Deteksi : Amati pada UV 254 nm
 Warna noda : Gelap (meredam sinar UV), Pada profil terdapat 4 noda, dengan Rf ±
0,20;0,52,dan 0,82

Langkah-langkah KLT Infusa:

a. Membuat larutan pengembang


Menyiapkan larutan pengembang / fase gerak

Ukur volume toluen dan etil asetat dengan perbandingan (9:1). Kemudian
masukkan fase larutan fase Gerak tersebut ke dalam chamber. Kemudian
dibiarkan hingga jenuh.

Larutan pengembang yang jenuh siap untuk eluasi.

b. Penotolan larutan infusa pada silica gel 60

Menyiapkan kertas silica gel 60.

Kertas silica gel diberi batas garis tepi atas, bawah, samping. Untuk penotolan
kertas silica gel diberi tanda (titik) dan diberi jarak 1 cm untuk penotolan
infusa. Kemudian totolkan 10µl, larutan infusa Sirih dengan penotol mikro.

Kertas silica gel dengan larutan infusa.

c. Pengujian dengan KLT

Silica yang telah ditotolkan dengan


infusa, dimasukkan ke chamber yang
Kertas silica
Menyiapkan hasil berisi larutan pengembang, ditutup.
tersebut, diamati
penotolan pada Dibiarkan hingga pelarut
dengan lampu
lempeng. pengembangnya pada batas eluasi,
UV 254 nm.
lempeng silica diambil dan
dikeringkan.

Kemudian dipanaskan di atas Terlihat noda


Diberi penampak noda
penangas. tunggu hingga pada kertas
anisaldehid dengan cara
muncul noda setelah silica 60 F254
disemprot pada lempeng.
dipanaska.n
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari beberapa data yang telah dikumpulkan dan dilakukan praktikum sesuai dengan
prosedur yang ada. Didapatkan nilai Rf serta penampak noda setelah disemprok dengan
penampak noda Anisaldehid dan dipanaskan diatas hotplate. Data yang didapat sebagai
berikut:

1,5
Rf 1 → =0,1875
8

1,9
Rf 2 → =0,237
8

3,7
Rf 3 → =0,4675
8

Noda yang tampak setelah disemprot Anisaldehid menjadi warna ungu pada 3 noda.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini adalah pembuatan sediaan cair infusa dari daun Sirih (Piper
bettle). Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik
pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya
sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut
yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat
pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur
dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih
mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni.
Pembuatan infusa daun sirih diawali dengan memotong kecil daun sirih
menggunakan gunting, kemudian ditimbang 10 g. Pemotongan daun ini bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel agar pelepasan bahan khasiat lebih maksimal. Infusa daun sirih
ini dibuat dengan kadar 10%, sehingga daun sirih yang ditimbang 10 g dan air yang
digunakan sebanyak 100 ml air. Dibuat dengan kadar 10% ini sesuai dengan ketentuan
sediaan infusa yang tercantum dalam “Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima” yang
dikeluarkan oleh BPOM RI dimana kecuali dinyatakan lain infusa yang mengandung bukan
bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.

Air sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam panci infusa yang berisi potongan daun
sirih. Panci kemudian dipanaskan di atas penangas air (waterbath), yang pada praktikum ini
kami menggunakan kompor, hingga suhu cairan mencapai 90oC, panaskan selama 15 menit.
Angkat panci infusa kemudian serkai infusa saat dingin ke dalam gelas beaker dengan
bantuan kain flanel. Kemudian hasil serkai dimasukan ke dalam botol yang telah dikalibrasi.
Terakhir penambahan pelarut air untuk mendapatkan hasil 100 ml infusa.

Selanjutnya dilakukan tahap analisis KLT terhadap infusa daun sirih yang dihasilkan,
serta dilakukan pula penentuan nilai Rf pada senyawa yang terkandung dalam daun sirih
dengan menggunakan metode KLT. Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) silica gel 254
digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak infusa
daun sirih (Piper betle). Hasil KLT yang telah dielusi dengan fase gerak kloroform:methanol
(90:10) sebanyak 10 ml kemudian dilihat pada sinar UV 254 nm hingga dihasilkan 3 noda
dengan Rf yaitu ± 0,20; 0,52 dan 0,82.

Sediaan infusa ini biasa digunakan di masyarakat sebagai jamu tradisional yang
ampuh untuk menghilangkan bau badan. Disamping khasiat lain dari infusa daun sirih,
kandungan yang terkandung dalam daun sirih juga bermacam-macam. Salah satu kandungan
yang menjadi sasaran pada praktikum kali ini adalah minyak atsiri. Minyak atsiri banyak
ditemui pada tanaman salah satunya pada daun sirih merupakan senyawa metabolit sekunder
yang komponennya tersusun atas golongan senyawa terpen yaitu terpenoid, sesquiterpen,
monoterpen, dan lain-lain.

Pada senyawa tersebut terdapat ikatan rangkap terkonjugasi. Ikatan rangkap


terkonjugasi yang juga menjadi gugus kromofor dapat menyerap sinar UV pada panjang
gelombang 254. Oleh karena digunakan lempeng KLT silica gel 254 yang dapat berpendar
ketika disinari sinar UV. Lempeng yang telah ditotolkan dengan sediaan infusa daun sirih di
eluasi hingga tanda batas. Senyawa yang terkandung akan terangkat mengikuti eluen akan
terperangkap pada posisi tertentu tergantung polaritas dari masing-masing senyawa termasuk
senyawa terpen. Senyawa terpen karena memiliki gugus kromofor akan menyerap sinar UV
ketika disinari hal tersebut yang menyebabkan munculnya noda pada lempeng ketika disinari.
Hal tersebut dikuatkan dengan penyemprotan penampak noda Anisaldehid lalu dipanaskan
sehingga memberikan noda ungu pada tiga posisi lempeng.

Berdasarkan petunjuk, noda yang harusnya muncul ada empat, namun disini kami
hanya mendapatkan tiga noda dengan memperoleh Rf pada noda 1 sebesar 0,1875; noda 2
sebesar 0,237; dan noda 3 sebesar 0,4675. Dari 3 noda tersebut terdapat 1 noda yang
mendekati Rf yang diketahui yaitu pada noda 2.

Hal tersebut dimungkinkan karena konsentrasi dari sediaan infusa daun sirih kurang
pekat. Karena ketika membuat infusa ada kesalahan saat menghitung suhu. Kami menghitung
suhu pada panci yang bagian bawah bukan pada panci yang berisi simplisia. Dan panci yang
berisi simplisia kami taruh diatas panci air ketika air di panci bawah sudah mencapai 90˚C
lalu dihitung 15 menit setelahnya. Kemudian disaat kami melakukan serkai terdapat
kekurangan pelarut hasil serkai. Seharusnya untuk mendapat hasil pekat kami menambah
pelarut pada bekas serkai dengan melewati air ke ampas daun sirih yang berada di kain.
Namun kami langsung menambahkan air pada hasil serkai sehingga kemungkinan hal ini juga
mempengaruhi hasil kepekatan pada infusa.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui beberapa titik kritis praktikum ini, yaitu:

1) Pemanasan daun sirih.


2) Penambahan air pada hasil serkai
3) Eluen yang digunakan untuk KLT
4) Penotolan pada KLT
5) Menyerkai infusa daun sirih dilakukan pada saat dingin.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Metode infusa pada praktikum ini dipilih karena sifatnya lebih cepat, mudah, dan
peralatannya sederhana.
b. Daun sirih (Piper betle L.) memiliki kandungan utama minyak atsiri, terutama dari
golongan fenol.
c. Konsentrasi minyak atsiri daun sirih tidak mencapai 10% sebab ketidaktepatan cara pada
saat menyerkai.
d. Hasil KLT menghasilkan tiga noda, dengan nilai Rf masing-masing 0,1875; 0,237; dan
0,4675. Dan noda kedua yang paling mendekati yang diharapkan (± 0,20).
5.2 Saran

Perlu ketelitian pada saat melakukan prosedur pemanasan (terutama terkait dengan
suhu pemanasan), penyerkaian (minyak atsiri diserkai pada saat dingin), penotolan infusa
pada lempeng silica, pemilihan eluen yang tepat, dan pada saat melakukan add 100 ml di
botol infusa.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim. Jakarta: Penerbit UI Press.

ASEAN. 1993. Standard of ASEAN Herbal Medicine. Vol:1. ASEAN countries. Jakarta

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Hariana, A. 2006. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Mursito, Bambang., 2002. Ramuan Traditional Untuk Pengobatan Jantung. Cetakan II.
Jakarta : Pebar Swadaya.

Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan
Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif. Jakarta: FKUI.

Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.

Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
LAMPIRAN

Penimbangan daun sirih Pemanasan air untuk panci Pemanasan panci infus diatas
infus hingga suhu 90°C penangas air suhu 90°C

Penyaringan infusa daun sirih Hasil saringan infusa dalam Penotolan infusa pada
yang telah didinginkan botol yang telah dikalibrasi lempeng KLT

Pemeriksaan noda dengan


sinar UV

Penyemprotan dengan Pemanasan agar noda tampak


anisaldehid lebih jelas

Anda mungkin juga menyukai